Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS 2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA
DECOMPENSASI CORDIS DENGAN TERAPI OXIMETRY

Oleh :
Yovid Nur Azzandani
20191660044

Dosen Pembimbing :
Siswanto Agung, S.KEP.,NS MB

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syujur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Kritis II dengan baik dan lancar. Dalam
rangka melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis II. Penulisan Makalah ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas kelompok yang diberikan oleh dosen pembimbing mata
kuliah yaitu Bapak Siswanto Agung, S.KEP.,NS MB.
Makalah Keperawatan Kritis II ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana
sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dengan makalah ini
diharapkan pembaca dapat memahami Asuhan Keperawatan Kritis II Pada Pasien Dengan
Diagnosa Decompensasi Cordis dengan benar.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu baik
berupa ide-ide maupun yang terlibat langsung dalam pembuatan makalah ini.Kami juga
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua untuk dijadikan penunjang dalam mata
kuliah Keperawatan Kritis II.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, apabila ada kesalahan atau kekurangan kami
mohon maaf. Kritik dan saran sangat terbuka supaya laporan ini dapat diperbaiki dan menjadi
lebih baik lagi untuk berikutnya.

Surabaya, 20 November 2022

Yovid Nur Azzandani


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
BAB II 4
LITERATURE REVIEW 4
2.1 Rancangan 4
2.2 Strategi Pencarian 4
2.3 Kriteria Inklusi 4
2.4 Ekstrasi Data 4
2.5 Sintesis Tematik 5
2.6 System Pencarian 6
BAB III 8
LITERATURE REVIEW(METRIX) 8
BAB IV 26
LITERATUR REVIEW 26
4.1 WOC 26
4.2 Manisfestasi Klinis 27
4.3 Pemeriksaan Diagnostik 27
4.4 Penatalaksanaan 28
4.5 Pengkajian 29
4.6 Analisa Data 34
4.7 Diagnosa Keperawatan 36
4.8 Intervensi 37
BAB V 46
PENUTUP 46
5.1 Kesimpulan 46
5.2 Saran 46
DAFTAR PUSTAKA 47
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Decompensasi cordis atau yang biasa disebut gagal jantung merupakan satu-
satunya penyakit kardiovaskuler yang menempati urutan tertinggi penyebab kematian di
rumah sakit. Penderita penyakit gagal jantung sudah tidak dialami oleh orang usia 50
tahun tahun keatas atau lansia, sekarang usia kisaran 30 tahun juga banyak yang terkena
gagal jantung (Kasron, 2016). Gagal jantung didefinisikan sebagai ketidakmampuan
jantung untuk mensuplai jaringan perifer dengan jumlah darah dan oksigen yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya (Tanai & Stefen, 2016).
Gagal jantung dimanifestasikan dengan ciri pasien yang sesak napas dan kadang
disertai dengan nyeri dada. Menurut Muttaqin (2009) pola napas yang tidak efektif pada
pasien gagal jantung disebabkan karena pasien mengalami peningkatan kongesti
pulmonalis, yaitu keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan atau peningkatan
jumlah darah di dalam pembuluh darah pada daerah paru kemudian yang diikuti dengan
peningkatan tekanan hidrostatis, kemudian akan terjdi perembesan cairan ke alveoli dan
akan terjadi kerusakan pertukaran gas.
Menurut World Health Organization (WHO, 2016) sebanyak 17,5 juta orang
meninggal akibat gangguan kardiovaskular. Lebih dari 75% penderita kardiovaskular
berada di negara-negara yang berpenghasilan rendah hingga menengah, dan 80%
disebabkan karena serangan jantung dan stroke. Data dari Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Kementrian Kesehatan Indonesia pada tahun 2018, prevalensi penyakitgagal
jantung di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter diperkirakan sebesar 1,5% atau
diperkirakan sekitar 29.550 orang. Paling banyak terdapat di provinsi kaltara yaitu

29.340 orang atau sekitar 2,2% sedangkan yang paling sedikit penderitanya adalah pada
provinsi Maluku Utara yaitu sebanyak 144 orang atau sekitar 0,3%. Estimasi jumlah
penderita penyakit gagal jantung berdasarkan diagnosis atau gejala, terbanyak terdapat di
provinsi Jawa Barat sebanyak 96.487 orang atau sekitar (0,3%) sedangkan yang paling
sedikit adalah 945 orang atau (0,15) yaitu di provinsi kep Bangka Belitung. Sedangkan
untuk provinsi di Jawa Tengah. Berdasarkan diagnosis dokter prevalensi penyakit
gagal jantung adalah sekitar 1,5% atau 29.550 orang. Sedangkan menurut diagnosis atau
atau gejala, estimasi jumlah penderita gagal jantung 0,4% atau sekitar 29.880 orang
(Riskesdas, 2018)
Menurut Pembaruan Statistik Penyakit Jantung dan Stroke American Heart
Association (AHA) 2017, prevalensi gagal jantung (HF) telah meningkat menjadi 6,5 juta
di Amerika ≥ 20 tahun.1 Pada tahun 2030, kejadian HF diproyeksikan meningkat sebesar
46%, mempengaruhi lebih dari 8 juta orang. Gagal jantung mempengaruhi kedua jenis
kelamin secara setara dan merupakan penyebab utama morbiditas danmortalitas. Angka
kejadian gagal jantung pada pria kira-kira dua kali lipat dengan setiap peningkatan 10
tahun pada usia 65-85 tahun; namun, tingkat kejadian HF tiga kali lipat untuk wanita
antara usia 65 hingga 74 dan 75 hingga 84 tahun.2 Demikian juga, pada usia yang lebih
muda, prevalensi kumulatif HF lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan, tetapi kesetaraan antara kedua jenis kelamin setelah usia 80 tahun. (Bozkurt
& Shaden, 2017)
Pada pasien gagal jantung memerlukan perawatan secara holistik dengan
memasangkan alat ventilasi mekanik untuk mempertahankan ventilasi dan memberikan
suplay oksigen dalam jangka waktu tertentu sebagai terapi definitif pada pasien kritis
yang mengalami gagal nafas dalam penurunan kesadaran. Pada pasien kritis seperti gagal
jantung berada pada risiko terbesar terjadinya dekubitus, karena semua aktivitas fisik dan
mobilitas sangat terbatas biasanya sebagai akibat dari imobilisasi pasien jangka panjang,
yang mengakibatkan penurunan kemampuan secara aktif untuk merubah posisi sehingga
mengalami cedera pada epidermis dan jaringan di bawahnya (Zarei et al, 2019).
Pada buku Standart Intervensi Keperawatan Indonesia, masalah keperawatan
Gangguan pertukaran gas memiliki beberapa Intervensi dalam perawatannya, yangsalah
satunya adalah monitor saturasi oksigen. Saturasi oksigen dapat dimonitor dengan Pulse
Oximetry. Pada artikel penelitiannya, Sahid Dwi Prasetyo, dkk mengatakan bahwa Pulse
Oximetry ini merupakan pengukur nilai saturasi oksigen yang terdiri dari 2 emitter diode
cahaya (1 lampu merah dan 1 lampu inframerah) pada satu sisi probe dengan cara kerja
mentransmisikan lampu merah dan cahaya inframerah yang melewati pembulu darah,
biasannya diletakkan pada ujung jari atau daun telinga dengan photodetektor di sisi lain
probe.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana efektifitas dari penggunaan Pulse Oximetry dalam mendeteksi saturasi
oksigen pada pasien Decompensasi Cordis?
1.3 Tujuan
Mengetahui efektifitas dari penggunaan Pulse Oximetry dalam memonitor
saturasi oksigen pada pasien Decompensasi Cordis
1.4 Manfaat
1. Bagi perawat
Dapat digunakan sebagai ajang optimalisasi dari pemberian asuhan keperawatan
pada pasien Decompensasi cordis
2. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan mampu digunakan sebagai bahan dalam peningkatan keilmuan.
BAB II

