Anda di halaman 1dari 5

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-5 1

EVALUASI PELATIHAN UNTUK OPERATOR DENGAN


MENGGUNAKAN METODE RETURN ON INVESTMENT
DI PT. H.M. SAMPOERNA TBK.

Prita Kristantia, dan Ir. Lantip Trisunarno, M.T


Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: lantip@ie.its.ac.id

Abstrak— Pada penelitian ini dilakukan evaluasi


pelatihan untuk operator dengan metode Kirkpatrick dan di
lengkapi dengan metode Return On Investment. Evaluasi
penggunaan Metode Return On Investment digunakan untuk
mengetahui seberapa besar manfaat pelatihan yang
didapatkan bila dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan untuk penyelenggaraan pelatihan. Setelah
dilakukan perhitungan menggunakan metode return on
investment di dapatkan nilai ROI 146.78%untuk unit maker
dan 95.47% untuk unit packer. Nilai ini memang terlihat
Gambar 1. Karakeristik Evaluasi Masing-masing Level [1]
kecil namun pada kenyataannya nilainya bisa lebih besar,
hal ini dikarenakan pada penelitian ini tidak semua manfaat
Sejak diakusisi oleh Phillip Morris Internasional pada
dari penelitian dikonversikan ke dalam nilai uang dan pada
tahun 2005 maka PT. H.M. Sampoerna dituntut untuk selalu
penelitian ini hanya memperhitungkan manfaat dari
meningkatkan dan menjaga kualitas dari produk yang
pelatihan selama satu tahun.
dihasilkan. Agar PT. H.M. Sampoerna dapat selalu menjaga
dan meningkatkan kualitas produksi maka salah satunya
Kata Kunci— Evaluasi Pelatihan, Kirkpatrick, Metode
dengan cara meningkatkan kemampuan karywan. Untuk
Return On Investment, ROI
meningkatkan kemampuan karyawan dan meningkatkan
produktivitas maka PT. H.M. Sampoerna Tbk banyak
I. PENDAHULUAN
melakukan berbagai macam jenis pelatihan. Selain itu
ELATIHAN merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dikarenakan PT. H.M Sampoerna merupakan afiliasi dari PT
P digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan
kompetensi karyawannya. Banyak perusahaan yang
Philip Morris Indonesia dan bagian dari Philip Morris
International [4]. Maka PT. H.M. Sampoerna juga
telah menyelenggarakan berbagai macam kegiatan mengadakan pelatihan bagi karyawan dari Philip Morris
pelatihan, namun tidak semua perusahaan yang kemudian International.
melakukan evaluasi terhadap penyelenggaraannya. Evaluasi Di PT. H.M.Sampoerna sendiri juga ada departemen
pelatihan sebenarnya merupakan hal yang perlu dilakukan Technical Training yang berfungsi untuk mengurusi segala
agar perusahaan dapat meyakini bahwa pelatihan yang bentuk kegiatan pelatihan. Di PT. H.M. Sampoerna
diselenggarakan tersebut benar-benar memberikan dampak pelatihan dibagi menjadi dua bagian yaitu pelatihan
dan kontribusi yang positif bagi peningkatan kinerja technical dan pelatihan softskill. Untuk pelatihan softskill
karyawan maupun perusahaan secara keseluruhan [1]. biasanya diikuti oleh bagian supervisor ke atas. Di PT. H.M.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengevaluasi Sampoerna sendiri sudah melaksanakan evaluasi pelatihan
suatu pelatihan. Salah satunya adalah evaluasi pelatihan dengan menggunakan model Kirkpatrick, tetapi tidak semua
yang dikemukakan oleh Donald L. Kirkpatrick, The Four tahap dilaksanakan. Evaluasi pelatihan hanya dilaksanakan
Levels, suatu teori yang sudah sangat dikenal di bidang sampai tahap ketiga yaitu tahap application. Pada level 1
pelatihan. Di dalam teori tersebut menyatakan bahwa peserta pelatihan diberikan kuisoner untuk mengetahui
kegiatan evaluasi pelatihan dapat dibagi menjadi empat level feedback peserta mengenai pelatihan yang mereka ikuti,
yaitu level 1 (Reaction), level 2 (Learning), level 3 kemudian pada level 2 diadakan written test, dan pada level
(Behavior), dan level 4 (Impact) [2]. Untuk melengkapi 3 departemen Technical Training mengadakan evaluasi
evaluasi ini Phillips menambahkan satu level lagi yang yang disebut dengan evaluasi 6-month. Evaluasi 6-month ini
harus dilaksanakan yaitu level 5 (Return on Investment) [3]. dilaksanakan ketika eks-peserta telah kembali ke tempat
kerja mereka. Evaluasi 6-month juga berupa kuisoner yang
nantinya akan dikirimkan ke eks-peserta.
Ada beberapa alasan mengapa PT. H.M. Sampoerna
belum menerapkan evaluasi pelatihan level 4 Impact dan
level 5 Return on Investment salah satunya yang paling
utama adalah dikarenakan keterbatasan waktu. Memang
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengevaluasi
pelatihan hingga level 4 dan level 5. Maka dari itu penelitian
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 2

