Anda di halaman 1dari 2

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA

PERCOBAAN 4
UJI ABSORPSI OBAT IN SITU
Golongan C-III Kelompok A
Nama NIM
M. Farhan Fahreza 18/429570/FA/11835

Pertanyaan
1. Jelaskan mengapa parameter akhir permeabilitas pada percobaan ini disebut sebagai
permeabilitas semu (apparent permeability)?.
2. Apakah persyaratan obat yang dapat diuji dengan menggunakan metode ini?
3. Mengapa panjang usus efektif pada percobaan ini 20.5 cm, tidak pas 20 cm? Coba
jelaskan!

Jawaban
1. Menurut Saifullah Sulaiman (1999), Permeabilitas semu suatu obat dapat
menggambarkan absorbtivitas obat tersebut. Dengan adanya permeabiitas semu
suatu obat, juga bisa dilihat hubungan antara pH, koefisien partisi semu dan
koefisien partisi intrinsik terhadap permeabilitas semu yang dimiliki obat. Hal ini
sesuai dengan variabel yang akan dipelajari pada percobaan, yaitu pengaruh pH
terhadap absorbsi obat yang dilakukan secara difusi pasif dan in situ. Parameter
tersebut menjadi parameter permeabilitas pada percobaan ini karena Papp dapat
digunakan untuk mengukur langsung permeabilitas suatu membran terhadap obat
dengan cara yang dilakukan oleh teknik perfusi in situ through and through pada
percobaan kali ini. Papp atau apparent permeability coefficient values adalah indeks
yang banyak digunakan sebagai bagian dari general screening process untuk
mempelajari absorpsi obat dan didefinisikan sebagai fluks awal suatu senyawa
melalui membran, dinormalisasi oleh luas permukaan membran dan konsentrasi
donor. Papp dapat mengukur teknik analisis negatif yang dilakukan oleh metode ini,
yaitu mengukur kecepatan hilangnya obat dari lumen usus halus setelah dialirkan
secara perfusi.
2. Percobaan dilakukan dengan metode in situ melalui usus halus yang didasarkan pada
penentuan kecepatan hilangnya obat dari lumen usus setelah larutan dengan kadar
tertentu dilewatkan melalui lumen usus halus secara perfusi. Syarat mutlak yang
harus ada dalam metode ini adalah obat harus dalam kondisi stabil, tidak mengalami
metabolisme dalam lumen usus sehingga hilangnya obat dalam lumen usus akan
muncul dalam darah atau plasma darah. Dengan demikian, hilangnya obat yang
lewat pada usus halus diakibatkan adanya proses absorbsi yang terjadi.
3. Hal tersebut disebabkan karena 20cm dihitung dari ujung kanul yang dimasukkan
dan mengarah ke arah anal tempat masuknya aliran perfusi. Sehingga jarak dari
insisi lubang pertama hingga insisi lubang kedua adalah 20+x. Penambahan 0,5 cm
dipertimbangkan sebagai nilai pengoreksi hal tersebut. Penggunaan nilai pengoreksi
ini dipertimbangkan adanya karena kemungkinan kanul yang dapat bergeser
sehingga memperluas luas permukaan lumen usus yang kontak selama aliran perfusi
obat berjalan.
Daftar Pustaka
Saifullah Sulaiman, TN., 1999, Analisis Hubungan Koefisien Partisi dengan
Permeabilitas Murpofen, Ketoprofen, dan Fenoprofen, Bagian Farmasetika
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai