Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG

Interaksi obat merupakan masalah penting yang mengakibatkan

ribuan orang harus di rumah sakit di Amerika Serikat setiap tahun.

Penelitian selama satu tahun baru-baru ini disejumlah apotek menunjukkan

bahwa hampir satu dari 4 pasien yang mendapatkan resep pernah

mengalami interaksi obat yang berarti pada suatu saat tertentu dalam

tahun tersebut. Interaksi demikian telah menimbulkan gangguan yang

serius sehingga kadang-kadang menyebabkan kematian. Yang lebih sering

terjadi adalah interaksi yang meningkatkan toksisitas atau turunya efek

terapi pengobatan sehingga pasien tidak merasa sehat kembali atau tidak

cepat sembuh sebagaimana seharusnya (Harknoss, 1989).

Saat kita mendapatkan obat dari apotik, kita sering diberi tahu

bahwa obat sebaiknya diminum sebelum atau sesudah makan. Kita kadang

tidak tahu, untuk apa sebenarnya hal tersebut harus dilakukan. Mengapa

obat tertentu harus diminum sebelum makan dan obat lainnya harus

diminum sesudah makan. Hal itu sebenarnya berkaitan dengan masalah

interaksi obat, sebagai salah satu langkah unttuk menghindari terjadinya

interaksi dari suatu obat yang merugikan ( Lulukria, 2010).

Secara singkat dikatakan interaksi obat terjadi jika suatu obat

mengubah efek obat yang lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi

lebih atau kurang efektif (Harknoss, 1989). Untuk mendapatkan efek obat

harus berinteraksi dengan reseptor tetapi adakalanya obat berinteraksi

dengan faktor lain yang dapat meningkatkan atau mengurangi efek dari
obat tersebut, antara lain: faktor lingkungan, kondisi fisiologi tubuh,

metabolisme tubuh, farmakodinamik, farmakokinetik, dan makanan.

Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

interaksi obat. Pengaruh makanan terhadap kerja obat masih sangat

kurang. Karena itu, pada banyak bahan obat masih belum jelas bagaimana

pengaruh pemberian makanan pada saat yang sama pada kinetika obat.

Pada sejumlah senyawa makanan menyebabkan peningkatan, penundaan,

dan penurunan absorbsi obat (Mutschler, 1999). Makanan dapat berikatan

dengan obat, sehingga mengakibatkan absorbsi obat berkurang atau lebih

lambat. Sebuah contoh diskusi tentang makanan yang berikatan dengan

obat adalah interaksi tetrasiklin dengan produk-produk dari susu.

Akibatnya adalah penurunan konsentrasi tetrasiklin dalam plasma. Oleh

karena adanya efek pengikatan ini, maka tetrasiklin harus dimakan satu

jam sebelum atau 2 jam sesudah makan dan tidak boleh dimakan dengan

susu (Hayes et al., 1996).

Jadi interaksi obat merupakan sarana bagi semua pihak. Pasien,

dokter dan farmasis harus bekerjasama, untuk upaya memaksimalisasi

pemakiaan obat demi kepentingan pasien. Di era informasi yang serba

cepat dan mudah seperti sekarang ini, masyarakat mestinya semakin

menyadari untuk menjadi mitra aktif dalam menjaga pemeliharaan

kesehatannya sendiri dan keluarga (Harknoss, 1989).

1. 2 RUMUSAN MASALAH

Adapun masalah yang akan di bahas dalam makalah ini sebagai

berikut :

 Pengertian Interaksi Obat ?

 Pengertian Makanan ?

 Bagaimana proses Interaksi obat dengan makanan ?


 Farmakologi interaksi obat makanan ?

1. 3 TUJUAN MASALAH

 Untuk mengetahui tentang interaksi obat

 Untuk mengetahui tentang makanan

 Untuk mengetahui Interaksi obat dengan makanan

 Untuk mengetahui Farmakologi obat tersebut

1. 4 MANFAAT MASALAH

 Untuk menambah wawasan tentang Interaksi obat dan makanan

 Untuk mempelajari obat – obat yang di interaksikan terutama

antara obat dan makanan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Interaksi Obat

Interaksi obat adalah situasi di mana suatu zat memengaruhi aktivitas

obat, yaitu meningkatkan atau menurunkan efeknya, atau menghasilkan efek baru

yang tidak diinginkan atau direncanakan. Interaksi dapat terjadi antar-obat atau

antara obat dengan makanan serta obat-obatan herbal.

Secara umum, interaksi obat harus dihindari karena kemungkinan hasil

yang buruk atau tidak terduga. Beberapa interaksi obat bahkan dapat berbahaya

bagi Anda. Misalnya, jika Anda memiliki tekanan darah tinggi Anda bisa

mengalami reaksi yang tidak diinginkan jika Anda mengambil dekongestan hidung.

Namun, interaksi obat juga dapat dengan sengaja dimanfaatkan, misalnya

pemberian probenesid dengan penisilin sebelum produksi massal penisilin. Karena

penisilin sulit waktu itu sulit diproduksi, kombinasi itu berguna untuk mengurangi

jumlah penisilin yang dibutuhkan.

Ada beberapa mekanisme oleh obat yang berinteraksi dengan obat-obatan

lain, makanan, dan bahan lainnya. Interaksi dapat terjadi apabila ada peningkatan

atau penurunan dalam:

(1) penyerapan obat yang masuk ke dalam tubuh;

(2) distribusi obat dalam tubuh;

(3) perubahan yang dibuat pada obat oleh tubuh (metabolisme)

(4) penghapusan obat dari badan.


Sebagian besar hasil penting dari interaksi obat perubahan dari dalam

penyerapan, metabolisme, atau penghapusan dari obat. Interaksi obat juga dapat

terjadi bila dua obat yang sama (tambahan) efek atau berlawanan (membatalkan)

efek bertindak bersama pada tubuh. Sumber lain dari interaksi obat terjadi

ketika obat mengubah satu konsentrasi dari bahan yang biasanya hadir di dalam

tubuh. Perubahan yang substansi ini mengurangi atau meningkatkan efek obat lain

yang sedang diambil. Interaksi obat antarawarfarin (Coumadin) dan vitamin K

yang mengandung produk adalah contoh yang baik dari jenis interaksi. Warfarin

bertindak dengan mengurangi konsentrasi bentuk aktif vitamin K didalam tubuh.

Karena itu, bila vitamin K diambil, ia akan mengurangi efek warfarin.

2. 2 Definisi Makanan

Makanan adalah bahan, yang biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan,

dimakan oleh makhluk hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Cairan dipakai

untuk maksud ini sering disebut minuman, tetapi kata ‘makanan’ juga bisa dipakai.

Istilah ini kadang-kadang dipakai dengan kiasan, seperti “makanan untuk

pemikiran”. Kecukupan makanan dapat dinilai dengan status gizi secara

antropometri.

Makanan yang dibutuhkan manusia biasanya dibuat melalui bertani,

berkebun ataupun beternak yang meliputi sumber hewan dan tumbuhan. Beberapa

orang menolak untuk memakan makanan dari hewan seperti, daging, telur dan

lain-lain. Mereka yang tidak suka memakan daging dan sejenisnya disebut

vegetarian yaitu orang yang hanya memakan sayuran sebagai makanan pokok

mereka.

2. 3 Interaksi obat dengan Makanan

Pemberian obat-obatan merupakan bagian dari terapi medis terhadap

pasien. Ketika dikonsumsi, obat dapat mempengaruhi status gizi seseorang


dengan mempengaruhi makanan yang masuk (drug-food interaction). Hal

sebaliknya juga dapat terjadi, makanan yang masuk juga dapat mempengaruhi

kerja beberapa obat-obatan (food-drug interaction).

Interaksi antara obat dan makanan disini dapat dibagi menjadi :

1. Obat-obatan yang dapat menurunkan nafsu makan, mengganggu pengecapan

dan mengganggu traktus gastrointestinal/ saluran pencernaan.

2. Obat-obatan yang dapat mempengaruhi absorbsi, metabolisme dan eksresi zat

gizi.

Adapun Interaksi obat dan makanan terbagi 3 Fase :

fase farmasetis

Fase farmasetis merupakan fase awal dari hancur dan terdisolusinya obat.

Beberapa makanan dan nutrisi mempengaruhi hancur dan larutnya obat. maka

dari itu, keasaman makanan dapat mengubah efektifitas dan solubilitas obat-

obat tertentu. Salah satu obat yang dipengaruhi pH lambung adalah saquinavir,

inhibitor protease pada perawatan HIV.

Fase farmakokinetik

Fase farmakokinetik adalah absorbsi, transport, distribusi, metabolisme

dan ekskresi obat. Interaksi obat dan makanan paling signifikan terlibat dalam

proses absorbsi. Usus halus, organ penyerapan primer, berperan penting dalam

absorbsi obat. Fungsi usus halus seperti motilitas atau afinitas obat untuk

menahan sistem karier usus halus, dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat

absorbsi obat. Makanan dan nutrien dalam makanan dapat meningkatkan atau

menurunkan absorbsi obat dan mengubah ketersediaan hayati obat.


Makanan yang mempengaruhi tingkat ionisasi dan solubilitas atau reaksi

pembentukan khelat, dapat mengubah absorbsi obat secara signifikan. Misalnya

pada reaksi pembentukan khelat pada :

a. Kombinasi tetracyclin dengan mineral divalen seperti Ca dalam susu atau

antasida. Kalsium akan mempengaruhi absorbsi dari quinolon.

b. Reaksi antara besi (ferro atau ferri) dengan tetracyclin, antibiotik

fluoroquinolon, ciprofloxacin, ofloxacin, lomeflox dan enoxacin. Maka dari itu,

ketersediaan hayati ciprofloxacin dan ofloxacin turun masing-masing 52 dan 64

% akibat adanya besi.

c. Zink dan fluoroquinolon akan menghasilkan senyawa inaktif sehingga

menurunkan absorbsi obat (b).

Fase farmakodinamik

Fase farmakodinamik merupakan respon fisiologis dan psikologis terhadap

obat. Mekanisme obat tergantung pada aktifitas agonis atau antagonis, yang

mana akan meningkatkan atau menghambat metabolisme normal dan fungsi

fisiologis dalam tubuh manusia. Obat dapat memproduksi efek yang diinginkan

dan tidak diinginkan. Aspirin dapat menyebabkan defisiensi folat jika diberikan

dalam jangka waktu lama. Methotrexat memiliki struktur yang mirip dengan folat

vitamin B, hal ini dapat memperparah defisiensi folat.

2. 4 Obat dan penurunan nafsu makan

Efek samping obat atau pengaruh obat secara langsung, dapat

mempengaruhi nafsu makan. Kebanyakan stimulan CNS dapat mengakibatkan

anorexia. Efek samping obat yang berdampak pada gangguan CNS dapat

mempengaruhi kemampuan dan keinginan untuk makan. Obat-obatan penekan


nafsu makan dapat menyebabkan terjadinya penurunan berat badan yang tidak

diinginkan dan ketidakseimbangan nutrisi.

2. 5 Obat dan perubahan pengecapan/ penciuman

Banyak obat yang dapat menyebabkan perubahan terhadap kemampuan

merasakan/ dysgeusia, menurunkan ketajaman rasa/ hypodysgeusia atau

membaui. Gejala-gejala tersebut dapat mempengaruhi intake makanan. Obat-

obatan yang umum digunakan dan diketahui menyabapkan hypodysgeusia seperti:

obat antihipertensi (captopril), antriretroviral ampenavir, antineoplastik

cisplastin, dan antikonvulsan phenytoin.

2. 6 Obat dan gangguan gastrointestinal

Obat dapat menyebabkan perubahan pada fungsi usus besar dan hal ini

dapat berdampak pada terjadinya konstipasi atau diare. Obat-obatan narkosis

seperti kodein dan morfin dapat menurunkan produktivitas tonus otot halus dari

dinding usus. Hal ini berdampak pada penurunan peristaltik yang menyebabkan

terjadinya konstipasi (Lulukria, 2010).

Absorbsi

Interaksi dalam proses absorpsi dapat terjadi dengan berbagai cara

misalnya,

- Perubahan (penurunan) motilitas gastrointestinal oleh karena obat-obat seperti

morfin atau senyawa-senyawa antikolinergik dapat mengubah absorpsi obat-obat

lain.

- Kelasi yakni pengikatan molekul obat-obat tertentu oleh sen/.zyawa logam

sehingga absorpsi akan dikurangi, oleh karena terbentuk senyawa kompleks yang

tidak diabsorpsi. Misalnya kelasi antara tetrasiklin dengan senyawa-senyawa

logam /berat akan menurunkan absorpsi tetrasiklin.


- Makanan juga dapat mengubah absorpsi obat-obat tertentu, misalnya: umumnya

antibiotika akan menurun absorpsinya bila diberikan bersama dengan makanan

(Grahame, 1985)

Obat-obatan yang dikenal luas dapat mempengaruhi absorbsi zat gizi adalah

obat-obatan yang memiliki efek merusak terhadap mukosa usus. Antineoplastik,

antiretroviral, NSAID dan sejumlah antibiotik diketahui memiliki efek tersebut.

Mekanisme penghambatan absorbsi tersebut meliputi: pengikatan antara obat

dan zat gizi (drug-nutrient binding) contohnya Fe, Mg, Zn, dapat berikatan

dengan beberapa jenis antibiotik; mengubah keasaman lambung seperti pada

antacid dan antiulcer sehingga dapat mengganggu penyerapan B12, folat dan besi;

serta dengan cara penghambatan langsung pada metabolisme atau perpindahan

saat masuk ke dinding usus (Lulukria, 2010).

Metabolisme

Interaksi dalam proses metabolisme dapat terjadi dengan dua

kemungkinan, yakni

• Pemacuan enzim (enzyme induction) suatu obat (presipitan) dapat memacu

metabolisme obat lain (obat obyek) sehingga mempercepat eliminasi obat

tersebut. Obat-obat yang dapat memacu enzim metabolism obat disebut sebagai

enzyme inducer. Dikenal beberapa obat yang mempunyai sifat pemacu enzim ini

yakni Rifampisin; Antiepileptika: fenitoin, karbamasepin, fenobarbital.

• Penghambatan enzim, Obat-obat yang punya kemampuan untuk menghambat

enzim yang memetabolisir obat lain dikenal sebagai penghambat enzim (enzyme

inhibitor). Akibat dari penghambatan metabolisme obat ini adalah meningkatnya

kadar obat dalam darah dengans egala konsekuensinya, oleh karena

terhambatnya proses eliminasi obat. Obat-obat yang dikenal dapat menghambat


aktifitas enzim metabolisme obat antara lain kloramfenikol, isoniazid, simetidin,

propanolol, eritromisin, fenilbutason, alopurinol,dan lain-lain.

(Grahame, 1985)

Obat-obatan dan zat gizi mendapatkan enzim yang sama ketika sampai di usus

dan hati. Akibatnya beberapa obat dapat menghambat aktifitas enzim yang

dibutuhkan untuk memetabolisme zat gizi. Sebagai contohnya penggunaan

metotrexate pada pengobatan kanker menggunakan enzim yang sama yang

dipakai untuk mengaktifkan folat. Sehingga efek samping dari penggunaan obat

ini adalah defisiensi asam folat (Lulukria, 2010).

Ekskresi

Obat-obatan dapat mempengaruhi dan mengganggu eksresi zat gizi dengan

mengganggu reabsorbsi pada ginjal dan menyebabkan diare atau muntah.

Sehingga jika dirangkum, efek samping pemberian obat-obatan yang berhubungan

dengan gangguan GI (gastrointestinal) dapat berupa terjadinya mual, muntah,

perubahan pada pengecapan, turunnya nafsu makan, mulut kering atau inflamasi/

luka pada mulut dan saluran pencernaan, nyeri abdominal (bagian perut),

konstipasi dan diare. Efek samping seperti di atas dapat memperburuk konsumsi

makanan si pasien. Ketika pengobatan dilakukan dalam waktu yang panjang tentu

dampak signifikan yang memperngaruhi status gizi dapat terjadi (Bruyne, 2008).

2.7 Macam-macam proses Interaksi Obat dengan makanan

Berikut merupakan macam-macam proses interaksi obat dan makanan dan

efek yang ditimbulkan dalam tubuh kita:

a. Makanan yang meningkatkan efek beberapa obat

Obat yang efeknya apat ditingkatkan oleh makanan dan biasanya

harus digunakan bersama dengan makanan agar didapatkan efek yang

tetap.
b. Obat jantung β bloker

Digunakan untuk mencegah angina, untuk menormalakan kembali denyut

jantung yang tidak beraturan, dan untuk menaggulangi tekanan darah tinggi.

Nama paten pemblok beta : Tenormin, Inderal,lopresor. Karbamazapin (tagretol)

anti konvulsan yang digunakan untuk mencegah serangan Diazepam (Valium) –

suatu transkuliansia. Diuretika digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi

dan layu jantung. Nama paten diuretika yang berinterakasi : Anhydron, Aquatag,

aquetnsin, diucardin, diulo, diuril, enduron, hydromox.

Hidralazine (apresoline) digunakan untuk menanggulangi tekanan arah

tinggi. Nitrofurantoin (furadantin, Macrodantin) suatu anti mikroba digunakan

untuk mengobati infeksi saluran kemih. Fenitoin (dilantin) suatu anti konvulsann

digunakan untuk mencegah serangan. Spironolakton (aldactazide, aldactone)

suatu diuretika digunakan untuk menanggulangi tekanan darah tinggi dan layu

Jantung.

c. Makanan yang menurunkan efek beberapa obat

Makan obat berikut ini satu jam sebelum atau dua jam sesudah makan

untuk mencegah interaksi yang mungkin menurunkan efek obat :

Kaptoril (capoten) digunakan untuk menanggulangi takanan darah tinggi dan layu

jantung Antibiotika. Pengecualian antibiotika yang tidak dipengaruhi oleh

makanan Amoksisilin (amoksil, larotid, polymox), Bakampisilin (spectrobid)

Doksisilin (doxcychel), Hetasalin (Versapen), Eritromisin estolat

(liosone),Eritromisin salut enteric (E-mycin, Ery-Tab),Minosiklin (minocin).

d. Makanan Beralkali Metenamin (hiprex, Mandelamine, Urex)

Efek metanamine dapat berkurang. Metanamine digunakan untuk

mengobati infeksi saluran kemih (kandung kemih Dan ginjal). Akibatnya : Infeksi

mungkin tidak terobati dengan baik. Hindari makanan beralkali seperti : amandel,
susu mentega, kastanye, sari buah jeruk, kelapa, kelapa susu, buah-buahan

(kecuali berry. Prem yang dikeringkan), susu, sayuran (kecuali Jagung)

e. Makanan beralkali Kinidin (Cardioquin, duraquin, quinaglute dura tabs,

Efek kinidin dapat meningkat, kinidin digunakan untuk menormalkan denyut

jantung yang tidak beraturan. Akibatnya mungkin menjadi efek samping

merugikan karena terlalu banyak kinidin disertai gejala jantung berdebar atau

denyut jantung tidak teratur, pusing sakit kepala, telinga berdaging, dan

gangguan penglihatan. Hindari makan seperti : Hindari makanan beralkali seperti

: amandel, susu mentega, kastanye, sari buah jeruk, kelapa, kelapa susu, buah-

buahan, sayuran (kecuali Jagung)

f. Makanan beralkali Kinin (coco Quinine, Quinamm, Quinine)

Efek Quinine dapat meningkat. Kinin adalah obat bebas yang digunakan

untuk mengobati malaria dan untuk kejang kaki malam hari. Akibatnya mungkin

dapat menjadii efek samping merugikan karena terlalu banyak kinin disertai

gejala pusing dan sakit kepala, telinga berdenging, dan gangguan penglihatan.

Hindari makan beralkali seperti : amandel, susu mentega, kastanye, sari buah

jeruk, kelapa, kelapa susu, buah-buahan, sayuran (kecuali Jagung)

g. Makanan Berkofein Obat asma gol teofilin

Efek obat asama dapat meningkat . obat asama melebarkan jalan udara

dan memeudahkan pernapasan penderita asma, akibatnya mungkin menjdai efek

samping merugikan karena terlalu banyak teofilin disertai gejala mual, pisong,

sakit kepala, mudah tersinggung, tremor, insomnia, trakhikardia, nama paten

obat asma golongan teofilin

h. Makanan berkarbohidrat asetaminofen

Asetaminofen dapat berkurang asetaminofen adalah obat penghilang nyeri

dan demam yang masyhur. Akibatnya nyeri dan demam mungkin tidak hilang

sebagaimana mestinya. Sumber karbohidrat : roti biscuit aroma jeli, dll. Nama

paten asetaminofen : Anacin-3, Datril, liquprin.


i. Sate sapi atau hamburger obat asma turunan teofilin

Efek obat asama dapat berkurang obat asama membuka jalan udara di

paru-paru dan mempermudah pernapasan penderita asma akibatya : asma

mungkin tidak terkendali dengan baik.

j. Makanan berlemak – Griseofulvin (Fluvicin P/G, Fluficin U/F, Griseofulvin

Efek griseofulvin dapat meningkat griseofulvin diberikan secara oral untuk

mengobati infeksi jamur pada rambut, kulit, kuku tangan, dan kuku kaki.

