Bab Iv Rencana Pengembangan Mep: 5.1. Konsep Mekanikal Dan Plumbing 5.1.1. Lingkup Pekerjaan
Bab Iv Rencana Pengembangan Mep: 5.1. Konsep Mekanikal Dan Plumbing 5.1.1. Lingkup Pekerjaan
BAB IV
RENCANA PENGEMBANGAN MEP
5.1. KONSEP MEKANIKAL DAN PLUMBING
5.1.1. Lingkup Pekerjaan
1. Sistem Air Bersih
2. Sistem Air Kotor dan Air Bekas
IV-1
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
c. Aula : 25 ltr/hari/orang
d. Kantin : 15 ltr/hari/orang
e. Masjid : 5 ltr/hari/orang
f. Pasar, Toserba : 5 ltr/m2
7. Cadangan air bersih dihitung untuk kebutuhan 1 (satu) hari
8. Kecepatan aliran air dalam pipa maksimum 2 m/detik
IV-2
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
IV-3
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
IV-4
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
IV-5
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
2. Sistem Hidran
1. Type Sistem Stand Pipe
a. Automatic wet
Merupakan sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan sistem secara otomatis.
b. Automatic dry
IV-6
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
Merupakan sistem stand pipe kering, biasanya diisi dengan udara bertekanan dan
dirangkaikan dengan suatu alat, seperti dry pipe valve untuk menerima air ke dalam sistem
perpipaan secara otomatis dengan membuka hose valve. Pompa akan bekerja secara otomatis
pada saat alarm berbunyi, sehingga air akan segera mengalir untuk menanggulangi kebakaran.
c. Semi automatic dry
Merupakan sistem stand pipe kering yang dirangkaikan dengan suatu alat, seperti deluge
valve untuk menerima air ke dalam sistem perpipaan dengan cara mengaktifkan suatu alat
pengontrol jarak jauh yang terletak pada setiap hose connection. Suplai air harus mampu
memenuhi kebutuhan sistem.
d. Manual wet
Merupakan sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang sedikit, hanya untuk
memelihara keberadaan air dalam pipanya, namun tidak bisa untuk memenuhi kebutuhan
sistem. Suplai air sistem diperoleh dari fire department pumper.
e. Manual dry
Merupakan sistem stand pipe yang tidak memiliki suplai air yang permanen. Air yang
diperlukan diperoleh dari fire department pumper, kemudian dipompakan ke dalam sistem
melalui fire department connection.
2. Kelas Sistem Stand Pipe
a. Kelas I
Merupakan sistem stand pipe yang harus menyediakan hose connection Ø65 mm untuk
mensuplai airnya, khususnya digunakan oleh petugas pemadam kebakaran dan orang-orang
yang terlatih untuk menangani kebakaran berat.
b. Kelas II
Merupakan sistem stand pipe yang harus menyediakan hose connection Ø40 mm untuk
mensuplai airnya, digunakan oleh penghuni gedung atau petugas pemadam kebakaran
selama tindakan pertama. Pengecualian dapat dilakukan dengan menggunakan hose
connection Ø25 mm, jika kemungkinan bahaya sangat kecil dan telah disetujui oleh instansi
yang berwenang.
c. Kelas III
Merupakan sistem stand pipe yang harus menyediakan baik hose connection Ø40 mm untuk
digunakan oleh penghuni gedung maupun hose connection Ø65 mm untuk digunakan oleh
petugas pemadam kebakaran dan orang-orang yang terlatih untuk menangani kebakaran
berat.
IV-7
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
IV-8
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
IV-9
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
IV-10
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
IV-11
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
IV-12
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
a. Keadaan Normal
IV-14
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
Pada keadaan normal sumber daya listrik diperoleh dari PLN dengan tegangan
menengah 20 KV. Selanjutnya sumber listrik tersebut didistribusikan ke LVMDP
melalui transformator penurun tegangan 20 KV/380 V. Sumber listrik PLN tersebut
mensuplai seluruh jenis beban yang ada didalam gedung.
c. Keadaan Emergensi
Pada keadaan ini seumber daya listrik dapat diperoleh salah satu dari PLN
(apabila PLN tidak dipadamkan) ataupun dari diesel generator set.
Proses pengaturan kerja generator apabila PLN dipadamkan sama seperti pada
keadaan PLN padam.
Pada saat emergensi ini, beban-beban yang tidak mendukung bagi
penanggulangan kebakaran (beban-beban non prioritas) harus dipadamkan ,
sedangkan beban-beban prioritas lain yang berfungsi untuk usaha pemadaman
kebakaran ataupun untuk usaha penyelamatan jiwa manusia harus tetap disuplai.
Hal diatas diperoleh dari perencanaan sistem distribusi beban dipanel utama
tegangan rendah (PDTR) yang mana pengelompokkan beban-beban prioritas
dipisahkan dengan beban-beban lainnya.
