Anda di halaman 1dari 8

Leader : M.

Zahrul Rahmatillah aka Zahrul


Scriber : Yusnia Humaira aka HUMayy
Co-scriber : Cut Salsabila Mahfiza aka Ebelzz

- Identifikasi Istilah:
a. MPASI : alfi : zahrul ( yg jawab )
b. ASI ekslusif : salwa : ahmad ( yg jawab )
ASI eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi selama 6 bulan tanpa tambahan makan dan
minum apapun
c. Alergi : shafa : bela ( yg jawab )
d. Per vaginam : aqil : alfi ( yg jawab )
e. Usia gestasi : dhiya : puan ( yg jawab )

Ø Umur postmenstruasi (postmenstrual age) adalah umur dalam minggu sejak hari pertama
menstruasi terakhir hingga waktu pemeriksaan

Ø Umur kronologis (chronological age) adalah umur dalam minggu sejak bayi dilahirkan
hingga saat pemeriksaan

Ø Umur koreksi (corrected age) adalah umur dalam minggu, yaitu pengurangan umur
kronologis dengan prematuritas. Batas aterm adalah 40 minggu

f. BBL : humi : salsa ( yg jawab )


g. PBL : bela : humi ( yg jawab )
h. LK: salsa : dhiya ( yg jawab )
LK adalah lingkar kepala, dihitung menggunakan pita ukur melewati dahi, diatas alis mata,
diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol
pengukuran dilakukan setiap 3 bulan (0-11 bulan dan 6 bulan (12-72 bulan)
bayi dengan HC> persentil ke-97 dianggap hadir dengan makrosefal, sedangkan HC <3
persentil dianggap sebagai mikrosefal

i. Standar deviasi : puan : shafa ( yg jawab )


Standar deviasi adalah ukuran besarnya perbedaan dari nilai sampel terhadap rata-rata.
Semakin rendah nilai standar deviasi, maka semakin mendekati rata-rata, sedangkan jika nilai
standar deviasi semakin tinggi, artinya semakin lebar rentang variasi datanya. Dengan standar
deviasi, kita bisa memberi gambaran kualitas data sampel yang diperoleh.
j. imunisasi : zahrul : salwa ( yg jawab )
tindakan yang dengan sengaja memberikan antigen atau bakteri dari suatu patogen yang akan
menstimulasi sistem imun dan menimbulkan kekebalan, sehingga efektif untuk mencegah
penularan penyakit Ataupun hanya mengalami gejala ringan apabila terpapar dengan penyakit
tersebut. dan sebuah upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita

k. Dismorfik : ahmad : nadila ( yg jawab )


l. KPSP : nadila : aqil ( yg jawab )
KPSP (Kusioner Pra Skrining Perkembangan) adalah instrumen deteksi dini dalam
perkembangan anak usia 0-6 tahun untuk mengetahui apakah perkembangan anak normal
atau mengalami penyimpangan.

Konsep : MalNutrisi

- identifikasi Masalah :
1. Apa fungsi dari asi eksklusif dan mpasi terhadap pertumbuhan bayi? : bela ( yang jwb
Puan-Humi )
● Berat badan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif juga ditemukan lebih mudah naik.
Meskipun bikin berat badan bayi mudah naik, tapi ASI melindungi bayi dari ancaman
obesitas. Hal tersebut disinyalir berhubungan dengan bakteri di dalam usus bayi,
jumlah insulin, dan keberadaan hormon leptin. Bayi yang diberikan ASI eksklusif
memiliki lebih banyak bakteri baik yang dapat menjaga keseimbangan energi
dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Selain itu,
dibandingkan susu formula, ASI mengandung lebih sedikit insulin. Insulin sendiri
dapat memicu pembentukan lemak pada bayi. Bayi yang disusui ASI eksklusif juga
memiliki hormon leptin (hormon yang meregulasi lapar dan kenyang) lebih banyak
dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan susu formula.
● KEBUTUHAN GIZI BAYI UMUR 0 - 6 BULAN, Kebutuhan gizi pada bayi usia 0-6
bulan cukup terpenuhi dari ASI saja (ASI Eksklusif), Berikan ASI yang pertama
keluar dan berwarna kekuningan (kolostrum) Jangan beri makanan/ minuman selain
ASI, Susui bayi sesering mungkin, Susui setiap bayi menginginkan, paling sedikit 8
kali sehari, Susui dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian, Susui sampai
payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi lainnya
● PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI BAYI 6-9 BULAN, Anak harus mulai
dikenalkan dan diberi makanan pendamping ASI sejak umur 6 bulan. Makanan utama
adalah makanan padat yang diberikan secara bertahap (bentuk, jumlah dan frekuensi),
ASI diberikan sampai anak usia 2 tahun

● PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI BAYI 9-12 BULAN, Terus berikan ASI. -


Berikan MP-ASI yang lebih padat. Contohnya bubur nasi, nasi tim dan nasi lembek.
2. Mengapa dan apa hubungan antara sang bayi yang tidak menghabiskan mpasi dengan
pola pertumbuhannya? Lantas bagaimana cara mengatasinya? : dhiya ( Shafa - Zahrul )
# Masalah makan dapat diklasifikasikan menjadi inappropriate feeding practice, small
eaters, dan food preference, dan parental misperception.
● Inappropriate feeding practice adalah masalah makan yang disebabkan oleh perilaku
makan yang salah ataupun pemberian makanan yang tidak sesuai dengan usia.
Penyebab inappropriate feeding practice perlu ditelusuri lebih lanjut, primer ataukah
sekunder. Inappropriate feeding practice primer disebabkan karena kurangnya
pengetahuan orangtua mengenai empat aspek cara pemberian makan yang benar,
yaitu (1) tepat waktu, (2) kuantitas dan kualitas makanan, (3) penyiapan dan penyajian
yang higienis, serta (4) pemberian makan yang sesuai dengan tahapan perkembangan
anak dengan menerapkan feeding rules.
● Small eaters adalah terminologi yang dipakai untuk anak dengan keluhan makan
sedikit dan status gizi kurang. Bila small eaters tidak ditangani dengan benar, anak
dapat mengalami gagal tumbuh. Anak dengan small eaters berisiko mengalami gagal
tumbuh karena asupan yang kurang. Oleh karena itu, pertumbuhan harus dipantau
berkala dan berat badan harus naik sesuai grafik pertumbuhan.
● Terminologi food preference mencakup keluhan pilih-pilih makan atau penolakan
terhadap makanan tertentu. Food preference dikelompokkan menjadi dua berdasarkan
kelengkapan kelompok makanan yang dikonsumsi, yaitu picky eater dan selective
eater. Picky eater didefinisikan sebagai anak yang menolak makanan tertentu atau
pilih-pilih makan, namun masih mengkonsumsi minimal satu macam dari setiap
kelompok makanan, yaitu karbohidrat, protein, sayur/buah, dan susu, sedangkan
selective eater adalah anak yang menolak semua jenis makanan dalam kelompok
makanan tertentu, misalnya menolak semua makanan sumber protein. Picky eater
masih merupakan fase normal dalam perkembangan seorang anak, sedangkan
selective eater merupakan food preference yang patologis karena menyebabkan
hilangnya asupan salah satu dari keempat kelompok makanan sehingga anak berisiko
mengalami defisiensi makronutrien atau mikronutrien tertentu. Selective eater
umumnya terjadi pada anak dengan gangguan perkembangan tertentu, misalnya
autistic spectrum disorder, post traumatic feeding disorder, gangguan menelan,
keterlambatan oromotor, dan kelainan gastrointestinal.
# Cara mengatasinya
● Sajikan makanan dalam porsi kecil
● Pilihan makanan orangtua akan memengaruhi menu yang disajikan bagi anak. Oleh
karena itu, perlu diperhatikan agar orangtua menyajikan berbagai jenis makanan
walaupun makanan tersebut bukan kesukaan orangtua.
● Paparkan anak terhadap makanan baru sebanyak 10-15 kali. Untuk pengenalan awal,
makanan dapat disajikan di piring orangtua.
● Orangtua memberikan contoh makan yang menyenangkan tanpa menawarkan
makanan sampai ketakutan anak menghilang dan anak mengekspresikan ketertarikan
pada makanan. Semakin banyak orang di sekitar anak yang makan makanan serupa,
maka anak akan makin tertarik.
● Jika paparan terhadap makanan menyebabkan anak ingin muntah atau bahkan
muntah, hentikan makanan tersebut dan cobalah makanan yang lebih mendekati
makanan yang disukai anak.
● Campurlah sedikit makanan baru dengan makanan yang sudah disukai anak dan
perlahan-lahan tingkatkan proporsi makanan baru (food chaining).