disini akan mencoba melakukan evaluasi pelatihan level 4 Level 5 : Level 5 ini merupakan evaluasi terhadap nilai-
dan level 5 dengan menggunakan metode Kirkpatrick dan nilai finansial dari pengaruh bisnis (business impact) yang
Return On Investment. diakibatkan oleh penyelenggaraan pelatihan, dibandingkan
Objek amatan untuk penelitian ini adalah bagian SKM dengan biaya pelatihan itu sendiri.
dimana amatan terdiri dari unit yaitu unit maker dan packer.
Di masing-masing unit tersebut terdapat mesin yang 2) Gambaran Return on Investment Model
berbeda. Pada unit maker terdapat mesin Protos 70 dan unit
packer terdapat mesin GDX2NV dan Focke 350.

II. URAIAN PENELITIAN


A. Tahap Telaah
1) Konsep Kirkpatrick Four Level
Setelah pelatihan diberikan, tentunya perusahaan perlu
mengetahui sejauh mana kontribusi pelatihan tersebut
terhadap perubahan atau peningkatan kinerja pegawai
Gambar 3. Model Return on Investment [3]
maupun perusahaan secara keseluruhan [5]. Hal ini penting
karena disadari bahwa belum tentu pelatihan yang diberikan
Gambar di atas merupakan langkah-langkah untuk
kemudiaakan memberikan hasil dan manfaat yang efektif
melaksanakan evaluasi pelatihan hingga tahap return on
sesuai dengan yang diharapkan perusahaan. Maka dari itu
investment.
perlu dilakukan evaluasi untuk mengukur sejauhmana
efektivitas pelatihan tersebut terhadap tujuan yang ingin
3) Isolasi Dampak Pelatihan
dicapai. Terkait dengan hal tersebut, Kirkpatrick
Phillips juga menawarkan sepuluh strategi untuk
mengatakan bahwa evaluasi pelatihan adalah bagian yang
memisahkan pengaruh pelatihan. Kesepuluh strategi tersebut
tidak terpisahkan dari penyelenggaraan pelatihan itu sendiri
adalah sebagai berikut [8]:
dan evaluasi ini merupakan salah satu tahap yang harus
• Control Groups
dilakukan agar dapat melihat apakah pelatihan yang
diselenggarakan sudah berlangsung secara efektif [6].
Kirkpatrick mengemukakan teorinya yang terkenal
mengenai evaluasi pelatihan yaitu Four Level karena
menurutnya teorinya tersebut ada empat level dalam
evaluasi pelatihan, berikut uraiannya :
Gambar 4. Control Groups [8]
• Trend Line Analysis

Gambar 2. Kirkpatrick's Four-Level [7]