IV-15
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
hidrant, sistem telephone, sistem tata suara, system fire alarm, motor-motor listrik dan
juga beban-beban peralatan control dan lain-lain.
Menurut derajat pentingnya beban, seluruh beban listrik dapat dikelompokkan menjadi
3 (tiga) kelompok beban sebagai berikut :
a. Beban Normal
Beban normal adalah seluruh beban-beban llistrik yang tersambung didalam/diluar
gedung hanya dilayani oleh sumber daya listrik utama PLN.
b. Beban Emergensi
Merupakan beban-beban listrik tersambung yang dapat dilayani sumber daya listrik
PLN atau sumber daya listrik cadangan diesel genset.
c. Beban Prioritas.
Merupakan sebagian dari beban normal yang harus (mutlak) tetap dilayani, baik
oleh system pelayanan PLN maupun system pembangkit tenaga listrik cadangan
(diesel generator set). Beban beban listrik ini digunakan untuk upaya penyelamatan
jiwa serta upaya penanggulangan bahaya kebakaran dapat dilakukan dengan baik.
Beban-beban listrik ini antara lain terdiri dari :
- Pompa hidran kebakaran
- Peralatan evakuasi
- Lampu-lampu emergensi
- Penerangan & stop kontak
IV-16
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
Daya dari sisi sekunder transformator yang bertegangan 380/220 Volt tersebut
kemudian disalurkan ke panel PDTR(Panel Distribusi Tegangan Rendah) yang terletak di
ruang genset.
IV-17
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
3. Pembuatan panel
Cara pembuatan dan ukuran dari panel disesuaikan dengan
Beban standard yang ada.
4. Sistem Proteksi
Sistem proteksi direncanakan dengan system proteksi bertingkat
pada panel-panel penerangan, panel daya dan panel sub – distribusi
serta panel distribusi utama.
IV-18
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
- Smoke detector
- Master Control for Fire Alarm / MCFA
b). Instalasi sistem pengindera kebakaran
- Kabel instalasi
- Pipa pelindung kabel
Sistem Konvensional: yaitu yang menggunakan kabel isi dua untuk hubungan antar detector ke
detector dan ke Panel. Kabel yang dipakai umumnya kabel listrik NYM 2x1.5mm atauNYMHY
2x1.5mm yang ditarik di dalam pipa conduit semisal EGA atau Clipsal. Pada instalasi yang cukup kritis
kerap dipakai kabel tahan api (FRC=Fire Resistance Cable) dengan ukuran 2x1.5mm, terutama untuk
kabel-kabel yang menuju ke Panel dan sumber listrik 220V. Oleh karena memakai kabel isi dua, maka
instalasi ini disebut dengan 2-Wire Type.
Heat detector adalah pendeteksi kenaikan panas. Jenis ROR adalah yang paling banyak
digunakan saat ini, karena selain ekonomis juga aplikasinya luas. Area deteksi sensor bisa mencapai
50m2 untuk ketinggian plafon 4m. Sedangkan untukplafon lebih tinggi, area deteksinya berkurang
menjadi 30m2. Ketinggian pemasangan max. hendaknya tidak melebihi 8m. ROR banyak digunakan
karena detector ini bekerja berdasarkan kenaikan temperatur secara cepat di satu ruangan kendati
masih berupa hembusan panas. Umumnya pada titik 55oC - 63oC sensor ini sudah aktif dan
membunyikan alarm bell kebakaran. Dengan begitu bahaya kebakaran (diharapkan) tidak sempat
meluas ke area lain. ROR sangat ideal untuk ruangan kantor, kamar hotel, rumah sakit, ruang server,
ruang arsip, gudang pabrik dan lainnya.
Prinsip kerja ROR sebenarnya hanya saklar bi-metal biasa. Saklar akan kontak saat
mendeteksi panas. Karena tidak memerlukan tegangan (supply), maka bisa dipasang langsung pada
panel alarm rumah. Dua kabelnya dimasukkan ke terminal Zone-Com pada panel alarm. Jika
dipasang pada panel Fire Alarm, maka terminalnya adalah L dan LC. Kedua kabelnya boleh terpasang
terbalik, sebab tidak memiliki plus-minus. Sedangkan sifat kontaknya adalah NO (Normally Open).
IV-20
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
3. Fix Temperature
Fix Temperature termasuk juga ke dalam Heat Detector. Berbeda dengan ROR, maka Fix
Temperature baru mendeteksi pada derajat panas yang langsung tinggi. Oleh karena itu cocok
ditempatkan pada area yang lingkungannya memang sudah agak-agak "panas", seperti: ruang
genset, basement, dapur-dapur foodcourt, gudang beratap asbes, bengkel las dan sejenisnya.
Alasannya, jika pada area itu dipasang ROR, maka akan rentan terhadap False Alarm (Alarm Palsu),
sebab hembusan panasnya saja sudah bisa menyebabkan ROR mendeteksi. Area efektif detektor
jenis ini adalah 30m2 (pada ketinggian plafon 4m) atau 15m2 (untuk ketinggian plafon antara 4 -
8m). Seperti halnya ROR, kabel yang diperlukan untuk detector ini cuma 2, yaitu L dan LC, boleh
terbalik dan bisa dipasang langsung pada panel alarm rumah merk apa saja. Sifat kontaknya adalah
NO (Normally Open).
4. Smoke Detector
Smoke Detector mendeteksi asap yang masuk ke dalamnya. Asap memiliki partikel-partikel yang
kian lama semakin memenuhi ruangan smoke (smoke chamber) seiring dengan meningkatnya
intensitas kebakaran. Jika kepadatan asap ini (smoke density) telah melewati ambang batas
(threshold), maka rangkaian elektronik di dalamnya akan aktif. Oleh karena berisi rangkaian
elektronik, maka Smoke memerlukan tegangan. Pada tipe 2-Wire tegangan ini disupply dari panel
Fire bersamaan dengan sinyal, sehingga hanya menggunakan 2 kabel saja. Sedangkan pada tipe 4-
Wire (12VDC), maka tegangan plus minus 12VDC-nya disupply dari panel alarm biasa sementara
sinyalnya disalurkan pada dua kabel sisanya. Area proteksinya mencapai 150m2 untuk ketinggian
plafon 4m.
Conventional Fire Alarm Control Panel
IV-21
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
Tampak luar Panel Fire Alarm umumnya berupa metal kabinet dari bahan yang kokoh seperti terlihat
pada gambar di samping. Pada beberapa tipe ada yang berwarna merah, mungkin dengan maksud
agar bisa dibedakan dengan panel listrik ataupun panel instrumentasi lainnya.
Dalam sistem alarm, panel berfungsi sebagai pusat pengendali semua sistem dan merupakan inti
dari semua sistem alarm. Oleh sebab itu, maka lokasi penempatannya harus direncanakan dengan
baik, terlebih lagi pada sistem Fire Alarm. Syarat utamanya adalah tempatkan panel sejauh mungkin
dari lokasi yang berpotensial menimbulkan kebakaran dan jauh dari campur tangan orang yang tidak
berhak. Perlu diingat, kendati bukan merupakan alat keselamatan, namun sistem Fire Alarm sangat
bersangkutan jiwa manusia, sehingga kekeliruan sekecil apapun sebaiknya diantisipasi sejak dini.
Panel Fire Alarm memiliki kapasitas zone, misalnya 1 Zone, 5 Zone, 10 dan seterusnya. Pemilihan
kapasitas panel disesuaikan dengan banyaknya lokasi yang akan diproteksi, selain tentu saja
pertimbangan soal harga. Di bagian depannya tertera sederetan lampu indikator yang menunjukkan
aktivitas sistem. Kesalahan sekecil apapun akan terdeteksi oleh panel ini, diantaranya:
-Indikator Zone yang menunjukkan Lokasi Kebakaran (Fire) dan kabel putus (Zone Fault).
-Indikator Power untuk memastikan bagus tidaknya pasokan listrik pada sistem.
-Indikator Battery untuk memastikan kondisi baterai masih penuh atau sudah
lemah.
-Indikator Attention untuk mengingatkan operator akan adanya posisi switch yang salah.
-Indikator Accumulation untuk menandakan bahwa sesaat lagi akan terjadi deteksi dan sederetan
indikator lainnya.
Panel Fire Alarm tidak memerlukan pengoperasian manual secara rutin, karena secara teknis ia
sudah beroperasi selama 24 jam non-stop. Namun yang diperlukan adalah pengawasan dan
pemeliharaan oleh pekerja yang memang sebaiknya ditunjuk khusus untuk melakukan itu. Setiap
kesalahan (trouble) yang terjadi harus segera dilaporkan dan ditindaklanjuti, sebab kita tidak pernah
tahu kapan terjadinya bahaya kebakaran.
Pengujian berkala perlu dilakukan sedikitnya dua kali dalam setahun guna memastikan keseluruhan
sistem bekerja dengan baik. Untuk menguji sistem diperlukan satu standar operasi yang benar,
jangan sampai menimbulkan kepanikan luar biasa bagi orang-orang di sekitarnya disebabkan oleh
bunyi bell alarm dari sistem yang kita uji.
IV-22
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
Disebut tiga serangkai, karena ketiganya biasa dipasang di tembok berjajar ke bawah ataupun
ditempatkan dalam satu plat metal yang berada tepat di atas lemari hidran (selang pemadam api).
2. Fire Bell
Fire Bell akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya cukup nyaring dalam jarak
yang relatif jauh. Tegangan output yang keluar dari dari panel Fire Alarm adalah 24VDC, sehingga
jenis Fire Bell 24VDC-lah yang banyak dipakai saat ini, sekalipun versi 12VDC juga tersedia. Perlu
diperhatikan dalam pemasangan Fire Bell (pada tipe Gong) adalah kedudukan piringan bell terhadap
batang pemukul piringan jangan sampai salah. Jika tidak pas, maka bunyi bell menjadi tidak nyaring.
Aturlah kembali dudukannya dengan cermat sampai bunyi bel terdengar paling nyaring.
IV-23
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
3. Indicator Lamp
Indicator lamp adalah lampu yang berfungsi sebagai pertanda aktif-tidaknya sistem Fire Alarm atau
sebagai pertanda adanya kebakaran. Entah kami salah kaprah atau tidak, sebab dalam
Jadi apabila demikian, maka yang dimaksud dengan Indicator Lamp pada Fire Alarm adalah lampu yang
menunjukkan adanya power pada panel ataupun menunjukkan trouble dan atau kebakaran. Di
dalamnya hanya berupa lampu bohlam (bulb) berdaya 30V/2W atau lampu LED berarus rendah. Oleh
karena itu, dalam sistem yang normal (tidak pada saat kebakaran) seyogianya lampu ini menyala (On).
Sebaliknya apabila lampu mati, ya tentu saja ada trouble pada power. Pada beberapa merk, indikasi
kebakaran dinyatakan dengan lampu indikator yang berkedip-kedip.
IV-24
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
Sistem tata suara untuk gedung ini terdiri atas komponen sebagai berikut :
Dari sentral tata suara dapat disampaikan informasi baik dalam bentuk background music, paging
maupun emergency call ke seluruh ruangan tanpa terkecuali. Pada gedung Pendidikan terdapat
mixer amplifier sebagai penguat sinyal dari sentral & dilengkapi microphone untuk panggilan local
di gedung tersebut.
1. Sistem tata umum
Tata suara yang digunakan diruang umum, koridor area kompleks gedung Stikes Tlogorejo.
Peralatan tata suara yang dipergunakan sebagai berikut :
a. Ceiling speaker
b. Volume control
c. Mixer Amplifire.
Coridor 60 – 70
Parking Area 70 – 80
IV-25
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
Sistem CCTV yang paling sederhana terdiri dari kamera statik, multiplexer/switcher dan TV
monitor,. Kamera dapat di tempatkan di beberapa area/ruangan yang dianggap penting dan
seluruh kejadian dipantau oleh monitor. sistem ini digunakan dengan pengawasan langsung
oleh operator
IV-26
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
Terminal udara
Penghantar pembumian (down conductor)
Terminal dan electroda pembumian
Kotak sambung
Ijin dari lembaga yang berwenang
Pekerjaan lain yang menunjang pekerjaan tersebut di atas
IV-27
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
petir dan dapat menyalurkan dengan aman aliran arus petir pada saat terjadi pelepasan muatan
elektron dan bending radius yang diijinkan tak boleh kurang dari 365 mm.
Sistem pembumian
Sistem pembumian dipasang/ diletakkan sesuai yang ditunjukkan dalam gambar.Sistem
pembumian ini terdiri dari terminal pembumian dan elektrode pembumian. Elektroda
pembumian terbuat dari batang tembaga dengan diameter tidak kurang dari ¾” , panjang 6
meter dan harus dimasukkan ke dalam tanah secara vertikal. Batang tembaga harus dilindungi
dari korosi dengan cara menaburkan serbuk arang di sekitar batang tembaga.
Terminal pembumian terletak dalam bak kontrol khusus untuk keperluan pengecekan tahanan
secara berkala.
Tahanan pembumian maksimum 2 ohm.
IV-28
LAPORAN PENGEMBANGAN RANCANGAN TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
Ng = 0.04 Td ¹·²³
Ng = 0.04 X (148) ¹·²³
Ng = 20,648 per km per tahun
IV-30
LAPORAN ANTARA TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
BAB V
RENCANA MEP
5.1. KONSEP MEKANIKAL DAN PLUMBING
5.1.1. Lingkup Pekerjaan
1. Sistem Air Bersih
2. Sistem Air Kotor dan Air Bekas
V-1
LAPORAN ANTARA TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
c. Aula : 25 ltr/hari/orang
d. Kantin : 15 ltr/hari/orang
e. Masjid : 5 ltr/hari/orang
f. Pasar, Toserba : 5 ltr/m2
7. Cadangan air bersih dihitung untuk kebutuhan 1 (satu) hari
8. Kecepatan aliran air dalam pipa maksimum 2 m/detik
V-2
LAPORAN ANTARA TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
lebih dari 2,5 meter. Apabila terjadi kebakaran, melepaskan panas sedang sehingga
menjalarnya api sedang.
2. Kelompok II
Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai
kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak
lebih dari 4 meter. Apabila terjadi kebakaran, melepaskan panas sedang sehingga menjalarnya
api sedang.
3. Kelompok III
Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai
kemudahan terbakar tinggi. Apabila terjadi kebakaran, melepaskan panas tinggi sehingga
menjalarnya api cepat.
c. Bahaya kebakaran berat
Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai
kemudahan terbakar tinggi. Apabila terjadi kebakaran, melepaskan panas sangat tinggi sehingga
menjalarnya api sangat cepat.