3. Apakah riwayat alergi pada ayah bayi sudah pasti di turunkan pada bayi tsb? : shafa
( Dhiya - Alfi )
Kurang lebih 15% masyarakat menduga anak mereka alergi makanan padahal angka
kejadian pada anak hanya 6-8%. semakin menunda mengenalkan makanan karena takut
alergi, resiko anak terkena alergi semakin tinggi. Semakin makanan tertentu utk anak
direstriksi semakin tinggi resiko malnutrisinya. makanan dari hewan adalah sumber yang
baik untuk protein, iron, zinc. WHO menyatakan kekhawatiran tentang potensi efek alergi
adalah alasan umum keluarga untuk membatasi makanan tertentu dari bayi. Padahal tidak
ada studi terkontrol yang menunjukkan diet restrictive mempunyai efek pencegahan alergi.

Pencegahan alergi secara primer dapat menurunkan risiko terjadinya manifestasi penyakit
alergi. Salah satu rekomendasi pencegahan primer yang direkomendasikan oleh Ikatan
Dokter Anak Indonesia adalah dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi selama 6 bulan.
Hal in dikarenakan kandungan sekretori Imunoglobulin A (S-IgA) yang dimiliki ASI
berperan sentral dalam perlindungan mukosa saluran cerna bayi yang belum matur.

4. Bagaimanakah batasan normal PB,BB dan LK sesuai usia bayi ?: humi? ( Salwa- Bela )

Dalam kasus ini bayinya adalah perempuan, maka kita harus tau terlebih dahulu standar
panjang badan, berat badan, dan lingkar kepala yang normal. Panjang badan lahir normalnya
45.6-52.7 cm, berat badan lahir normalnya 2.4 - 4.2 cm, lingkar kepala normalnya 31.7-36.1
cm. dapat dilihat di scenario BBL 3 Kg, PBL 49 cm, dan LK 33 cm, ketiganya masih dalam
range normal. Setelah usia bayi 11 bulan seharusnya panjang bayi sudah mencapai 68-77,5
cm, berat bayi sudah 7-11 kg, dan lingkar kepalanya 42-47.1 cm namun di scenario dikatakan
bahwa hasil pemeriksaan bayi tsb berat badannya hanya 6,2 kg, panjang badannya 66 cm, dan
LK nya tidak terdata. PB dan BB tidak dalamm batas normal, hasilnya masih kurang dari
normal, sehingga dikatakan plotting di kurva standar WHO menunjukkan BB/U <- 3 SD, ini
menginterpretasikan bahwa bayi mengalami gizi buruk dann PB/U <-2 SD yang mana
diinterpretasikan dengan stunting/ perawakan pendek

Seorang anak tinggi menurut usia SD>3: Ketinggian jarang menjadi masalah, kecuali jika
terlalu berlebihan sehingga dapat mengindikasikan gangguan endokrin seperti tumor
penghasil hormon pertumbuhan. Rujuk anak dalam rentang ini untuk penilaian jika Anda
mencurigai adanya gangguan endokrin (misalnya jika orang tua dengan tinggi badan normal
memiliki anak yang terlalu tinggi untuk usianya).