Level 1 : Evaluasi pada tingkat ini mengukur reaksi Gambar 5. Trend Analysis [8]
kepuasan peserta terhadap pelaksanaan pelatihan. • Forecasting
• Paricipant Estimate
Level 2 : Evaluasi pada tingkat ini mengukur sejauh mana
• Supervisor Estimate
peserta memahami materi pelatihan yang disampaikan
• Management Estimate
dalam tiga domain kompetensi : knowledge, skill, dan
attitude. • Customer Input
• Expert Estimate
Level 3 : Evaluasi pada tingkat ini mengukur sejauhmana • Subordinate Input
peserta menerapkan/mengimplementasikan pemahaman • Others Factors Impact
kompetensi yang diperoleh tersebut dalam lingkungan
pekerjaannya. 4) Konversi Data Menjadi Monetary Values
Mengkonversi data business results yang diperoleh
Level 4 : Evaluasi pada tahap ini mengukur seberapa dari evaluasi level 4 menjadi monetary values pada dasarnya
besar dampak pelaksanaan pelatihan terhadap kinerja merupakan tahap awal untuk mengekspresikan dampak
pekerjaan ataupun hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi pelatihan dalam ukuran finansial. Sebagaimana telah
level 4 diakui oleh Kirkpatrick sebagai evaluasi yang paling dikemukakan sebelumnya, pengekspresian dalam ukuran
penting sekaligus paling sulit dilakukan, yaitu sejauhmana finansial ini telah menjadi bahan perdebatan para peneliti
pelatihan yang dilakukan memberikan dampak/hasil mengenai mungkin tidaknya hal tersebut dilakukan,
(results) terhadap peningkatan kinerja eks-peserta, unit meskipun pada umumnya mereka sepakat bahwa evaluasi
kerja, maupun perusahaan secara keseluruhan. tentang efektivitas pelatihan memang akan memberikan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 3

hasil yang lebih nyata bagi perusahaan apabila apat diukut   

ROI % = x 100% (5)
  
secara finansial.
Phillips, membedakan business results dalam dua
kategori data, yaitu hard data dan soft data. Hard data 
 
  


merupakan pengukuran-pengukuran kinerja usaha yang = x 100% (6)
  
umum digunakan serta memiliki obyektivitas yang tinggi
dan relative lebih mudah diukur. Sementara itu, soft data Dimana Net Program Benefit merupakan keuntungan bersih
lebih subyektif, sukar untuk dikuantifisir, dan memiliki yang diperoleh dari hasil penerapan pelatihan setelah
tingkat kepercayaan yang lebih rendah dibandingkan dengan memperhitungkan faktor pemisahan dampak yang telah
hard data [9] diperhitungkan pada tahap sebelumnya dikurangi dengan
realisasi biaya pelatihan yang dikeluarkan.
5) Biaya Pelatihan

Berikut perumusan untuk perhitungan biaya pelatihan B. Metodologi Penelitian


menurut Barker [10] : Berikut ini merupakan gambaran metodologi penenlitian
yang dipakai di penelitian ini.
Direct Costs

TRD = EC + VR + TM + AV + C + A + T + L + AM + M
(1)
Dimana :
TRD = total direct training cost
EC = cost of external consultants/providers
VR = venue rental and other overhead costs (if training is
conducted offsite)
TM = training materials
AV = cost of hiring and using audio-visual equipment,
films, videos, etc.
C = catering and other refreshments/food costs
A= accommodation and travel costs for trainers and
trainees
T = trainers salaries and benefit costs
L = learners salary and benefit costs
AM = administrative staff salary and benefit costs
M = miscellaneous training overheads

Indirect Costs

TRI = NA + TE + PL + RE + PD (2)
Dimana :
TRI = total indirect training costs
NA = cost of training needs analysis
TE = cost of training course evaluation
Gambar 6.Metodologi Penelitian
PL = productivity losses due trainees absence from their
jobs in training C. Analisa Level 1
RE = cost of a replacement employee Pada bagian ini akan dilakukan analisis berkaitan dengan
PD = cost of the program design not covered by other data level 1 yang didapatkan dari perusahaan. Level 1
components Reaction pada perusahaan sudah mencapai nilai yang baik.
Pada level 1 ini peserta pelatihan mengisi kuisoner yang
Total Costs berisi mengenai materi pelatihan dan bagaimana trainer
menyampaikan materi pelatihan kepada peserta
TR = TRD + TRI (3)
Dimana :
D. Analisa Level 2
TR = total cost of training Berdasarkan dari data level 2 dapat diketahui bahwa
peserta sudah dapat menerima materi dengan baik
6) Perhitungan Return on Investment dikarenakan hasil evaluasi tahap Learning rata-rata peserta
Perhitungan Return on Investment dilakukan dengan yaitu 8. Hasil yang baik pada tahap Learning ini diakibatkan
menggunakan formula sebagai berikut [8] : pula oleh materi yang baik dan cara penyampaian materi
yang baik. Sehingga peserta dapat mengerti dan memahami
 
 materi dengan baik pula.
BCR = (4)
  
