- Identifikasi Istilah:
a. MPASI : alfi : zahrul ( yg jawab )
b. ASI ekslusif : salwa : ahmad ( yg jawab )
ASI eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi selama 6 bulan tanpa tambahan makan dan
minum apapun
c. Alergi : shafa : bela ( yg jawab )
d. Per vaginam : aqil : alfi ( yg jawab )
e. Usia gestasi : dhiya : puan ( yg jawab )
Ø Umur postmenstruasi (postmenstrual age) adalah umur dalam minggu sejak hari pertama
menstruasi terakhir hingga waktu pemeriksaan
Ø Umur kronologis (chronological age) adalah umur dalam minggu sejak bayi dilahirkan
hingga saat pemeriksaan
Ø Umur koreksi (corrected age) adalah umur dalam minggu, yaitu pengurangan umur
kronologis dengan prematuritas. Batas aterm adalah 40 minggu
Konsep : MalNutrisi
- identifikasi Masalah :
1. Apa fungsi dari asi eksklusif dan mpasi terhadap pertumbuhan bayi? : bela ( yang jwb
Puan-Humi )
● Berat badan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif juga ditemukan lebih mudah naik.
Meskipun bikin berat badan bayi mudah naik, tapi ASI melindungi bayi dari ancaman
obesitas. Hal tersebut disinyalir berhubungan dengan bakteri di dalam usus bayi,
jumlah insulin, dan keberadaan hormon leptin. Bayi yang diberikan ASI eksklusif
memiliki lebih banyak bakteri baik yang dapat menjaga keseimbangan energi
dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Selain itu,
dibandingkan susu formula, ASI mengandung lebih sedikit insulin. Insulin sendiri
dapat memicu pembentukan lemak pada bayi. Bayi yang disusui ASI eksklusif juga
memiliki hormon leptin (hormon yang meregulasi lapar dan kenyang) lebih banyak
dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan susu formula.
● KEBUTUHAN GIZI BAYI UMUR 0 - 6 BULAN, Kebutuhan gizi pada bayi usia 0-6
bulan cukup terpenuhi dari ASI saja (ASI Eksklusif), Berikan ASI yang pertama
keluar dan berwarna kekuningan (kolostrum) Jangan beri makanan/ minuman selain
ASI, Susui bayi sesering mungkin, Susui setiap bayi menginginkan, paling sedikit 8
kali sehari, Susui dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian, Susui sampai
payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi lainnya
● PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI BAYI 6-9 BULAN, Anak harus mulai
dikenalkan dan diberi makanan pendamping ASI sejak umur 6 bulan. Makanan utama
adalah makanan padat yang diberikan secara bertahap (bentuk, jumlah dan frekuensi),
ASI diberikan sampai anak usia 2 tahun
3. Apakah riwayat alergi pada ayah bayi sudah pasti di turunkan pada bayi tsb? : shafa
( Dhiya - Alfi )
Kurang lebih 15% masyarakat menduga anak mereka alergi makanan padahal angka
kejadian pada anak hanya 6-8%. semakin menunda mengenalkan makanan karena takut
alergi, resiko anak terkena alergi semakin tinggi. Semakin makanan tertentu utk anak
direstriksi semakin tinggi resiko malnutrisinya. makanan dari hewan adalah sumber yang
baik untuk protein, iron, zinc. WHO menyatakan kekhawatiran tentang potensi efek alergi
adalah alasan umum keluarga untuk membatasi makanan tertentu dari bayi. Padahal tidak
ada studi terkontrol yang menunjukkan diet restrictive mempunyai efek pencegahan alergi.
Pencegahan alergi secara primer dapat menurunkan risiko terjadinya manifestasi penyakit
alergi. Salah satu rekomendasi pencegahan primer yang direkomendasikan oleh Ikatan
Dokter Anak Indonesia adalah dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi selama 6 bulan.
Hal in dikarenakan kandungan sekretori Imunoglobulin A (S-IgA) yang dimiliki ASI
berperan sentral dalam perlindungan mukosa saluran cerna bayi yang belum matur.
