Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA

PERCOBAAN 2
KECEPATAN DISOLUSI INTRINSIK
Golongan C-III Kelompok A
Nama NIM Kontribusi
Maharani Ayu V 18/429564/FA/11829 Analisis Data
Muhammad Fahmi Syarif 18/429568/FA/11833 Analisis Data
Muhammad Farhan Fahreza 18/429570/FA/11835 Pembahasan
Nafilah Zulfa 18/429574/FA/11839 Kesimpulan

I. DATA PERHITUNGAN
1 Diameter pellet 1.3 cm
2 Bobot pellet 299 mg
3 Medium disolusi (37 °C, 150 mL) Aquadest dan HCl 0,1N
4 Kecepatan putar alat 100 putaran/menit
5 ƛmaks Asetosal (HCl 0.1N pH=1; akuades) 278 nm, 299 nm
6 Volume pengambilan sampel 2 ml (volume selalu dikembalikan)
7 Persamaan kurva baku (HCl 0.1N; akuades) y = 0.0597x + 0.0191; y = 0.250x + 0.0102
8 Luas permukaan pellet 1,32665 cm2
9 Nama Obat Asam Asetilsalisilat (Asetosal)

a. Kadar Terukur d. Kecepatan Disolusi Intrinsik


, 𝑑𝑐 Jumlah obat terdisolusi (mg)
x= 𝑥 𝑓𝑝 =
,
𝑑𝑡 waktu (menit) x luas pellet (cm2)
b. Kadar Terkoreksi
*Luas pelet = 𝑥 𝜋 𝑥 (diameter pelet)2
KT = K(t) + ( × K𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 tn-1)
e. AUC
c. Jumlah Obat Terdisolusi ( ) ( )
AUC =
∑ obat terdisolusi = × Vol
f. Dissolution Efficiency (DE)
medium
DE60 = x 100%
%

PERHITUNGAN
Medium HCl 0,1N pH 1 Persamaan regresi linear y = 0,0597x + 0,0191
Waktu Kadar Kadar Jumlah obat AUC
Kecepatan disolusi intrinsik
No. sampling Absorbansi Fp terukur terkoreksi terdisolusi (mg.menit/
(mg/menit.cm²)
(menit) (mg/mL) (mg/mL) (mg) mL)
1 5 0,118 1 1,6566 1,6566 2,4849 0,3746 4,1415
2 10 0,243 1 3,7504 3,7725 5,6588 0,4265 13,5728
3 20 0,509 1 8,2060 8,2563 12,3845 0,4668 60,1442
4 30 0,800 1 13,0804 13,1905 19,7857 0,4971 107,2341
5 45 0,609 2 19,7621 19,9380 29,9070 0,5010 248,4638
6 60 0,776 2 25,3568 25,6226 38,4339 0,4828 341,7048
AUC 0-60 775,26121
DE 60 0,2222676
Medium Aquadest Persamaan regresi linear y = 0,250x + 0,0102
Waktu
Kadar Kadar Jumlah obat AUC
sampling Pengencer Kecepatan disolusi intrinsik
No. Absorbansi terukur terkoreksi terdisolusi (mg.menit/
(menit) - an (mg/menit.cm²)
(mg/mL) (mg/mL) (mg) mL)
Akuades
1 5 0,167 1 0,6272 0,6272 0,9408 0,1418 1,5680
2 10 0,292 1 1,1272 1,1356 1,7033 0,1284 4,4069
3 20 0,617 1 2,4272 2,4423 3,6635 0,1381 17,8895
4 30 0,954 1 3,7752 3,8078 5,7116 0,1435 31,2505
5 45 0,695 2 5,4784 5,5292 8,2938 0,1389 70,0270
6 60 0,891 2 7,0464 7,1201 10,6802 0,1342 94,8697
AUC 0-60 220,01166
DE 60 0,2220694

Profil Kurva Disolusi

1. Kurva jumlah obat terdisolusi vs waktu

Medium HCl Medium Aquadest


Jumlah Obat Terdisolusi (mg)

Jumlah obat terdisolusi (mg)

50.0000 12.0000
y = 0.6643x - 0.7123 10.0000 y = 0.1801x + 0.0624
40.0000
R² = 0.9985 8.0000 R² = 0.9981
30.0000
6.0000
20.0000
4.0000
10.0000 2.0000
0.0000 0.0000
0 20 40 60 80 0 20 40 60 80
Waktu (menit) Waktu (menit)

2. Kurva kecepatan disolusi intrinsik vs waktu

Medium HCl Medium Aquadest


y = -5E-06x + 0.1376
Kecepatan disolusi intrinsik
Kecepatan disolusi intrinsik

0.6000 0.1450
0.5000
0.1400
R² = 0.0003
(mg/menit.cm²)
(mg/menit.cm²)

0.4000
0.3000 0.1350
0.2000 y = 0.0018x + 0.4072
0.1300
0.1000 R² = 0.6015
0.0000 0.1250
0 20 40 60 80 0 20 40 60 80
Waktu (menit) Waktu (menit)
II. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh keadaan bahan (baku) obat
(polimorfi, hidrat, solvat) terhadap kecepatan disolusi intrinsiknya sebagai preformulasi untuk
bentuk sediaannya. Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan
padat ke dalam media pelarut (Siregar dan Wikarsa, 2010). Laju disolusi obat merupakan salah
satu aspek yang perlu diperhatikan dalam proses formulasi obat. Karakter kecepatan disolusi dari
suatu Active Pharmaceutical Ingredient (API) dari suatu bentuk sediaan sangat tergantung dari
kelarutannya (Ali, 2005). Kecepatan disolusi intrinsik didefinisikan sebagai kecepatan disolusi
senyawa aktif murni yang mana kondisi luas permukaan, suhu, pengadukan, pH, dan homogenitas
cairan medium semuanya konstan (Sehić dkk., 2010).
Bahan obat yang diuji kecepatan disolusi intrinsiknya dalam praktikum ini adalah asetosal.
Asetosal atau yang biasa disebut asam asetilsalisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan
tidak lebih dari 100,5% C9H8O4. Percobaan ini dilakukan dengan 150 mL HCl 0,1 N dan aquades
sebagai medium disolusi pada suhu 37°C agar sesuai dengan suhu tubuh dimasukkan ke dalam
tabung percobaan yang dilengkapi jaket pengatur temperatur. Selanjutnya, pellet asetosal yang
telah diukur massa dan diameternya diletakkan di atas penyangga, lalu ditambahkan lilin yang
telah dicairkan di atasnya hingga semua bagian tertutup lilin. Penambahan lilin tersebut bermaksud
agar hanya satu sisi dari pellet tersebut yang terbuka dan langsung bersinggungan dengan medium
disolusi yaitu HCl. Setelah lilin tersebut memadat, penyangga dipasang pada tutup penyangga
yang terhubung motor pemutar. Penyangga yang terdapat pellet dimasukkan ke dalam tabung
percobaan yang telah berisi medium disolusi. Diatur agar tidak ada gelembung di bawah pellet
karena gelembung tersebut akan mempengaruhi disolusi. Selanjutnya, segera dijalankan motor
pemutar dengan kecepatan 100 rpm. Jarak antara pellet dengan dasar tabung berkisar 2 cm.
Dilakukan sampling dengan mengambil 2 mL medium disolusi dalam tabung lalu menggantinya
dengan medium disolusi yang baru. Penambahan medium disolusi yang baru bertujuan agar
volume media disolusi selalu tetap. Sampling dilakukan pada menit ke-5, 10, 20, 30, 45, dan 60.
Setelah disampling, diukur absorbansinya pada panjang gelombang 278 nm untuk medium
disolusi HCl 0,1 N dan 299 nm untuk medium disolusi aquades. Dari hasil percobaan tersebut
dapat diketahui kadarnya dengan cara memasukkan nilai absorbansi pada persamaan regresi linear
dari masing-masing kurva baku. Kurva baku dengan medium HCl 0,1 N, yaitu y = 0.6643x -
0.7123 sedangkan kurva baku dengan medium aquades adalah y = 0.1801x + 0.0624. Dari hasil
percobaan, diperoleh data diameter pellet 1,3 cm dengan bobot pellet adalah 299 mg. Pada medium
disolusi dengan HCl 0,1 N, hasil absorbansi pada menit ke-5, 10, 20, 30, 45, dan 60 secara
berurutan adalah 0,118; 0,243; 0,509; 0,800; 0,609; dan 0,776. Dari data tersebut dapat digunakan
untuk menghitung kecepatan disolusi intrinsik. Data kecepatan disolusi intrinsik yang diperoleh
yaitu 0,3746; 0,4265; 0,4668; 0,4971; 0,5010; dan 0,4828 dengan satuan (mg/menit.cm^2).
Dihitung juga nilai AUC total yaitu 775,26121, DE 60 = 22,22%, dan luas permukaannya 1,32665
cm^2. Cara yang sama dilakukan pula untuk sampel pellet pada medium disolusi aquades.
Pada medium disolusi aquades, hasil absorbansi pada menit ke- 5, 10, 20, 30, 45, dan 60
adalah 0,167; 0,292; 0,617; 0,954; 0,695; dan 0,891. Dari data tersebut dapat digunakan untuk
menghitung kecepatan disolusi intrinsik. Data kecepatan disolusi intrinsik yang diperoleh yaitu
0,1418; 0,1284; 0,1381; 0,1435; 0,1389; dan 0,1342 dengan satuan (mg/menit.cm^2). Dihitung
juga nilai AUC total yaitu 220,01166, DE60 = 22,20%, dan luas permukaannya 1,32665 cm^2.
Hasil nilai DE60 yang didapatkan menunjukkan bahwa kemampuan obat untuk melarut dan kadar
obat yang terlarut pada medium HCl 0,1N lebih besar dibandingkan dengan medium Aquades,
yaitu sebesar 22,22% dibandingkan 22,20%. Dari hasil tersebut, didapatkan bahwa medium
disolusi yang digunakan memiliki pengaruh yang tidak begitu signifikan dalam uji disolusi suatu
obat karena perbedaan DE60 keduanya tidak begitu jauh.
Berdasarkan data, didapatkan pula kurva kecepatan disolusi intrinsic vs waktu pada medium
HCl 0,1N diperoleh y=0.0018x+0.4072 dan R² = 0.6015. Sedangkan pada kurva kecepatan disolusi
intrinsik vs waktu diperoleh y = -5E-06x + 0.1376 dan R² = 0.0003.

