Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

CHRONIC STABLE ANGINA

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Penyakit Tidak Menular

Yang dibina oleh Ibu Dr. Susi Milwati S.Kp,MPd

Oleh:

1. Alan Hidayatullah (P17210204195)


2. Niken Larasati Prasetya (P17210204196)
3. Muslifatul Desintya D (P17210204197)
4. Deya Ayu Retno P (P17210204199)
5. Bagas Adi Syahputra (P17210204200)
6. Desty Aulia Oktavia N (P17210204201)
7. Indira Oktavia Widodo (P17210204202)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MALANG KAMPUS LAWANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
CHRONIC STABLE ANGINA ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu Dr. Susi Milwati, SKp,Mpd pada mata kuliah
Penyakit Tidak Menular. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Susi Milwati, SKp, Mpd selaku dosen
matakuliah Penyakit Tidak Menular yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat
diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam
pengetahuan kita bersama.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 4
PENDAHULUAN 4
1.1 Latar belakang 4
1.2 Tujuan 4
BAB II 5
TINJAUAN TEORI 5
2.1 Pengertian 5
2.2 Patofisiologi 5
2.3 Tatalaksana 6
ASKEP KONSEP 6
BAB III 8
TINJAUAN KASUS 8
BAB IV 25
PENUTUP 25
4.1 Kesimpulan 25
4.2 Saran 25
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Gangguan napas saat tidur adalah sekelompok gangguan yang ditandai dengan kesulitan
bernapas saat tidur. OSA diakibatkan karena penyempitan sebagian ataupun seluruhnya dari
tenggorokan yang dapat menyebabkan henti napas 10 sampai 20 detik atau beberapa kali
dalam satu malam (Lam et al., 2010) . Gangguan napas saat tidur berhubungan dengan
penurunan kualitas hidup dan dapat memicu timbulnya sejumlah penyakit berbahaya seperti
meningkatkan risiko dua kali terkena hipertensi, jantung koroner, stroke pada usia muda,
disfungsi seksual, bahkan kematian mendadak.

Ketika saluran nafas tetutup, penderita berhenti bernafas, dan penderita akan berusaha
terbangun dari tidurnya supaya saluran nafas dapat kembali terbuka. Proses terbangun dari
tidur ini biasanya hanya berlangsung beberapa detik, tetapi dapat mengganggu irama tidur
yang berkesinambungan. Dan juga dapat menghalangi seseorang masuk ke dalam tingkat
tidur yang dalam, seperti rapid eye movement (REM) sleep. Tidak dapatnya seseorang
masuk ke tingkat tidur yang dalam dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup seseorang,
seperti mengantuk sepanjang hari, penurunan daya ingat, erectile dysfunction (impotensi),
depresi dan perubahan kepribadian.

Data insidensi CSA di Indonesia sampai saat ini belum ada karena kesadaran masyarakat
maupun kalangan medis terhadap CSA sendiri masih rendah. Di berbagai kepustakaan
disebutkan bahwa insidensi berkisar antara 2 – 4% pada orang dewasa. CSA biasanya
banyak dijumpai pada laki – laki, obesitas dan pada masyarakat yg hipertensi tinggi. Berat
badan yang ideal dapat mengurangi risiko terjadinya sleep apnea. Untuk kasus-kasus serius,
peralatan yang disebut continuous positive airway pressure (CPAP), yang berfungsi sebagai
masker oksigen, dikenakan di hidung untuk membantu udara masuk ke saluran hidung dan
mencegah saluran udara kolaps.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui central sleep apnea
2. Untuk mengetahui faktor resiko gagal jantung
3. Untuk mengetahui konsep askep gagal jantung

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Sindrom koroner akut adalah suatu kondisi terjadi pengurangan aliran darah ke jantung
secara mendadak. Beberapa gejala dari sindrom ini adalah tekanan di dada seperti serangan
jantung, sesak saat sedang beristirahat atau melakukan aktivitas fisik ringan, keringat yang
berlebihan secara tiba-tiba (diaforesis), muntah, mual, nyeri di bagian tubuh lain seperti
lengan kiri atau rahang, dan jantung yang berhenti mendadak (cardiac arrest). Umumnya
mengenai pasien usia 40 tahun ke atas walau pada saat ini terdapat kecenderungan mengenai
usia lebih muda

