Abstract
The military installation is a defense building that is specifically established,
strengthened and closed, serves to protect an area or army from enemy attacks. The
purpose of this paper is to find out the shape and function of military installations in the city
of Palembang. This research method consists of the stages of data collection and special
analysis using a spatial approach. The results of this study indicate that military
installations in the city of Palembang have several forms, namely irregular shapes, U,
rectangular, rectangular and circular / circular shapes. The function of the military
installation is to maintain the oil mining area in the city of Palembang and as a base of
defense and a place to spy on the enemy.
Abstrak. Instalasi militer merupakan sebuah bangunan pertahanan yang didirikan secara
khusus, diperkuat dan tertutup, berfungsi untuk melindungi sebuah daerah ataupun pasukan
tentara dari serangan musuh. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bentuk dan
fungsi instalasi militer yang ada di Kota Palembang. Metode penelitian ini terdiri dari tahap
pengumpulan data dan analisis khusus dengan menggunakan pendekatan keruangan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa instalasi militer di Kota Palembang memiliki beberapa
bentuk, yaitu bentuk tidak beraturan, bentuk huruf U, persegi panjang, segi empat dan
lingkaran/melingkar. Adapun fungsi dari instalasi militer tersebut adalah untuk
mempertahankan wilayah tambang minyak di Kota Palembang dan sebagai basis pertahanan
serta tempat untuk mengintai musuh.
Kalimantan. Selain berhasil menduduki with (Djajusman 1978, 79). Kemenangan ini
Pulau Kalimantan Jepang juga berhasil memudahkan Jepang untuk mendarat di
menduduki Palembang di Pulau Sumatera Pulau Jawa. Kekuatan Jepang yang khusus
(Oktorino 2013, 2). Selanjutnya Jepang merebut Pulau Jawa di bawah Komando
menduduki Hindia Belanda bagian timur Letnan Jendral Hitoshi Imamura
yaitu Ambon dan Morotai. Keberhasilan (Notosusanto 1979, 25).
Jepang menduduki wilayah-wilayah di Masa pendudukan Jepang di Hindia
Indonesia yang stategis membuat pertahanan Belanda, Jepang menerapkan hukum militer
Belanda di Hinda Belanda terancam (Salim dan memaksakan hukum penjajah. Jepang
1971, 127). Strategi Jepang ini ternyata melarang penggunaan Bahasa Belanda dan
berhasil dengan mengucilkan Pulau Jawa Inggris bagi penduduk Hindia Belanda
pada saat itu menjadi pusat pertahanan untuk mempromosikan Bahasa Jepang.
Belanda, Jepang juga berhasil melumpuhkan Semua kegiatan politik dilarang dan
pelabuhan Darwin di Australia sehingga membuat organisasi yaitu gerakan 3A yang
memutus hubungan antara Pulau Jawa menyanjung Jepang sebagai “Cahaya Asia,
dengan dunia luar (Oktorino 2013, 2). Pelindung Asia, Pemimpin Asia”. Selama
Keadaan ini membuat Belanda semakin masa pendudukan Jepang di Hindia Belanda,
terpojok, dengan jatuhnya Palembang di militer Jepang membangun beberapa
Pulau Sumatera yang saat itu menjadi daerah instalasi militer di setiap wilayah
sumber minyak sehingga terbukalah untuk kedudukannya. Persebaran instalasi militer
militer Jepang menguasai Pulau Jawa. di Hindia belanda, erat kaitannya dengan
Tanggal 15 Januari 1942 di bentuk usaha Jepang untuk membangun imperium
komando gabungan oleh pihak sekutu yakni di Asia dan ambisinya untuk memiliki bahan
American British Dutch Australian -bahan industri yang terdapat di sebalah
Command (ABDACOM) di bawah selatan Jepang termasuk Hindia Belanda
pimpinan Marsekal Sir Archibald Wavell. (Kartodirjo 1976, 1). Secara geografis
Untuk mempertahankan kekuasaan Hindia Palembang terletak pada 2˚59‟27.99”LS dan
Belanda di Pulau Jawa, sekutu membentuk 104˚45‟24.24”BT dengan luas 358,55km².