Interaksi yang terjadi adalah interaksi yang menguntungkan dan griseofulvin

sebaikanya ditelan pada saat makan makanan berlemak seperti : Alpukat, daging

sapi, mentega, kue, kelapa susu, selada ayam, kentang goring, ayam goreng.

k. Makanan berserat banyak digoksin

Efek digoksin berkurang digoksin digunakan untuk mengobati layu jantung

dan untuk menormalkan kembali denyut jantung yang tak beraturan akibatya

kondisi yang diobati mungkin tidak terkendali dengan baik. Gunakan digoksin satu

jam sebelum atau sesudah makan yang berserat seperti : Sari buah prem, seralia

beras, makanan dari gandum, biji-bijian, sayuran mentah, sayuran berdaun.


BAB III

PENUTUP

3 . 1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa :

interaksi antara obat dan makanan terjadi dalam tiga fase yaitu fase

farmasetis, fase farmakokinetik, fase farmakodinamik. Dengan mekanisme

obat yang telah diminum akan hancur dan obat terdisolusi (merupakan fase

farmasetis), kemudian obat tersebut di absorpsi, transport, distribusi,

metabolism dan ekresi oleh tubuh (merupakan fase farmakokinetik), setelah

melewati fase farmakokinetik maka obat tersebut dapat direspon secara

fisiologis dan psikologis (merupakan fase farmakodinamik).

Efek samping pemberian obat-obatan yang berhubungan dengan gangguan

GI (gastrointestinal) dapat berupa terjadinya mual, muntah, perubahan pada

pengecapan, turunnya nafsu makan, mulut kering atau inflamasi/ luka pada

mulut dan saluran pencernaan, nyeri abdominal (bagian perut), konstipasi dan

diare. Efek samping seperti di atas dapat memperburuk konsumsi makanan si

pasien. Ketika pengobatan dilakukan dalam waktu yang panjang tentu dampak

signifikan yang memperngaruhi status gizi dapat terjadi.

3 . 2 SARAN

 Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat

ditanyakan dengan dokter yang meresepkan atau apoteker

 Baca aturan pakai, label perhatian dan peringatan interaksi obat

yang tercantum dalam label atau wadah


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat hidayah

dan rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis berupa kesehatan rohani dan

jasmani sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul

”INTERAKSI OBAT” dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami banyak menemukan

hambatan, tetapi berkat dukungan pihak-pihak yang telah membantu, saya

dapat menyelesaikannya dengan baik. Untuk itu tidak lupa saya mengucapkan

terimakasih kepada orang-orang yang telah membantu kami dalam penulisan

makalah ini dengan baik.

saya menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna

oleh karena itu untuk memperbaiki makalah ini saya mengharapkan kritik dan

saran yang membangun.

Makassar, Januari 2015

Penulis
DARTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

 LATAR BELAKANG

 RUMUSAN MASALAH

 TUJUAN MASALAH

 MANFAAT MASALAH

BAB II PEMBAHASAN

 Definisi Interaksi Obat

 Definisi Makanan

 Interaksi Obat dengan Makanan

 Obat dan penurunan nafsu makan

 Obat dan perubahan pengecapan/ penciuman

 Obat dan gangguan gastrointestinal

BAB III PENUTUP

 KESIMPULAN

 SARAN
MAKALAH
I N T E R A K S I O B A T M A K
A N A N

K E L O M P O K 1 :

H A J R A J A S N A R ( 1 2 . 2 0 1 . 0 6
8 3 )

S Y A M S U L M A W A N ( 1 2 . 2 0 1 .
0 7 5 0 )

F A K U L T A S F A R M A S I

U N I V E R S I T A S I N D O N E S I A

T I M U R M A K A S S A R

2 0 1 5

Anda mungkin juga menyukai