MODUL PERKULIAHAN
P312120004
PRAKTIKUM
PERENCANAAN DAN
PENGEMBANGAN
SDM
EVALUASI PELATIHAN
PEMBELAJARAN
Pendahuluan
10
FAKULTAS EKONOMI DAN Dr. Anik Herminingsih, M.Si., CIQnR
MANAJEMEN
BISNIS
Keberhasilan pelatihan ditentukan seberapa jauh trainee mampu menerapkan
pengalaman belajarnya dalam job yang menjadi tanggung jawabnya. Suatu program
pelatihan dikatakan berhasil apabila trainee mampu mengikuti pelatihan dengan baik dan
menerapkan keahlian barunya dalam tugas-tugasnya sehingga terjadi peningkatan
kinerja, baik kinerja individual maupun kinerja organisasi. Dampak yang positip sudah
pasti sangat diharapkan dengan adanya evaluasi program, sehingga pada persoalan
pendidikan dan pembelajaranpun evaluasi itu digunakan supaya dapat memberikan
dampak yang positip juga. Ada tiga alasan utama mengapa dalam kegiatan pendidikan
dan pengajaran selalu memerlukan evaluasi.
Evaluasi hasil kognitif suatu pelatihan digunakan untuk menentukan sejauh mana
peserta pelatihan akrab dengan prinsip, fakta, teknik, prosedur, dan proses yang
ditekankan dalam program pelatihan. Hasil kognitif mengukur apa yang dipelajari peserta
pelatihan dalam program ini. Hasil kognitif adalah kriteria level 2 (belajar) dalam kerangka
kerja Kirkpatrick. Biasanya, tes pensil dan kertas atau penilaian diri digunakan untuk
menilai hasil kognitif. Penilaian mandiri merujuk pada perkiraan peserta didik tentang
seberapa banyak yang mereka ketahui atau pelajari dari pelatihan. Tes dan kuis daripada
penilaian mandiri adalah ukuran pembelajaran yang lebih disukai. Ini karena penilaian diri
hanya terkait dengan pembelajaran dan dipengaruhi oleh seberapa banyak peserta didik
menyukai kursus atau termotivasi untuk belajar daripada apa yang sebenarnya mereka
pelajari. Tabel 6.3 memberikan contoh item dari tes pensil dan kertas yang digunakan
untuk belajar. mengukur pengetahuan peserta pelatihan tentang keterampilan
pengambilan keputusan. Barang-barang ini membantu mengukur apakah seorang peserta
pelatihan tahu bagaimana membuat keputusan (proses yang akan ia gunakan). Mereka
tidak membantu menentukan apakah peserta pelatihan benar-benar akan menggunakan
keterampilan pengambilan keputusan dalam pekerjaan.
Pertimbangkan bagaimana Grant Thornton, kantor akuntan publik dan konsultan,
menggunakan tes untuk mengevaluasi salah satu program pelatihannya. Perusahaan ini
memperkenalkan metodologi dan alat layanan pajak baru kepada sekitar 1.400
profesional pajak di lebih dari lima puluh kantor. Solusi pelatihan, yang dikenal sebagai
Symphony Pajak, melibatkan blended learning, yang meliputi program kelas tiga hari
kantor nasional dan lokal, dukungan kinerja berbasis web, dan siaran web. Metodologi
baru diperkenalkan saat konferensi pajak. Setelah konferensi, konten diajarkan di kantor-
kantor lokal menggunakan avatar yang menyajikan klip audio yang direkam sebelumnya
dikombinasikan dengan kegiatan aplikasi kelompok. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa
86 persen dari peserta program yang menyelesaikan post-test lulus dengan skor
kelulusan rata-rata 85 persen. Rata-rata skor post-test meningkat sebesar 11 poin
Hasil Penelitian
Tingkat Pembelajaran:
Rata-rata dari "Level Pembelajaran" yang diajukan sama dengan 3,49 (69,76%),
nilai tes = 14,85, dan Nilai-P = 0,000 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05. Tanda
dari Tes adalah positif, sehingga rata-rata bidang ini secara signifikan lebih besar dari
yang dihipotesiskan yakni nilai 3. Sehingga disimpulkan penilaian lebih besar dari 3,
sehingga dinilai baik.
Pengetahuan
Tabel (5.28) menunjukkan hasil berikut:
Rata-rata paragraf # 4 "Pengetahuan relevan dengan pekerjaan peserta pelatihan" sama
dengan 3,80 (75,93%), nilai Uji = 19,14, dan nilai P = 0,000 yang lebih kecil dari tingkat
signifikansi0,05. Tanda tesnya positif, jadi rata-rata dari paragraf ini adalah secara
Buatlah analisis keberhasilan pembelajaran dari pelaksanaan training Pelayanan Prima jika
hasil pretest dan posttest adalah sebagaiman tabel berikut ini.
Noe, Raymond A. (2002). Employee Training and Development. Second Edition. New
York: McGraw-Hill Companies.