pertahanan laut yang dipimpin oleh Palembang adalah wilayah pendudukan
Laksamana Muda Karel Doorman (Salim Jepang pada tahun 1942. Alasan
1971, 130-131). Pada tanggal 27 Februari didudukinya kota palembang karena kota ini
1942 Jepang mulai menyerang Pulau Jawa merupakan salah satu daerah penghasil
tepatnya di sebelah selatan Pulau Bawean. minyak di Sumatera dan digunakan untuk
Dalam pertempuran tersebut, Jepang menyuplai kebutuhan perang jepang
berhasil menghancurkan kapal-kapal melawan sekutu. Walaupun tidak lama
Belanda dan terpaksa menarik mundur Jepang banyak mendirikan instalasi militer.
pasukan pertahanan laut Belanda ke Hal itu terlihat dari tinggalan arkeologi
Surabaya dengan kawalan kapal Witte de kolonial di Palembang. Bangunan tersebut
103
Muhammad Riyad Nes. Tipologi Instalasi Militer Jepang Di Kota Palembang, Sumatera Selatan
berkaitan erat dengan pertahanan dan buku, maupun laporan penelitian arkeologi
perlindungan,karena sesuai dengan yang dilakukan oleh Balai Arkeologi
tujuannya instalasi militer memiliki fungsi Sumatera Selatan, Balai Pelestarian Cagar
tempat perlindungan bagi militer Jepang dan Budaya Jambi dan Pusat Penelitian
menjadi simbol pertahanan (Marihandono Arkeologi Nasional. Selanjutnya langkah
2008, 146). kerja yang dilakukan adalah survei tinggalan
1.2 Permasalahan -tinggalan arkeologi berupa instalasi militer
Berdasarkan latar belakang di atas Jepang yang ada di Kota Palembang. Survei
permasalahan yang diajukan pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati semua
ini adalah tentang bentuk instalasi militer instalasi militer dan lingkungan di sekitar
jepang di Kota Palembang dilihat dari situs serta faktor pendukung lainnya seperti
kondisi geografis dan fungsinya di lokasi letak geografis dan sebagainya.
berdirinya. Untuk menjawab permasalahan 2.2 Pengolahan Data
ini maka diajukan pertanyaan sebagai Pada tahap pengolahan data , seluruh
berikut: data akan dianalisis berdasarkan bentuk,
1. Bagaimana bentuk instalasi militer fungsi dan material yang dipakai pada
Jepang di Kota Palembang? instalasi militer. Analisis data dilakukan
2. Apa fungsi instlasi militer Jepang di dengan menggunakan pendekatan keruangan
Kota Palembang? (Sumaatmadja 1988). Analisis terbagi
1.3 Tujuan Penelitian menjadi 2 jenis, pertama analisis khusus
Tujuan penelitian ini diharapkan dapat (spesificanalysis) yang menitikberatkan
mengklasifikasi instalasi militer Jepang yang pada ciri-ciri fisik artefak dan kedua analisis
ada di Kota Palembang menurut bentuk dan kontekstual yang menitikberatkan pada
fungsi dilihat dari lingkungan sekitar dan hubungan data arkeologi (Sukendar 1999,
untuk mengatahui pola sebaran instalasi 39). Selanjutnya interpretasi data, pada
militer Jepang di Kota Palembang. tahap ini dilakukan sintesa dari integrasi
hasil analisis dan pendekatan keruangan.
2. Metode Penelitian 2.2 Interpretasi Data
Metode yang digunakan dalam penelitian pada tahap ini dilakukan sintesa dari inte-
ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu; grasi hasil analisis dengan menggunakan
pengumpulan data, pengolahan data, dan pendekatan keruangan.
