Anda di halaman 1dari 19

BAB 4

Pengaturan Nutrisi untuk Balita dan Pra-Sekolah

4.1 Pengertian

Balita adalah sebuah istilah yang digunakan


untuk anak dibawah usia 5 tahun, dimana pada
saat itu balita mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Prasekolah merupakan anak
yang berusia antara 3 sampai 6 tahun, pada
usia tersebut anak mengalami perkembangan
psikososial dan kognitif mereka meningkat.
Anak-anak mulai menunjukkan rasa taunya
dan berkomunikasi dengan baik.

4.2 Gizi pada balita

Kebutuhan gizi pada balita diperkirakan


cukup untuk menjaga kesehatan seseorang pada
umumnya . Usia, jenis kelamin, aktivitas, berat
badan, dan tinggi badan umumnya menentukan
kebutuhan nutrisi seseorang. Untuk menjaga status
gizi yang baik, ada perlunya keseimbangan antara
pengeluaran dan asupan zat gizi. Kesehatan balita
dapat dipantau dengan mengukur berat badan anak
setiap bulan dan menyesuaikannya dengan Kartu
Menuju Sehat (KMS).

a. Kebutuhan Energi
Bayi dan balita memiliki kebutuhan energi yang
lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa
karena pertumbuhan mereka yang sangat cepat saat
ini. Namun, kecukupan energi mereka akan
menurun seiring bertambahnya usia.

b. Kebutuhan zat pembangun


Kebutuhan balita lebih besar daripada orang
dewasa karena mereka sedang dalam masa
pertumbuhan secara fisiologis. Namun,
kebutuhannya lebih kecil untuk bayi yang kurang
dari satu tahun. Panduan makan harian anak balita
1-3 tahun Jika memungkinkan, ASI sebaiknya
diberikan sampai anak berusia 2 tahun atau
sebelum balita untuk membantu mencukupi gizi
hariannya. Pasalnya, ASI mengandung zat gizi
penting yang masih dibutuhkan untuk tumbuh
kembang anak, walaupun harus tetap didampingi
dengan asupan makanan lainnya. Angka kecukupan
gizi (AKG) harian balita usia 1-3 tahun.

 Kebutuhan zat gizi makro harian anak:

1. Energi: 1125 kkal

2. Protein: 26 gr

3. Lemak 44 gr

4. Karbohidrat 155 gr

5. Serat: 16 gr

6. Air: 1200 mililiter (ml)

 Kebutuhan zat gizi mikro harian anak:

1. Vitamin

2. Vitamin A: 400 mikrogram (meg)


3. Vitamin D: 15 meg

4. Vitamin E: 6 miligram (mg)

5. Vitamin K: 15 meg

6. Mineral

7. Kalsium: 650 mg

8. Fosfor: 500 mg

9. Magnesium: 60 mg

10. Natrium: 1000 mg

11. Kalium: 3000 mg

12. Besi: 8 mg

Panduan makan harian usia 1-3 tahun:

Setelah anak berusia satu tahun dan mulai


terbiasa dengan makanan padat, Anda dapat mulai
memberikan makanan tambahan. Keluarga
idealnya akan memberikan makanan dengan bentuk
dan tekstur yang biasa. Selain itu, Anda harus
pintar dalam memvariasikan makanan anak. Tentu
saja, dapat dengan mengubah jenis makanan secara
bertahap. Berikan anak balita lebih banyak sayur-
sayuran, buah-buahan, dan lauk pauk, serta
makanan pokok yang mengandung protein hewani
dan nabati. Dengan beragam sumber makanan yang
dimakannya, kebutuhan gizi harian anak balita
akan sepenuhnya terpenuhi. Selain itu, porsi
makanan harus ditingkatkan secara bertahap, tetapi
tetap seimbang.