2. Sistem Hidran
1. Type Sistem Stand Pipe
a. Automatic wet
Merupakan sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan sistem secara otomatis.
b. Automatic dry
Merupakan sistem stand pipe kering, biasanya diisi dengan udara bertekanan dan
dirangkaikan dengan suatu alat, seperti dry pipe valve untuk menerima air ke dalam sistem
perpipaan secara otomatis dengan membuka hose valve. Pompa akan bekerja secara otomatis
pada saat alarm berbunyi, sehingga air akan segera mengalir untuk menanggulangi kebakaran.
c. Semi automatic dry
Merupakan sistem stand pipe kering yang dirangkaikan dengan suatu alat, seperti deluge
valve untuk menerima air ke dalam sistem perpipaan dengan cara mengaktifkan suatu alat
pengontrol jarak jauh yang terletak pada setiap hose connection. Suplai air harus mampu
memenuhi kebutuhan sistem.
d. Manual wet
Merupakan sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang sedikit, hanya untuk
memelihara keberadaan air dalam pipanya, namun tidak bisa untuk memenuhi kebutuhan
sistem. Suplai air sistem diperoleh dari fire department pumper.
V-3
LAPORAN ANTARA TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
e. Manual dry
Merupakan sistem stand pipe yang tidak memiliki suplai air yang permanen. Air yang
diperlukan diperoleh dari fire department pumper, kemudian dipompakan ke dalam sistem
melalui fire department connection.
2. Kelas Sistem Stand Pipe
a. Kelas I
Merupakan sistem stand pipe yang harus menyediakan hose connection Ø65 mm untuk
mensuplai airnya, khususnya digunakan oleh petugas pemadam kebakaran dan orang-orang
yang terlatih untuk menangani kebakaran berat.
b. Kelas II
Merupakan sistem stand pipe yang harus menyediakan hose connection Ø40 mm untuk
mensuplai airnya, digunakan oleh penghuni gedung atau petugas pemadam kebakaran
selama tindakan pertama. Pengecualian dapat dilakukan dengan menggunakan hose
connection Ø25 mm, jika kemungkinan bahaya sangat kecil dan telah disetujui oleh instansi
yang berwenang.
c. Kelas III
Merupakan sistem stand pipe yang harus menyediakan baik hose connection Ø40 mm untuk
digunakan oleh penghuni gedung maupun hose connection Ø65 mm untuk digunakan oleh
petugas pemadam kebakaran dan orang-orang yang terlatih untuk menangani kebakaran
berat.
V-4
LAPORAN ANTARA TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
V-5
LAPORAN ANTARA TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
V-6
LAPORAN ANTARA TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
V-7
LAPORAN ANTARA TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
PLN merupakan sumber listrik utama yang akan mensuplai seluruh beban
didalam gedung. Sistem suplai listrik yang direncanakan pada kompleks Pusdiklat UNS
Solo ini adalah dengan berlangganan tegangan menengah 20 KV, 3 Phase, 50 Hertz.
Sumber listrik PLN tersebut dihubungkan denga Panel Distribusi Tegangan Menengah
(PDTM) yang berada di power house. Menggunakan transformer distribusi 20 KV/380 V
untuk menurunkan tegangan dari tegangan menengah menjadi tegangan rendah.
Kemudian listrik tegangan rendah tersebut dihubungkan ke Panel Distribusi Tegangan
Rendah (PDTR) yang berada di ruang panel. Dari PDTR ini sumber listrik tegangan rendah
380/220V didistribusikan ke seluruh beban listrik untuk semua gedung.
Untuk sumber listrik cadangan yang dibutuhkan pada gedung, bilamana aliran
daya listrik dari PLN terputus (failure), maka disediakan diesel generator set.
Kapasitas genset yang direncanakan adalah 100 % back-up listrik PLN. Diesel
Generator Set yang akan digunakan direncanakan meliputi 4 zona/kawasan adalah
sebagai berikut :
Generator -Set
Kapasitas : 1.000 Kva,Stanby Power
Tegangan : 380/220 Volt
Rpm : 1.500
Phasa : 3
Frekwensi : 50 Hz
Jumlah : 1 unit
a. Keadaan Normal
V-9
LAPORAN ANTARA TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
Pada keadaan normal sumber daya listrik diperoleh dari PLN dengan tegangan
menengah 20 KV. Selanjutnya sumber listrik tersebut didistribusikan ke LVMDP
melalui transformator penurun tegangan 20 KV/380 V. Sumber listrik PLN tersebut
mensuplai seluruh jenis beban yang ada didalam gedung.
c. Keadaan Emergensi
Pada keadaan ini seumber daya listrik dapat diperoleh salah satu dari PLN
(apabila PLN tidak dipadamkan) ataupun dari diesel generator set.
Proses pengaturan kerja generator apabila PLN dipadamkan sama seperti pada
keadaan PLN padam.
