Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA

PERCOBAAN 2
UJI

Ibnu Rahmadiansyah 20/458493/FA/12777 (Pembahasan dan Cover)


Insiyah Hanifah 20/458494/FA/12778 (Pembahasan)
Jeihan Vitriashiila Maharani 20/458495/FA/12779 (Perhitungan dan Kesimpulan)
Karunia Nomi Septia 20/458496/FA/12780 (Data dan Perhitungan)
Klarissa Nabila 20/458497/FA/12781 (Pembahasan dan Editing)

I. TUJUAN PERCOBAAN

II. HASIL DAN DATA PERHITUNGAN


A. Identitas Obat
- Nama : Asetosal; Asam salisilat
- Bobot molekul : 138.123 g/mol; 180.16 g/mol
- pKa : 3.5 pada suhu 25°C

B. Kondisi Pengujian
1. Diameter pellet : 1,3 cm
2. Bobot pellet : 0.293 gram; 0.294 gram (Asetosal); 0,285
gram; 0,271 gram (Asam salisilat)
3. Medium disolusi : HCl 0.1 N; Akuades
4. Volume medium disolusi : 150 mL
5. Luas permukaan pellet : 1.327 cm2
6. Volume pengambilan sampel : 2 mL (volume akan selalu dikembalikan)
7. ƛmaks Asetosal : 278 nm (HCl 0.1 N); 299 nm (akuades)
8. Persamaan kurva baku (HCl 0.1N; akuades) : y = 0.0597x + 0.0191, y = 0.250x
+ 0.0102
9. Kecepatan putar alat : 100 putaran/menit

C. Data Percobaan
● Kadar terukur (mg/mL) =
(𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 − 𝑎)
× 𝑓𝑝 Asam salisilat dalam
𝑏
medium akuades
Asetosal pada medium HCl y = 0.25x + 0.0102
y = 0.0597x + 0.0191 (𝑦−0.0102)
(𝑦−0.0191) x=
x = 0.0597 0.25
Contoh perhitungan:
Contoh perhitungan:
y = 0.430
y = 0.282 (0.430−0.0102)
(0.282−0.0191) x=
x= 0.0597
0.25
x = 1.679
x = 4.404
fp = 1x
Fp = 1x
Kadar terukur = 1.679 x 1 =
Kadar terukur = 4.404 x 1 =
1.679 mg/mL
4.404 mg/mL
● Kadar terkoreksi (Kt) ● Kecepatan disolusi intrinsik
(mg/mL) = (mg/menit.cm2) =
𝑉 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐾. 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟 + ( 𝑉 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑥) 𝐾𝑡 𝑠𝑒
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 × 𝐴 𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑡
● Jumlah obat terdisolusi ● AUC0-1 (mg.menit/mL) =
(mg) = kadar terkoreksi x 0
𝐾𝑡 + 𝐾𝑡
1

volume medium disolusi 2


(𝑡1 − 𝑡0)
awal

D. Hasil percobaan Asetosal dengan medium HCl 0.1 N


1. Tablet 1

AUC0-60 = 777,148 mg.menit/mL


Rata-rata kecepatan disolusi = 0,671 mg/menit.cm2
𝐴𝑈𝐶 0−60
Dissolution Efficiency (DE60) = 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 60 × 60
× 100%
777,148
= 25,612 × 60
× 100% = 50,572%

2. Tablet 2

AUC0-60 = 783,384 mg.menit/mL


Rata-rata kecepatan disolusi = 0,646 mg/menit.cm2
𝐴𝑈𝐶 0−60
Dissolution Efficiency (DE60) = 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 60 × 60
× 100%
783,364
= 27,187 × 60
× 100% = 48,023%
E. Hasil percobaan Asam salisilat dengan medium aquades
1. Tablet 1

AUC0-60 = 470,164 mg.menit/mL


Rata-rata kecepatan disolusi = 0,465 mg/menit.cm2
𝐴𝑈𝐶 0−60
Dissolution Efficiency (DE60) = 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 60 × 60
× 100%
470,164
= 11,880 × 60
× 100% = 65,958%

2. Tablet 2

AUC0-60 = 489.707 mg.menit/mL


Rata-rata kecepatan disolusi = 0.430 mg/menit.cm2
𝐴𝑈𝐶 0−60
Dissolution Efficiency (DE60) = 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 60 × 60
× 100%
489.707
= 16.579 × 60
× 100% = 49.230%

F. Kurva jumlah obat terdisolusi vs G. Kurva kecepatan disolusi intrinsik


waktu vs waktu
III. PEMBAHASAN
Disolusi merupakan suatu proses pelepasan obat dari bentuk sediaan menjadi bentuk
terlarut. Laju disolusi merupakan jumlah zat aktif dalam sediaan yang larut dalam waktu
tertentu. Kecepatan disolusi intrinsik didefinisikan sebagai kecepatan lepasnya zat aktif dari suatu
sediaan tanpa adanya pengaruh dari eksipien. Tujuan utama dilakukan uji disolusi adalah sebagai
kontrol kualitas perkiraan karakter suatu obat di dalam saluran pencernaan, apakah obat tersebut
mudah larut atau tidak setelah lepas dari bentuk sediaannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
laju disolusi obat antara lain faktor fisika yang berpengaruh pada uji disolusi in Vitro seperti
pengadukan, suhu, medium, wadah (Shargel et al, 2005), sifat fisikokimia obat (kelarutan, bentuk
kristal, bentuk hidrat solvasi dan kompleksasi serta ukuran partikel dan juga kekentalan
/viskositas) (Wagner,1971).
Dalam sediaan tablet, faktor formulasi, pengisi, penghancur, pelincir dan efek kekuatan
pengempaan berpengaruh terhadap laju disolusi (Hutagaol dan Irwan, 2010). Kecepatan disolusi
obat dapat ditentukan dengan memaparkan area permukaan sediaan pada media disolusi pada
suhu, kecepatan pengadukan, dan pH yang konstan (USP, 2006).
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh keadaan bahan baku obat
terhadap kecepatan disolusi intrinsiknya sebagai preformulasi untuk bentuk sediaannya.
Percobaan dilakukan dengan membuat pellet asam salisilat dengan pengempaan. Kemudian
pellet ditimbang dengan hati-hati agar tidak rusak. Selanjutnya dilakukan pemasangan pelet
ke holder sampel dan di bagian atas pellet dituangi lilin. Penuangan lilin bertujuan untuk
menutup sisi atas pellet agar kita bisa mengontrol luas area yang terkena oleh medium
disolusi. Holder berisi pellet kemudian dimasukkan ke dalam medium HCl 0,1 N sebanyak
150 mL pada suhu 370C dengan tujuan meniru kondisi fisiologis lambung dan tidak boleh ada
gelembung yang terbentuk saat memasukkannya. Holder dipasangkan dengan jarak 2 cm di
atas dasar tabung disolusi. Uji disolusi dimulai ketika motor pemutar mulai bekerja. Diputar
mesin dengan kecepatan 100 putaran per menit atau kecepatan maksimal dimana tidak
terbentuk arus pada medium disolusi. Diambil medium disolusi pada menit ke 5, 10, 20, 30,
45, dan 60 sebanyak 2 mL kemudian ditambahkan medium disolusi yang baru agar volume
tetap. Dilakukan pembacaan absorbansi pada masing-masing medium disolusi yang telah
diambil. Pembacaan absorbansi dilakukan dengan spektro UV-Vis pada panjang gelombang
278 nm. Hasil absorbansi yang didapatkan kemudian dimasukkan ke dalam persamaan kurva
baku y = 0.0597x + 0.0191. Setelah didapatkan nilai kadar terukur, dilakukan perhitungan kadar
terkoreksi dengan perubahan volume dari kondisi awal. Dihitung juga jumlah obat terdisolusi
untuk menentukan kecepatan disolusi intrinsik.
Dalam percobaan ini dihitung nilai AUC. AUC dapat dihitung secara matematis dan
merupakan ukuran untuk bioavailabilitas suatu obat. AUC dapat digunakan untuk
membandingkan kadar masing-masing plasma obat bila penentuan kecepatan eliminasinya tidak
mengalami perubahan. Selain itu antara kadar plasma puncak dan bioavailabilitas terdapat
hubungan langsung (Tjay dan Rahardja, 2002). Nilai AUC0-60 yang didapatkan pada asetosal
dalam medium HCl 0,1 N adalah 777,148 mg.menit/mL dan 777,148 mg.menit/mL , sedangkan
pada asam salisilat dalam medium akuades adalah 470,164 mg.menit/mL dan 489.707
mg.menit/mL. Hal ini menunjukkan bahwa kadar asetosal dalam plasma lebih tinggi pada
medium HCl 0.1 N daripada akuades.
Parameter lain yang digunakan dalam uji disolusi ini adalah DE. Disolusi Efisiensi (DE)
merupakan luas daerah di bawah kurva disolusi sampai batas waktu tertentu. DE dinyatakan
sebagai persentase terhadap luas yang digambarkan oleh disolusi 100% pada batas waktu yang
sama (Suharmiati dkk., 2001). Parameter DE sering digunakan karena dapat menggambarkan
seluruh proses yang terjadi. Harga DE60 untuk asetosal medium HCl 0,1 N adalah 48,023% dan
50,572%. Sedangkan harga DE60 untuk asam salisilat dalam medium akuades adalah 49.230%
dan 65,958%. Nilai DE60 yang besar menunjukkan bahwa kemampuan obat dalam melarut besar
dan kadar obat yang terlarut besar. Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan asetosal larut dalam
HCl 0.1 N lebih besar dibandingkan dengan asam salisilat dalam akuades. Asetosal dalam
medium akuades memiliki kecepatan disolusi yang rendah karena asetosal bersifat sukar larut
dalam air.