LITERATURE REVIEW

4.1 Rancangan
Penggunaan literatur review dalam malakah ini adalah untuk penunjang
penggunaan Pulse Oximetry untuk mendeteksi saturasi oksigen pada pasien
Decompensasi Cordis. Literatur review adalah sebuah penulisan ilmiah yang menyajikan
kumpulan beberapa literatur pengetahuan, penelitian, penemuan terbaru yang
berhubungan pada topik tertentu dan bisa didapat dari berbagai sumber seperti jurnal
penelitian, artikel, dan pustaka lainnya
4.2 Strategi Pencarian
Strategi dalam mencari literatur review adalah menggunakan database jurnal
penelitian dan melakukan pencarian melalui internet. Adapun database yang digunakan
adalah Mendeley literatur yang digunakan dari tahun 2018 sampai tahun 2021. kata kunci
yang digunakan untuk mencari artikel yaitu “Pulse Oximetry”, “Heart Failure”,
“Oximetry”. Jumlah artikel yang akan direview adalah 5 artikel.
4.3 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi yang akan digunakan adalah:
1. Artikel menggunakan bahasa Inggris
2. Diterbitkan dari tahun 2017 hingga 2021
3. Ketersediaan teks yaitu Full Text
4. Atribut pada artikel yaitu Associated Data
5. Type artikel Clinical Trial, Meta-Analysis, Randomized Controlled Trial, Review.
4.4 Ekstasi Data
Ekstraksi data yang digunakan dalam meriview literatur yaitu dengan
mengekstraksi semua hasil penelitian pada artikel yang sesuai dengan penggunaan Pulse
Oximetry, tujuan peneliti yaitu efektifitas dari penggunaan Pulse Oximetry sebagai untuk
mendetekso saturasi oksigen pada pasien Decomposisi kordis
4.5 Sistesis Tematik
4.6 System pencarian
BAB III
LITERATURE REVIEW (MATRIX)

Studi design, sampel, teknik


sampling, variabel,
No Tahun Penulis Judul Tujuan Hasil
instrument, dan analisis
data
1 2018 Sahin Hamil Critical congenital Untuk Desain studi : Sebanyak 4.518 bayi baru lahir
Sebanyak 4335 peserta dimasukkan dalam penelitian
and Emrah Can heart disease membandingkan hasil dilibatkan dalam studi deskriptif prospektif ini. Dari
screening skrining oksimetri deskriptif prospektif ini yang jumlah tersebut, 2484 (60,3%)
dilakukan di Unit Perawatan melahirkan pervaginam dan
with a pulse nadi untuk penyakit Intensif Neonatal Rumah 1685 (39,7%) melalui operasi
Sakit Penelitian dan caesar. Titik waktu rata-rata
oximetry in jantung bawaan kritis skrining adalah 25,4 (25,3–
Pelatihan Bagcılar antara 1
neonates (CCHD) pada bayi 25,5) vs. 17,3 (12,2–22,4) jam
Oktober 2015 dan 31
setelah lahir. Pada 4109 bayi
Oktober 2016. Rumah sakit yang diskrining 24 jam setelah
baru lahir yang
ini adalah pusat neonatal lahir, rata-rata saturasi oksigen
dilakukan pada < 24 tingkat ketiga dengan hampir pre dan postductal (SpO2)
5.000 bayi baru lahir yang adalah 96,5±1,99 dan
jam dan > 24 jam dilahirkan setiap tahun. 97,7±1,98, sedangkan 127 bayi
berikutnya. Neonatus yang lahir melalui yang diskrining dalam waktu
persalinan pervaginam 24 jam dengan rata-rata SpO2
spontan atau operasi caesar preduktal dan postduktal
antara minggu kehamilan 34 adalah 91,33 ±2.64 dan
dan 42, menurut 94.0±4.44. Tidak ada CCHD
penyelidikan ultrasonografi yang terdeteksi selama periode
dan Ballard baru penilaian, penelitian. Skrining oksimetri
dimasukkan dalam nadi positif palsu untuk CCHD
penelitian. Rumah sakit pada 9 dari 4109 bayi (0,02%);
memiliki layanan dari jumlah tersebut, enam
bayi dirujuk ke kardiologi
12
ekokardiografi 24/7 dengan pediatrik dan tiga kasus
ahli jantung anak yang siap didiagnosis sebagai patologi
dipanggil. Semua bayi cukup non-jantung signifikan lainnya.
bulan dan prematur akhir Ada dua kasus dengan AVSD
(usia kehamilan> 34 (atrioventrikular septal defect,
minggu) yang tidak dirawat tiga kasus dengan ventrikular
di unit perawatan intensif septal defect (VSD), dan satu
kasus dengan paten duktus
neonatal dan tidak dipantau
arteriosus (PDA).
oleh oksimeter denyut (PO)
memenuhi syarat untuk
penelitian ini. Orang tua
diberitahu tentang skrining
PO sebelum lahir dan
persetujuan tertulis diperoleh
sebelum melakukan skrining.
Kebijakan pemulangan
jangka penuh rumah sakit
kami adalah minimal 24 jam
untuk persalinan normal
pervaginam dan 48-72 jam
untuk persalinan sesar.
Discharge dini didefinisikan
sebagai <24 jam.