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 4

E. Analisa Level 3 Tabel 2. Konversi Working Time Packer


Pada tahap ini data didapatkan dengan menyebar kuisoner
setelah 6 bulan peserta kembali ke tempat kerja.
Berdasarkan hasil dari kuisoner yang kembali dari ketiga
pelatihan itu, peserta sudah menguasai pekerjaannya setelah
mendapatkan pelatihan. Selain itu dapat dilihat juga pada
lampiran bahwa selama mereka bekerja operator sudah
mampu melakukan beberapa perbaikan sendiri bila ada
kerusakan mesin. Selain itu selama mereka bekerja tidak ada
kecelakaan kerja selama proses produksi.

F. Pengolahan Data Level 4


Dampak dari pelatihan ini dapat dilihat dari trend pada data
nilai uptime, dimana trend data nilai uptime cenderung
meningkat pada saat peserta sudah melaksanakan pelatihan.
Hal ini disebabkan tujuan awal pelatihan yaitu operator
diharapkan mampu untuk melakukan maintenance pada
mesin sehingga working time akan lebih minimal. Bila
working time minimal maka memungkinkan untuk
memaksimalkan nilai uptime.
Pada penelitian ini, pengkonversian data yang dimiliki
menjadi nilai uang maka digunakan data working time,
dimana selisih nilai working time sebelum dan sesudah
pelatihan dikalikan gaji operator/jam. Berdasarkan Maka dengan melihat hasil yang didapat, bisa dikatakan
pengolahan data sesuai tabel nilai manfaat pada unit maker bahwa dengan adanya pelatihan ini didapatkan manfaat yang
dan packer didapatkan hasil yang positif yaitu berdampak positif kepada perusahaan karena secara tidak
193250239.58 (maker) dan 153073958.33 (packer). langsung dapat mengurangi biaya tenaga kerja dikarenakan
operator yang diberi pelatihan akan mendapatkan
Tabel 1. Konversi Working Time Maker kemampuan tambahan yaitu dapat maintenance mesin.
Sehingga jika ada mesin rusak pada saat produksi operator
sudah bisa menangani terlebih dahulu. Dengan demikian
dapat mengurangi working time.

G. Pengolahan Data level 5


Pada penelitian level selanjutnya, yaitu perhitungan Return
on Investment (ROI). Perhitungan ROI ini diperoleh dari
ratio antara manfaat yang didapatkan dari pelatihan dan
biaya yang dikeluarkan untuk pelatihan.
Adapun manfaat dari pelatihan ini yaitu :
1. Untuk dapat mengoperasikan dan maintenance
mesin.
2. Memaksimalkan nilai uptime
3. Efisiensi working time

Dalam penelitian ini, manfaat pelatihan yang digunakan


hanya sebatas pada selisih penghematan waktu kerja yang
didapatkan dari perhitungan pada level 4. Sedangkan biaya
yang dikeluarkan untuk pelatihan didapatkan dari
brainstorming dengan departemen terkait
Setelah dilakukan perhitungan ROI maka diperoleh nilai
berikut :

Unit Maker

BCR = 1.57

ROI % = 57.58%

Nilai BCR sebesar 1.57 menunjukkan bahwa setiap Rp 1.00


yang dikeluarkan untuk pelatihan maka perusahaan akan
mendapatkan Rp 1.57. Sedangkan untuk nilai ROI sebesar
57.58% menunjukkan bahwa perusahaan mendapatkan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 5