interpretasi data. Uraian lebih jelasnya akan
dipaparkan sebagai berikut : 3. Hasil dan Pembahasan
2.1 Pengumpulan Data 3.1 Deskripsi Lingkungan Dan Bentuk
Tahap pengumpulan data terdiri dari studi Instalasi militer pada masa pendudukan
pustaka dan survei. Studi pustaka yang Jepang berbentuk bunker yang dibangun
dilakukan adalah mengumpulkan literatur- berkelompok di suatu kawasan secara
literatur tentang kajian yang relevan, buku- tersebar di kota palembang. Berdasarkan
104
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 102-113
Tabel 1. Daftar Bungker Jepang yang Disurvei oleh TIM PDAI dan BPCB Jambi
No Situs Alamat Titik Koordinat Keterangan
1 Bunker Charitas Jalan Sudirman Kelurahan 20 Ilir S 02º58‟32.3” E 1 bunker
Samping Rumah Sakit Caritas 104º45‟12.1”
Kota Palembang
2 Bunker Jepang JalanAkbp. Umar No. 533 Rt. 5B S 02º57‟11.1” E 1 bunker
AKBP Umar Kelurahan Ario Kemuning Keca- 104º44‟18.2”
matan Ilir Timur I Kota Palem-
bang
3 Bunker Jepang Jalan Rimba Kemuning Omp. S 02º57‟07.5” E Rumah
Karya Ibu SPLB/C Rt. 5A, KM 5 Kelurahan 104º44‟19.7” penduduk (1
Ario Kemuning Kecamatan Ilir bunker)
Timur Kota Palembang
4 Bungker Jepang Jalan Joko RT 21 Kelurahan S 02º59‟32.3” E Kodim 0418
Jalan Joko Talang Semut, Kec. Ilir Barat II 104º45‟06.1” Palembang
Bukit Batu Kota Palembang (2 bungker)
5 Bungker Jepang Jalan Simpang Tiga Binangun / S 03˚02‟.685” E Dalam proses
Jakabiring Ral 7 Jaka Baring Seberang Ilir 104˚47‟.620” pembongkara
arah MAN 3 Palembang n (1 bunker)
6 Kompleks Jalan Lorong Sikam RT 43 RW S 02˚59”.750‟ E 2 buah
Pertahanan 13 Kelurahan 16 Ulu Kec. Plaju 104˚47”.808‟ bungker dan 6
Jepang Sikam buah tempat
meriam.
7 Kompleks Lorong Hikmah Jalan kapten S 03˚00‟.904” E 4 pertahanan
Pertahanan Ruben Kadu RT 22/23 Telaga 104˚49‟.449” udara/tempat
Udara Jepang Putri Plaju Darat
meriam
Lorong Hikmah
105
Muhammad Riyad Nes. Tipologi Instalasi Militer Jepang Di Kota Palembang, Sumatera Selatan
geografis datar dan berbukit. Jumlah kedalaman sekitar 2 m dan tidak terdapat
keseluruhan bunker tersebut kurang lebih tangga untuk menuju ke ruang bawah tanah.
belasan bunker, akan tetapi bunker yang Bangunan bagian atas memiliki bentuk
dijadikan objek dalam penelitian ini persegi empatdan sekarang dipergunakan
sebanyak 7 buah. Alasan pemilihan jumlah sebagai sarang burung walet. Menurut
tersebut dikarenakan kondisi bunker yang informasi masyarakat,di dalam bunker
masih utuh dan mewakili bunker lain yang tersebut terdapat sebuah terowongan yang
memiliki bentuk dan fungsi yang sama. diduga bisa tempus ke pinggiran Sungai
Dalam tabel 1 disebutkan daftar bunker- Musi.
bunker Jepang yang dibahas dalam tulisan 3.1.2. Bunker Jepang AKBP Umar
ini. Bunker Jepang AKBP Umar terletak di
3.1.1 Bunker Charitas Jalan AKBP. Umar No. 533 Rt.
Bunker charitas terletak diJalan Sudirman 5BKelurahan Ario Kemuning Kecamatan
kelurahan 20 Ilir samping Rumah Sakit Ilir Timur I Kota Palembang. Titik kordinat
Charitas Kota Palembang terletak di bunker ini terletak : S 02º57‟11.1” E
koordinat S 02º58‟32.3” E 104º45‟12.1”. 104º44‟18.2”, luas bangunan bunker ini
Bunker ini berada dilingkungan memiliki panjang 8,8 m lebar 6,38 m tinggi
perkantoran. Lokasi keberadaan bunker 3,3 m. Bunker AKBP Umar didirikan di
terletak pada lahan yang cukup tinggi di lahan dekat pemukiman masyarakat
antara tanah sekitar. Bunker terbuat dari dengan kondisi tidak terawat dan tanah
semen cor (semen dan batu kali), temboknya disekitarnya ditumbuhi semak dan rumput
masif, didalam tembok/dindingnya diberi ilalang. Kondisi bangunan bunker pada saat
rangka besi. Ketebalan tembok sekitar 50 ini masih kokoh walaupun terdapat
cm. Bentuk bangunan terdiri atas dua beberapa bagian yang telah hancur.