5. Bagaimana penilaian KPSP?: aqil ( Salsa - Ahmad )

KPSP atau Kuesioner Pra Skrining Perkembangan termasuk kedalam Deteksi Dini
Penyimpangan Perkembangan, dimana selain KPSP, ada TDD : Tes Daya Dengar dan
TDL : Tes Daya Lihat. Tujuan dari KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak
normal atau ada penyimpangan. Skrining/pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan,
guru TK dan petugas PAUD terlatih. Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah : setiap
3 bulan pada anak < 24 bulan dan tiap 6 bulan pada anak usia 24 - 72 bulan.

KPSP akan berisikan soal yang sesuai dengan umur anak. KPSP terdiri ada 2
macam pertanyaan, yaitu: Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh:
"Dapatkah bayi makan kue sendiri ?" dan Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP Contoh: "Pada posisi bayi anda telentang,
tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk''. Soal-
soal dalam kuisioner itu mengandung tahapan perkembangan dan stimulasi, seperti :

● Gerak kasar : Apakah anak dapat duduk sendiri tanpa bantuan?


● Gerak halus : Taruh potongan biscuit di atas meja. Dapatkah bayi memungut dengan
tangannya dengan gerakan miring atau menggerapai
● Bicara dan Bahasa : Sebut 2-3 kata yang dapat ditiru oleh anak (tidak perlu kata-kata
yang lengkap). Apakah ia mencoba meniru menyebutkan kata-kata tadi
● Sosialisasi dan Kemandirian : anda bersembunyi di belakang sesuatu/di pojok,
kemudian muncul dan menghilang secara berulang-ulang di hadapan anak, apakah
ia mencari anda atau mengharapkan anda muncul kembali?

Interpretasi Hasil KPSP

● Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-kadang)


● Hitung jawaban Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah)
● Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan
perkembangan (S)
● Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
● Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).
● Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja.

Untuk Anak dengan Perkembangan SESUAI (S)


● Orangtua/pengasuh anak sudah mengasuh anak dengan baik.
● Pola asuh anak selanjutnya terus lakukan sesuai dengan bagan stimulasi
sesuaikan dengan umur dan kesiapan anak.
● Keterlibatan orangtua sangat baik dalam tiap kesempatan stimulasi. Tidak usah
mengambil momen khusus. Laksanakan stimulasi sebagai kegiatan sehari-hari
yang terarah.
● Ikutkan anak setiap ada kegiatan Posyandu.

Untuk Anak dengan Perkembangan MERAGUKAN (M)

● Konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa yang diberikan
lebih sering .
● Lakukan stimulasi intensif selama 2 minggu untuk mengejar ketertinggalan anak.
● Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter/dokter anak.
Tanyakan adakah penyakit pada anak tersebut yang menghambat
perkembangannya.
● Lakukan KPSP ulang setelah 2 minggu menggunakan daftar KPSP yang sama
pada saat anak pertama dinilai.
● Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama sudah bisa
semua dilakukan. Lakukan lagi untuk KPSP yang sesuai umur anak.
● Lakukan skrining rutin, pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi.
● Bila setelah 2 minggu intensif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8 jawaban YA.
Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah sakit dengan fasilitas
klinik tumbuh kembang.

6. Bagaimana standar imunisasi pada anak?: salsa ( Aqil - Nadila )


Menurut rekomendasi ikatan dokter anak indonesia 2020.

1) Vaksin hepatitis B (HB) diberikan kepada bayi segera setelah lahir sebelum berumur 24 jam,
didahului penyuntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya.Bayi dengan berat lahir kurang
dari 2.000 g, imunisasi hepatitis B sebaiknya ditunda sampai berumur 1 bulan atau lebih. jika ibu
HBsAg positif, segera berikan vaksin HB dan imunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas
yang berbeda, maksimal dalam 7 hari setelah lahir. Imunisasi HB selanjutnya diberikan bersama
vaksin DTwP (difteri, tetanus, pertusis whole-cell) atau DTaP (difteri, tetanus, pertusis aselular).