Pada saat emergensi ini, beban-beban yang tidak mendukung bagi
penanggulangan kebakaran (beban-beban non prioritas) harus dipadamkan ,
sedangkan beban-beban prioritas lain yang berfungsi untuk usaha pemadaman
kebakaran ataupun untuk usaha penyelamatan jiwa manusia harus tetap disuplai.
Hal diatas diperoleh dari perencanaan sistem distribusi beban dipanel utama
tegangan rendah (PDTR) yang mana pengelompokkan beban-beban prioritas
dipisahkan dengan beban-beban lainnya.
V-10
LAPORAN ANTARA TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
hidrant, sistem telephone, sistem tata suara, system fire alarm, motor-motor listrik dan
juga beban-beban peralatan control dan lain-lain.
Menurut derajat pentingnya beban, seluruh beban listrik dapat dikelompokkan menjadi
3 (tiga) kelompok beban sebagai berikut :
a. Beban Normal
Beban normal adalah seluruh beban-beban llistrik yang tersambung didalam/diluar
gedung hanya dilayani oleh sumber daya listrik utama PLN.
b. Beban Emergensi
Merupakan beban-beban listrik tersambung yang dapat dilayani sumber daya listrik
PLN atau sumber daya listrik cadangan diesel genset.
c. Beban Prioritas.
Merupakan sebagian dari beban normal yang harus (mutlak) tetap dilayani, baik
oleh system pelayanan PLN maupun system pembangkit tenaga listrik cadangan
(diesel generator set). Beban beban listrik ini digunakan untuk upaya penyelamatan
jiwa serta upaya penanggulangan bahaya kebakaran dapat dilakukan dengan baik.
Beban-beban listrik ini antara lain terdiri dari :
- Pompa hidran kebakaran
- Peralatan evakuasi
- Lampu-lampu emergensi
- Penerangan & stop kontak
V-11
LAPORAN ANTARA TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
Daya dari sisi sekunder transformator yang bertegangan 380/220 Volt tersebut
kemudian disalurkan ke panel PDTR(Panel Distribusi Tegangan Rendah) yang terletak di
ruang genset.
V-12
LAPORAN ANTARA TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
3. Pembuatan panel
Cara pembuatan dan ukuran dari panel disesuaikan dengan
Beban standard yang ada.
4. Sistem Proteksi
Sistem proteksi direncanakan dengan system proteksi bertingkat
pada panel-panel penerangan, panel daya dan panel sub – distribusi
serta panel distribusi utama.
V-13
LAPORAN ANTARA TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
- Smoke detector
- Master Control for Fire Alarm / MCFA
b). Instalasi sistem pengindera kebakaran
- Kabel instalasi
- Pipa pelindung kabel
Sistem Konvensional: yaitu yang menggunakan kabel isi dua untuk hubungan antar detector ke
detector dan ke Panel. Kabel yang dipakai umumnya kabel listrik NYM 2x1.5mm atauNYMHY
2x1.5mm yang ditarik di dalam pipa conduit semisal EGA atau Clipsal. Pada instalasi yang cukup kritis
kerap dipakai kabel tahan api (FRC=Fire Resistance Cable) dengan ukuran 2x1.5mm, terutama untuk
kabel-kabel yang menuju ke Panel dan sumber listrik 220V. Oleh karena memakai kabel isi dua, maka
instalasi ini disebut dengan 2-Wire Type.
Heat detector adalah pendeteksi kenaikan panas. Jenis ROR adalah yang paling banyak
digunakan saat ini, karena selain ekonomis juga aplikasinya luas. Area deteksi sensor bisa mencapai
50m2 untuk ketinggian plafon 4m. Sedangkan untukplafon lebih tinggi, area deteksinya berkurang
menjadi 30m2. Ketinggian pemasangan max. hendaknya tidak melebihi 8m. ROR banyak digunakan
karena detector ini bekerja berdasarkan kenaikan temperatur secara cepat di satu ruangan kendati
masih berupa hembusan panas. Umumnya pada titik 55oC - 63oC sensor ini sudah aktif dan
membunyikan alarm bell kebakaran. Dengan begitu bahaya kebakaran (diharapkan) tidak sempat
meluas ke area lain. ROR sangat ideal untuk ruangan kantor, kamar hotel, rumah sakit, ruang server,
ruang arsip, gudang pabrik dan lainnya.
Prinsip kerja ROR sebenarnya hanya saklar bi-metal biasa. Saklar akan kontak saat
mendeteksi panas. Karena tidak memerlukan tegangan (supply), maka bisa dipasang langsung pada
panel alarm rumah. Dua kabelnya dimasukkan ke terminal Zone-Com pada panel alarm. Jika
dipasang pada panel Fire Alarm, maka terminalnya adalah L dan LC. Kedua kabelnya boleh terpasang
terbalik, sebab tidak memiliki plus-minus. Sedangkan sifat kontaknya adalah NO (Normally Open).
V-15
LAPORAN ANTARA TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
3. Fix Temperature
Fix Temperature termasuk juga ke dalam Heat Detector. Berbeda dengan ROR, maka Fix
Temperature baru mendeteksi pada derajat panas yang langsung tinggi. Oleh karena itu cocok
ditempatkan pada area yang lingkungannya memang sudah agak-agak "panas", seperti: ruang
genset, basement, dapur-dapur foodcourt, gudang beratap asbes, bengkel las dan sejenisnya.
Alasannya, jika pada area itu dipasang ROR, maka akan rentan terhadap False Alarm (Alarm Palsu),
sebab hembusan panasnya saja sudah bisa menyebabkan ROR mendeteksi. Area efektif detektor
jenis ini adalah 30m2 (pada ketinggian plafon 4m) atau 15m2 (untuk ketinggian plafon antara 4 -
8m). Seperti halnya ROR, kabel yang diperlukan untuk detector ini cuma 2, yaitu L dan LC, boleh
terbalik dan bisa dipasang langsung pada panel alarm rumah merk apa saja. Sifat kontaknya adalah
NO (Normally Open).
4. Smoke Detector
Smoke Detector mendeteksi asap yang masuk ke dalamnya. Asap memiliki partikel-partikel yang
kian lama semakin memenuhi ruangan smoke (smoke chamber) seiring dengan meningkatnya
intensitas kebakaran. Jika kepadatan asap ini (smoke density) telah melewati ambang batas
(threshold), maka rangkaian elektronik di dalamnya akan aktif. Oleh karena berisi rangkaian
elektronik, maka Smoke memerlukan tegangan. Pada tipe 2-Wire tegangan ini disupply dari panel
Fire bersamaan dengan sinyal, sehingga hanya menggunakan 2 kabel saja. Sedangkan pada tipe 4-
Wire (12VDC), maka tegangan plus minus 12VDC-nya disupply dari panel alarm biasa sementara
sinyalnya disalurkan pada dua kabel sisanya. Area proteksinya mencapai 150m2 untuk ketinggian
plafon 4m.
Conventional Fire Alarm Control Panel
V-16
LAPORAN ANTARA TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
Tampak luar Panel Fire Alarm umumnya berupa metal kabinet dari bahan yang kokoh seperti terlihat
pada gambar di samping. Pada beberapa tipe ada yang berwarna merah, mungkin dengan maksud
agar bisa dibedakan dengan panel listrik ataupun panel instrumentasi lainnya.
Dalam sistem alarm, panel berfungsi sebagai pusat pengendali semua sistem dan merupakan inti
dari semua sistem alarm. Oleh sebab itu, maka lokasi penempatannya harus direncanakan dengan
baik, terlebih lagi pada sistem Fire Alarm. Syarat utamanya adalah tempatkan panel sejauh mungkin
dari lokasi yang berpotensial menimbulkan kebakaran dan jauh dari campur tangan orang yang tidak
berhak. Perlu diingat, kendati bukan merupakan alat keselamatan, namun sistem Fire Alarm sangat
bersangkutan jiwa manusia, sehingga kekeliruan sekecil apapun sebaiknya diantisipasi sejak dini.
Panel Fire Alarm memiliki kapasitas zone, misalnya 1 Zone, 5 Zone, 10 dan seterusnya. Pemilihan
kapasitas panel disesuaikan dengan banyaknya lokasi yang akan diproteksi, selain tentu saja
pertimbangan soal harga. Di bagian depannya tertera sederetan lampu indikator yang menunjukkan
aktivitas sistem. Kesalahan sekecil apapun akan terdeteksi oleh panel ini, diantaranya:
-Indikator Zone yang menunjukkan Lokasi Kebakaran (Fire) dan kabel putus (Zone Fault).
-Indikator Power untuk memastikan bagus tidaknya pasokan listrik pada sistem.
-Indikator Battery untuk memastikan kondisi baterai masih penuh atau sudah
lemah.
-Indikator Attention untuk mengingatkan operator akan adanya posisi switch yang salah.
-Indikator Accumulation untuk menandakan bahwa sesaat lagi akan terjadi deteksi dan sederetan
indikator lainnya.
Panel Fire Alarm tidak memerlukan pengoperasian manual secara rutin, karena secara teknis ia
sudah beroperasi selama 24 jam non-stop. Namun yang diperlukan adalah pengawasan dan
pemeliharaan oleh pekerja yang memang sebaiknya ditunjuk khusus untuk melakukan itu. Setiap
kesalahan (trouble) yang terjadi harus segera dilaporkan dan ditindaklanjuti, sebab kita tidak pernah
tahu kapan terjadinya bahaya kebakaran.
Pengujian berkala perlu dilakukan sedikitnya dua kali dalam setahun guna memastikan keseluruhan
sistem bekerja dengan baik. Untuk menguji sistem diperlukan satu standar operasi yang benar,
jangan sampai menimbulkan kepanikan luar biasa bagi orang-orang di sekitarnya disebabkan oleh
bunyi bell alarm dari sistem yang kita uji.