bagian, bagian bawah memiliki bentuk Bunker ini memiliki denah berbentuk
seperti ruang bawah tanah dengan huruf U. Adapun bentuk dasar bangunan
106
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 102-113
107
Muhammad Riyad Nes. Tipologi Instalasi Militer Jepang Di Kota Palembang, Sumatera Selatan
menjadi tempat tinggal keluarga Wim Luas bangunan panjang 18,1 m lebar 8,3 m
Tamawi Jaya dan kepemilikan tanah tinggi 1,2 m berada di sekitar pemukiman
Yayasan Karya Ibu. Bunker ini didirikan di penduduk. Sebelah timur berbatasan dengan
sekitar lahan yang tidak rata dan terpisah Gereja Imanuel kepemilikan tanah oleh
dari pemukiman padat. Menurut informasi Kodim II Sriwijaya. Bangunan Bunker Joko
masyarakat, di sebelah selatan bunker masih terlihat utuh dan memiliki denah
terdapat bangunan yang merupakan persegi panjang. Bunker Joko berbentuk
bagian dari sebuah asrama tentara Jepang, seperti rumah biasa dan mempunyai atap
yaitu tempat pemandian. Sebagai berbentuk pelana. Posisi keletakan bunker
perbandingan dengan bunker-bunker lain berada pada 2,4 m di bawah permukaan
yang ada di Kota Palembang, Bunker tanah sekitar. Terdapat tangga ke bawah
Karya Ibu memiliki ciri khas tersendiri berjumlah 11 anak tangga terbuat dari
yaitu tampak dari segi bahan bangunan semen yang menghubungkan permukaan
yaitu terbuat dari bata dan semen, tanah (dekat Jalan Joko) dengan pintu
sedangkan bunker-bunker yang lain terbuat bunker. Dinding bunker terbuat dari
dari semen cor. Bunker Karya Ibu beton cor dengan ketebalan 0,25 m dan
memiliki sebuah pintu di depan bangunan tinggi dinding 2,4 m.Pada bagian dalam
dan terdapat penambahan kanopi beratap bunker terdapat bilik-bilik dan sudah tidak
genteng tanah liat. dihuni lagi. Pada bagian atas bunker yang
3.1.4 Bunker Jepang Jalan Joko merupakan atapnya dibangun rumah semi
Bunker ini terletak di Jalan Joko RT 21 permanen terbuat dari papan kayu.
Kelurahan Talang Semut, Kec. Ilir Barat II 3.1.5 Bunker Jepang Jakabaring
Bukit Batu Kota Palembang terletak pada Bunker Jepang Jakabaring terletak di
koordinat S 02º59‟32.3” E 104º45‟06.1”. Jalan Simpang tiga Binangun / Ral 7 Jaka
Gambar 4. Bunker Jepang Jalan Joko tampak depan (Sumber: Dok. Penulis)
108
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 102-113
109
Muhammad Riyad Nes. Tipologi Instalasi Militer Jepang Di Kota Palembang, Sumatera Selatan
110
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 102-113
dan sebagai penyimpanan atau gudang sen- dengan arah pandang ke arah sungai musi.
jata lainnya. Pada bagian dalam terdapat beberapa ruang
Pertahanan merupan hal yang penting yang cukup luas dan ventelasi untuk megin-
pada saat perang, tanpa adanya sebuah per- tai musuh dari dalam ruangan dan mempu-
tahanan musuh akan mudah untuk masuk nyai atap yang datar serta memiliki
dan menyerang serta merebut wilayah yang bangunan yang relatif rendah dan terkubur.
di duduki atau di kuasai. Pendudukan jepang Bangunan pertahanan di wilayah berbukit
di indonesia antara tahun 1942-1945 tidak ini memiliki terowongan yang cukup pan-
lepas dari siuasi perang dunia II yang lagi jang dengan jalan yang berbelok-belok.
perjadi pada saat itu. Untuk melindungi Bangunan di wilayah ini difungsikan untuk
wilayah yang dikuasainya pasca kekalahan mengintai pergerakan musuh dari tepat yang
sekutu, bangunan pertahanan pada masa terbuka. Sedangkan bangunan pertahanan
pendudukan jepang berbentuk bunker yang yang terdapat di wilayah yang datar atau
dibangun di suatu kawasan dan di tempat- daerah tambang, bangunan berbentuk
kan secara tersebar dan di area yang strate- persegi empat dengan ukuran yang lebih
gis. Di Kota Palembang sebaran bunker besr dari pada di daerah yang berbukit. Pada
yang di bangun jepang di kota palembang di bagian dalam bangunan bunker, terdapat ru-
kelompokan menjadi dua yaitu bangunan ang tertutup dan ruang terbuka tanpa atap.