2) Vaksin polio 0 (nol) diberikan segera setelah lahir. Apabila lahir di fasilitas kesehatan berikan
bOPV-0 (bivalent Oral Polio Vaccine-0) saat bayi pulang atau pada kunjungan pertama.
Selanjutnya berikan bOPV atau IPV (inactivated polio vaccine) bersama DTwP atau DTaP. Vaksin
IPV minimal diberikan 2 kali sebelum berumur 1 tahun bersama DTwP atau DTaP.

3) Vaksin BCG sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau segera mungkin sebelum bayi
berumur 1 bulan. Bila berumur 3 bulan atau lebih BCG diberikan bila uji tuberkulin negatif. Bila uji
tuberkulin tidak tersedia, BCG dapat diberikan. Bila timbul reaksi lokal cepat pada minggu
pertama dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk diagnosis tuberkulosis.

4)Vaksin DPT (difteri, pertusis, dan tetanus) diberikan mulai umur 6 minggu berupa vaksin DTwP
atau DTaP. Vaksin DTaP diberikan pada umur 2, 3, 4 bulan atau 2, 4, 6 bulan. Umur 7 tahun atau
lebih menggunakan vaksin Td (tetanus dan difteri) atau Tdap (Tetanus, difteri, pertussis).

5) Vaksin pneumokokus (PCV) diberikan pada umur 2, 4 dan 6 bulan dengan booster pada umur
12 -15 bulan.

6) Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama mulai umur 6 minggu, dosis kedua
dengan interval minimal 4 minggu, harus selesai pada umur 24 minggu.

7) Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama 6-12 minggu, dosis kedua dan
ketiga dengan interval 4-10 minggu, harus selesai pada umur 32 minggu.

8) Vaksin influenza diberikan mulai umur 6 bulan, dan dapat diulang setiap tahun. Pada umur 6
bulan sampai 8 tahun, imunisasi pertama 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu. Sedangkan
untuk umur lebih dari 9 tahun, imunisasi pertama 1 dosis.

9)Vaksin MR/MMR. Pada umur 9 bulan, berikan vaksin MR kepada anak. Apabila sampai umur
12 bulan belum mendapat vaksin MR, dapat diberikan vaksin MMR. Pada umur 18 bulan berikan
MR atau MMR. Sementara, pada umur 5 – 7 tahun, berikan MR (dalam program BIAS kelas 1)
atau MMR.

10) Vaksin Japanese encephalitis (JE) diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis atau
yang akan bepergian ke daerah endemis. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan
booster 1 - 2 tahun kemudian.

11) Vaksin varisela diberikan mulai umur 12 – 18 bulan. Pada umur 1–12 tahun, diberikan 2
dosis vaksin varisela dengan interval 6 minggu sampai 3 bulan. Sementara, pada umur 13 tahun
atau lebih diberikan vaksin varisela dengan interval 4 sampai 6 minggu.

12) Vaksin hepatitis A diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun, dosis ke-2 diberikan 6 bulan sampai
12 bulan kemudian.

13) Vaksin tifoid polisakarida diberikan mulai umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun.

14) Vaksin human papilloma virus (HPV) diberikan pada anak perempyan umur 9-14 tahun 2 kali
dengan jarak 6-15 bulan atau pada program BIAS kelas 5 dan 6. Umur 15 tahun atau lebih,
diberikan vaksin HPV 3 kali dengan jadwal 0, 1 , 6 bulan (vaksin bivalen) atau 0, 2, 6 bulan (vaksin
quadrivalent).

15) Vaksin dengue diberikan pada anak umur 9 – 16 tahun dengan seropositif dengue yang
dibuktikan adanya riwayat pernah dirawat dengan diagnosis dengue (pemeriksaan antigen NS-1
dan atau uji serologis IgM/IgG anti dengue positif) atau dibuktikan dengan pemeriksaan serologi
IgG anti dengue positif.

- strukturisasi -
- LO -

Anda mungkin juga menyukai