4. Bagaimanakah batasan normal PB,BB dan LK sesuai usia bayi ?: humi? ( Salwa- Bela )
Dalam kasus ini bayinya adalah perempuan, maka kita harus tau terlebih dahulu standar
panjang badan, berat badan, dan lingkar kepala yang normal. Panjang badan lahir normalnya
45.6-52.7 cm, berat badan lahir normalnya 2.4 - 4.2 cm, lingkar kepala normalnya 31.7-36.1
cm. dapat dilihat di scenario BBL 3 Kg, PBL 49 cm, dan LK 33 cm, ketiganya masih dalam
range normal. Setelah usia bayi 11 bulan seharusnya panjang bayi sudah mencapai 68-77,5
cm, berat bayi sudah 7-11 kg, dan lingkar kepalanya 42-47.1 cm namun di scenario dikatakan
bahwa hasil pemeriksaan bayi tsb berat badannya hanya 6,2 kg, panjang badannya 66 cm, dan
LK nya tidak terdata. PB dan BB tidak dalamm batas normal, hasilnya masih kurang dari
normal, sehingga dikatakan plotting di kurva standar WHO menunjukkan BB/U <- 3 SD, ini
menginterpretasikan bahwa bayi mengalami gizi buruk dann PB/U <-2 SD yang mana
diinterpretasikan dengan stunting/ perawakan pendek
Seorang anak tinggi menurut usia SD>3: Ketinggian jarang menjadi masalah, kecuali jika
terlalu berlebihan sehingga dapat mengindikasikan gangguan endokrin seperti tumor
penghasil hormon pertumbuhan. Rujuk anak dalam rentang ini untuk penilaian jika Anda
mencurigai adanya gangguan endokrin (misalnya jika orang tua dengan tinggi badan normal
memiliki anak yang terlalu tinggi untuk usianya).
KPSP atau Kuesioner Pra Skrining Perkembangan termasuk kedalam Deteksi Dini
Penyimpangan Perkembangan, dimana selain KPSP, ada TDD : Tes Daya Dengar dan
TDL : Tes Daya Lihat. Tujuan dari KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak
normal atau ada penyimpangan. Skrining/pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan,
guru TK dan petugas PAUD terlatih. Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah : setiap
3 bulan pada anak < 24 bulan dan tiap 6 bulan pada anak usia 24 - 72 bulan.
KPSP akan berisikan soal yang sesuai dengan umur anak. KPSP terdiri ada 2
macam pertanyaan, yaitu: Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh:
"Dapatkah bayi makan kue sendiri ?" dan Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP Contoh: "Pada posisi bayi anda telentang,
tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk''. Soal-
soal dalam kuisioner itu mengandung tahapan perkembangan dan stimulasi, seperti :
● Konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa yang diberikan
lebih sering .
● Lakukan stimulasi intensif selama 2 minggu untuk mengejar ketertinggalan anak.
● Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter/dokter anak.
Tanyakan adakah penyakit pada anak tersebut yang menghambat
perkembangannya.
● Lakukan KPSP ulang setelah 2 minggu menggunakan daftar KPSP yang sama
pada saat anak pertama dinilai.
● Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama sudah bisa
semua dilakukan. Lakukan lagi untuk KPSP yang sesuai umur anak.
● Lakukan skrining rutin, pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi.
● Bila setelah 2 minggu intensif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8 jawaban YA.
Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah sakit dengan fasilitas
klinik tumbuh kembang.
1) Vaksin hepatitis B (HB) diberikan kepada bayi segera setelah lahir sebelum berumur 24 jam,
didahului penyuntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya.Bayi dengan berat lahir kurang
dari 2.000 g, imunisasi hepatitis B sebaiknya ditunda sampai berumur 1 bulan atau lebih. jika ibu
HBsAg positif, segera berikan vaksin HB dan imunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas
yang berbeda, maksimal dalam 7 hari setelah lahir. Imunisasi HB selanjutnya diberikan bersama
vaksin DTwP (difteri, tetanus, pertusis whole-cell) atau DTaP (difteri, tetanus, pertusis aselular).