pertahanan di daerah berbukit dan bagunan Pada ruang tertutup terdpat rungan yang
pertahanan di wilayah tambang (datar). cukup luas untuk menampung militer je-
Bangunan pertahanan di wilayah berbukit pang, terdapat ventilasi untuk pengintaian
berbentuk yang beragam berkontruksi beton sedang di ruangan terbuka terdapat pintu di
111
Muhammad Riyad Nes. Tipologi Instalasi Militer Jepang Di Kota Palembang, Sumatera Selatan
Gambar 8. Peta sebaran instalasi militer Jepang di kota Palembang (Sumber: Penulis,
2018)
kedua sisi. Atap bangunan yang datar serta perang dengan sekutu. Jepang membangun
tinggi dari permukaan sekitar. Di bagian luar bunker sebagai basis pertahanan untuk
bunker terdapat yang di duga sebagai tempat menghadapi sekutu. Pembangunan bunker
menempatkan senjata (meriam) ukuran yang tersebut merupakan strategi perang dunia II
besar. dan untuk mengamankan wilayah vital yang
Uraian dari pembahasan tersebut menun- ada di Palembang. Bunker-bunker jepang
jukan bahwa bangunan pertahanan di kota yang ada di kota palembang memliki bentuk
palembang berupa bunker di bangun dengan yang berbeda. Bangunan tersebut berkaitan
memperhatikan lokasi geografis sebagai lo- erat dengan pertahanan dan perlindungan,
kasi yang strategis. Bangunan pertahanan di karena sesuai dengan tujuannya instalasi
daerah berbukit berfungsi untuk pengintai militer memiliki fungsi tempat perlindungan
dan pengawas musuh dari tempat terbuka bagi militer Jepang dan menjadi simbol
sedagkan bangunan pertahanan di wilayah pertahan
tambang untuk sebagai simbol menduduki 4.2. Saran
daerah tersebut dan pertahanan dari se- Penelitian arkeologi terhadap bunker-
rangan musuh. bunker di Sumatera bagian selatan masih
sangat minim dilakukan oleh instansi terkait.
4. Penutup Belum adanya hukum perundangan cagar
4.1. Kesimpulan budaya untuk situs membuat kondisi situs
Kota Palembang merupakan salah satu banyak yang tidak terawat. Oleh sebab itu
kota strategis di Pulau Sumatera dilihat dari perlu dilakukan kajian yang mendalam
sumber daya alam. Jepang menduduki tentang bunker yang ada di Sumbagsel dan
Palembang untuk memenuhi kebutuhan mengeluarkan sk cagar budaya untuk
112
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 102-113
Daftar Pustaka
Budhiman, Ageng. 1992. Benteng Menara
Pulau Bidadari Perairan Teluk Jakarta
(Tinjauan Bentuk dan Fungsi). Skripsi.
Depok: Universitas Indonesia.
Djajusman. 1978. Hancurnya Angkatan
Perang Hindia Belanda. Bandung:
Penerbit Angkasa.
Kartodirjo, Sartono (editor umum). 1976.
Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan kebudayaan.
Salim, Makmun. 1971.Ichtisar Sedjarah
Perang Dunia II. Jakarta: Pusat Sedjarah
ABRI, Departemen Pertahanan-
Keamanan.
Marihandono, Djoko. 2008. “Perubahan
Peran dalam Tata Ruang Kota”. Wacana
Vol. 10 No. 1 2008. Depok: Universitas
Indonesia.
113
Taeyoung Cho. Tulisan Arab: Pembina Tamadun Islam Di Nusantara
Abstract
This paper describes the role of Arabic script on a view of establishing Islamic civiliza-
tion in Indonesian archipelago. Arabic script, apart from a tool for writing, its characteris-
tic is so intensive to symbolize Islamic civilization. The arrival of Islamic civilization into
the archipelago has not only spread the religion, but also influenced the change of social
system in which Arabic script wrote the various spheres of Islamic civilization and trans-
ferred them into the local communities. The appearance of variant graphemes into the Ara-
bic-based local scripts (Jawi, Pégon, Sérang, and Buri Wolio) is a result from the modifica-
tion of Arabic script to the local languages for transmitting the elements of Islamic civiliza-
tion to the contexts of local communities. In other words, Arabic script shifted Indonesian
archipelago from the age of Jahiliah to the age of Islamic civilization.
Kata kunci: Tulisan Arab; Tamadun Islam; Nusantara; Jawi; Pégon; Sérang; Buri Wolio
115
Taeyoung Cho. Tulisan Arab: Pembina Tamadun Islam Di Nusantara
ini dapat diketahui bahwa tulisan Arab Dengan kata lain, jenis tulisan ini semua
memiliki pengaruh yang besar dalam adalah variasi dari induk tulisannya, yaitu
tamadun Islam. Setiap tulisan Arab dapat India dan Arab. Berikut adalah berbagai
dikatakan memiliki hubungan dengan al- jenis tulisan yang telah pernah digunakan di
Quran sehingga perlu diperlakukan dengan masyarakat daerah di Nusantara.
terhormat. 1) Tulisan India (Induk aksara: Pallawa)
- Pallawa, Kawi, Bali, Batak, Surat Ulu,
2. Metode Penelitian Lontarak, dll
Tulisan ini menggunakan cara studi 2) Tulisan Arab (Induk aksara: Arab)
pustaka untuk pengumpulan data. - Jawi, Pégon, Sérang, Buri Wolio, dll
Pengumpulan data terutama kepada buku, Jenis tulisan India dipakai pada zaman
jurnal, naskah yang berkaitan dengan tulisan pengaruh tamadun Hindu, sedangkan varian
atau aksara yang berkaitan dengan islam tulisan Arab pada zaman tamadun Arab.
atau tulisan arab dan varian-variannya. Varian-varian ini dapat dikatakan telah
Selain itu data tentang tamadun islam awal memainkan peranan sebagai perantara yang
dan tamadun islam di Nusantara. Data menyampaikan tamadun Hindu dan Arab ke
kemudian dijabarkan secara deskriftif untuk masyarakat daerah Nusantara.
menghasilkan kesimpulan terhadap Di antara semua aksara tersebut, aksara
perkembangan tulisan arab dan tamadun Palawa adalah tulisan yang pertama
islam di Nusantara. digunakan di Nusantara, yakni di Borneo
Timur, Kutai pada abad ke-5. Setelah itu,
3. Pembahasan pada abad ke-7 tulisan Palawa berfungsi
3.1 Sistem Tulisan di Nusantara sebagai tulisan resmi untuk menuliskan
Nusantara adalah sebuah masyarakat bahasa Melayu di Kerajaan Sriwijaya.
yang agak sulit ditemui bandingannya di Selanjutnya, di masyarakat Bahasa Jawa
dunia ini, sebagai yang pernah dan masih pembentukan tulisan Kawi dipengaruhi oleh
(meskipun hampir punah) menggunakan aksara Palawa, ketika pengaruh tamadun
berbagai jenis tulisan. Tulisan ini semua Budha dan Hindu beralih ke Jawa. Setelah
adalah hasil peminjaman dan penyesuaian itu, pengaruh tersebut dilanjutkan sampai ke
tamadun asing oleh masyarakat daerah Bali sekitar pada abad ke-16, dan
setempat di Nusantara. Jenis tulisan ini melahirkan tulisan Bali. Tulisan Palawa
dapat digolongkan ke dalam tiga bagian sebagai induk aksara tidak hanya melahirkan
menurut tamadun asing yang bersangkutan, tulisan Kawi dan Bali di pulau Jawa dan
yakni tulisan India, Arab dan Latin (Hardiati sekitarnya, tetapi juga memengaruhi
2002, 2~3). Di antara ketiga jenis tulisan pembentukan berbagai jenis tulisan di
tersebut, tulisan India dan Arab telah Sumatra dan Sulawesi. Tulisan Batak di
direformasi sesuai dengan keadaan Sumatra Utara dan varian-varian tulisan
masyarakat daerah yang menerimanya. Surat Ulu di Sumatra Selatan, selain itu
116
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 114-123
117
Taeyoung Cho. Tulisan Arab: Pembina Tamadun Islam Di Nusantara
Gambar 1. Varian-varian Tulisan Arab di Nusantara (Sumber: Cho, 2012: 129; Cho 2016: 266)
118
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 114-123
119
Taeyoung Cho. Tulisan Arab: Pembina Tamadun Islam Di Nusantara
