Tujuan
Peserta mampu membuat metode evaluasi pada tipe learning dengan tepat.
Studi Kasus
Kamu adalah seorang Supervisor SDM yang telah melaksanakan pelatihan Leadership
untuk calon Lead baru dalam beberapa divisi, setelah melakukan pelatihan untuk
melihat besarnya dampak pelatihan bagi calon Lead kamu mengadakan evaluasi.
Terdapat beberapa metode evaluasi terhadap pelatihan dan pengembangan, kamu
diminta untuk menggunakan metode evaluasi Kirkpatrick.
Petunjuk
1. Pahami studi kasus di atas dengan cermat.
2. Berdasarkan studi kasus di atas, buatlah metode evaluasi Kirkpatrick pada tipe
learning berdasarkan hal-hal berikut ini.
a. Identifikasi fungsi metode evaluasi pada tipe learning .
b. Identifikasi contoh dari metode evaluasi pada tipe learning.
c. Buatkan contoh masing-masing aktivitas pada tipe learning dengan
komponen, yaitu
i. Wawancara
ii. Pre-test & post-test
3. Tuliskan hasil tugasmu pada Lembar Kerja di halaman 3.
4. Waktu pengerjaan tugas adalah 30 menit.
1
Cara Pengerjaan Tugas
1. Pengerjaan tugas dapat dimulai dengan mengunduh atau menyalin template
lembar kerja. Selanjutnya, kerjakan tugas pada lembar kerja tersebut.
2. Setelah selesai mengerjakan tugas, simpanlah file tugasmu dalam format PDF
dengan ukuran maksimal 10 MB. Nama file diketik dengan format seperti
berikut.
TPM 3 Membuat Metode Evaluasi Kirkpatrick-[Nama Lengkap Peserta]
2
Lembar Kerja
(Membuat Metode Evaluasi Kirkpatrick)
Tingkatan terbawah pada model evaluasi training Kirkpatrick ialah reaksi atau
reaction. Pada tingkatan pertama yaitu reaction, evaluasi dilakukan terhadap
bagaimana partisipan training memberikan umpan balik pada kegiatan
tersebut. Setiap company yang mengadakan pelatihan tentu berharap agar
kegiatan tersebut memberikan pengaruh tersendiri bagi para pesertanya
(trainee).
Harapannya tentu saja agar kegiatan training di masa mendatang menjadi lebih
baik. Memang membutuhkan waktu serta proses tersendiri untuk mendapatkan
formula paling pas dalam memberikan berbagai materi pembelajaran. Akan
tetapi, dengan adanya penilaian memakai model ciptaan Kirkpatrick tersebut,
setidaknya perusahaan bisa terbantu dalam menyusun materi.
3
Tidak hanya materi saja, tetapi reaksi audiens juga mencakup performa
instruktur, topik pembahasan, presentasi, hingga lokasi diadakannya training.
Memberikan penilaian lebih luas terhadap reaksi audiens atau peserta dari
segala sisi akan membuat tim lebih jeli dalam membuat pelatihan yang akan
datang sehingga kegiatan tersebut bisa lebih efektif.
Hasil evaluasi dari training yang baru saja berjalan dapat digunakan sebagai
bahan penyusunan materi pada training mendatang. Sehingga pelatihan bisa
berjalan lebih efektif dan juga tepat sasaran. Salah satu cara terbaik dan
strategis untuk mengevaluasi pembelajaran adalah dengan memberikan pretest
(tes sebelum training) dan post test (tes sesudah pelatihan).
4
Level yang Ketiga, Behaviour (Perilaku)
Namun patut diperhatikan juga bahwa perubahan sikap maupun perilaku juga
dipengaruhi oleh bagaimana kondisi lingkungan dimana peserta berada. Pada
beberapa kasus ada kemungkinan perubahan perilaku maupun sikap tadi tidak
terdeteksi sehingga dianggap gagal. Padahal penyebab utamanya adalah
karena kedua level sebelumnya belum diaplikasikan secara tepat.
Di samping itu, dalam model evaluasi training Kirkpatrick pada level ketiga,
apabila tidak terlihat perubahan sikap dan perilaku pada seseorang belum tentu
training tersebut gagal. Akan tetapi terkadang terdapat penyebab lain yang
memungkinkan. Misalnya, seorang karyawan baru kurang leluasa dalam
mengekspresikan kemampuan dan skill yang ia peroleh.
Ini berarti tidak adanya perubahan sikap maupun perilaku disebabkan oleh
tekanan dari lingkungan sekitar, bisa dari atasan maupun karyawan senior
sehingga kemampuannya tidak tampak. Atau bisa juga karena tidak adanya
keinginan atau niat peserta dalam menunjukkan perubahan sikap serta perilaku
tersebut padahal ia mampu menyerap materi pembelajaran.
5
serta pengukuran. Pengukuran pada tingkat terakhir ini menggambarkan bahwa
perusahaan akan menunjukkan kinerja yang baik. Tidak hanya bagi perusahaan
juga yang baik.
Tetapi bukan hanya company saja yang mendapatkan manfaat, tetapi juga
pihak karyawan. Selain kelangsungan usaha dan karyawan, semua yang terlibat
di aktivitas pekerjaan di perusahaan tersebut tetap mendapatkan manfaat baik.
Ini merupakan level tertinggi dalam model evaluasi program training.
Maka dari itu, untuk menilainya juga diperlukan cara maupun scope lebih besar.
Kegiatan evaluasi yang dilakukan misalnya mengamati sekaligus mengevaluasi
kinerja perusahaan dalam hal peningkatan penjualan. Perubahan terhadap
efisiensi kerja dalam aktivitas bisnis juga menjadi catatan penting ketika
mengevaluasi di level terakhir ini.