Sampling :

Teknik samping :

Variable instrumrn :

Analisis stastistik :
Analisis statistik dilakukan
dengan menggunakan NCSS
(Number Cruncher
13
Statistical System), 2007.
At-tes dan digunakan untuk
menghitung perbedaan
antara dua parameter dalam
kelompok; untuk
perbandingan data, tidak
berpasangant-tes dan Mann-
WhitneyAS-tes dilakukan. P
<0,05 diterima sebagai
signifikan.

14
2 2018 William Ottestad; Arterial Oxygen Untuk mengeksplorasi Studi design : uji Allen dan Sembilan subjek direkrut: usia
Jan Ivar Kåsin; Saturation, Pulse kesepakatan antara verifikasi dengan USG 31 (27-48) tahun, berat badan
Oximetry, and SAHai2 dan tiga 85 (75-95) kg, tinggi badan

15
Lars Øivind Cerebral and pengukuran arteri ulnaris ipsilateral 183 (174-193) cm [median
Høiseth Tissue Oximetry in hipoksemia noninvasif paten (kisaran)]. Satu subjek diberi
Hypobaric oksigen tambahan setelah
Sampel : 9 pria
Hypoxia mengalami kehilangan
kesadaran yang berguna
Variabel independen :
setelah 4 menit pada tekanan
Arterial Oxygen Saturation,
370 hPa [sesuai dengan 7740
Pulse Oximetry, and
m (25.400 kaki)] dan
Cerebral and Tissue
dikeluarkan dari analisis.
Oximetry
Semua mata pelajaran lain
Variabel dependen :
menyelesaikan protokol.
Hypobaric hypoxia
Dalam satu mata pelajaran,

Instrumen : lengan bawah STHai2 tidak


dicatat karena pemutusan

Analisis data: yang tidak disengaja selama

Data dari 3 menit pertama squat. SAHai2 melalui

proses dibuang, karena percobaan ditunjukkan pada


mewakili perubahan yang Gambar. 2. Scatterplots dan
sangat cepat yang membuat plot Bland-Altman disajikan
dalam Gambar 3. Bias

16
sinkronisasi menjadi sulit, konvensional6LOA antara
seperti yang ditunjukkan SAHai2 dan pengukuran
pada Gambar 2.. Oleh lainnya adalah SPHai2 -5.8
karena itu, analisis 616%, SCHai2 -3.4 6 11%
dilakukan pada data mulai dan STHai2 176 30%. Bias
3,5 menit dari awal paparan antara SAHai2 dan SPHai2
hipoksia. Analisis gas darah jelas tergantung pada
dicocokkan dengan SPHai2, rata-ratanya, dan
SCHai2, dan STHai2 menambahkan kemiringan ke
nilai-nilai garis bias kira-kira membagi
LOA menjadi 6 8,2%.
rata-rata lebih dari 15 detik
Meskipun memiliki
mulai saat gas darah
kemiringan bias yang
diambil untuk
signifikan secara statistik,
memperhitungkan
LOA dari SAHai2 vs. SCHai2
penundaan dari deteksi
atau SAHai2 vs. STHai2 tidak
sinyal dan pemrosesan
dikurangi dengan kemiringan
hingga keluaran perangkat.
bias.
Meskipun plot
Bland-Altman dimaksudkan

17
untuk membandingkan dua
metode pengukuran dari
variabel yang sama,
SAHai2 juga dibandingkan
dengan SCHai2 dan STHai2
dihitung sebagai 6 1.96 3
(varians antara subjek +
varians dalam subjek). Plot
Bland-Altman klasik
mengasumsikan bahwa
perbedaan antara metode
stabil di seluruh rentang
pengukuran. Untuk
memperhitungkan
pelanggaran asumsi ini, bias
dan batas kesepakatan
(LOA) juga dihitung
sebagai fungsi rata-rata dari
dua pengukuran (bias
miring6 LOAline).2

18
Analisis dilakukan di R
3.4.0 (The R Foundation for
Statistical Computing,
Wina, Austria) di RStudio
1.0.143 (RStudio Inc.,
Boston, MA). Tidak ada
analisis kekuatan terpisah
yang dilakukan untuk
analisis dalam naskah ini.

3 2020 Claire J. Accuracy and menganalisis saturasi Studi design : Perbedaan antara data detak
Lauterbach , Reliability of oksigen darah perifer jantung yang disediakan oleh
Phebe A. Romano Commercial (SPHAI2) dan Sampel : 13 wanita dan 10 Garmin fEjam tangan nix®
, Luke A. Wrist-Worn Pulse pengukuran detak pria yang tidak memiliki 5X Plus dan oksimeter pulsa
Greislera, Richard Oximeter During jantung (HR) yang penyakit kardiovaskuler tingkat medis diplot terhadap
A. Brindle , Kevin Normobaric dilakukan pada rata-rata dari dua pengukuran
R. Forda, and Hypoxia Exposure Garmin, Teknik sampling : (Gambar 3). Seperti yang
Matthew R. Under Resting membandingkannya Variabel independen : ditunjukkan, jam tangan
Kuennen Conditions dengan pengukuran Commercial Wrist-Worn Garmin secara konsisten
yang dilakukan pada Pulse Oximeter meremehkan (dibandingkan