tulisan Jawi dianggap sebagai simbol (Fischer 2001, 64;83). Dengan demikian,
pencerminan Islam Melayu (Moain 1996, varian-varian tulisan Arab di masyarakat
17). Bagi orang Melayu, tulisan Jawi lazim daerah memiliki varian grafem sebagai hasil
digunakan sebagai wahana untuk penyesuaian dengan bahasa-bahasa daerah
penyebaran tamadun Islam. Dengan setempat. Setelah varian-varian tulisan Arab
demikian, di mana pun tamadun Islam dapat mencatat bahasa-bahasa daerah lebih
masuk ke masyarakat daerah di Nusantara, tepat dan jelas dengan memiliki varian
tulisan Jawi disebarkan pula oleh orang grafem, proses sosialisasi tamadun Islam ke
Melayu untuk menyalin ajaran Islam ke dalam struktur masyarakat daerah mulai
dalam bahasa-bahasa setempat sebagai dilakukan lebih cepat. Berikut adalah varian
wadah penyebaran dan pembinaan Islam grafem dalam varian-varian tulisan Arab,
(Rahman & Salim 1996, 33~34). Dalam yaitu tulisan Jawi (gambar 2), Pégon
proses sosialisasi tamadun Islam ke struktur (gambar 3), Sérang (gambar 4), dan Buri
masyarakat daerah, tulisan Jawi disesuaikan Wolio (gambar 5).
lagi dengan sistem bahasa-bahasa daerah Varian-varian tulisan Arab berdasarkan
untuk dilambangkannya. atas 28 abjad dasar tulisan Arab. Selain 28
Kemunculan beberapa varian grafem abjad dasar, varian-varian grafem ini hanya
merupakan sebuah akibat yang lazim terjadi terdapat dalam varian-varian tulisan Arab
dalam proses penyesuaian tulisan dengan masing-masing untuk melambangkan bunyi
sistem bahasa baru yang menerimanya bahasa-bahasa daerah yang bersangkutan.
120
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 114-123
Dari perbedaan jumlah varian grafem di Arab, yaitu tulisan Pégon, Sérang dan Buri
antara varian-varian tulisan Arab dapat Wolio masih tetap menggunakan i’rab untuk
dipahami bahwa sistem bunyi bahasa-bahasa menandakan vokal.
daerah berbeda pula satu dengan yang lain. Varian-varian ini sekarang sudah sulit
Jika ditinjau varian grafem ini secara untuk ditemukan lagi karena penggunaan
tipologis, pembentukannya dilakukan bahasa latin di Nusantara. Penggunaannya
dengan ditambah tiga titik pada grafem hanya sebatas kepada orang-orang tertentu
dasar yang telah ada, seperti ,> <ط,> <د,><ح yang mempelajarinya dimana mereka juga
> <ڡ,><عdan > <ںAkan tetapi, tiga titik semakin sedikit. Tetapi selama keberadaan
yang terdapat pada varian grafem tulisan tamadun Islam masih dipertahankan oleh
Jawi, Pégon dan Buri Wolio digantikan masyarakat Nusantara maka tulisan Arab
dengan grafem > <ﻥdalam tulisan Sérang. dan varian-variannya masih akan bertahan,
Penggunaan grafem > <ﻥpada varian terutama apabila disertai oleh pelestarian
grafem tulisan Sérang dikarenakan bahwa tradisi Islam yang berkaitan dengan tulisan
dua titik bawah antara tiga titik lazim ditulis Arab dan variannya oleh pemerintah
secara kursif, sehingga kelihatannya seperti Indonesia. Tulisan Arab ini seharusnya
satu garis lengkung (Cho 2012, 121). Selan- dapat tetap dipertahankan apabila melihat
jutnya, kecuali tulisan Jawi yang tidak me- lingkungan Nusantara yang sebagian besar
makai lagi i’rab, ketiga varian-varian tulisan memeluk agama Islam.
121
Taeyoung Cho. Tulisan Arab: Pembina Tamadun Islam Di Nusantara
122
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 114-123
123