2) Vaksin polio 0 (nol) diberikan segera setelah lahir. Apabila lahir di fasilitas kesehatan berikan
bOPV-0 (bivalent Oral Polio Vaccine-0) saat bayi pulang atau pada kunjungan pertama.
Selanjutnya berikan bOPV atau IPV (inactivated polio vaccine) bersama DTwP atau DTaP. Vaksin
IPV minimal diberikan 2 kali sebelum berumur 1 tahun bersama DTwP atau DTaP.
3) Vaksin BCG sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau segera mungkin sebelum bayi
berumur 1 bulan. Bila berumur 3 bulan atau lebih BCG diberikan bila uji tuberkulin negatif. Bila uji
tuberkulin tidak tersedia, BCG dapat diberikan. Bila timbul reaksi lokal cepat pada minggu
pertama dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk diagnosis tuberkulosis.
4)Vaksin DPT (difteri, pertusis, dan tetanus) diberikan mulai umur 6 minggu berupa vaksin DTwP
atau DTaP. Vaksin DTaP diberikan pada umur 2, 3, 4 bulan atau 2, 4, 6 bulan. Umur 7 tahun atau
lebih menggunakan vaksin Td (tetanus dan difteri) atau Tdap (Tetanus, difteri, pertussis).
5) Vaksin pneumokokus (PCV) diberikan pada umur 2, 4 dan 6 bulan dengan booster pada umur
12 -15 bulan.
6) Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama mulai umur 6 minggu, dosis kedua
dengan interval minimal 4 minggu, harus selesai pada umur 24 minggu.
7) Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama 6-12 minggu, dosis kedua dan
ketiga dengan interval 4-10 minggu, harus selesai pada umur 32 minggu.
8) Vaksin influenza diberikan mulai umur 6 bulan, dan dapat diulang setiap tahun. Pada umur 6
bulan sampai 8 tahun, imunisasi pertama 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu. Sedangkan
untuk umur lebih dari 9 tahun, imunisasi pertama 1 dosis.
9)Vaksin MR/MMR. Pada umur 9 bulan, berikan vaksin MR kepada anak. Apabila sampai umur
12 bulan belum mendapat vaksin MR, dapat diberikan vaksin MMR. Pada umur 18 bulan berikan
MR atau MMR. Sementara, pada umur 5 – 7 tahun, berikan MR (dalam program BIAS kelas 1)
atau MMR.
10) Vaksin Japanese encephalitis (JE) diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis atau
yang akan bepergian ke daerah endemis. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan
booster 1 - 2 tahun kemudian.
11) Vaksin varisela diberikan mulai umur 12 – 18 bulan. Pada umur 1–12 tahun, diberikan 2
dosis vaksin varisela dengan interval 6 minggu sampai 3 bulan. Sementara, pada umur 13 tahun
atau lebih diberikan vaksin varisela dengan interval 4 sampai 6 minggu.
12) Vaksin hepatitis A diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun, dosis ke-2 diberikan 6 bulan sampai
12 bulan kemudian.
13) Vaksin tifoid polisakarida diberikan mulai umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun.
14) Vaksin human papilloma virus (HPV) diberikan pada anak perempyan umur 9-14 tahun 2 kali
dengan jarak 6-15 bulan atau pada program BIAS kelas 5 dan 6. Umur 15 tahun atau lebih,
diberikan vaksin HPV 3 kali dengan jadwal 0, 1 , 6 bulan (vaksin bivalen) atau 0, 2, 6 bulan (vaksin
quadrivalent).
15) Vaksin dengue diberikan pada anak umur 9 – 16 tahun dengan seropositif dengue yang
dibuktikan adanya riwayat pernah dirawat dengan diagnosis dengue (pemeriksaan antigen NS-1
dan atau uji serologis IgM/IgG anti dengue positif) atau dibuktikan dengan pemeriksaan serologi
IgG anti dengue positif.
- strukturisasi -
- LO -