V-17
LAPORAN ANTARA TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
Disebut tiga serangkai, karena ketiganya biasa dipasang di tembok berjajar ke bawah ataupun
ditempatkan dalam satu plat metal yang berada tepat di atas lemari hidran (selang pemadam api).
2. Fire Bell
Fire Bell akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya cukup nyaring dalam jarak
yang relatif jauh. Tegangan output yang keluar dari dari panel Fire Alarm adalah 24VDC, sehingga
jenis Fire Bell 24VDC-lah yang banyak dipakai saat ini, sekalipun versi 12VDC juga tersedia. Perlu
diperhatikan dalam pemasangan Fire Bell (pada tipe Gong) adalah kedudukan piringan bell terhadap
batang pemukul piringan jangan sampai salah. Jika tidak pas, maka bunyi bell menjadi tidak nyaring.
Aturlah kembali dudukannya dengan cermat sampai bunyi bel terdengar paling nyaring.
V-18
LAPORAN ANTARA TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
3. Indicator Lamp
Indicator lamp adalah lampu yang berfungsi sebagai pertanda aktif-tidaknya sistem Fire Alarm atau
sebagai pertanda adanya kebakaran. Entah kami salah kaprah atau tidak, sebab dalam
Jadi apabila demikian, maka yang dimaksud dengan Indicator Lamp pada Fire Alarm adalah lampu yang
menunjukkan adanya power pada panel ataupun menunjukkan trouble dan atau kebakaran. Di
dalamnya hanya berupa lampu bohlam (bulb) berdaya 30V/2W atau lampu LED berarus rendah. Oleh
karena itu, dalam sistem yang normal (tidak pada saat kebakaran) seyogianya lampu ini menyala (On).
Sebaliknya apabila lampu mati, ya tentu saja ada trouble pada power. Pada beberapa merk, indikasi
kebakaran dinyatakan dengan lampu indikator yang berkedip-kedip.
V-19
LAPORAN ANTARA TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
Sistem tata suara untuk gedung ini terdiri atas komponen sebagai berikut :
Dari sentral tata suara dapat disampaikan informasi baik dalam bentuk background music, paging
maupun emergency call ke seluruh ruangan tanpa terkecuali. Pada gedung Pendidikan terdapat
mixer amplifier sebagai penguat sinyal dari sentral & dilengkapi microphone untuk panggilan local
di gedung tersebut.
1. Sistem tata umum
Tata suara yang digunakan diruang umum, koridor area kompleks gedung Stikes Tlogorejo.
Peralatan tata suara yang dipergunakan sebagai berikut :
a. Ceiling speaker
b. Volume control
c. Mixer Amplifire.
Coridor 60 – 70
Parking Area 70 – 80
V-20
LAPORAN ANTARA TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
Sistem CCTV yang paling sederhana terdiri dari kamera statik, multiplexer/switcher dan TV
monitor,. Kamera dapat di tempatkan di beberapa area/ruangan yang dianggap penting dan
seluruh kejadian dipantau oleh monitor. sistem ini digunakan dengan pengawasan langsung
oleh operator
Pekerjaan ini meliputi pengurusan perijinan dari badan / lembaga yang berwenang, pengadaan
bahan, peralatan, tenaga kerja, pemasangan, pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan
terhadap keseluruhan sistem penangkal petir.
Pekerjaan tersebut terdiri dari :
Terminal udara
Penghantar pembumian (down conductor)
Terminal dan electroda pembumian
Kotak sambung
Ijin dari lembaga yang berwenang
Pekerjaan lain yang menunjang pekerjaan tersebut di atas
Sistem pembumian
Sistem pembumian dipasang/ diletakkan sesuai yang ditunjukkan dalam gambar.Sistem
pembumian ini terdiri dari terminal pembumian dan elektrode pembumian. Elektroda
pembumian terbuat dari batang tembaga dengan diameter tidak kurang dari ¾” , panjang 6
meter dan harus dimasukkan ke dalam tanah secara vertikal. Batang tembaga harus dilindungi
dari korosi dengan cara menaburkan serbuk arang di sekitar batang tembaga.
Terminal pembumian terletak dalam bak kontrol khusus untuk keperluan pengecekan tahanan
secara berkala.
Tahanan pembumian maksimum 2 ohm.
V-22
LAPORAN ANTARA TA-2020
PERENCANAAN PEMBANGUNAN LABORATORIUM MERKURI DAN METROLOGI LINGKUNGAN
Ng = 0.04 Td ¹·²³
Ng = 0.04 X (148) ¹·²³
Ng = 20,648 per km per tahun
Jenis bangunan
Keberadaan mudah terbakar dan mudah meledak
Jumlah manusi yang diperhatikan dengan adanya kerusakan
Langkah yang mendukung untuk mengurangi konsekwensi akibat petir
Jenis kepentingan kegunaan terhadap masyarakat.
V-24