Anda di halaman 1dari 4

Nutrisi yang Penting dalam Menu MPASI

Bunda bisa membuat menu MPASI sendiri di rumah. Salah satu hal yang perlu diperhatikan, yakni
memerhatikan jenis, variasi, dan kandungan bahan makanan yang digunakan.

Makanan yang mengandung zat besi untuk bayi menjadi salah satu nutrisi yang penting untuk ada
dalam menu MPASI si Kecil. Oleh karena itu, sebaiknya Bunda memilih bahan makanan menu MPASI
yang banyak mengandung zat besi seperti bayam, daging dan hati ayam atau sapi.

Selain itu, dalam menu MPASI si Kecil, Bunda juga bisa memberikan makanan yang mengandung
lemak untuk menjadi salah satu sumber energi. Makanan yang mengandung mineral, vitamin, dan
protein hewani juga harus diberikan pada menu MPASI terutama yang mengandung seng dan
vitamin A.

Tips Menyiapkan Menu MPASI

Bunda, ada beberapa tips yang dapat Bunda lakukan dalam menyiapkan menu MPASI si Kecil sesuai
dengan saran Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)sebagai berikut:

1. Saat usia 6-8 bulan, si Kecil dapat diberikan makanan pendamping yang dihaluskan dan semi padat
2-3 kali sehari. Ketika menginjak usia 8 bulan, Bunda bisa berikan makanan ringan yang mampu
dimakan sendiri oleh si Kecil.

2. Memasuki usia 9–24 bulan, Bunda bisa meningkatkan frekuensinya menjadi 3-4 kali sehari.

3. Saat usianya 12-24 bulan, Bunda bisa berikan camilan tambahan yang bergizi sebanyak 1-2 kali
sehari. Memasuki 12 bulan, si Kecil biasanya sudah bisa mengonsumsi makanan yang dikonsumsi
anggota keluarga lainnya, misalnya yang berasal dari hewani seperti telur, unggas, daging, ikan, dan
produk susu.
4. Hindari memberikan makanan yang bisa membuat si Kecil tersedak, misalnya potongan makanan
yang besar. Selain itu, hindari juga memberikan minuman yang nilai gizinya kecil seperti minuman
bersoda, kopi, dan teh.

Tips Masak Menu MPASI

Dalam memasak dan menyiapkan menu MPASI, ada beberapa hal yang perlu untuk dilakukan ya,
Bunda, seperti tips di bawah ini:

1. Pastikan kebersihan tangan dan peralatan memasak ketika menyiapkan menu MPASI.

2. Dalam menyiapkan dan membuat menu MPASI, pastikan menggunakan cara, bahan, dan alat yang
aman dan terjaga kebersihannya.

3. Pisahkan talenan yang Bunda pakai untuk memotong bahan matang dan bahan mentah.

4. Penggunaan santan, minyak, dan mentega bisa Bunda gunakan untuk memberikan tambahan
kalori.

Tips Menyimpan Bahan Menu MPASI

Bunda, dalam menyimpan bahan menu MPASI terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
seperti:

1. Makanan seperti sayuran, telur, ikan, kedelai, nasi, pasta, dan daging termasuk yang rentan
terpapar bakteri. Sebaiknya makanan-makanan tersebut disimpan di kulkas yang bersih dan suhunya
kurang dari 5 derajat Celsius untuk menghindari kontaminasi bakteri.

2. Simpan ikan dan daging pada wadah yang berbahan plastik dan jangan digabung. Selain itu, jangan
juga mencampur bersama makanan yang telah diolah sebelumnya dan bahan makanan yang siap
makan.

3. Bila ingin mencairkan makanan beku (frozen foods) yang ada di kulkas bisa gunakan microwave.
Hal yang perlu diingat, bahan menu MPASI yang sudah dicairkan harus segera dimasak dan makanan
beku yang sudah dimasak tidak boleh dibekukan lagi ya, Bunda.
4. Makanan menu MPASI perlu disimpan berdasarkan petunjuk penyimpanan yang tertera di dalam
kemasan makanan tersebut. Jangan konsumsi bila tanggal kedaluwarsanya sudah lewat.

5. Bila ada makanan yang semestinya disimpan pada kulkas, jangan digunakan lagi bila sudah berada
di luar kulkas dalam durasi dua jam bahkan lebih.

Untuk melihat apa saja menu MPASI yang bisa Bunda buat untuk si Kecil, Bunda bisa melihat
rekomendasinya di sini.

Alergi merupakan salah satu jenis gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Alergi dapat terjadi bila
sistem kekebalan seseorang memiliki sensitivitas yang berlebihan terhadap zat tertentu, yang bagi
orang lain tidak menimbulkan masalah. Gejala alergi yang muncul pada anak dapat berbeda-beda,
seperti mata gatal,berair, diare, nyeri perut, sariawan, nyeri kepala, batuk, pilek ataupun sesak.

Dalam kasus yang parah, dapat menyebabkan ruam, tekanan darah turun, gangguan pernapasan,
bahkan kematian. Biasanya gejala dapat berlangsung cukup lama atau tak kunjung sembuh jika
paparan terhadap alergen (penyebab alergi) berulang. Ini misalnya jika mengonsumsi makanan
tertentu, berada di dekat hewan berbulu atau terpapar debu rumah.1

Reaksi alergi adalah cara tubuh merespons “serangan” dari luar. Saat tubuh merasakan
adanya benda asing, zat antigen akan memicu sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh ini
biasanya melindungi dari agen berbahaya seperti bakteri dan racun. Reaksi berlebihan terhadap zat
yang tidak berbahaya (alergen) disebut reaksi hipersensitivitas, atau reaksi alergi.

Risiko anak terkena alergi dapat dikaitkan dengan riwayat alergi pada orang tua. Rangkaian reaksi
alergi dimulai dari anak terpapar alergen tertentu (seperti serbuk sari), yang direspons tubuh dengan
memproduksi antibodi alergi (IgE). Tugas antibodi ini adalah menemukan molekul zat asing yang
masuk ke dalam aliran darah dan membawanya ke sel mast tubuh (jenis sel darah putih) untuk
dihancurkan.

Saat sel mast menghancurkan alergen, bahan kimia yang disebut histamin akan dilepaskan ke aliran
darah. Jika jumlah histamin ini menumpuk, dapat menyebabkan gejala gatal, memperbesar
pembuluh darah, meningkatkan pengeluaran cairan tubuh dan penyempitan saluran napas.

Semakin sering reaksi alergi terjadi, semakin besar kemungkinan sistem kekebalan tubuh akan
menjadi respons imun dan dilakukan secara teratur oleh tubuh jika terpapar alergen. Hal ini yang
menyebabkan alergi sulit “disembuhkan”.1,2
Gejala alergi umumnya bisa hilang atau berkurang pada siang hari karena secara alami, tubuh
manusia memiliki siklus diurnal yang aktif pada siang hari. Tubuh akan memproduksi hormon
adrenalin dan kortisol lebih banyak pada siang hari dan menurun saat malam hingga pagi hari.
Adrenalin dan kortisol dapat menghilangkan atau mengurangi gejala alergi.3

Jika Bunda atau keluarga memiliki alergi, hal yang pertama kali harus dilakukan adalah berkonsultasi
dengan dokter ahli untuk menegakkan diagnosis alergi. Tenaga kesehatan ahli nantinya akan dapat
memberikan terapi yang sesuai gejala alergi yang muncul. Tidak ada obat untuk alergi.

Bunda hanya dapat menata laksana alergi dengan cara mencegah dan merawat. Bila Bunda
mendapatkan anak selalu mengalami gejala alergi saat mengonsumsi makanan tertentu, dapat
diduga ia menderita alergi. Untuk memastikan, Bunda dapat melakukan pantang makan (eleminasi)
produk makanan yang menyebabkan alergi dan makanan lainnya yang mengandung bahan sama
selama tiga minggu. Bila secara konsisten gejala menghilang, lanjutkan dengan konsumsi kembali
makanan kembali (provokasi) setiap hari selama seminggu.

Bila gejala timbul lagi, boleh dikatakan anak bunda memang alergi terhadap makanan tersebut. Bila
dalam tahap eleminasi, tetap timbul gejala alergi, kemungkinan anak juga dapat mengalami alergi
terhadap makanan lainnya atau menderita alergi selain makanan, misalnya bulu binatang atau debu
rumah. Anak bisa sembuh atau terbebas dari gejala alergi bila Bunda memiliki kemampuan
mengenali gejala alergi, kemampuan untuk mendeteksi alergi dan menghindarikan anak dari
alergen.

Anda mungkin juga menyukai