Usia 1 hingga 1,5 tahun

Anak-anak sudah terbiasa menggenggam dan


melepaskan makanan dengan jari mereka. Mereka
bahkan bisa memasukkan sendok ke mulut dalam
posisi terbalik. Selain itu, anak-anak biasanya
belum terlalu mahir menggunakan gelas atau
cangkir, sehingga mereka sering berceceran. Anak-
anak biasanya meminta makanan serupa dengan
apa yang dimakan orang tuanya.
Usia antara 1,5 dan 2 tahun

Di usia ini, anak-anak biasanya lebih suka makan


dengan tangan dan suka bereksperimen dengan
berbagai tekstur makanan. Pada titik ini, mereka
mulai memahami mana makanan yang disukai dan
yang tidak disukai, sehingga mereka cenderung
lebih memilih.

Usia 2-3 tahun

Karakteristik anak-anak sudah lebih baik dalam


memiliki kebiasaan. Anak-anak memiliki
kemampuan untuk memegang gelas, mengunyah
makanan dalam jumlah besar, dan memasukkan
sendok ke mulut dengan benar. Namun, kadang-
kadang mungkin tersedak karena terlalu banyak
makanan yang tumpah. Anak-anak juga mulai bisa
memilih apa yang ingin mereka makan dan lebih
suka makan sendiri daripada diberikan makanan.
Tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi
kebiasaan makan anak kalau anak sudah mulai
bertingkah saat makan, berikut tindakan yang bisa
Anda lakukan:

- Berikan makanan dalam porsi kecil pertama.

- Berikan makanan baru secara bertahap.

- Beri anak-anak pilihan makanan baru.

- Mulai dengan makanan padat, lalu cairkan.

4.3 Gizi pada prasekolah

Standar kebutuhan gizi anak prasekolah:

a. Anak prasekolah membutuhkan kalori sebanyak


80 kkal/kg BB per hari.

b. Kebutuhan protein harian anak prasekolah


adalah 1,5 g/kg BB.

c. Karbohidrat membentuk setengah dari kebutuhan


makanan yang berimbang. Makanannya terdiri dari
susu, tepung, ubi, seral, beras, dan dll.
d. Lemak menyumbang 35% dari kebutuhan gizi
seseorang. Makanannya terdiri dari susu, keju,
kuning telur, mentega, dan lainnya.

Panduan makan harian anak pra-sekolah :

Menu sehari untuk gizi prasekolah harus


mencukupi kebutuhan nutrisi. Seiring waktu, dapat
menggabungkan makanan kesukaan anak dengan
makanan baru. Supaya lebih mudah, contoh menu
sehari yang bisa diberikan untuk anak:

a. Makan pagi (sarapan)

- 2 lembar roti gandum (70 gram)

- 4 lembar daun selada (10 gram)

- 3 iris tomat (10 gram)

- 1 lembar daging asap rebus (30 gram)

- 1 gelas susu putih (200 ml)

Selingan (camilan)

- 2 potong buah pepaya ukuran besar (200 gram)


b. Makan siang

- 1 piring nasi putih (100 gram)

-1 mangkuk sedang sayur bayam bening (40 gram)

- 1 potong dada ayam panggang tanpa kulit (55


gram)

- 1 potong tahu (50 gram)

Selingan (camilan)

- 1 buah mangga ukuran besar (200 gram) Makan


malam

- 1 piring nasi putih (100 gram)

- 1 mangkuk sedang tumis sawi hijau (40 gram) I


potong sup ikan patin (50 gram)

- 1 potong tempe (50 gram)

Sesuai dengan angka kecukupan gizi


(AKG) dari Kementerian Kesehatan RI, rata-rata
kebutuhan energi harian anak usia 4-6 tahun yakni
1.600 kalori. Maka sebisa mungkin, sajikan menu
makan untuk memenuhi gizi anak prasekolah
dalam porsi yang mudah digenggam dan dikunyah.
Cara menyikapi kebiasaan makan anak prasekolah:

Kebiasaan makan anak biasanya belum sepenuhnya


berkembang karena usia prasekolah adalah masa
peralihan dari balita. Oleh karena itu, sebagai orang
tua, Anda dapat mengatasi beberapa masalah yang
terkait dengan makan anak seperti:

1. Pilihan makanan

Setelah usia sekolah, anak-anak sering


mengalami kebiasaan makan pilih-pilih, yang
dikenal sebagai "makan pilih-pilih". Dalam situasi
ini, anak-anak merasa bosan makan makanan
tertentu tanpa ingin mencoba makanan
lain.Meskipun demikian, konsumsi makanan yang
sama dalam jangka waktu yang lama berisiko
mengganggu kebutuhan nutrisi anak prasekolah.
Sebelum memarahinya, kontrol situasi dengan
cerdas, misalnya: Saat anak lapar, ajak mereka
mencicipi makanan baru. Beri mereka makanan
baru lebih awal daripada makanan biasa.

2. Makanan berantakan

Makan berantakan pada anak-anak tentu


bukan lagi masalah baru. Bahkan, kebanyakan
anak-anak yang baru belajar menggunakan piring,
sendok, dan garpu cenderung menjadi kebiasaan
makan dengan tidak rapi. Jika ini terjadi, ini adalah
apa yang dapat Anda lakukan:

- Berikan anak makanan dalam porsi sedang karena


memberikan makanan dalam jumlah besar akan
memicunya untuk menghambur-hamburkannya saat
ia sudah kenyang. Jika dia merasa kurang, masih
bisa menambah porsi secukupnya.

- Jangan gunakan piring ceper; gunakan piring


yang sedikit lekukan agar anak lebih mudah makan.
Salah satu cara anak memberantakkan
makanannya adalah dengan memahami tanda
bahwa mereka sudah kenyang.

3. Susah makan makanan tertentu

Jika ingin anak mau makan jenis makanan


baru, Anda harus memberi mereka contoh yang
baik. Anak cenderung lebih tertarik untuk mencoba
makanan baru ketika mereka melihat orang lain
makan makanan tersebut. Lebih khusus lagi karena
anak-anak cenderung meniru apa yang dilakukan
orangtuanya, termasuk cara mereka makan.
Memanfaatkan rasa ingin tahu anak-anak mungkin
membuatnya tertarik untuk mencoba hal-hal baru.

4.4 Dampak kelebihan dan kekurangan gizi pada


balita dan pra sekolah
- Marasmus: kasus marasmus, anak terlihat kurus
kering sehingga wajahnya seperti orang tua. Bentuk
ini dikarenakan kekurangan energi yang dominan.

- Kwashiorkor: Salah satu jenis malnutrisi adalah


gizi buruk, atau kwashiorkor dalam dunia medis.
Malnutrisi itu sendiri dapat didefinisikan sebagai
kesalahan nutrisi.Kekurangan atau kelebihan nutrisi
adalah salah satu contoh kesalahan. Kwashiorkor
pada dasarnya adalah kondisi di mana seseorang
kekurangan energi dan protein. Badan Kesehatan
Dunia (WHO) mengatakan kondisi gizi buruk
menyebabkan sebanyak 54% kematian bayi dan
balita di negara-negara berkembang, termasuk
Indonesia. Risiko kematian anak dengan gizi buruk
bahkan tiga belas kali lebih tinggi daripada anak
normal. Anak terlihat gemuk semu akibat edema,
yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel dalam
jaringan.

Penyebab Gizi Buruk


Akibat gizi buruk atau kwashiorkor dapat
berdampak negatif pada pertumbuhan dan
perkembangan anak. Jika ada masalah, anak dapat
berkembang lebih lambat daripada anak seusianya.
Anak juga dapat mengalami kesulitan belajar,
penyakit, gangguan organ, dan kematian.