2.2 Patofisiologi
Stable angina kronik adalah manifestasi yang dapat diramalkan, nyeri dada sementara
yang terjadi selama kerja berat atau stres emosi. Umumnya disebabkan oleh plak
atheromatosa yang terfiksir dan obstruktif pada satu atau lebih arteri koroner. Pola nyerinya
berhubungan dengan derajat stenosis. Seperti yang digambarkan saat atherosclerosos
stenosis menyempitkan lumenarteri koroner lebih dari 70% menurunkan kapasitas aliran
untuk memenuhi kebutuhan oksigen (Satoto, 2014).

Saat aktivitas fisik berat, aktivitas sistim saraf meningkatkan denyut jantung, tekanan
darah dan kontraktilitas yang meningkatkan kebutuhan konsumsi oksigen. Selama
kebutuhan oksigen tak terpenuhi, terjadi iskemik miokard diikuti angina pectoris yang
mereda bila keseimbangan oksigen terpenuhi. Sebenarnya oksigen yang inadekuat selain
disebabkan oleh atheroscleosis juga disebabkan oleh kerusakan endotel namun pada kasus
ini vasodilatasi distal dan aliran kolateral masih berlangsung baik sehingga kebutuhan
oksigen masih bisa diseimbangkan dengan cara beristirahat.

Faktor-faktor resiko untuk terjadinya keadaan ini adalah merokok, tekanan darah tinggi,
peninggian nilai kolesterol didarah, kegemukan stress, diabetes mellitus dan riwayat
keluarga yang kuat untuk Penyakit Jantung Koroner (6, 8). Dengan bertambahnya umur
penyakit ini akan lebih sering ada. pria mempunyai resiko lebih tinggi dari pada wanita,
tetapi perbedaan ini dengan meningkatnya umur akan makin lama makin kecil (Majid,
2007).

2.3 Tatalaksana
Kepada pasien yang menderita jantung koroner, perlu diterangkan tentang perjalanan
penyakit, pilihan obat yang tersedia. Pasien perlu diyakinkan bahwa kebanyakan kasus angina
dapat mengalami perbaikan dengan pengobatan dan modifikasi gaya hidup sehingga kualitas
hidup lebih baik. Cara pengobatan jantung koroner yaitu pengobatan farmakologis,
revaskularisasi miokard. Perlu diingat bahwa tidak satu pun cara diatas sifatnya menyembuhkan.
Pengobatan farmakologik yaitu aspirin dosis rendah ; dari berbagai studi telah jelas terbukti
bahwa aspirin masih merupakan obat utama untuk pencegahan trombosis. Meta-analisis
menunjukkan, bahwa dosis 75-150 mg sama efektivitas dibandingkan dosis yang lebih besar.
Karena itu aspirin disarankan diberi pada semua pasien jantung koroner kecuali bila ditemui
kontraindikasi (Djohan & Bahri, 2008).

ASKEP KONSEP
1. • disfungsi miokardium (iskemia miokardium, infark miokardium, miokarditis,
kardiomiopati)
• beban tekanan berlebih pada sistolik (stenosis aorta, hipertensi, koartasio aorta)
• peningkatan kebutuhan metabolik (anemia, tirotoksikosis, biri-biri, penyakit paget)
2. Peningkatan frekuensi jantung akan memperbesar curah jantung, namun frekuensi
jantung yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan turunnya curah jantung
3. Asuhan keperawatan pada pasien dewasa gagal jantung dengan masalah penurunan curah
jantung
4. Pengkajian pada pasien gagal jantung
5. Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi jantung
6. - Manajemen nutrisi
- Manajemen elektrolit atau cairan
- Manajemen resiko jantung
- Kolaborasi dengan dokter
- Manajemen jalan nafas
- Pengurangan kecemasan
- Monitor pernafasan
- Monitor neurologi
- Pengaturan posisi
- Monitor tanda vital
- Peningkatan tidur
- Terapi oksigen
7. Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi keperawatan
8. Evaluasi dapat dilihat dari hasil implementasi yang dilakukan
BAB III

TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
I. Identitas Klien
Nama : Ny. B
Umur : 45 th
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/bangsa : Jawa/ indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : S1
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Jln. Mawar Malang
Tgl masuk : 22 Januari 2022
Tgl pengkajian : 24 Januari 2022
Penangung jawab
Nama : Tn. K
Umur : 50 th
Hub. Keluarga : Suami
Pekerjaan : PNS
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri dada
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 22 januari 2022, sejak pukul 13.00 WIB klien mengeluh nyeri dada lalu
dibawa ke RSUD Harjono Malang. Di IGD langsung ditanggani pukul 14.00 WIB
dan diberikan penanganan serta diberikan terapi infus NaCl 0,9% 7 tpm dan terpasang
Nasal Canul 2L/m . setelah mendapat penanganan dari dokter, klien dianjurkan oleh
dokter untuk rawat inap dan untuk mendapatkan perawatan intensif agar cepat pulih
3. Riwayat penyakit sebelumnya ( riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dan tidak pernah operasi sebelumnya
4. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan dalam keluarganya

1. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum
Pasien sakit sedang, tampak lemah dan berbaring ditempat tidur dengan posisi
fowler, terpasang infus NaCl 0,9% 7 tpm pada tangan kanan, terpasang oksigen
nasal canul 2lpm
2) Status mental
a. Tingkat kesadaran : Compos mentis
b. Ekspresi wajah : Meringis
c. Bentuk badan : Endomorph
d. Cara berbaring/bergerak : Terbatas/semi fowler
e. Berbicara : Lancar
f. Suasana hati : Gelisah
g. Penampilan : Kurang rapi
h. Fungsi kognitif :
 Orientasi waktu : Pasien dapat mebedakan waktu pagi, siang , sore
dan malam
 Orientasi orang : pasien dapat mengenali keluarganya dan petugas
kesehatan
 Orientasi tempat : pasien dapat mengetahui dirinya berada RS
i. Halusinasi : Tidak ada
j. Proses berpikir : Tidak ada
k. Insight : Baik
l. Mekanisme pertahanan diri : Adaptif
Keluhan lainnya : Tidak ada
3) Tanda-tanda vital
a. Suhu : 36,7° C
b. Nadi : 89x/menit
c. Perafasaan : 22x/menit
d. Tekanan darah : 110/70 mmHg
4) Pernapasan (breathing)
Bentuk dada : simetris
Kebiasaan merokok : tidak ada
Batuk : ada sejak 19 januari 2022
Batuk berdarah : tidak ada
Sputum : tidak ada
Sianosis : tidak ada
Nyeri dada : terdapat nyeri dada
Dyspnea nafas : tidak ada
Sesak nafas :
 saat inspirasi : tidak ada
 saat aktivitas : ada
 saat istirahat: ada
type pernafasaan : Dada dan perut
irama pernafasaan : Tidakteratur

suara nafas : vesikuler

keluhan lainnya : bernafas tersenggal-senggal

masalah keperawatan : pola nafas tidak efektif

5) cardiovasculer (Bleeding )
 nyeri dada
keluhan lainnya : Nyeri dada saat batuk
masalah keperawataan : nyeri akut
6) persyarafan (Brain)
nilai GCS : E : 4 Membuka mata spontan
V : 5 Komunikasi verbal baik
M : 6 Mengikuti perintah
Total nilai GCS : 15
Kesadaran : Composmenthis
Reflek cahaya : Kanan positif
Kiri positif

Uji syaraf kranial :


Nervus kranial I : Pasien dapat membedakan bau-bauan
Nervus kranial II : Pasien dapat melihat dengan baik
Nervus kranial III : Pasien dapat membuka mata
Nervus kranial IV : Pasien dapat menggerakan kedua matanya
Nervus kranial V : Pasien dapat merasakan sentuhan
Nervus kranial VI : Pasien dapat menggerakan kedua matanya ke kiri dan ke
kanan
Nervus kranial VII: Pasien dapat merasakan asam, manis, asin, dan pahit
Nervus kranial VIII : pasien dapat mendengarkan kata yang dibicarakan
Nevus kranial IX : Pasien dapat menelan
Nervus kranial : pasien dapat mengunyah dengan baik
Nervus kranial XI : Pasien dapat menggerakan leher
Nervus kranial XII : Pasien dapat menjulurkan lidah
7) eliminasi urine (Bladder)
produksi urine : 600 ml 2-3x/ hari
warna : Kuning
bassa : khas amoniak
keluhan lainnya : tidak ada
masalah keperawatan : tidak ada
8) eliminasi alvi ( bowel )
mulut dan faring
bibir : kering
gigi : bersih dan lengkap
gusi : tidak ada caries
lidah : Tidak ada jamur di lidah
mukosa : tidak ada pembengkakan
tonsil : tidak ada pembengkakan
rectum : tidak ada lesi/gangguan
hemoroid : tidak ada

BAB : 2x/hari
Warna : hitam
Konsistensi : padat
Bising usus : 6x/menit
Nyeri tekan : tidak ada
Benjolan : tidak ada
Keluhan lainnya : tidak ada
Masalah keperawatan :tidak ada masalah
9) tulang-otot-integumen ( bone)
kemampuan pergerekan sendi :bebas
parase, lokasi : tidak ada
paralise, lokasi : tidak ada
hemiparase, lokasi : Tidak ada
krepitasi, lokasi : tidak ada
nyeri, lokasi : tidak ada
kekakuan ,lokasi : tidak ada
flasiditas, lokasi : tidak ada
spastisitas, lokasi : tidak ada
ukuran otot : simetris
uji kekuatan otot :
 atas : 5,5
 bawah : 5,5
deformitas tulang, lokasi : tidak ada
peradangan, lokasi : tidak ada
perlukaan, lokasi : tidak ada
patah tulang, lokasi : tidak ada
tulang belakang : normal
10) kulit-kulit rambut
Riwayat alergi :
 Obat : tidak ada
 Makanan : tidak ada
 Kosmetik : tidak ada
 Lainnya : tidak ada
Suhu kulit : hangat
Warna kulit : normal
Tugor : baik
Tekstur : halus
Lesi :
 Macula, lokasi : tidak ada
 Pustula, lokasi : tidak ada
 Nodula, lokasi : tidak ada
 Vesikula, lokasi : tidak ada
 Papula, lokasi : tidak ada
 Ulcus, lokasi : tidak ada
Jaringan parut : tidak ada
Tekstur rambut : tidak ada
Distribusi rambut : tidak ada
Bentuk kuku : simetris
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
11) Sistem pendengaran :
a. Mata/ penglihatan :
Fungsi pengelihatan : berfungsi normal
Gerak bola mata : bergerak normal
Visus : mata kanan (VOD): 6/6
Mata kiri (VOS) : 6/6
Sclera : normal/putih
Konjungtiva : merah muda
Alat bantu : tidak ada
Nyeri : tidak ada
Masalah keperawatan:tidak ada masalah keperawatan
b. Telinga/pendengaran: normal
Fungsi pendengaran:baik
c. Hidung/penciuman
Bentuk : simetris
Lesi : tidak ada
Pantensi : tidak ada
Obstruksi : tidak ada
Nyeri tekan sinus : tidak ada
Transluminasi : tidak ada
12) Leher dan kelenjar limfe
Massa : iya
Jaringan parut : tidak
Kelenjar limfe : tidak teraba
Kelenjar tiroid : tidak teraba
Mobilitas leher : bebas
13) Sistem reproduksi
a. Reproduksi pria : tidak ada
Kemerahan, lokasi : tidak ada
Gatal-gatal, lokasi : tidak ada
Gland penis, lokasi : tidak ada
Meatus utera : tidak ada
Discharge, warna : tidak ada
Scrotum : tidak ada
Kelainan : tidak ada
b. Reproduksi Wanita
Kemerahan, lokasi : tidak ada
Gata;-gatal, lokasi : tidak ada
Pendarahan : tidak ada
Flour albus : tidak ada
Clitoris : tidak ada
Labis : tidak ada
Uretra : tidak ada
kebersihan : cukup
kehamilan :-
tafsiran partus :-
keluhan lain : tidak ada
payudara : simetris
pembengkakan : tidak ada
keluhan lain : tidak ada
masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

2. POLA FUNGSI KESEHATAN


1) Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien mengetahui penyakit yang dialami sekarang
2) Nutrisida metabolism
TB : 160 cm
BB Sekarang : 50 kg
BB sebelum sakit : 54 kg
Diet : lunak
Keluhan lainnya : tidak ada keluhan

Pola makan sehari-hari Sesudah sakit Sebelum sakit


Prekuensi/ hari 3x1 sehari 3x1 sehari
Porsi 1 porsi 1 porsi
Nafsu makan Baik baik
Jenis makanan Nasi lunak, sayur. Lauk, Nasi, sayur. Lauk, buah
buah
Jenis minuman Air putih Air putih dan the
Jumlah minuman/cc/24jam 600 cc/jam 1500 cc/jam
Kebiasaan makan Pagi, siang, sore Siang, sore, malam
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada

3) Pola istirahat dan tidur


Sebelum sakit : siang : 1-2 jam
Malam : 6-7 jam
Sesudah sakit : siang : 1 jam
Malam : 6-8 jam
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

4) Kognitif
Klien dan keluarganya sudah mengetahui penyakitnya, setelah diberi penjelasan
oleh dokter dan tenaga kesehatan

5) Konsep diri (gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran ) :
Gambaran diri : pasien mengenal dirinya secara utuh
Ideal diri : pasien berharap agar cepat sembuh
Identitas diri : pasien mengatakan saya seorang ibu
Harga diri : pasien menerima keadaannya sekarang
Peran diri : pasien mengatakan saya seorang ibu
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

6) Aktivitas sehari-hari
Sebelum sakit pasien beraktivitas secara mandiri namun sesudah sakit Sebagian
aktivitas dibantu oleh keluarga

7) Koping-Toleransi terhadap stress


Pasien merasa terganggu dengan keadaanya, ia berharap lekas sembuh, apabila
ada masalah pasien biasanya bercerita kepada keluarga
8) Nilai pola keyakinan
Pasien menyakini agamanya sendiri dan percaya pada perawatan intensifying
diberikan pihak rumah sakit
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3. SOSIAL-SPIRITUAL
1) Kemampuan berkomunikasi
Secara verbal, pasien dapat berkomunikasi dengan baik dengan Bahasa yang
dapat dimengerti
2) Bahasa sehari-hari
Bahasa jawa
3) Hubungan dengan keluarga
Baik dan harmonis
4) Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Baik, pasien dapat mengenal baik teman, petugas kesehatan dan orang lain
5) Orang berarti/terdekat
Anak, suami, dan keluarga
6) Kebiasaan menggunakan waktu luang
Berkumpul dengan keluarga
7) Kegiatan beribadah
Pasien selalu beribadah dengan baik

 Data Penunjang
1. Tabel pemeriksaan laboratium dan radiologi
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
WBC 9,29 x 10ˆ3/uL 4,00 – 10,00 x 10ˆ3/uL
RBC 4,73 x 10ˆ6/uL 3,50-5,50 x 10ˆ6/uL
HGB 14,1 g/dL 11,0 -16,0 gr/dL
PLT 259 x 10ˆ3/uL 150 – 400 x 10ˆ3/uL
Ureum 24 mg/dL 21-53
Creatinin 0,73 mg/dL 0,7-1,5

 Penatalaksanaan medis
Nama Obat Dosis Obat Indikasi
Infus NaCL 0,9% 7 tpm / menit Mengatur jumlah air dalam tubuh

Injeksifurosemid 1-0-0 gram/inttavena Untuk membuang cairan atau


gaaram berlebih didalam tubuh
melalui urine dan meredakan
pembengkakan yang disebabkan
oleh gagal jantung
Injeksi ranitidine 2 x 50 gram/intravena Menurunkan sekresi asam
lambung berlebih
PO. Metformin 3 x 500 gram Untuk mengontrol gula darah
tinggi
PO. Brilianta 2 x 1 gram Untuk mencegah peristiwa
trombotik

 Analisa Data
No Data Kemungkinan Masalah
Penyebab
1 Data Subjektif : Hambatan dalam Pola Nafas tidak efektif
a. Pasien mengatakan sesak upaya nafas
nafas
Data Objektif : RR Meningkat
a. Pasien terlihat sesak nafas
b. Batuk sejak tanggal 22
Sesak nafas
januari 2022
c. Pasien terlihat bernafas
tersenggal-senggal Pola Nafas Tidak
d. Iramadan frekuensi
pernafasan tidak teratur
e. Terpasang infus NaCL
0,9% 7 tpm
f. Terpasang ksigen nasal
canul 2 L/menit
g. RR 22x/menit
h. TTV : TD : 150/90 mmHg
S : 36,2 derajat
celcius
N : 87x/menit
RR : 22x/menit
2 Data Subjektif : Suplai O2 kejantung Nyeri Akut
a. Pasien mengatakan nyeri berkurang
dada
Data Objektif : Nyeri secara verbal
a. Pasien tampak lemah
b. Pasien tampak nyeri dada Nyeri dengan skala 3
saat batuk
c. Pasien tampak gelisah dan Nyeri Akut
meringis
d. Sala nyeri 3
e. TTV : TD : 170/80MmHg
RR : 22 x/menit
S : 36,7 derajat
celcius
N : 89 x/m

 Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hambatan upaya nafas
2. Nyeri akut berhubungan dengan Suplai O2 ke jantung berkurang
 Intervensi Keperawatan
Nama Pasien : Ny.B
Ruang Rawat : Delima

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1. Pola nafas setelah dilakukan 1) Observasi pola 1) Memberikan
tidak efektif intervensi selama 2 x nafas,irama dan posisi nyaman
8 jam diharapkan frekuensi, dan pada pasien
pasien menunjukkan keluhan pasien 2) Mencegah jalan
pola nafas yang 2) Observasi TTV nafas yang
efektif dengan kriteria 3) Berikan posisi semi tersumbat
hasil : flower 3) Menyediakan
1) Pasien tidak 4) Berikan O2 jalan nafas yang
menunjukkan 5) Ajarkan teknik adekuat
adanya kesulitan nafas dalam 4) Menentukan
dalam bernafas 6) Kolaborasi dengan pemberian terapi
2) Irama dan tim medis lainnya yang tepat pada
frekuensi teratur dalam pemberian klien
3) Tidak sesak nafas terapi
lagi
4) RR dalam batas
normal (RR 18
x/menit)
5) Tidak ada suara
nafas tambahan
2. Nyeri akut Setelahdilakukan 1) Observasi TTV 1) Memberikan
tindakan keperawatan 2) Berikan posisi semi posisi nyaman
selama 2 x 8 jam fowler pada pasien
diharapkan nyeri dada 3) Kaji tingkat skala 2) Skala nyeri yang
yang dirasakan nyeri dirasakan
berkuarang dengan 4) Kolaborasi dengan berkurang
kriteria hasil : tim medis lainnya 3) Menentukan
1) Tanda-tanda vital dalam pemberian pemberian terapi
normal terapi yang tepat pada
2) Pasien klien
menunjukkan
ekspresi wajah
riles
3) Pasien tidak
mengeluh
kesakitan
4) Skala nyeri
berkurang dari 3-2

 Implementasi
N Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Paraf
o
1 Kamis,24 Pola Nafas Tidak 1) Observasi pola
Januari 2022 Efektif nafas,irama dan frekuensi,
dan keluhan pasien
2) Mengobservasi TTV
3) Memberikan posisi semi-
flower untuk pasien
4) Memberikan O2
5) Mengajarkan teknik nafas
dalam
6) Berkolaborasi dengan tim
medis lainnya dalam
pemneria terapi
- Injeksi NaCl 0,9% 7
tpm / menit
- Injeksi furosemide 1-
0-0 gram/intravena
- PO.Metmorfin 3x500
gram
2 Kamis,24 Nyeri akut 1) Mengobservasi TTV
Januari 2022 2) Memberikan posisi semi-
flower untuk pasien
3) Mengobservasi tingkat
skala nyeri
4) berkolaborasi dengan tim
medis lainnya dalam
pemberian terapi
- infus NaCl 0,9% 7 tpm
/ menit
- injeksi furosemide 1-0-
0 gram/intravena

 Evaluasi Keperawatan
No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 Kamis,24 Polas Nafas Tidak Efektif S : Pasien mengatakan sesak
Januari 2022 nafas,irama, dan frekuensi sedikit
berkurang
O:
- Pasien tampak berbaring
ditempat tidur
- TTV
TD : 140/90 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6ºC
Nyeri Akut S : Pasien mengatakan nyeri dada
sedikit berkurang
O:
- Pasien tampak lemah
- Skala nyeri berkuarang dengan
skala nyeri 2
- TTV
TD : 140/90 mmHg
N : 85x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6ºC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,3,4
2 Jumat,25 Pola Nafas Tidak Efektif S : Pasien mengatakan irama ,
Januari 2022 frekuensi dan sesak nafas mulai
hilang
O :
- Pasien tampak berbaring
ditempat tidur
- Tidak terpasang oksigen Nasal
Canul
- TTV
TD : 130/70 mmHg
N : 78x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,7ºC
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Nyeri Akut S : Pasien mengatakan nyeri dada
sudah tidak terasa sakit lagi
O:
ak terasa sakit lagi
O:
- Pasien tampak berbaring di
tempat tidur
- Skala nyeri berkurang dengan
skala nyeri 0
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gagal jantung adalah kondisi dimana jantung tidak dapat memompa darah keseluruh
tubuh, sehingga mempengaruhi aliran balik vena dan erat kaitanya dengan kebutuhan
metabolism ke sel-sel tubuh. Semua bentuk penyakit jantung dapat menyebabkan dekompensasi
dan kegagalan. Faktor resiko utama yang menyebabkan gagal jantung adalah hipertensi, diabetes
mellitus, metabolic syndrome, dan aterosklerotik disease. Hipertensi merupakan faktor yang
paling utama menyebabkan gagal jantung, baik itu peningkatan tekanan sistolik maupun
diastolic.

4.2 Saran
Dari beberapa kesimpulan serta pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. B dengan
gagal jantung/ CHF maka penulis memberikan saran untuk dapat memperbaiki dan
meningkatkan mutu dalam asuhan keperawatan. Adapun saran tersebut sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa/ i : diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai asuhan
keperawatan pada klien dengan congestive heart failure dengan cara membaca literatur atau buku
dari segi teori maupun praktik melakukan asuhan keperawatan
2. Bagi institusi pendidikan : diharapkan institusi dapat lebih meningkatkan sarana dan prasarana
yang dapat mendukung jalannya proses pembelajaran dengan menyediakan buku lebih banyak
dan yang terbaru.
3. Bagi perawat ruangan : Perawat ruangan telah menjalankan asuhan keperawatan dengan
sangat baik dan diharapkan dapat mempertahankan kinerja serta menambah wawasan dengan
mengikuti seminar, pelatihan, dan membaca sumber buku terbaru.
DAFTAR PUSTAKA

Askep Angina Laporan Pendahuluan | PDF. (n.d.). Scribd. Retrieved 22 February 2022, from

https://id.scribd.com/document/476394343/ASKEP-ANGINA-LAPORAN-

PENDAHULUAN

Djohan, A., & Bahri, T. (2008). Patofisiologi dan Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner.

Majid, A. (2007). Penyakit jantung Koroner: Patofisiologi, pencegahan dan pengobatan terkini.

Universitas Sumatera Utara.

Satoto, H. H. (2014). Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner. Jurnal Anestesiologi Indonesia,

4(3), 209–224.

Anda mungkin juga menyukai