19
oksimeter pulsa Variabel dependen : dengan oksimeter pulsa
standar medis selama Normobaric Hypoxia tingkat medis Nonin) selama
paparan hipoksia Exposure Under Resting simulasi paparan ketinggian.
normobarik dalam Conditions Namun, secara umum
kondisi istirahat underestimasi tersebut cukup
Instrumen :
rendah, dengan semua
ketidaksesuaian yang
Analisa data :
ditunjukkan adalah
Prosedur Bland-Altman
menggunakan penilaian
skala data untuk memplot
95% batas kesepakatan
(bias rata-rata ± 1,96
standar deviasi), yang
memungkinkan penilaian
visual dan numerik dari
akurasi (misalnya, Bias)
dan tingkat variasi
(misalnya, presisi) antara
dua pengukuran (Bland &

20
Altman, 1986). Kesesuaian
antara dua sistem
pemantauan fisiologis
ditentukan dengan memplot
mean dari dua metode
terhadap perbedaan antara
dua metode, di mana: Bias
= Garmin fEnix® 5X
Plus—Oksimeter Denyut
Nonin 7500. Proses ini
diulang untuk SPHAI2 dan
data HR di masing-masing
dari lima tingkat simulasi
penilaian ketinggian,
sebagaimana diuraikan
dalam skema studi (Gambar
1).
4 2021 Aaron Louie, B.S., Four Types of Mengevaluasi empat Studi desain : Pembacaan oksimeter
John R. Feiner, Pulse Oximeters oksimeter pulsa nadi yang sesuai dengan
M.D., Philip E. Accurately Detect toleran gerakan dan Sample : 10 pasien sehat 190 sampel darah

21
Bickler, M.D., Hypoxia during perfusi rendah yang dianalisis. Semua
Teknik sampling :
Ph.D., Laura Low Perfusion and tersedia secara oksimeter mendeteksi
Rhodes, B.S., Motion komersial selama hipoksia tetapi gerakan
Variabel indeenden : pulse
Michael Bernstein, berbagai jenis gerakan dan perfusi rendah
oximeters
B.S., Jennifer terkontrol dan rentang menurunkan kinerja. Tiga
Variabel dependen :
Lucero, M.D perfusi. dari empat oksimeter
hypoxia during low
(Masimo, Nellcor, dan
perfusion and motion
Philips) memiliki root

Instrumen : mean square error lebih

Analisa data : besar dari 3% untuk

Perhitungan daya khusus SaHAI 70 hingga 100%

untuk studi yang melibatkan selama gerakan apa pun,

model efek campuran rumit dibandingkan dengan

dan tidak dilakukan. kesalahan kuadrat

Namun, berdasarkan studi rata-rata akar sebesar

kinerja oksimeter pulsa 1,8% untuk kontrol

yang diterbitkan stasioner. Indeks perfusi

sebelumnya menggunakan yang rendah

desain pengukuran berulang meningkatkan kesalahan

22
dan kumpulan 10 subjek,
kami telah menemukan
perbedaan yang signifikan
secara statistik dalam
kinerja oksimeter pulsa
yang lebih kecil daripada
efek yang relevan secara
klinis menggunakan ukuran
subjek yang sama.18 Selain
itu, penelitian terhadap 10
subjek sesuai dengan
pedoman FDA untuk desain
penelitian terkait dengan
klaim kinerja gerakan
oksimetri nadi.3
Selanjutnya, studi
percontohan yang tidak
dipublikasikan di
laboratorium kami
dilakukan dengan 10 subjek

23
menggunakan protokol
gerak yang identik, dan
hasilnya mengungkapkan
kekuatan untuk
membedakan perbedaan 5%
dalam pembacaan yang
tidak terjawab. Studi ini
tidak didukung untuk
menguji perbedaan jenis
kelamin, warna kulit, dan
etnis, tetapi menggunakan
kelompok subjek yang
seimbang dalam
faktorfaktor ini sesuai
dengan persyaratan FDA.
5. 2019 Neil R Ward, Utility of Menentukan apakah Studi design : Tiga ratus lima puluh empat
Martin R Cowie, overnight pulse oksimeter nadi yang pasien dengan CHF
Stuart D Rosen, oximetry and heart ditempatkan di dahi Sampel : 180 pasien CHF diidentifikasi yang memenuhi
Vitor Roldao, rate variability lebih akurat jika kriteria perekrutan, 180 di
Manuel De Villa, analysis to screen dibandingkan dengan Teknik sampling : antaranya setuju untuk

24
Theresa A for oksimeter nadi yang berpartisipasi. Seratus tujuh
Variabel independen : Pulse
McDonagh, Anita sleep-disordered diletakkan di jari pada puluh tiga pasien dengan data
oximetry and heart rate
Simonds, Mary J breathing in pasien gagal jantung polisomnografi yang memadai
variability
Morrell chronic heart selama tes latihan dimasukkan dalam analisis,
Variabel dependen : sleep
failure tambahan dengan usia rata-rata 69,8
disordered breathing
(58,8e76,8) tahun dan 86%
adalah laki-laki . Sebagian
Instrumen :
besar pasien memiliki gejala
Oksimetri nadi
CHF ringan sampai sedang
Analisa data : dengan gejala kelas I atau II
Ukuran sampel apriori dari Asosiasi Jantung New York
180 pasien dengan CHF pada 77% dan median fraksi
dihitung untuk mendapat ejeksi ventrikel kiri 40%
daya yang memadai (28e59%). Seratus tiga puluh
(1-B¼80%) untuk dua (73%) pasien melakukan
mendeteksi satu sisi pemantauan semalam di
perbedaan >10% antara rumah mereka.
sensitivitas/spesifisitas
HRV dan polisomnografi,

25
pada tingkat signifikansi
(A) 0,05. Hasil disajikan
sebagai median dan IQR.
Variabel kontinu
dibandingkan dengan
ManneWhitney atau
KruskaleTes Wallis.
Variabel kategori
dibandingkan
menggunakanuji eksak
Fisher atauC2 tes. Akurasi
diagnostik dari % VLFI
dan 3% ODI dibandingkan
dengan pengukuran area di
bawah kurva karakteristik
operasi penerima (ROC).
Sensitivitas, spesifisitas,
nilai prediksi dan rasio
kemungkinan untuk
%VLFIdan 3% ODI
ditentukan pada apriori

26
cutoff. Analisisstatistik
dilakukan dengan

menggunakan SPSS V.16.0.

27
LITERATURE REVIEW (1)

1. Critical congenital heart disease screening with a pulse oximetry in neonates

Penyakit jantung bawaan (PJK) adalah kelainan bawaan yang paling umum pada
bayi baru lahir, dengan prevalensi kelahiran hampir 1%. Namun, hingga 30% bayi dengan
penyakit jantung bawaan kritis (CCHD), ini mungkin tidak terlihat dalam hari-hari
pertama kehidupan dari pemeriksaan rutin tradisional. Bayi dengan CCHD, menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), belum tentu didiagnosis di rawat inap kelahiran dan
memiliki risiko kematian setinggi 30% dari waktu .

Skrining bayi baru lahir untuk CCHD dengan oksimetri nadi memberikan
identifikasi tepat waktu bayi dengan CCHD sebelum keluar dari rumah sakit setelah
kelahiran, meminimalkan morbiditas dan mortalitas terkait keterlambatan diagnosis.
Penyebab umum hipoksemia jantung yang dapat diidentifikasi melalui skrining oksimetri
nadi pada bayi baru lahir meliputi infeksi, sindrom gangguan pernapasan (RDS),
hipertensi pulmonal neonatus persisten (PPHN), aspirasi mekonium, pneumonia, dan
kelainan.

Keuntungan dari skrining dalam mengurangi mortalitas dan morbiditas terkait


keterlambatan diagnosis harus ditimbang terhadap kerugian dari hasil positif palsu.
Skrining bayi baru lahir universal untuk CCHD didukung oleh American Academy of
Pediatrics (AAP) dan American Heart Association (AHA).

2. Four Types of Pulse Oximeters Accurately Detect Hypoxia during Low Perfusion and
Motion
Oksimetri nadi adalah teknologi non-invasif untuk pemantauan terus menerus
saturasi oksigen arteri dan telah menjadi alat standar yang digunakan untuk menilai
oksigenasi dan fungsi pernapasan pada pasien. Oksimeter nadi mentransmisikan cahaya
merah dan inframerah dekat melintasi tempat tidur jaringan (misalnya, jari, jari kaki, atau
daun telinga) dan mendeteksi perubahan absorbansi cahaya untuk menghitung perkiraan
saturasi oksigen berdasarkan fotoplethysmography.
Keterbatasan dari alat ini adalah pada pasien yang banyak bergerak seperti
mengetuk, acak, dan menggosok. Hal itu akan mempengaruhi nilai dari saturasi oksigen
yang terdeteksi oleh oksimeter nadi. Oksimetri nadi adalah untuk menentukan apakah
pasien normal atau hipoksia.
28
Gerakan dan perfusi rendah menurunkan kinerja empat jenis oksimeter pulsa yang
dipasarkan sebagai perangkat tahan gerak, tetapi keempat jenis yang diuji mendeteksi
hipoksia dengan spesifisitas lebih dari 95%.

3. USE OF PULSE OXIMETER AS A TOOL IN SCREENING OF CRITICAL


CONGENITAL HEART DISEASE IN NEWBORN

Pulse oksimtri merupakan salah satu alat skrinning pada bayi baru lahir.
Pelaksanaan skrining oksimetri nadi pra-pemulangan untuk bayi baru lahir dapat
meningkatkan deteksi tepat waktu malformasi kardiovaskular kongenital kritis
asimtomatik. Skrinning tersebut dilakukan pada 12 dan 48 jam setelah lahir di empat
ekstremitas (ibu jari kanan, jempol kiri, jempol kaki kiri dan jempol kaki kanan) jika
pembacaan saturasi oksigen turun di bawah 95% di salah satu anggota badan; mereka
menjadi sasaran evaluasi lebih lanjut, yaitu ekokardiografi, EKG dan rontgen dada.

4. Arterial Oxygen Saturation, Pulse Oximetry, and Cerebral and Tissue Oximetry in
Hypobaric Hypoxia

Pulse oksimetri merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi saturasi oksigen.
Oksimetri nadi lebih disukai di sebagian besar keadaan klinis dan eksperimental, karena
pemantauan dapat dicapai secara terus menerus dan non-invasif.

5. Judul artikel: Utility of overnight pulse oximetry and heart rate variability analysis to screen
for sleep-disordered breathing in chronic heart failure

Pada jurnal ini dijelaskan bahwa, pulse oksimetri digunakan untuk mendeteksi
gangguan pernafasan pada saat tidur pada pasien dengan gagal jantung. Oksimetri nadi
akan menjadi penggunaan klinis terbesar untuk menyingkirkan SDB pada pasien dengan
CHF, membantu mengurangi tekanan pada fasilitas laboratorium tidur dan
memprioritaskan pasien yang mungkin memerlukan studi tidur yang lebih rinci. Gangguan
pernafasan pada saat tidur terdeteksi dengan hasil pengukuran oksimetri nadi dengan hasil
desaturasi oksigen ≥2% atau ≥4%.

29
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 WOC

(Sumber : Nanda Nic Noc, 2015)

30
4.2 Manifestasi Klinis
a. Gagal jantung kiri
1) Dispnea
2) Orthopnea
3) Sianosis
4) Batuk
5) Dahak berdarah
6) Mudah Lelah
7) Peningkatan tekanan pulmonari kapiller
8) Peningkatan tekanan vena perifer
b. Gagal jantung kanan
1) Oedem perifer
2) Peningkatan BB
3) Distensi vena
4) Nocturia
5) Asites
6) Peningkatan tekanan atrium kanan
7) Anorexia
8) Peningkatan tekanan vena perifer
4.3 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Beck (2011), pemeriksaan diagnostik antara lain:
c. Electrocardiogram (EKG)
d. Foto thorax

31
e. Enchocardiogram
f. Laboratorium
4.4 Penatalaksanaan
Ada beberapa penatalaksanaan decompensasi cordis. Tidak ada pengobatan
secara spesifik untuk proses penyembuhan penyakit gagal jantung, akan tetapi secara
umum ada beberapa penatalaksanaan pengobatan untuk gagal jantung adalah sebagai
berikut (Nurarif, 2015)
1. Perawatan
• Tirah baring/bedrest
Kerja jantung dalam keadaan dekompensasi harus benar-benar dikurangi,
mengingat kebutuhan oksigen yang relatif meningkat.

• Pemberian oksigen
Pemberian oksigen secara rumat biasanya diperlukan 2 liter/menit dalam keadaan
sianosis sekali dapat lebih tinggi.
• Diet
Umumnya diberikan makanan lunak dengan rendah (pembatasan) garam. Jumlah
kalori sesuai kebutuhan, pasien dengan gizi kurang diberi makanantinggi kalori
tinggi protein. Cairan diberikan 80-100 ml/kgBB/hari.
2. Penatalaksanaan medis
• Digitalisasi
Digitalis akan memperbaiki kerja jantung dengan memperlambat dan
memperkuat kontraksi jantung serta meninggikan curah jantung.
Dosis digitalis :
• Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 – 2 mg dalam 4 – 6 dosis selama 24
jam dan dilanjutkan 2 x 0,5 mg selama 2 – 4 hari.
• Cedilanid IV 1,2 – 1, 6 mg dalam 24 jam.
Dosis penunjang untuk gagal jantung :
a) Digoksin 0,25 mg sehari untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis
disesuaikan.
b) Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
• Diuretik
Diuresis dapat mengurangi beban awal (preload), tekanan pengisian yang
berlebihan dan secara umum untuk mengatasi retensi cairan yang berlebihan
32
Yang digunakan : furosemid 40 – 80 mg. Pemberian dosis penunjang bergantung
pada respon, rata-rata 20 mg sehari.
• Vasodilator
Obat vasodilator menurunkan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri dan
menghilangkan bendungan paru serta beban kerja jantung jadi berkurang.
Preparat vasodilator yang digunakan :
• Nitrogliserin 0,4–0,6 mg sublingual atau 0,2–2 mg/kgBB/menit IV
• Nitroprusid 0,5 – 1 mg/kgBB/menit IV
3. Pengobatan penunjang lainnya bersifat simptomatik
• Jika terjadi anemia, maka harus ditanggulangi dengan pemberian sulfa ferosus,
atau tranfusi darah jika anemia berat.
• Jika terdapat infeksi sistemik berikan antibiotik
Untuk penderita gagal jantung anak-anak yang gelisah, dapat di-berikan
penenang; luminal dan morfin dianjurkan terutama pada anak yang gelisah.(Long,
Barbara C, Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan,
2013).
• Operatif
Pemakaian Alat dan Tindakan Bedah antara lain :
1. Revaskularisasi (perkutan, bedah).
2. Operasi katup mitral.
3. Aneurismektomi.
4. Kardiomioplasti.
5. External cardiac support.
6. Pacu jantung, konvensional, resinkronisasi pacu jantung biventricular.
7. Implantable cardioverter defibrillators (ICD).
8. Heart transplantation, ventricular assist devices, artificial heart.
4.5 Pengkajian
1. Identitas
Penyakit decompensasi cordis dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, namun
laki-laki memiliki faktor resiko yang lebih tinggi, biasanya klien berusia lebih dari 40
tahun
2. Keadaan Umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien gagal jantung biasanya didapatkankesadaran
yang baik atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang
melibatkan perfusi sistem saraf pusat
a. Keluhan utama
33
Klien mengeluh sesak nafas, batuk, mudah lelah, dan merasakan gelisah
b. Riwayat penyakit sekarang
Gejala yang ditimbulkan yaitu klien akan merasakan dipsnea, batuk, mudah
lelah, gelisah, sianosis
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien dengan gagal jantung biasanya memiliki riwayat penyakit hipertensi renal,
angina, infark miokard kronis, diabetes melitus, bedah jantung dan distritmia
3. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (didapatkan takikardi dan
dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas)
b. Respirasi
Dispnea, batuk produktif, Riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis.
Pada pemeriksaan didapatkan peningkatan respirasi, pucat atau sianosis, suara
nafas crackles atau wheezing, sputum jernih/merah/pink tinged
c. Sirkulasi
1) Mempunyai Riwayat IMA, penyakit jantung coroner, CHF, tekanan darah
tinggi, diabetes Melitus

34
2) Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau
terlambatnya capillary refill time, disritmia
3) Suara jantung tambahan s3 atau s4, mungkin mencerminkan terjadinya
kegagalan jantung/ventrikel kehilangan kontraktilitasnya
4) Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus
papilaris yang tidak berfungsi
5) Heart rate mungkin meningkat atau mengalami penurunan
(takikardi/brakikardi)
6) Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal
7) Edema : jugular vena distension, oedema anasarca, crackles mungkin timbul
dengan gagal jantung
8) Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku
d. Neurosensori
Nyeri kepala yang hebat
e. Nutrisi dan metabolik
Terdapat mual, muntah, kehilangan nafsu makan, perubahan berat badan
pemberian diet rendah natrium dan pengurangan asupan lemak
f. Kenyamanan
1) Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat
atau dengan nitrogliserin
2) Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai
ke lengan, rahang dan wajah
3) Karakteristik nyeri dapat dikatakan sebagai rasa nyeri yang pernah dialami
g. Eliminasi
Penurunan volume urine, urine yang pekat, nokturia, diare, dan konstipasi
h. Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stressor, emosi yang tak terkontrol
4. Pemeriksaan B1-B6
a. B1 (Breathing)
Pengkajian yang di dapat adalah adanya tanda kongesti vaskular pulmonal akut.
Crackles atau ronki basah halus secara umum terdengar pada dasar posterior paru.

35
b. B2 (Bleeding)
1) Inspeksi
Inspeksi adanya parut pasca pembedahan jantung. Lihat adanya dampak
penurunan penurunan curah jantung. Klien dapat mengeluh lemah, mudah
lelah, apatis, letargi, kesulitan konsentrasi, defisit memori, dan penurunan
toleransi latihan.
2) Palpasi
Karena peningkatan frekuensi jantung merupakan awal jantung terhadapstres,
bisa dicurigai sinus takikardia dan sering di temukan pada pemeriksaan klien
dengan kegagalan pompa jantung. Irama lain yang berhubungan dengan
kegagalan pompa meliputi: kontraksi atrium prematur, takikardia atrium
proksimal, dan denyut ventrikel prematur.
3) Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan isi sekuncup. Tanda fisik
yang berkitan dengan kegagalan ventrikel kiri dapat dikenali dengan mudah
dibagian yang meliputi:bunyi jantung ketiga dan keempat (S3,S4) serta
crakles pada paru-paru. S4 atau gallop atrium, mengikuti kontraksi atrium.
4) Perkusi
Batas jantung ada pergeseran yang menandakan adanya hipertrofi jantung
(kardiomegali).
c. B3 (Brain)
Kesadaran compos mentis, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi
jaringan berat. Pengkajian obyektif klien: wajah meringis, menangis,
merintih,meregang, dan menggeliat.
d. B4 (Bladder)
Pengukuran volume keluaran urin berhubungan dengan asupan cairan, karena itu
perawat perlu memantau adanya oliguria karena merupakan tanda awal dari syok
kardiogenik. Adanya edema ekstremitas menandakan adanya retensi cairanyang
parah.
e. B5 (Bowl)
Klien biasanya didapatkan mual dan muntah, penurunan nafsu makan akibat
pembesaran vena dan statis vena di dalam rongga abnomen, serta penurunan

36
berat badan. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abnomen
terjadi akibat pembesaran vena di hepar merupakan manisfestasi dari kegagalan
jantung.

f. B6 (Bone)
Hal-hal biasanya terjadi dan ditemukan pada pengkajian B6 adalah sebagai
berikut.
1) Kulit dingin
Gagal depan pada ventrikel kiri meninbulkan tanda-tanda berkurangnya
perfusi ke organ. Karena darah di alihkan dari organ-organ non-vital demi
mempertahankan perfusi ke jantung dan otak, maka manisfestasi paling dini
paling depan adalah berkurangnya perfusi organ- organ seperti kulit dan otot-
otot rangka. Kulit yang pucat dan dingin di akibatkan oleh vasokontriksi
perifer, penurunan lebih lanjut dari curah jantung dan meningkatnya kadar
hemoglobin tereduksi mengakibatkan sianosis.
2) Mudah lelah
Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang, sehingga menghambat
jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa
hasil katabolisme.

37
4.6 Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : respon kenaikan frekuensi penurunan curah
klien mengatakan dada sebelah kiri jantung jantung
terasa sakit (P: suplai oksigen ke
jaringan berkurang. Q: peningkatan kebutuhan
ditusuk-tusuk dan diperas, R: dada oksigen
kiri, S: 6, T: hilang timbul), klien
mengatakan dada terasa ampeg asidosis tingkat jaringan
dan nafas berat, klien mengatakan
kepala terasa pusing dan badan pengaruh jaringan tingkat
terasa lemas, klien mengatakan lanjut
sesak saat bernafas dirasakan sejak
3 hari yang lalu, klien mengatakan iskemi miokard
mudah lelah saat beraktivitas,klien

penurunan curah jantung

38
mengatakan BAK hanya keluar
sedikit
DO:
keadaan umum lemah, kesadaran
composmentis GCS 15 (E4V5M6),
ekspresi wajah menahan sakit,
berkeringat dingin, ujung
ekstremitas bawah pucat, edema
ekstremitas bawah, TTV: TD:
180/110 mmHg, N: 108 x/menit, t:
36,5 °C, RR: 38 x/menit

DS: disfungsi ventrikel kiri Gangguan Pertukaran


klien mengatakan sesak saat gas
bernafas dirasakan sejak 3 hari preload meningkat
yang lalu, klien mengatakan dada
terasa ampeg dan nafas berat kongesti vaskular pulmonal
DO :
RR: 38 x/menit edema pulmonal

gangguan pertukaran gas


DS: disfungsi ventrikel kiri Intoleransi Aktivitas
klien mengatakan mudah lelah saat
beraktivitas, preload meningkat
DO:
keadaan umum lemah kongesti vaskular pulmonal

edema pulmonal

gangguan pertukaran gas

intoleransi aktifitas

39
DS: - Gangguan integritas
DO : kulit
Kerusakan jaringan dan lapisan
kulit, nyeri, kemerahan

4.1 Diagnosa Keperawatan


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload di tandai dengan
tekanan darah meningkat atau turun
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
ditandai dengan dipsnea,bunyi nafas tambahan
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan mobilitas ditandai dengan
kerusakan jaringan/, nyeri dan kemerahan.

40
4.7 Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
berhubungan dengan perubahan keperawatan selama 1x24 jam 1. identifikasi tanda/gejala primer 1. mengidentifikasi tanda/gejala
afterload di tandai dengan diharapkan gangguan penurunan penurunan curah jantung primer penurunan curah jantung
tekanan darah meningkat atau curah jantung dapat teratasi 2. monitor tekanan darah 2. memonitor tekanan darah
menurun dengan kriteria hasil : 3. monitor intake output cairan 3. memonitor intake output cairan
1. Edema menurun Terapeutik Terapeutik
2. Kekuatan nadi perifer 1. posisikan pasien semi fowler 1. memposisikan semi fowler
meningkat atau fowler atau fowler
2. berikan diet jantung yang 2. memberikan diet jantung yang
sesuai sesuai
3. berikan terapi relaksasi untuk 3. berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres mengurangi stres
Edukasi Edukasi
1. anjurkan beraktifitas fisik sesuai 1. menganjurkan berakifitas
dengan toleransi sesuai toleransi
2. anjurkan beraktifitas fisik 2. menganjurkan beraktifitas fisik
secara bertahap secara bertahap
Kolaborasi Kolaborasi
rujuk ke program rehabilitasi merujuk ke program rehabilitasi
jantung jantung
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
berhubungan dengan keperawatan 1x24jam di 1. monitor frekuensi, irama, 1. memonitor frekuensi, irama,
ketidakseimbangan harapkan masalah gangguan kedalaman dan upaya nafas kedalaman dan upaya nafas
ventilasi-perfusi ditandai dengan pertukaran gas dapat teratasi 2. monitor adanya sumbatan 2. memonitor adanya sumbatan
dipsnea,bunyi nafas tambahan dengan kriteria hasil : jalan nafas jalan nafas
1. Dispnea menurun
Terapeutik Terapeutik
2. Tidak ada bunyi nafas
1. atur interval pemantauan 1. mengatur interval
respirasi pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien

Edukasi Edukasi
1. jelaskan tujuan dan prosedur 1. menjelaskan tujuan dan
pemantauan prosedur pemantauan
2. informasikan hasil 2. menginformasikan hasil
pemantauan pemantauan

Intoleransi aktifitas berhubungan Setelah dilakukan Tindakan Observasi Observasi


dengan kelemahan keperawatan 1x24 jam
diharapkan masalah intoleransi 1. Identifikasi gangguan fungsi 1. Untuk mengetahui gangguan
aktivitas dapat ditangani tubuh yang mengakibatkan fungsi tubuh yang
Dengan kriteria hasil: kelelahan mengakibatkan kelelahan
1. Keluhan lelah menurun 2. Monitor kelelahan fisik dan 2. Untuk mengetahui kelelahan
2. Dispnea saat aktivitas emosional fisik dan emosional klien
menurun 3. Monitor pola dan jam tidur
3. Dispnea setelah aktivitas
Terapeutik Terapeutik
menurun
1. Sediakan lingkungan nyaman 1. Agar klien merasa nyaman
4. Frekuensi nadi meningkat
dan rendah stimulus
2. Lakukan latihan rentang 2. Agar sendi-sendi klien tidak
gerak pasif dan/atau aktif kaku
3. Berikan aktivitas distraksi 3. Agar klien merasa nyaman
yang menenangkan dan tenang

Edukasi Edukasi
1. Anjurkan tirah baring 1. Agar klien dapat beristirahat
2. Anjurkan melakukan aktivitas 2. Agar sendi-sendi klien tidak
secara bertahap kaku

Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi 1. Agar kebutuhan gizi klien
tentang cara meningkatkan terpenuhi
asupan makanan

Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan Tindakan Observasi Observasi


berhubungan dengan penurunan keperawatan 1x24 jam 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui penyebab
mobilitas ditandai dengan diharapkan masalah integritas gangguan integritas kulit dari gangguan integritas kulit
kerusakan jaringan/lapisan kulit, kulit dan jaringan meningkat
Terapeutik Terapeutik
nyeri dan kemerahan Dengan kriteria hasil:
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika 1. Untuk mengurangi terjadinya
1. Kerusakan jaringan menurun
tirah baring ganguan integritas kulit
2. Nyeri menurun
2. Lakukan pemijatan pada area 2. Agar tulang tidak kaku dan
3. Kemerahan menurun
penonjolam tulang, jika perlu bisa lebih rileks
3. Hindari produk berbahan 3. Agar kulit tidak panas atau
dasar alkohol pada kulit seperti terbakar
kering 4. Untuk mencegah luka tekan
4. Pemberian olive oil

Edukasi Edukasi
1. Anjurkan menggunakan 1. Agar kulit lebih lembab dan
pelembab(mis:lotion, serum) sehat
2. Anjurkan meningkatkan 2. Agar asupan nutrisiklien
asupan nutrisi tetap terpenuhi
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Decomp Cordis terjadi saat jantung tidak mampu memompa darah secara efisien
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Pada pasien dengan Decomp Cordis akan
terjadi masalah pada pertukaran gas. Hal itu terjadi akibat pola napas yang tidak efektif
yang disebabkan karena pasien mengalami peningkatan kongesti pulmonalis, yaitu keadaan
dimana terdapat darah secara berlebihan atau peningkatan jumlah darah di dalam pembuluh
darah pada daerah paru kemudian yang diikuti dengan peningkatan tekanan hidrostatis,
kemudian akan terjdi perembesan cairan ke alveoli, sehingga terjadi kerusakan pertukaran
gas. Dalam mengkaji permasalahan pada pertukaran gas diperluka adanya nilai saturasi
oksigen yang dapat dideteksi dengan Pulse Oksimetri.

5.2 Saran
Untuk melakukan observasi pada pasien dengan Decomp Cordis sehingga
gangguan pertukaran gas dapat cepat dideteksi. Serta diharapkan kedepanya makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca sehingga dapat di amalkan secara baik.

46
DAFTAR PUSTAKA

Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah, dilengkapi asuhan keperawatan pada
sistem cardio, perkemihan, integument, persyarafan, gastrointestinal, muskuluskeletal,
reproduksi dan respirasi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kasron. 2016. Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Trans Info Media

Riskesdas. 2018. Prevalansi gagal jantung di indonesia.

Tanai, E & Stefan F. 2016. Pathophysiology of Heart Failure. Volume 6. DOI:


https://doi.org/10.1002/cphy.c140055
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction.
Dr Baljit S.B., Dr Gurdit S.R., Dr AS Sohal. 2017. Use of Olive Oil in Prevention of Bedsores
in Intensive Care Unit. Vol 5 Issue 3. DOI: https://dx.doi.org/10.18535/jmscr/v5i3.108
Diaz V.A., et al. 2019. Effectiveness and safety of olive oil preparation for topical use in
pressure ulcer prevention: Multicentre, controlled, randomised, and double-blinded
clinical trial. DOI: https://doi.org/10.1111/iwj.13191
Zarai Ehsan., et al. 2019. Incidence of pressure ulcers in intensive care units and direct costs
of treatment: Evidence from Iran. DOI: https://doi.org/10.1016/j.jtv.2019.02.001
Tim Pokja DPP PPNI. 2017. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja DPP PPNI. 2017. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja DPP PPNI. 2017. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

Samsi, B., & Susilo, C. B. (2018). PENERAPAN PEMBERIAN OKSIGEN PADA PASIEN
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI DI RSUD WATES KULON PROGO (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta).

47
48

Anda mungkin juga menyukai