Gejala gizi buruk atau kwashiorkor yang akan


tampak adalah:

Pucat, kurus, perut cembung, dan kehilangan massa


otot pada keempat anggota geraknya Anak terlihat
sering gelisah Terjadi gangguan pertumbuhan
meliputi berat badan dan tinggi badan Rambutnya
menjadi mudah tercabut, tampak kusam, kering,
dan sering terjadi perubahan warna Dapat pula
terjadi perubahan pada kulit, kulit menjadi bersisik,
terdapat bercak-bercak putih dan merah muda
dengan tepi kehitaman Anak juga akan menderita
anemia akibat kekurangan nutrien seperti zat besi
dan vitamin B kompleks.

- Marasmik-kwashiorkor Bentuk ini merupakan


kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor.
Kejadian ini dikarenakan kebutuhan energi dan
protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari
asupannya. Untuk mengatasi gizi buruk atau
kwashiorkor dibutuhkan asupan nutrisi berupa
kalori dan protein yang mencukupi. Namun,
pemberian nutrisi tersebut harus dilakukan secara
bertahap. Pada tahap awal harus diberikan asupan
kalori untuk memenuhi kebutuhan energinya tanpa
melibatkan asupan protein terlebih dahulu..Jika
kebutuhan kalori sudah tercukupi, barulah asupan
protein bisa mulai diberikan. Pemberian protein
dapat dilakukan dari kadar yang rendah yang secara
bertahap terus ditambah. Hal ini dilakukan supaya
saluran cerna penderita tidak kaget bila langsung
diberi asupan tinggi kalori tinggi protein.
- Obesitas faktor utama adalah asupan energi yang
tidak sesuai dengan penggunaan. Obesitas sering
ditemui pada anak-anak sebagai berikut:

1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi


susu botol.

2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan


makanan padat.

3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya


kekurangan gizi.

4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau


gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan orangtua.

Faktor-faktor yang berperan pada obesitas bayi

Studi juga menunjukkan bahwa bayi obesitas lebih


banyak terjadi pada ibu yang sebelum hamil juga
obesitas atau ibu mengalami kenaikan berat badan
secara drastis ketika hamil. Temuan ini
membuktikan bahwa memang obesitas dipengaruhi
oleh faktor genetik (keluarga). Namun, bukan
berarti jika orang tua obesitas, anaknya juga sudah
pasti obesitas.

Faktanya, obesitas juga dipengaruhi oleh


lingkungan atau pola makan. Studi menunjukkan
bahwa bayi dengan susu formula yang diberi
makanan padat sebelum usianya 4 bulan, memiliki
risiko obesitas lebih tinggi. Bayi yang diberi susu
formula biasanya makan lebih banyak.

Penelitian membuktikan bahwa memberikan ASI


eksklusif secara langsung dan tidak
dikombinasikan dengan bantuan botol dapat
mencegah bayi obesitas. Memberikan buah secara
utuh dibandingkan jus buah instan juga membantu
menjaga berat badan ideal bayi dengan
memberikan cukup serat jika bayi sudah menginjak
masa MPASI.
Ancaman penyakit yang mengintai bayi obesitas:

Bayi obesitas juga berhubungan dengan penyakit


serius seperti diabetes, penyakit jantung, dan
tekanan darah tinggi atau hipertensi. Obesitas pada
anak balita (bawah lima tahun) mengakibatkan
kelainan metabolisme pada insulin serta enzim hati
dan kolesterol. Sehingga, pada usia dewasa, bayi
obesitas akan mengalami penyakit metabolik.
Selain itu, bayi obesitas juga memiliki risiko untuk
mengalami pubertas awal dan gangguan. tidur.
Obesitas yang terjadi seumur hidup juga dapat
menyebabkan gangguan sendi, kanker, dan stroke.
Sangat penting untuk memantau berat badan bayi
dan anak oleh tenaga ahli. Bayi gemuk memang
terlihat lucu, tapi jangan "terjebak" dan
membiarkannya berlanjut hingga ia tumbuh besar.
Jika obesitas berlanjut, maka risiko penyakit yang
lebih kompleks di kemudian hari pun meningkat.
Dalam kondisi tersebut, segera konsultasikan
dengan dokter anak, agar si Kecil mendapatkan
penanganan yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai