Anda di halaman 1dari 22

Muhammad Riyad Nes.

Tipologi Instalasi Militer Jepang Di Kota Palembang, Sumatera Selatan

TIPOLOGI INSTALASI MILITER JEPANG DI KOTA PALEMBANG,


SUMATERA SELATAN
Tipology of Japanese Military Installation in Palembang City, South Sumatra

Muhammad Riyad Nes


Mahasiswa Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi. Jl. Lintas Jambi – Muara
Bulian Km. 15, Mendalo Darat, Jambi. 36122
Tukenanes21@gmail.com

Abstract
The military installation is a defense building that is specifically established,
strengthened and closed, serves to protect an area or army from enemy attacks. The
purpose of this paper is to find out the shape and function of military installations in the city
of Palembang. This research method consists of the stages of data collection and special
analysis using a spatial approach. The results of this study indicate that military
installations in the city of Palembang have several forms, namely irregular shapes, U,
rectangular, rectangular and circular / circular shapes. The function of the military
installation is to maintain the oil mining area in the city of Palembang and as a base of
defense and a place to spy on the enemy.

Keywords: Military Installation; Function; Type; Palembang

Abstrak. Instalasi militer merupakan sebuah bangunan pertahanan yang didirikan secara
khusus, diperkuat dan tertutup, berfungsi untuk melindungi sebuah daerah ataupun pasukan
tentara dari serangan musuh. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bentuk dan
fungsi instalasi militer yang ada di Kota Palembang. Metode penelitian ini terdiri dari tahap
pengumpulan data dan analisis khusus dengan menggunakan pendekatan keruangan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa instalasi militer di Kota Palembang memiliki beberapa
bentuk, yaitu bentuk tidak beraturan, bentuk huruf U, persegi panjang, segi empat dan
lingkaran/melingkar. Adapun fungsi dari instalasi militer tersebut adalah untuk
mempertahankan wilayah tambang minyak di Kota Palembang dan sebagai basis pertahanan
serta tempat untuk mengintai musuh.

Kata kunci: Instalasi Militer; Fungsi; Bentuk; Palembang

1. Pendahuluan Jepang (Wohlstetter 1962, 34). Wilayah


1.1 Latar Belakang Hindia Belanda menjadi ssaran Jepang
Masa pendudukan Jepang di Hindia karena wilayah ini dianggap sebagai
Belanda terjadi pada tahun 1942 hingga penghasil sumber bahan strategis seperti
1945, hal itu terjadi setelah Jepang minyak dan karet (Notosusanto 1979, 29-
menyerang pangkalan armada laut Amerika 30).
Serikat di Pearl Harbor, Hawai.Saat itu Jepang pertama kali masuk ke Hindia
Jepang berhasil melumpuhkan kekuatan Belanda pada tanggal 10 Januari 1942
sekutu. Sebagai bentuk solidaritas terhadap dengan berhasil menduduki Tarakan dan
Sekutu, pemerintah Hindia Belanda Balikpapan, di mana daerah ini merupakan
kemudian menyatakan perang kepada daerah pertambangan minyak di Pulau

Naskah diterima 13/09/2018; Revisi diterima 03/10/2018; Disetujui 21/10/2018 102


Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 102-113

Kalimantan. Selain berhasil menduduki with (Djajusman 1978, 79). Kemenangan ini
Pulau Kalimantan Jepang juga berhasil memudahkan Jepang untuk mendarat di
menduduki Palembang di Pulau Sumatera Pulau Jawa. Kekuatan Jepang yang khusus
(Oktorino 2013, 2). Selanjutnya Jepang merebut Pulau Jawa di bawah Komando
menduduki Hindia Belanda bagian timur Letnan Jendral Hitoshi Imamura
yaitu Ambon dan Morotai. Keberhasilan (Notosusanto 1979, 25).
Jepang menduduki wilayah-wilayah di Masa pendudukan Jepang di Hindia
Indonesia yang stategis membuat pertahanan Belanda, Jepang menerapkan hukum militer
Belanda di Hinda Belanda terancam (Salim dan memaksakan hukum penjajah. Jepang
1971, 127). Strategi Jepang ini ternyata melarang penggunaan Bahasa Belanda dan
berhasil dengan mengucilkan Pulau Jawa Inggris bagi penduduk Hindia Belanda
pada saat itu menjadi pusat pertahanan untuk mempromosikan Bahasa Jepang.
Belanda, Jepang juga berhasil melumpuhkan Semua kegiatan politik dilarang dan
pelabuhan Darwin di Australia sehingga membuat organisasi yaitu gerakan 3A yang
memutus hubungan antara Pulau Jawa menyanjung Jepang sebagai “Cahaya Asia,
dengan dunia luar (Oktorino 2013, 2). Pelindung Asia, Pemimpin Asia”. Selama
Keadaan ini membuat Belanda semakin masa pendudukan Jepang di Hindia Belanda,
terpojok, dengan jatuhnya Palembang di militer Jepang membangun beberapa
Pulau Sumatera yang saat itu menjadi daerah instalasi militer di setiap wilayah
sumber minyak sehingga terbukalah untuk kedudukannya. Persebaran instalasi militer
militer Jepang menguasai Pulau Jawa. di Hindia belanda, erat kaitannya dengan
Tanggal 15 Januari 1942 di bentuk usaha Jepang untuk membangun imperium
komando gabungan oleh pihak sekutu yakni di Asia dan ambisinya untuk memiliki bahan
American British Dutch Australian -bahan industri yang terdapat di sebalah
Command (ABDACOM) di bawah selatan Jepang termasuk Hindia Belanda
pimpinan Marsekal Sir Archibald Wavell. (Kartodirjo 1976, 1). Secara geografis
Untuk mempertahankan kekuasaan Hindia Palembang terletak pada 2˚59‟27.99”LS dan
Belanda di Pulau Jawa, sekutu membentuk 104˚45‟24.24”BT dengan luas 358,55km².
pertahanan laut yang dipimpin oleh Palembang adalah wilayah pendudukan
Laksamana Muda Karel Doorman (Salim Jepang pada tahun 1942. Alasan
1971, 130-131). Pada tanggal 27 Februari didudukinya kota palembang karena kota ini
1942 Jepang mulai menyerang Pulau Jawa merupakan salah satu daerah penghasil
tepatnya di sebelah selatan Pulau Bawean. minyak di Sumatera dan digunakan untuk
Dalam pertempuran tersebut, Jepang menyuplai kebutuhan perang jepang
berhasil menghancurkan kapal-kapal melawan sekutu. Walaupun tidak lama
Belanda dan terpaksa menarik mundur Jepang banyak mendirikan instalasi militer.
pasukan pertahanan laut Belanda ke Hal itu terlihat dari tinggalan arkeologi
Surabaya dengan kawalan kapal Witte de kolonial di Palembang. Bangunan tersebut

103
Muhammad Riyad Nes. Tipologi Instalasi Militer Jepang Di Kota Palembang, Sumatera Selatan

berkaitan erat dengan pertahanan dan buku, maupun laporan penelitian arkeologi
perlindungan,karena sesuai dengan yang dilakukan oleh Balai Arkeologi
tujuannya instalasi militer memiliki fungsi Sumatera Selatan, Balai Pelestarian Cagar
tempat perlindungan bagi militer Jepang dan Budaya Jambi dan Pusat Penelitian
menjadi simbol pertahanan (Marihandono Arkeologi Nasional. Selanjutnya langkah
2008, 146). kerja yang dilakukan adalah survei tinggalan
1.2 Permasalahan -tinggalan arkeologi berupa instalasi militer
Berdasarkan latar belakang di atas Jepang yang ada di Kota Palembang. Survei
permasalahan yang diajukan pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati semua
ini adalah tentang bentuk instalasi militer instalasi militer dan lingkungan di sekitar
jepang di Kota Palembang dilihat dari situs serta faktor pendukung lainnya seperti
kondisi geografis dan fungsinya di lokasi letak geografis dan sebagainya.
berdirinya. Untuk menjawab permasalahan 2.2 Pengolahan Data
ini maka diajukan pertanyaan sebagai Pada tahap pengolahan data , seluruh
berikut: data akan dianalisis berdasarkan bentuk,
1. Bagaimana bentuk instalasi militer fungsi dan material yang dipakai pada
Jepang di Kota Palembang? instalasi militer. Analisis data dilakukan
2. Apa fungsi instlasi militer Jepang di dengan menggunakan pendekatan keruangan
Kota Palembang? (Sumaatmadja 1988). Analisis terbagi
1.3 Tujuan Penelitian menjadi 2 jenis, pertama analisis khusus
Tujuan penelitian ini diharapkan dapat (spesificanalysis) yang menitikberatkan
mengklasifikasi instalasi militer Jepang yang pada ciri-ciri fisik artefak dan kedua analisis
ada di Kota Palembang menurut bentuk dan kontekstual yang menitikberatkan pada
fungsi dilihat dari lingkungan sekitar dan hubungan data arkeologi (Sukendar 1999,
untuk mengatahui pola sebaran instalasi 39). Selanjutnya interpretasi data, pada
militer Jepang di Kota Palembang. tahap ini dilakukan sintesa dari integrasi
hasil analisis dan pendekatan keruangan.
2. Metode Penelitian 2.2 Interpretasi Data
Metode yang digunakan dalam penelitian pada tahap ini dilakukan sintesa dari inte-
ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu; grasi hasil analisis dengan menggunakan
pengumpulan data, pengolahan data, dan pendekatan keruangan.
interpretasi data. Uraian lebih jelasnya akan
dipaparkan sebagai berikut : 3. Hasil dan Pembahasan
2.1 Pengumpulan Data 3.1 Deskripsi Lingkungan Dan Bentuk
Tahap pengumpulan data terdiri dari studi Instalasi militer pada masa pendudukan
pustaka dan survei. Studi pustaka yang Jepang berbentuk bunker yang dibangun
dilakukan adalah mengumpulkan literatur- berkelompok di suatu kawasan secara
literatur tentang kajian yang relevan, buku- tersebar di kota palembang. Berdasarkan

104
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 102-113

posisi atau letaknya bunker di kota mampu mengamankan areal yang


palembang di kelompokkan menjadi dua luas.Selain itu bunker juga dibangun untuk
kelompok yaitu bunker di daerah perbukitan menghambat laju pergerakan musuh.
dan bunker di daerah pertambangan minyak. Menurut pengertiannyabunker adalah
Bunker yang berlokasi di wilayah sebuah bangunan pertahanan didirikan
perbukitan berbentuk persegi dan bentuk secara khusus, diperkuat dan tertutup yang
huruf U mempunyai ruang di dalam digunakan untuk melindungi sebuah daerah
sedangkan di wilayah pertambangan minyak ataupun pasukan tentara dari serangan
berentuk persegi dan mempunya halaman musuh atau menguasai daerah tertentu
terbuka di dalamnya dan terdapat kedudukan (Moeliono 1990, 103). Palembang
meriam di sekitar luar bunker. merupakan wilayah yang stategis di pulau
Kondisi ini berdampak pada jenis Sumatera sehingga mendorong Jepang untuk
bangunan pertahanan yang dipersiapkan membangun bunker di wilayah ini. Bunker-
dalam menghadapi serangan musuh, bunker tersebut dibangun di lokasi yang
bangunan pertahanan pada masa itu strategis dan tersebar secara geografis.
dibangun menyebar tidak terpusat dan Tinggalan bunker di Kota Palembang
ditempatkan di lokasi yang stategis dan tersebar di wilayah yang memiliki kondisi

Tabel 1. Daftar Bungker Jepang yang Disurvei oleh TIM PDAI dan BPCB Jambi
No Situs Alamat Titik Koordinat Keterangan
1 Bunker Charitas Jalan Sudirman Kelurahan 20 Ilir S 02º58‟32.3” E 1 bunker
Samping Rumah Sakit Caritas 104º45‟12.1”
Kota Palembang
2 Bunker Jepang JalanAkbp. Umar No. 533 Rt. 5B S 02º57‟11.1” E 1 bunker
AKBP Umar Kelurahan Ario Kemuning Keca- 104º44‟18.2”
matan Ilir Timur I Kota Palem-
bang
3 Bunker Jepang Jalan Rimba Kemuning Omp. S 02º57‟07.5” E Rumah
Karya Ibu SPLB/C Rt. 5A, KM 5 Kelurahan 104º44‟19.7” penduduk (1
Ario Kemuning Kecamatan Ilir bunker)
Timur Kota Palembang
4 Bungker Jepang Jalan Joko RT 21 Kelurahan S 02º59‟32.3” E Kodim 0418
Jalan Joko Talang Semut, Kec. Ilir Barat II 104º45‟06.1” Palembang
Bukit Batu Kota Palembang (2 bungker)
5 Bungker Jepang Jalan Simpang Tiga Binangun / S 03˚02‟.685” E Dalam proses
Jakabiring Ral 7 Jaka Baring Seberang Ilir 104˚47‟.620” pembongkara
arah MAN 3 Palembang n (1 bunker)
6 Kompleks Jalan Lorong Sikam RT 43 RW S 02˚59”.750‟ E 2 buah
Pertahanan 13 Kelurahan 16 Ulu Kec. Plaju 104˚47”.808‟ bungker dan 6
Jepang Sikam buah tempat
meriam.
7 Kompleks Lorong Hikmah Jalan kapten S 03˚00‟.904” E 4 pertahanan
Pertahanan Ruben Kadu RT 22/23 Telaga 104˚49‟.449” udara/tempat
Udara Jepang Putri Plaju Darat
meriam
Lorong Hikmah

105
Muhammad Riyad Nes. Tipologi Instalasi Militer Jepang Di Kota Palembang, Sumatera Selatan

geografis datar dan berbukit. Jumlah kedalaman sekitar 2 m dan tidak terdapat
keseluruhan bunker tersebut kurang lebih tangga untuk menuju ke ruang bawah tanah.
belasan bunker, akan tetapi bunker yang Bangunan bagian atas memiliki bentuk
dijadikan objek dalam penelitian ini persegi empatdan sekarang dipergunakan
sebanyak 7 buah. Alasan pemilihan jumlah sebagai sarang burung walet. Menurut
tersebut dikarenakan kondisi bunker yang informasi masyarakat,di dalam bunker
masih utuh dan mewakili bunker lain yang tersebut terdapat sebuah terowongan yang
memiliki bentuk dan fungsi yang sama. diduga bisa tempus ke pinggiran Sungai
Dalam tabel 1 disebutkan daftar bunker- Musi.
bunker Jepang yang dibahas dalam tulisan 3.1.2. Bunker Jepang AKBP Umar
ini. Bunker Jepang AKBP Umar terletak di
3.1.1 Bunker Charitas Jalan AKBP. Umar No. 533 Rt.
Bunker charitas terletak diJalan Sudirman 5BKelurahan Ario Kemuning Kecamatan
kelurahan 20 Ilir samping Rumah Sakit Ilir Timur I Kota Palembang. Titik kordinat
Charitas Kota Palembang terletak di bunker ini terletak : S 02º57‟11.1” E
koordinat S 02º58‟32.3” E 104º45‟12.1”. 104º44‟18.2”, luas bangunan bunker ini
Bunker ini berada dilingkungan memiliki panjang 8,8 m lebar 6,38 m tinggi
perkantoran. Lokasi keberadaan bunker 3,3 m. Bunker AKBP Umar didirikan di
terletak pada lahan yang cukup tinggi di lahan dekat pemukiman masyarakat
antara tanah sekitar. Bunker terbuat dari dengan kondisi tidak terawat dan tanah
semen cor (semen dan batu kali), temboknya disekitarnya ditumbuhi semak dan rumput
masif, didalam tembok/dindingnya diberi ilalang. Kondisi bangunan bunker pada saat
rangka besi. Ketebalan tembok sekitar 50 ini masih kokoh walaupun terdapat
cm. Bentuk bangunan terdiri atas dua beberapa bagian yang telah hancur.
bagian, bagian bawah memiliki bentuk Bunker ini memiliki denah berbentuk
seperti ruang bawah tanah dengan huruf U. Adapun bentuk dasar bangunan

Gambar 1. Bunker Charitas tampak samping (Sumber: Dok. Tribun Sumsel)

106
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 102-113

Gambar 2. Tampak samping bunker di Jalan Akbp Umar (Sumber: Dok.


Penulis)
adalah persegi panjang dengan dua buah 3.1.3. Bunker Karya Ibu
lorong pintu yang terletak pada kedua sisi Bunker Jepang ini terletak di Jalan Rimba
ujung depan. Disamping itu terdapat Kemuning Omp. SPLB/C Rt. 5A, KM 5
menara di bagian belakang di atas Kelurahan Ario Kemuning Kecamatan Ilir
bangunan yang mirip dengan cerobong. Timur Kota Palembang pada koordinat S
Kedua lorong pintu tersebut memiliki atap 02º57‟07.5” E 104º44‟19.7”. Bunker ini
berbentuk lengkung dan pintu dengan memiliki luas bangunan panjang 11,5 m
lebar 2,16 m. Pada bagian dalam luas 7,1 m tinggi 3,9 m. Bunker ini berada di
bangunan terdapat sekat-sekat ruang dan lingkungan sekolah, sebelah utara
memiliki dinding cor yang masif dengan berbatasan dengan SMU Karya Ibu dan
ketebalan 40 cm. barat SMP Karya Ibu. Fungsi sekarang

Gambar 3. Bunker Karya Ibu tampak depan (Sumber: Dok. Penulis)

107
Muhammad Riyad Nes. Tipologi Instalasi Militer Jepang Di Kota Palembang, Sumatera Selatan

menjadi tempat tinggal keluarga Wim Luas bangunan panjang 18,1 m lebar 8,3 m
Tamawi Jaya dan kepemilikan tanah tinggi 1,2 m berada di sekitar pemukiman
Yayasan Karya Ibu. Bunker ini didirikan di penduduk. Sebelah timur berbatasan dengan
sekitar lahan yang tidak rata dan terpisah Gereja Imanuel kepemilikan tanah oleh
dari pemukiman padat. Menurut informasi Kodim II Sriwijaya. Bangunan Bunker Joko
masyarakat, di sebelah selatan bunker masih terlihat utuh dan memiliki denah
terdapat bangunan yang merupakan persegi panjang. Bunker Joko berbentuk
bagian dari sebuah asrama tentara Jepang, seperti rumah biasa dan mempunyai atap
yaitu tempat pemandian. Sebagai berbentuk pelana. Posisi keletakan bunker
perbandingan dengan bunker-bunker lain berada pada 2,4 m di bawah permukaan
yang ada di Kota Palembang, Bunker tanah sekitar. Terdapat tangga ke bawah
Karya Ibu memiliki ciri khas tersendiri berjumlah 11 anak tangga terbuat dari
yaitu tampak dari segi bahan bangunan semen yang menghubungkan permukaan
yaitu terbuat dari bata dan semen, tanah (dekat Jalan Joko) dengan pintu
sedangkan bunker-bunker yang lain terbuat bunker. Dinding bunker terbuat dari
dari semen cor. Bunker Karya Ibu beton cor dengan ketebalan 0,25 m dan
memiliki sebuah pintu di depan bangunan tinggi dinding 2,4 m.Pada bagian dalam
dan terdapat penambahan kanopi beratap bunker terdapat bilik-bilik dan sudah tidak
genteng tanah liat. dihuni lagi. Pada bagian atas bunker yang
3.1.4 Bunker Jepang Jalan Joko merupakan atapnya dibangun rumah semi
Bunker ini terletak di Jalan Joko RT 21 permanen terbuat dari papan kayu.
Kelurahan Talang Semut, Kec. Ilir Barat II 3.1.5 Bunker Jepang Jakabaring
Bukit Batu Kota Palembang terletak pada Bunker Jepang Jakabaring terletak di
koordinat S 02º59‟32.3” E 104º45‟06.1”. Jalan Simpang tiga Binangun / Ral 7 Jaka

Gambar 4. Bunker Jepang Jalan Joko tampak depan (Sumber: Dok. Penulis)

108
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 102-113

Baring Seberang ulu depan MAN 1 Plaju. Terletak pada koordinat S


Palembang di belakang Masjid Tarbiah 02˚59”.750‟ E 104˚47”.808‟. Bunker Lorong
Islamiah. Bunker ini berada pada titik Sikam saat ini dijadikan sebagai tempat
koordinat S 03˚02.685‟ E 104˚47.620‟. tinggal Bapak Bakhtiar. Luas bangunan
Kondisi bunker tersebut sudah hancur, banker ini tinggi 2,5 m, lebar 8,5 m, dan
hanya terdapat sisa-sisa runtuhan dan panjang keseluruhan bunker 17 m. Situs
pondasi. Bunker ini memiliki bentuk berupa berada di daerah pemukiman penduduk,
lingkaran dengan diameter 11m, tebal bentuk beunker ini memanjang ke belakang
dinding 95cm. Sisi bangunantimur laut terdapat 2 buah yang pintu diduga
terdapat sisa bekas pondasi yang diduga merupakan pintu masuk, di sekitar bunker
merupakan tangga dengan lebar 6m dan terdapat 5 bangunan bekas meriam dan 2
tebal 6cm.Bagian timur terdapat 1 buah bangunan bekas tempat pengantungan yang
jendela dengan lebar 1 m. Bunker ini berada berbentuk persegi dengan panjang 3 m yang
di pemukiman penduduk, vegetasi beerada di pemukiman penduduk.
lingkungan di sebelah selatan bunker berupa 3.1.7 Bunker Lorong Hikmah
semak belukar yang ditumbuhi ilalang dan Bunker Lorong Hikmah terletak di
tumbuhan lainnya. Lorong Hikmah Kelurahan Telaga Putri Pla-
3.1.6 Bunker Lorong Sikam ju Darat. Menurut keterangan warga
Bunker ini terletak di Jalan Lorong setempat, Bunker ini sudah dijadikan
Sikam RT 43 RW 13 Kelurahan 16 Ulu Kec. sebagai rumah warga dan dibangun

Gambar 5. Bunker Jakabaring tampak samping (Sumber: Dok. Penulis)

109
Muhammad Riyad Nes. Tipologi Instalasi Militer Jepang Di Kota Palembang, Sumatera Selatan

Gambar 6. Bunker Lorong Sikam tampak depan (Sumber: Dok. penulis)

bangunan permanen yang bertingkat. Di Bunker didirikan denga kuat karena


belakang rumah yang diduga bunker fungsinya sebagai bagian dari pertahanaan.
tersebut terdapat 2 buah kedudukan bekas Pendirian bunker memerlukan sumber daya
meriam yang berdiameter 2,5 m. alam sebagai material bahan unuk pendirian
bunker. Fungsi utama pendirian bunker ada-
3.2. Pembahasan lah untuk sebagai tempat berlindung dari
Bunker merupakan bangunan pertahanan serangan musuh yang dilakukan secara men-
militer yang di buat dengan memakai cor dadak. Bunker-bunker di Palembang biasa
campuran semen, pasir dan kerikil. Secara berbentuk persegi empat dan melingkar.
umum bunker dibangun untuk melindungi Bangunan pertahanan lainnya yangdidirikan
pasukan dari serangan musuh dan untuk di sekitar bunker berfungsi sebagai tempat
menguasai suatu daerah (Budhiman 1992). senjata seperti meriam atau senapan mesin

Gambar 7. Kedudukan tempat meriam (Sumber: Dok. Penulis)

110
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 102-113

Tabel 2. Tipologi instalasi militer Jepang di Kota Palembang

Objek Bentuk Bahan Kondisi Geor- Fungsi Ruang


gafis
Bunker Charitas Persegi empat Semen cor, batu Berbukit Tempat
dan bertingkat kali, dinding di- Pengintaian
lapisi besi baja
Bunker Akbp Huruf U Semen cor, batu Berbukit Tempat
Umar bata, batu kali Pengintaian
Bunker Karya Ibu Persegi empat Semen, batu bata Berbukit Tempat
Pengintaian
Bunker Jakabar- Bulat Semen cor dilap- Datar Pillbox
ing isi besi, batu bata
Bunker Jalan Persegi empat Semen cor, besi, Berbukit Tempat
Joko batu kali, batu Pengintaian
bata
Bunker Lorong Persegi panjang Semen cor dilap- Datar Pertahanan dan
Sikam isi besi, batu bata tempat tinggal
militer
Bunker Lorong Pertahanan dan
Hikmah tempat tinggal
militer

dan sebagai penyimpanan atau gudang sen- dengan arah pandang ke arah sungai musi.
jata lainnya. Pada bagian dalam terdapat beberapa ruang
Pertahanan merupan hal yang penting yang cukup luas dan ventelasi untuk megin-
pada saat perang, tanpa adanya sebuah per- tai musuh dari dalam ruangan dan mempu-
tahanan musuh akan mudah untuk masuk nyai atap yang datar serta memiliki
dan menyerang serta merebut wilayah yang bangunan yang relatif rendah dan terkubur.
di duduki atau di kuasai. Pendudukan jepang Bangunan pertahanan di wilayah berbukit
di indonesia antara tahun 1942-1945 tidak ini memiliki terowongan yang cukup pan-
lepas dari siuasi perang dunia II yang lagi jang dengan jalan yang berbelok-belok.
perjadi pada saat itu. Untuk melindungi Bangunan di wilayah ini difungsikan untuk
wilayah yang dikuasainya pasca kekalahan mengintai pergerakan musuh dari tepat yang
sekutu, bangunan pertahanan pada masa terbuka. Sedangkan bangunan pertahanan
pendudukan jepang berbentuk bunker yang yang terdapat di wilayah yang datar atau
dibangun di suatu kawasan dan di tempat- daerah tambang, bangunan berbentuk
kan secara tersebar dan di area yang strate- persegi empat dengan ukuran yang lebih
gis. Di Kota Palembang sebaran bunker besr dari pada di daerah yang berbukit. Pada
yang di bangun jepang di kota palembang di bagian dalam bangunan bunker, terdapat ru-
kelompokan menjadi dua yaitu bangunan ang tertutup dan ruang terbuka tanpa atap.
pertahanan di daerah berbukit dan bagunan Pada ruang tertutup terdpat rungan yang
pertahanan di wilayah tambang (datar). cukup luas untuk menampung militer je-
Bangunan pertahanan di wilayah berbukit pang, terdapat ventilasi untuk pengintaian
berbentuk yang beragam berkontruksi beton sedang di ruangan terbuka terdapat pintu di

111
Muhammad Riyad Nes. Tipologi Instalasi Militer Jepang Di Kota Palembang, Sumatera Selatan

Gambar 8. Peta sebaran instalasi militer Jepang di kota Palembang (Sumber: Penulis,
2018)

kedua sisi. Atap bangunan yang datar serta perang dengan sekutu. Jepang membangun
tinggi dari permukaan sekitar. Di bagian luar bunker sebagai basis pertahanan untuk
bunker terdapat yang di duga sebagai tempat menghadapi sekutu. Pembangunan bunker
menempatkan senjata (meriam) ukuran yang tersebut merupakan strategi perang dunia II
besar. dan untuk mengamankan wilayah vital yang
Uraian dari pembahasan tersebut menun- ada di Palembang. Bunker-bunker jepang
jukan bahwa bangunan pertahanan di kota yang ada di kota palembang memliki bentuk
palembang berupa bunker di bangun dengan yang berbeda. Bangunan tersebut berkaitan
memperhatikan lokasi geografis sebagai lo- erat dengan pertahanan dan perlindungan,
kasi yang strategis. Bangunan pertahanan di karena sesuai dengan tujuannya instalasi
daerah berbukit berfungsi untuk pengintai militer memiliki fungsi tempat perlindungan
dan pengawas musuh dari tempat terbuka bagi militer Jepang dan menjadi simbol
sedagkan bangunan pertahanan di wilayah pertahan
tambang untuk sebagai simbol menduduki 4.2. Saran
daerah tersebut dan pertahanan dari se- Penelitian arkeologi terhadap bunker-
rangan musuh. bunker di Sumatera bagian selatan masih
sangat minim dilakukan oleh instansi terkait.
4. Penutup Belum adanya hukum perundangan cagar
4.1. Kesimpulan budaya untuk situs membuat kondisi situs
Kota Palembang merupakan salah satu banyak yang tidak terawat. Oleh sebab itu
kota strategis di Pulau Sumatera dilihat dari perlu dilakukan kajian yang mendalam
sumber daya alam. Jepang menduduki tentang bunker yang ada di Sumbagsel dan
Palembang untuk memenuhi kebutuhan mengeluarkan sk cagar budaya untuk
112
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 102-113

kelanjutan situs tersebut. Moeliono. 1990. Kamus Besar Bahasa


Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ucapan Terima Kasih Nugroho,Notosusanto. 1979b. Tentara Peta
Penulis mengucapkan terima kasih yang pada Zaman Pendudukan Jepang.
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang Jakarta: PT. Gramedia.
telah membantu dalam penelitian ini, kepada Oktorino, Nino. 2013. Ensiklopedi
Titet Fauzi Rachmawan sebagai kordinator Pendudukan Jepang di Indonesia.
magang. Kepada Aryandini Novita atas Jakarta: PT. Gramedia.
bimbingannya dalam tulisan ini. Kepada Sukendar, Haris, dkk. 1999. Metode
Sigit Eko Prasetyo yang sering berdiskusi Penelitian Arkeologi. Jakarta:
dan memberi masukan terhadap penelitian Departemen Pendidikan Pusat penelitian
ini. Kepada Wahyu Rizki Andhifani yang Arkeologi Nasional.
sangat banyak memberi masukan dan untuk Sumaatmadja, Nursid. 1998. Studi Geografi
semua pegawai Balai Arkeologi Sumatera Suatu Pendekatan dan Analisa
Selatan. Tidak lupa penulis juga Keruangan II. Bandung: Alumni.
mengucapkan terima kasih Asyhadi Mufsi Wohlstetter, Roberta. 1962. Pearl Harbor,
Sadzali yang telah memberikan masukan Warning and Decision. English: Stanford
dalam penulisan karya ilmiah ini. University Press.

Daftar Pustaka
Budhiman, Ageng. 1992. Benteng Menara
Pulau Bidadari Perairan Teluk Jakarta
(Tinjauan Bentuk dan Fungsi). Skripsi.
Depok: Universitas Indonesia.
Djajusman. 1978. Hancurnya Angkatan
Perang Hindia Belanda. Bandung:
Penerbit Angkasa.
Kartodirjo, Sartono (editor umum). 1976.
Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan kebudayaan.
Salim, Makmun. 1971.Ichtisar Sedjarah
Perang Dunia II. Jakarta: Pusat Sedjarah
ABRI, Departemen Pertahanan-
Keamanan.
Marihandono, Djoko. 2008. “Perubahan
Peran dalam Tata Ruang Kota”. Wacana
Vol. 10 No. 1 2008. Depok: Universitas
Indonesia.

113
Taeyoung Cho. Tulisan Arab: Pembina Tamadun Islam Di Nusantara

TULISAN ARAB: PEMBINA TAMADUN ISLAM DI NUSANTARA


Arabic Script: The Founder Of Islamic Civilization In The Archipelago
Taeyoung Cho
Peneliti. Korean Institute of Southeast Asian Studies, Seoul, Korea Selatan 204-7 Sadang 5-dong, Dongjak-gu,
07030
cctaeyoung@gmail.com

Abstract
This paper describes the role of Arabic script on a view of establishing Islamic civiliza-
tion in Indonesian archipelago. Arabic script, apart from a tool for writing, its characteris-
tic is so intensive to symbolize Islamic civilization. The arrival of Islamic civilization into
the archipelago has not only spread the religion, but also influenced the change of social
system in which Arabic script wrote the various spheres of Islamic civilization and trans-
ferred them into the local communities. The appearance of variant graphemes into the Ara-
bic-based local scripts (Jawi, Pégon, Sérang, and Buri Wolio) is a result from the modifica-
tion of Arabic script to the local languages for transmitting the elements of Islamic civiliza-
tion to the contexts of local communities. In other words, Arabic script shifted Indonesian
archipelago from the age of Jahiliah to the age of Islamic civilization.

Keywords: Arabic script; Islamic civilization; Indonesian archipelago; Jawi; Pégon;


Sérang; Buri Wolio

Abstrak. Makalah ini mendeskripsikan peranan tulisan Arab dalam pandangan


pembinaan tamadun Islam di Nusantara. Tulisan Arab, selain sebagai wahana untuk
menulis, sifat tulisannya lazim sangat kuat untuk mencerminkan tamadun Islam.
Kedatangan Islam ke Nusantara tidak hanya menyebar agama, tetapi juga memengaruhi
perubahan sistem sosial di mana tulisan Arab menulis berbagai bidang tamadun Islam dan
menyampaikannya ke masyarakat lokal. Kemunculan huruf varian dalam varian-varian
tulisan Arab (Jawi, Pégon, Sérang, dan Buri Wolio) adalah sebuah hasil dari penyusuaian
tulisan Arab dengan bahasa-bahasa lokal untuk mengantar unsur-unsur tamadun Islam ke
dalam konteks masyarakat lokal. Dengan kata lain, tulisan Arab mengeluarkan Nusantara
dari zaman jahiliah ke zaman tamadun Islam.

Kata kunci: Tulisan Arab; Tamadun Islam; Nusantara; Jawi; Pégon; Sérang; Buri Wolio

1. Pendahuluan: Tulisan dan Tamadun mengukur tahap perkembangan tamadun


Tulisan hanya berada dalam tamadun, dalam sejarah. Segala kegiatan masyarakat
dan tiada tamadun tanpa tulisan (Gelb 1952, dapat dicatat dan disimpan dalam
222). Pernyataan ini menunjukkan bahwa penggunaan tulisan, sehingga menunjang
tulisan berhubungan erat dengan tamadun landasan dasar perkembangan tamadun.
dalam segala aspek. Sehubungan dengan ini, Sejalan dengan ini, empat tempat tamadun
dapat disaksikan bahwa di mana pun kuno terbesar pada zaman purbakala pun
berkembang tamadun dalam sejarah dibangun bersamaan dengan penggunaan
manusia, bermunculan pula penggunaan tulisan. Di antaranya, tamadun awal Cina
tulisan. Tulisan lazim dianggap sesuatu yang (Hwang-Ho) terbentuk dalam tulisan Cina,

Naskah diterima 16/09/2018; Revisi diterima 12/10/2018; Disetujui 21/10/2018 114


Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 114-123

sedangkan tamadun Indus kuno bersamaan Berdasarkan hubungan erat antara


dengan tulisan Indus. Seterusnya, tamadun tulisan dengan tamadun, tulisan ini meninjau
Mesopotamia dan Mesir kuno pun dibangun peranan tulisan Arab di Nusantara.
dalam penggunaan tulisan Paku (Coneiform) Nusantara merupakan salah satu kawasan
dan Hieroglif (Hieroglyph). Hal ini dapat masyarakat Islam terbesar di dunia. Dengan
dipahami bahwa tulisan selalu berposisi demikian, tidak dapat dinafikan bahwa
dekat dengan pembinaan tamadun sejak peranan tulisan Arab sangat mutlak dalam
zaman kuno, sehingga dapat dianggap membangun dan menyebarkan tamadun
sebagai pembangkit tenaga utama untuk Islam di masyarakat lokal pada zaman
menjadi landasan dasar atas pembentukan masuk dan berpengaruhnya tamadun Islam
tamadun. di Nusantara. Segala bidang tamadun Islam
Tulisan dalam hubungan dengan disalin lagi dalam bahasa-bahasa daerah
tamadun lazim memainkan peranan untuk dengan menggunakan tulisan Arab untuk
membedakan tamadun satu dengan yang diantar ke setiap masyarakat daerah yang
lain. Di Asia Timur Ujung, Negara Cina dan telah menerima Islam. Dalam keadaan ini, di
Korea, Jepang, atau Vietnam yang masih masyarakat daerah dilahirkan varian-varian
menyimpan baik tradisi penggunaan aksara tulisan Arab dengan beberapa huruf varian
Cina, tulisan Cina berfungsi untuk untuk melambangkan bunyi bahasa-bahasa
membedakan negara-negara tersebut dari daerah lebih akurat. Varian-varian ini adalah
negara yang lain, sebagai kawasan yang tulisan Jawi, Pégon, Sérang dan Buri Wolio.
dipengaruhi tamadun Cina. Sejalan dengan Hal ini dari segi linguistik dapat dikatakan
ini, di Eropa, Amerika dan negara bekas sebagai penyusuaian tulisan yang patut
jajahan Barat, penggunaan huruf Latin terjadi saat suatu tulisan dipinjam ke bahasa
dianggap sebagai tanda yang mencerminkan lain. Akan tetapi, jika ditinjau dari segi
bahwa negara-negara ini berhubungan penyebaran dan penerimaan tamadun,
dengan pengaruh negara Barat. Selanjutnya, kemunculan varian-varian tulisan Arab di
tulisan Arab di Timur Tengah dan negara- berbagai masyarakat lokal dapat dianggap
negara yang telah menerima agama Islam, bahwa tamadun Islam telah sukses ditanam
dianggap sesuatu yang khas dan kuat untuk dan dilahirkan kembali sesuai dengan
membedakan tamadun Islam dari tamadun konteks masyarakat lokal di Nusantara.
yang lain. Hal ini mungkin dikarenakan Dalam keadaan ini, varian-varian tulisan
bahwa suatu tulisan di sebuah manyarakat Arab dapat dikatakan sebagai wadah
semakin lama penggunaanya, sifat pembinaan tamadun Islam di masyarakat
pencerminan tamadun yang bersangkutan daerah, Nusantara.
melalui tulisan tesebut pun semakin Setiap abjad tulisan Arab dianggap
diperkokoh, sehingga tulisan itu dianggap sakral bersamaan dengan al-Quran di setiap
sebagai simbol bagi tamadun yang masyarakat yang telah dipengaruhi tamadun
bersangkutan. Islam (Kristeva, 1981: 163~164). Dalam hal

115
Taeyoung Cho. Tulisan Arab: Pembina Tamadun Islam Di Nusantara

ini dapat diketahui bahwa tulisan Arab Dengan kata lain, jenis tulisan ini semua
memiliki pengaruh yang besar dalam adalah variasi dari induk tulisannya, yaitu
tamadun Islam. Setiap tulisan Arab dapat India dan Arab. Berikut adalah berbagai
dikatakan memiliki hubungan dengan al- jenis tulisan yang telah pernah digunakan di
Quran sehingga perlu diperlakukan dengan masyarakat daerah di Nusantara.
terhormat. 1) Tulisan India (Induk aksara: Pallawa)
- Pallawa, Kawi, Bali, Batak, Surat Ulu,
2. Metode Penelitian Lontarak, dll
Tulisan ini menggunakan cara studi 2) Tulisan Arab (Induk aksara: Arab)
pustaka untuk pengumpulan data. - Jawi, Pégon, Sérang, Buri Wolio, dll
Pengumpulan data terutama kepada buku, Jenis tulisan India dipakai pada zaman
jurnal, naskah yang berkaitan dengan tulisan pengaruh tamadun Hindu, sedangkan varian
atau aksara yang berkaitan dengan islam tulisan Arab pada zaman tamadun Arab.
atau tulisan arab dan varian-variannya. Varian-varian ini dapat dikatakan telah
Selain itu data tentang tamadun islam awal memainkan peranan sebagai perantara yang
dan tamadun islam di Nusantara. Data menyampaikan tamadun Hindu dan Arab ke
kemudian dijabarkan secara deskriftif untuk masyarakat daerah Nusantara.
menghasilkan kesimpulan terhadap Di antara semua aksara tersebut, aksara
perkembangan tulisan arab dan tamadun Palawa adalah tulisan yang pertama
islam di Nusantara. digunakan di Nusantara, yakni di Borneo
Timur, Kutai pada abad ke-5. Setelah itu,
3. Pembahasan pada abad ke-7 tulisan Palawa berfungsi
3.1 Sistem Tulisan di Nusantara sebagai tulisan resmi untuk menuliskan
Nusantara adalah sebuah masyarakat bahasa Melayu di Kerajaan Sriwijaya.
yang agak sulit ditemui bandingannya di Selanjutnya, di masyarakat Bahasa Jawa
dunia ini, sebagai yang pernah dan masih pembentukan tulisan Kawi dipengaruhi oleh
(meskipun hampir punah) menggunakan aksara Palawa, ketika pengaruh tamadun
berbagai jenis tulisan. Tulisan ini semua Budha dan Hindu beralih ke Jawa. Setelah
adalah hasil peminjaman dan penyesuaian itu, pengaruh tersebut dilanjutkan sampai ke
tamadun asing oleh masyarakat daerah Bali sekitar pada abad ke-16, dan
setempat di Nusantara. Jenis tulisan ini melahirkan tulisan Bali. Tulisan Palawa
dapat digolongkan ke dalam tiga bagian sebagai induk aksara tidak hanya melahirkan
menurut tamadun asing yang bersangkutan, tulisan Kawi dan Bali di pulau Jawa dan
yakni tulisan India, Arab dan Latin (Hardiati sekitarnya, tetapi juga memengaruhi
2002, 2~3). Di antara ketiga jenis tulisan pembentukan berbagai jenis tulisan di
tersebut, tulisan India dan Arab telah Sumatra dan Sulawesi. Tulisan Batak di
direformasi sesuai dengan keadaan Sumatra Utara dan varian-varian tulisan
masyarakat daerah yang menerimanya. Surat Ulu di Sumatra Selatan, selain itu

116
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 114-123

Lontarak di Sulawesi Selatan adalah varian- tulisan India.


varian dari Palawa. Klasifikasi tulisan secara terpisah dalam
Pada zaman tamadun Islam, sistem genealogi dan tipologi, tidak begitu berarti,
tulisan di masyarakat daerah, Nusantara karena perkembangan sistem tulisan dunia
mulai dialihkan dari tulisan India ke Arab. ini lazim dilakukan secara genealogis dan
Bersamaan dengan penyebaran Islam, tipologis sekaligus (Kwon 1999, 73).
penggunaan tulisan Arab pun meluas hingga Bagaimana pun, varian-varian tulisan yang
ke masyarakat daerah dan mulai mencatat diklasifikasikan di atas dapat dianggap
bahasa setempat di Nusantara, sehingga sebagai akibat dari penerimaan dan
melahirkan berbagai varian. Tulisan Jawi, pengaruh tamadun asing, yaitu India dan
Pégon, Sérang dan Buri Wolio adalah hasil Arab dalam masyarakat daerah di seluruh
dari penyesuaian tulisan Arab dengan Nusantara.
keadaan bahasa Melayu, Jawa, Bugis- 3.2. Masuknya Tamadun Islam dalam
Makassar dan Wolio. Penggunaan Tulisan Arab
Seperti dapat diperlihatkan pada Tidak dapat dipungkiri bahwa
penggolongan jenis tulisan di atas, varian- penyebaran tamadun Islam di Nusantara
varian tulisan di masyarakat daerah, tidak dapat dihindari sejak zaman silam,
Nusantara dapat digolongkan ke dalam dua karena yang berdagang rempah-rempah
jenis secara genealogis (kecuali tulisan untuk membawanya ke luar Nusantara
Latin), yaitu Tulisan India dan Arab. Kedua adalah pedagang Arab dan Parisi asal dari
jenis tulisan ini, ditilik dari sifat Timur Tengah. Dalam perdagangan tersebut,
pelambangan bahasa lisannya secara tamadun Islam semakin lama semakin
tipologis agak berbeda satu jenis dengan tersebar luas ke seluruh pelosok Nusantara.
yang lain. Varian dari tulisan India bersifat Dengan demikian, pada abad ke-8 di
silabis untuk menuliskan bahasa, yaitu satu Sumatra Selatan telah terbentuk sebuah
abjad yang telah digabung vokal /a/ perkampungan bagi pedagang-pedagang
melambangkan satu suku kata. Jika Arab yang dari Timur Tengah (Hashim
menandai vokal yang lain, digunakan tanda 1999, 1).
vokal yang disebut diakritik. Jenis tulisan Jika bersandar pada data yang akurat,
dari India yang digunakan di Asia Tenggara yaitu peninggalan makam yang bertulisan
lazim disebut dengan istilah „Abugia‟. Arab, dapat diketahui bahwa masuknya
Berbeda dengan tulisan India, tulisan Arab tamadun Islam di Nusantara dimulai pada
memiliki sistem fonemik dalam penulisan awal abad ke-11. Sebuah makam di Brunei
bahasa. Dengan demikian, setiap abjad yang dibuat pada tahun 1048 (H 440),
tulisan Arab melambangkan fonem bahasa. diketahui sebagai prasasti bertulisan Arab
Berdasarkan sifat pelambangan kedua jenis yang pertama (Othman & Abdul Halim
tulisan tersebut atas bahasa, tulisan Arab 1990, 92~95). Prasasti tersebut
agak lebih tepat mencatat bahasa daripada menceritakan tentang kematian seorang

117
Taeyoung Cho. Tulisan Arab: Pembina Tamadun Islam Di Nusantara

Muslimin bernama „Makhdarah‟, yang kalangan pakar, ketiga prasasti tesebut


diperkirakan sebagai seorang putri di dianggap sebagai bukti utama yang
kerajaan Sultan. Setelah itu, pada tahun menunjukkan bahwa masuknya tamadun
1082 (H 475) di Leran, Jawa Timur dibuat Islam di Nusantara dimulai antara abad ke-
juga sebuah prasasti yang berisi berita 11 sampai ke-13. Meskipun demikian,
tentang kematian seorang muslimin. ketiga prasasti ini tidak begitu berarti besar
Selanjutnya, pada tahun 1297 (H 696) di dari aspek penyerapan dan penyesuaian
Aceh ada sebuah prasasti yang dibuat untuk tamadun Islam dalam masyarakat daerah di
berkabung atas kematian seorang Sultan Nusantara, karena tulisan Arab pada prasasti
(Othman & Abdul Halim 1990, 7~8). -prasasti tersebut masih belum menuliskan
Berdasarkan fakta tersebut, khususnya bahasa-bahasa daerah setempat di
mengenai prasasti di Leran, seorang pakar Nusantara.
sejarah Indonesia, Fatimi berpendapat Pada awal abad ke-14, yaitu tahun 1303
bahwa pada waktu dibuatnya prasasti itu, (H 702) di Terengganu, semenanjung
rombongan pedagang besar yang datang dari Melayu dibuat sebuah prasasti yang lazim
Timur Tengah, telah menetap di Jawa disebut „batu bersurat Terengganu‟. Prasasti
Timur, karena pada prasasti tersebut dicatat ini menggunakan bahasa daerah untuk
kata „Islam‟ dan beberapa qalam al-Quran pertama kalinya, yaitu bahasa Melayu dalam
(Othman & Abdul Halim 1990, 7). Dalam tulisan Arab (Othman & Abdul Halim 1990,

Gambar 1. Varian-varian Tulisan Arab di Nusantara (Sumber: Cho, 2012: 129; Cho 2016: 266)

118
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 114-123

47). Kemunculan prasasti ini di Nusantara varian tulisan Arab di Nusantara.


berarti besar, karena setelah batu bersurat Tulisan Jawi, Pégon, Sérang dan Buri
Terengganu, penggunaan tulisan Arab di Wolio adalah varian-varian tulisan Arab
Nusantara beralih dari penulisan bahasa yang tercipta ketika penyebaran tamadun
Arab ke bahasa-bahasa daerah setempat. Islam ke masyarakat daerah untuk menulis-
Dengan kata lain, batu bersurat Terengganu kan bahasa Melayu, Jawa, Bugis-Makassar
menjadi titik tolak untuk menyesuaikan dan Wolio. Setiap varian-varian ini selain 28
tulisan Arab dengan bahasa-bahasa daerah grafem dasar tulisan Arab, memiliki bebera-
dalam menyampaikan tamadun Islam ke pa varian-varian grafem tersendiri untuk
masyarakat daerah Nusantara. Penyesuaian melambangkan lebih akurat bunyi bahasa-
tulisan Arab dengan bahasa-bahasa daerah bahasa tersendiri. Di antara keempat varian
membuka pintu gerbang Nusantara terhadap tersebut, penggunaan tulisan Jawi tersebar
tamadun Islam. Segala bidang dalam lebih luas dibandingkan dengan tulisan lain,
kehidupan masyarakat daerah, yaitu politik, karena bahasa Melayu sejak silam telah di-
ekonomi, sastra, hukum, filsafat dan lain- tuturkan sebagai Lingua Franca di seluruh
lain dipengaruhi secara signifikan oleh Nusantara. Untuk membedakan tulisan Jawi
tamadun Islam dengan penggunaan tulisan dengan varian-varian yang lain, dipakai se-
Arab atas bahasa-bahasa daerah. buah istilah „Jawi non-Melayu/Indonesia‟
Sebuah kata serapan bahasa Arab yang menunjukkan varian tulisan Arab yang
„jahiliah ‫ ﺟﺎﻫﻠﻴﺔ‬berarti zaman kebodohan lain di Nusantara (Yamaguchi 2005; Cho,
yang menunjukkan zaman sebelum tamadun 2012, 129). Varian-varian tulisan Arab ini
Islam. Sesuai dengan arti kata „jahiliah‟, merupakan tokoh utama yang menyam-
tamadun Islam telah mengeluarkan Nusanta- paikan dan menumbuhkan tamadun Islam di
ra dari zaman jahiliah ke zaman tamadun masyarakat daerah Nusantara. Dengan kata
Islam, dan tulisan Arab memainkan peranan lain, proses sosialisasi tamadun Islam di
utama (Cho 2012, 81). Dalam proses Nusantara dimulai bersamaan dengan
penyebaran tamadun Islam ke masyarakat penyesuaian tulisan Arab dengan situasi ba-
daerah, ajaran Islam disalin kembali ke ba- hasa-bahasa daerah setempat.
hasa-bahasa daerah setempat dengan 3.3. Varian-varian Tulisan Arab di
menggunakan tulisan Arab, sehingga tercip- Nusantara
ta varian-varian tulisan Arab yang dis- Seperti telah diuraikan pada bab
esuaikan dengan situasi bahasa-bahasa dae- sebelumnya, bahasa Melayu adalah salah
rah. Akhirnya, varian-varian tulisan Arab satu bahasa daerah di Nusantara yang
memainkan peranan landasan dasar dalam pertama dituliskan dengan tulisan Arab.
pertumbuhan tamadun Islam di masyarakat Dalam penggunaan tulisan Arab,
daerah, sambil tetap menjaga sifat penyim- kesusastraan Islam Melayu dapat
bolan pencerminan tamadun Islam. Gambar menghasilkan karya secara produktif,
1) menunjukkan pesebaran beberapa varian- akhirnya varian tulisan Arab ini, yaitu

119
Taeyoung Cho. Tulisan Arab: Pembina Tamadun Islam Di Nusantara

tulisan Jawi dianggap sebagai simbol (Fischer 2001, 64;83). Dengan demikian,
pencerminan Islam Melayu (Moain 1996, varian-varian tulisan Arab di masyarakat
17). Bagi orang Melayu, tulisan Jawi lazim daerah memiliki varian grafem sebagai hasil
digunakan sebagai wahana untuk penyesuaian dengan bahasa-bahasa daerah
penyebaran tamadun Islam. Dengan setempat. Setelah varian-varian tulisan Arab
demikian, di mana pun tamadun Islam dapat mencatat bahasa-bahasa daerah lebih
masuk ke masyarakat daerah di Nusantara, tepat dan jelas dengan memiliki varian
tulisan Jawi disebarkan pula oleh orang grafem, proses sosialisasi tamadun Islam ke
Melayu untuk menyalin ajaran Islam ke dalam struktur masyarakat daerah mulai
dalam bahasa-bahasa setempat sebagai dilakukan lebih cepat. Berikut adalah varian
wadah penyebaran dan pembinaan Islam grafem dalam varian-varian tulisan Arab,
(Rahman & Salim 1996, 33~34). Dalam yaitu tulisan Jawi (gambar 2), Pégon
proses sosialisasi tamadun Islam ke struktur (gambar 3), Sérang (gambar 4), dan Buri
masyarakat daerah, tulisan Jawi disesuaikan Wolio (gambar 5).
lagi dengan sistem bahasa-bahasa daerah Varian-varian tulisan Arab berdasarkan
untuk dilambangkannya. atas 28 abjad dasar tulisan Arab. Selain 28
Kemunculan beberapa varian grafem abjad dasar, varian-varian grafem ini hanya
merupakan sebuah akibat yang lazim terjadi terdapat dalam varian-varian tulisan Arab
dalam proses penyesuaian tulisan dengan masing-masing untuk melambangkan bunyi
sistem bahasa baru yang menerimanya bahasa-bahasa daerah yang bersangkutan.

Gambar 2. Varian Grafem Tulisan Jawi (Sumber: Dok. Penulis)

Gambar 3. Varian Grafem Tulisan Pégon (Sumber: Dok. Penulis)

120
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 114-123

Gambar 4. Varian Grafem Tulisan Sérang (Sumber: Dok. Penulis)

Gambar 5. Varian Grafem Tulisan Buri Wolio (Sumber: Dok. Penulis)

Dari perbedaan jumlah varian grafem di Arab, yaitu tulisan Pégon, Sérang dan Buri
antara varian-varian tulisan Arab dapat Wolio masih tetap menggunakan i’rab untuk
dipahami bahwa sistem bunyi bahasa-bahasa menandakan vokal.
daerah berbeda pula satu dengan yang lain. Varian-varian ini sekarang sudah sulit
Jika ditinjau varian grafem ini secara untuk ditemukan lagi karena penggunaan
tipologis, pembentukannya dilakukan bahasa latin di Nusantara. Penggunaannya
dengan ditambah tiga titik pada grafem hanya sebatas kepada orang-orang tertentu
dasar yang telah ada, seperti ,>‫ <ط‬,>‫ <د‬,>‫<ح‬ yang mempelajarinya dimana mereka juga
>‫ <ڡ‬,>‫<ع‬dan >‫ <ں‬Akan tetapi, tiga titik semakin sedikit. Tetapi selama keberadaan
yang terdapat pada varian grafem tulisan tamadun Islam masih dipertahankan oleh
Jawi, Pégon dan Buri Wolio digantikan masyarakat Nusantara maka tulisan Arab
dengan grafem >‫ <ﻥ‬dalam tulisan Sérang. dan varian-variannya masih akan bertahan,
Penggunaan grafem >‫ <ﻥ‬pada varian terutama apabila disertai oleh pelestarian
grafem tulisan Sérang dikarenakan bahwa tradisi Islam yang berkaitan dengan tulisan
dua titik bawah antara tiga titik lazim ditulis Arab dan variannya oleh pemerintah
secara kursif, sehingga kelihatannya seperti Indonesia. Tulisan Arab ini seharusnya
satu garis lengkung (Cho 2012, 121). Selan- dapat tetap dipertahankan apabila melihat
jutnya, kecuali tulisan Jawi yang tidak me- lingkungan Nusantara yang sebagian besar
makai lagi i’rab, ketiga varian-varian tulisan memeluk agama Islam.

121
Taeyoung Cho. Tulisan Arab: Pembina Tamadun Islam Di Nusantara

3. Penutup Fischer, Steven Roger. 2001. A History of


Berbeda dengan tulisan lain, tulisan Arab Writing. London: Reaktion Books.
bersifat khas dan kuat dalam pencerminan Gelb, Ignace Jay. 1952. A Study of Writing:
tamadun Islam. Sehubungan dengan The Foundation of Grammatology.
pernyataan ini, tidak dapat dinafikan bahwa Chicago: The University of Chicago
tulisan Arab di Nusantara pun memainkan Press.
peranan besar, terutama dalam membawa Hardiati, Endang Sri. 2002. Pameran
dan membangun tamadun Islam ke Perkembangan Aksara di Indonesia.
masyarakat daerah. Pada masa kini, varian- Jakarta: Departemen Pengembangan
varian tulisan Arab di Nusantara kelihatan Kebudayaan dan Pariwisata.
hampir tidak digunakan lagi. Walaupun Hashim, Haji Musa. 1999. Sejarah
demikian, keadaan varian-varian tulisan Perkembangan Tulisan Jawi. Kuala
Arab tidak akan merosot, melainkan tetap Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
bertahan peranannya sebagai pencerminan Kristeva, Julia. 1981. Language: The
tamadun Islam, kecuali keberadaan tamadun Unknown. Terjemahan oleh Kim In
Islam dinafikan oleh masyarakat-masyarakat Hwan & Lee Su Mi (Eoneo Geu
di Nusantara. Varian-varian tulisan Arab, Mijiuigeot dlm Bahasa Korea) 1997.
Jawi, Pégon, Sérang dan Buri Wolio dapat Minumsa: Seoul.
dikatakan sebagai khazanah yang diciptakan Kwon, Jongseong. 1999. Ringkasan Ilmu
lagi secara kreatif sesuai dengan keadaan Aksara (Munjahak Gaeyo dlm Bahasa
masyarakat daerah setempat untuk mewarisi Korea). Seoul: Hankuk Munhwasa.
tradisi Islam di Nusantara. Dengan Moain, Amat Juhari. 1996. Perancangan
demikian, perhatian atas varian-varian Bahasa: Sejarah Aksara Jawi. Kuala
tulisan Arab, berkaitan erat dengan Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
pelestarian warisan tradisi Islam di Othman, Mohd. Yatim & Abdul Halim,
Nusantara. Nasir. 1990. Epigrafi Islam Terawal di
Nusantara. Kuala Lumpur: Dewan
Daftar Pustaka Bahasa dan Pustaka.
Cho, Taeyoung. 2012. Aksara Sérang dan Rahman, Ahmad & Salim, Muhammad.
Perkembangan Tamadun Islam di 1996. “Pelestarian dan Perkembangan
Sulawesi Selatan. Yogyakarta: Penerbit Aksara Lontarak di Sulawesi Selatan”,
Ombak. utk Proyek Pengkajian dan Pembinaan
Cho, Taeyoung. 2016. “Differences in the Nilai-nilai Budaya Pusat Jakarta: Jakarta.
Rominized Spelling of Arabic Loanwords Yamaguchi, Hiroko. 2005. “Naskah-naskah
in Bahasa Melayu in Malaysia, and di Masyarakat Buton: Beberapa Catatan
Bahasa Indonesia” dalam Jurnal tentang Keistimewaan dan Nilai
Antarabangsa Dunia Melayu 9 (2). Budaya”. Makalah untuk Simposium
Dewan Bahasa dan Pustaka, Melayu: International Pernaskahan Nusantara IX.

122
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 114-123

5~8 Agustus 2005. Bau-Bau.

123

Anda mungkin juga menyukai