IV. KESIMPULAN
1. Kadar obat pellet asetosal dalam medium HCl 0.1 N dan pellet asam salisilat
pada medium aquades cenderung meningkat. Hal tersebut sesuai dengan teori.
2. Kecepatan disolusi intrinsik rata-rata pellet asetosal dalam medium HCl 0.1 N
lebih tinggi daripada kecepatan disolusi pellet asam salisilat pada medium
aquades. Hal ini sesuai dengan teori karena asam asetil salisilat lebih mudah
terdisolusi dalam medium asam (HCl).
3. Nilai DE60 pellet asetosal dalam medium HCl adalah 50,572% (replikasi 1) dan
48,023% (replikasi 2), sedangkan nilai DE60 pellet asam salisilat dalam
medium akuades adalah 65,958% (replikasi 1) dan 49.230% (replikasi 2),
Sehingga kemampuan pellet asetosal dalam medium HCl lebih rendah dari
pellet asam salisilat dalam medium akuades
4. Total AUC0-60 pellet asetosal adalah 777,148 mg.menit/mL (replikasi 1) dan
783,384 mg.menit/mL (replikasi 2), sedangkan total AUC0-60 pellet asam
salisilat 470,164 mg.menit/mL (replikasi 1) dan 489.707 mg.menit/mL
(replikasi 2). Total AUC0-60 pellet asetosal lebih tinggi daripada total AUC0-60
pellet asam salisilat sehingga kadar asetosal dalam plasma pada medium HCl
0.1N lebih tinggi daripada pellet asam salisilat dalam akuades.

V. DAFTAR PUSTAKA
Shargel et al, 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, Edisi II, Airlangga
University Press, Surabaya.
Hutagaol, L., dan Irwan, Y., 2010, Disolusi Kapsul Teofilin Dalam Model Racikan
Resep Dokter, Jurnal Farmasi Indonesia, 6(1): 33-40.
U.S Pharmacopeia, 2006, The United States Pharmacopeia 29th edition (USP
29-NF24), Rockville: United States Pharmacopeial Convention Inc.
Wagner, J.G., Pennarowski, M., 1971, Biopharmaceutics and Relevant
Pharmacokinetics, First Edition, Drug Intelligence Publication, Hamilton ,
Illinois.

Anda mungkin juga menyukai