Anda di halaman 1dari 3

4 LEVEL EVALUATION

KIRKPATRICK MODEL
Tingkatan pengukuran dalam evaluasi pelatihan

Priadi Gunanto. ST

CRP Training Academy


Knowledge Management – Training Management Series
2018

KIRKPATRICK 4 LEVEL EVALUATION Priadi Gunanto.ST


Metode evaluasi 4 level (four level evaluation) dikembangkan oleh Donald Kirkpatrick pada tahun
1975. Berbeda dengan CIPP dan CIRO, 4 level evaluation model menawarkan metode yang
terstruktur dan berorientasi pada business goals sebuah perusahaan. 4 level tersebut terdiri dari:

1. Reaction
Seringkali disebut level 1. Pada level ini pengukuran dilakukan pada bagaimana reaksi dan
kepuasan peserta pelatihan. Evaluasi ini dilakukan guna memperbaiki materi, desain,
dan delivery pelatihan.
Reaksi perlu diukur untuk menjadi referensi ke depan agar program training menjadi
seefektif mungkin dan senantiasa berkembang, sekaligus mendeteksi apakah ada materi
yang tertinggal dan tidak disampaikan.
Tips praktis untuk level ini adalah memberikan kuesioner kepada peserta, agar peserta dapat
memberikan rating atas: instruktur, topik, materi-materi, presentasi yang telah diberikan,
serta lokasi training.

2. Learning
Atau disebut level 2. Mengukur apa yang dipelajari peserta selama pelatihan. Evaluasi ini
melihat pemahaman peserta pelatihan dan hasilnya digunakan untuk melihat apakah
materi, pengajar, atau metode pelatihan harus diperbaiki atau tidak.
Hal yang sebaiknya dilakukan sebelum memulai sesi training adalah dengan menyiapkan
daftar tujuan pembelajaran, yang juga akan menjadi titik awal analisis nantinya. Perlu diingat
bahwa hasil pembelajaran dapat diukur dengan berbagai cara, melalui perubahan
pengetahuan, skill, atau sikap dan perilaku peserta.
Level ini juga sangatlah penting karena berkembang atau tidaknya peserta juga dapat
membantu sesi training di kemudian hari.
Tips praktis untuk level ini adalah memberikan pra dan post-test kepada karyawan.

3. Behaviour/Application
Level 3 bertujuan melihat bagaimana perubahan perilaku/ performa peserta pelatihan
setelah mereka mengikuti pelatihan. Level ini menjawab pertanyaan “Apakah pelatihan
yang diikuti karyawan saya meningkatkan performanya ketika ia kembali ke kantor?”
Perlu diingat bahwa sikap dan perilaku akan berubah senada dengan perubahan kondisi
lingkungan sekitar. Sangat mungkin perubahan tersebut tidak tampak apabila, misalnya, dua
level sebelumnya tidak diaplikasikan dan diukur dengan benar. Maka, perusahaan akan
berasumsi training gagal, padahal sebaliknya.

KIRKPATRICK 4 LEVEL EVALUATION Priadi Gunanto.ST


Namun, tidak adanya perubahan tidak selalu berarti para peserta tidak mempelajari apa-apa;
sangatlah mungkin atasan atau lingkungan kerja menghalangi mereka mengaplikasikan apa
yang sudah mereka pelajari, atau dari diri mereka sendiri memang tidak ada niatan untuk
menerapkannya.
Tips praktis untuk level ini adalah melakukan pencatatan dan evaluasi terhadap perubahan
perilaku yang diharapkan dari peserta, sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Contoh:
kemampuan bernegosiasi, kemampuan menjual, dan sebagainya.

4. Result / Organization Impact


Pada tingkat ini evaluasi berfokus pada apakah pelatihan berdampak terhadap kemajuan
organisasi atau tidak. Atau seberapa besar pengaruh training terhadap peningkatan
performa organisasi.
Pengukuran ini termasuk hasil akhir yang menurut perusahaan adalah baik bagi
kelangsungan bisnis, para pegawai, dan segala hal yang berhubungan dengan perusahaan itu
sendiri.
Tips praktis untuk level ini adalah melihat apakah ada peningkatan terhadap aspek bisnis
atau proses bisnis perusahaan. Contoh: peningkatan penjualan, efisiensi waktu kerja,
berkurangnya kecelakaan kerja, produktifitas, kepuasan kerja karyawan dan sebagainya.

Metode Kirkpatrick mengukur secara bertahap mulai dari kepuasan peserta pelatihan, hasil
pembelajaran, aplikasi di tempat kerja hingga pengaruh pelatihan terhadap organisasi. Metode
Kirkpatrick adalah metode evaluasi yang paling banyak digunakan di perusahaan pada saat ini.

Dengan pendekatan terstruktur ini, kita dapat mengetahui kelemahan dari setiap program pelatihan
dan dapat ditelusuri penyebabnya. Misal, pada evaluasi level 3 (behavior/application) didapati
bahwa 3 bulan setelah selesai pelatihan, peserta pelatihan tidak menunjukkan performa signifikan.
Kita bisa menelusuri penyebabnya dengan melihat hasil evaluasi level 2 dan level 1. Dengan cara ini,
kita dapat dengan mudah mengidentifikasi penyebabnya dan segera melakukan improvement.

Referensi : First HR Indonesia – Priadi G. 4 level Evaluation 2017

KIRKPATRICK 4 LEVEL EVALUATION Priadi Gunanto.ST

Anda mungkin juga menyukai