pengembalian investasi sebesar 57.58% dari biaya pelatihan


yang dikeluarkan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Unit Packer
Penulis Prita Kristantia mengucapkan terima kasih
BCR = 1.64 Kepada Allah SWT atas berkat dan serta rahmatNya, kepada
kedua orang tua Bapak dan Mama atas doa restu yang
ROI % = 64.66% selama ini diberikan dan tidak lupa kepada Bapak Ir. Lantip
Trisunarno, M.T selaku dosen pembimbing yang dengan
Nilai BCR sebesar 1.64 menunjukkan bahwa setiap Rp sabar memberikan arahan, dukungan dan nasehat selama
1.00 yang dikeluarkan untuk pelatihan maka perusahaan penyelesaian Tugas Akhir. Serta semua pihak yang tidak
akan mendapatkan Rp 1.64 . Sedangkan untuk nilai ROI dapat disebutkan satu per satu, atas segala bantuan dan doa
sebesar 64.66% menunjukkan bahwa perusahaan dalam penyelesaian penelitian Tugas Akhir ini.
mendapatkan pengembalian investasi sebesar 64.66% dari
biaya pelatihan yang dikeluarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Nilai ini memang terlihat kecil namun pada kenyataan di
lapangan sebenarnya nilainya bisa lebih besar, hal ini [1] Tupamahu, S dan Soetjipto, B.W. 2005. Pengukuran
dikarenakan sebagai berikut : Return on Training Investment. Thesis Fakultas
1. Pada penelitian ini tidak semua manfaat dari Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
penelitian dikonversikan ke dalam nilai uang. Salah [2] Kirkpatrick D.L dan Kirkpatrick J.D. 2008. Evaluating
contoh manfaat yang lain seperti menurunnya nilai Training Programs, 3rd edition. San Fransisco : Berret-
downtime, menurunnya biaya maintenance, dan Koehler Publisher, Inc.
menurunnya product reject. [3] Phillips, J.J. 2003. Return On Investment in Training
2. Pada penelitian hanya memperhitungkan manfaat and Performance Improvements Programs, 2nd edition.
dari pelatihan selama satu tahun, sedangkan United States of America : Elsevier Science.
kenyataannya manfaat dari pelatihan dapat [4] Sekilas Sampoerna diakses pada 15 Oktober 2011.
berdampak untuk dua sampai tiga tahun kedepan. http://www.sampoerna.com/id_id/about_us/pages/sam
poerna_overview.aspx
[5] Driwantara. 2005. Mengukur ROI Terhadap Efektivitas
Suatu Pelatihan. Jurnal Sitem Teknik Industri Volume
III. KESIMPULAN/RINGKASAN
6, No 4 Oktober 2005.
Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini antara [6] Faranani Facilitation Services (Pty) Ltd. 2010. Return
lain adalah. on Investment (ROI) in Training.
1. Evaluasi pada level 1 Reaction, nilai materi dan [7] Phillips, J.J., Phillips, P.P., Stone D.R., dan Burkett.,
nilai trainer sudah cukup baik. H. 2007. The ROI Field Book Strategies for
2. Evaluasi pada lever 2 Learning, peserta sudah Implementing ROI in HR and Training. United States
dapat menerima materi dengan baik dilihat dari of America : Elsevier Science.
hasil post test yang nilai rata-ratanya baik. [8] Phillips, J. J. dan Stone, D. R. 2002. How to Measure
3. Pada Evaluasi level 3 Implementation, peserta Training Results. New York : McGraw-Hill.
sudah dapat menguasai dan menerapkan materi [9] Phillips J.J dan Phillips P.P. The Return on Investment
yang didapatkan pada tempat kerja. (ROI) Process Issues and Trends. Jack Phillips Center
4. Evaluasi pada Level 4 menghasilkan kesimpulan for Research.
yaitu dengan adanya pelatihan ini nilai uptime [10] Barker, K. 2001. Return on Training Investment : An
cenderung meningkat sehingga dapat dikatakan Environmental Scan and Literature Review. FuturEd.
bahwa operator dapat memaksimalkan penggunaan
mesin. Selain itu dengan adanya pelatihan ini
working time juga cenderung berkurang,
dikarenakan operator yang mengikuti pelatihan ini
dapat memperbaiki mesin jikalau tiba-tiba mesin
breakdown.
5. Setelah dilakukan perhitungan menggunakan
metode return on investment di dapatkan nilai ROI
146.78%untuk unit maker dan 95.47% untuk unit
packer.
6. Pada kenyataannya evaluasi tahap ke 4 Business
Impact dan Return on Investment memang susah
untuk dilakukan tetapi hal ini berguna dilakukan
karena dapat mengetahui manfaat pelatihan dalam
bentuk finansial.

Anda mungkin juga menyukai