III KESIMPULAN
1. Hasil kecepatan disolusi intrinsik asetosal pada medium HCL 0,1% menit ke-5, 10, 20, 30,
45, dan 60 secara berurutan yaitu 0,3746; 0,4265; 0,4668; 0,4971; 0,5010; dan 0,4828
dengan satuan (mg/menit.cm^2), nilai AUC total yaitu 775,26121, DE60 = 22,22%, dan
luas permukaannya adalah 1,32665 cm^2.
2. Hasil kecepatan disolusi intrinsik asetosal pada medium aquades menit ke-5, 10, 20, 30,
45, dan 60 secara berurutan 0,1418; 0,1284; 0,1381; 0,1435; 0,1389; dan 0,1342 dengan
satuan (mg/menit.cm^2), nilai AUC total yaitu 220,01166, DE60 = 22,20%, dan luas
permukaannya adalah 1,32665 cm^2.
3. Kemampuan obat untuk melarut dan kadar obat yang terlarut pada medium HCl 0,1N
(DE60=22,22%) tidak berbeda secara signifikan dibandingkan pada medium aquades
(DE60=22,20%) berdasarkan nilai DE60 yang diperoleh.

IV. DAFTAR PUSTAKA


Ali, N., 2005, The Effect of Type and Concentration of Vehicles on Dissolution Rate of Poorly
Soluble Drugs (Indomethacin) from Liquisolid Compacts, J. Pharm. Sci, 8 (1):18-25.
Sehić, S., Betz, G., Hadzidedić, S., El-Arini, S.K., dan Leuenberger, H., 2010, Investigation of
intrinsic dissolution behavior of different carbamazepine samples, Int. J. Pharm., 386 (1–
2):77–9.
Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar Praktis,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai