Anda di halaman 1dari 2

Kompos yang telah matang akan memiliki tekstur menggumpal ketika digenggam.

Ini
terjadi karena kompis mengalami penyusutan masa hingga hampir 50% dari berat semula.
Tekstur kompos yang baik adalah tetap lembab namun tidak menetes ketika diperas
(Endang Setyaningtyas, dkk 2017. Penyusutan ini disebabkan karena terjadinya pembebasan
unsur hara dari senyawa organik menjadi senyawa anorganik yang berguna bagi tanaman,
kadar senyawa nitrogen yang larut meningkat, sebagian besar senyawa karbohidrat hilang, dan
menguap ke udara serta proses pencernaan menghasilkan panas yang menguapkan kandungan
uap air dan CO2 dalam rumput-rumputan dan bahan campurannya. Kemudian setelah proses
pengomposan sampah daun kering selama 4 minggu, kami langsung mengamati kondisi yang
diamati selama proses pengomposan adalah pH dan kadar air kompos.
pH dapat dijadikan sebagai indikator kehidupan mikroorganisme. Rentang pH tumpukan
kompos sebaiknya dipertahankan berkisar antara 7-7,5 sesuai dengan pH yang dibutuhkan
tanaman (Damanhuri dan Padmi, 2010).
Rerata pH kompos selama 4 minggu disini yaitu pada minggu pertama bernilai 6,52,
pada minggu kedua bernilai 6,38, pada minggu ke 4 bernilai 6, 73, dan pada minggu ke 4
bernilai 6,32. Hali ini menunjukkan bahwa pH yang diperoleh belum memenuhi syarat yang
telah ditentukan oleh SNI yaitu dengan nilai minimal 6,80.
Menurut Tchobagnoglous et al (1993), keasaman kompos dipengaruhi oleh
pembentukan asam organik dan kadar amonia. pH akan meningkat karena pembentukan
amonia dan perkembangan populasi mikroba yang menggunakan asam organik sebagai
substrat.
Sedangkan untuk kondisi kadar air selama proses pengomposan berlangsung nilai
cenderung mengalami penurunan. Menurut Ayuningtyas (2009), penurunan kandungan air
dalam pengomposan secara aerobik terjadi karena kandungan air dalam bahan kompos
menguap akibat panas, pengadukan dan konsumsi mikroorganisme untuk mengkonversi
protein menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman. Kompos yang sudah jadi (matang)
dicirikan dengan terjadinya perubahan warna menjadi coklat kehitaman, suhu turun dan
mendekati suhu pada awal proses pengomposan, terjadi penyusutan berat bahan kompos, dan
kadar air kompos berkisar 50-60%. Nilai kadar air awal proses pengomposan berada pada
rentang 59,04%-72,07% yang kemudian hingga pada minggu ke-4 nilai kadar air hanya
mencapai rentang 38,3%-65,8%. Untuk hasil rerata kadar air kompos sebanyak 5 perlakuan
selama 4 minggu yaitu pada minggu pertama menghasilkan rata-rata kadar air sebesar 63,26 %,
pada minggu kedua menghasilkan kadar air sebesar 59,89 %, pada minggu ketiga menghasilkan
kadar air sebesar 62,42 %, dan pada minggu keempat menghasilkan kadar air sebesar 54,54 %.
Penggunaan pupuk organik bagi tanaman yaitu pupuk organik ini secara kimia tanah
sangat bermanfaat dalam meningkatkan pH tanah, dengan pH tanah menjadi netral akan
membuat unsur hara yang berada di dalam tanah akan tersedia bagi tanaman dan kemampuan
tanah untuk menjerap dan mempertukarkan kation lancar sehingga tanaman akan mendapatkan
unsur hara yang sangat dibutuhkan dan diserap oleh tanaman untuk menjalankan proses
fotosintesis, dengan fotosintesis yang berlangsung dengan baik maka hasil fotosintat sangat
membantu dalam meningkatkan produksi tanaman, baik produksi daun untuk tanaman sayuran,
produksi buah untuk tanaman buah dan tahunan.
Menurut Arlinda (2011), unsur karbon dimanfaatkan oleh mikroorganisme sebagai sumber
energi selama proses dekomposisi bahan organik. Selama proses pengomposan, kadar C-organik untuk
semua variasi kompos cenderung menurun dari awal hingga akhir pengomposan. Hal ini terjadi
karena terjadi oksidasi senyawa karbon dalam kompos menjadi karbondioksida (CO2). Kondisi ini
dipengaruhi oleh suhu, pH dan kelembaban bahan kompos (Widadi, 2001).
Kadar karbon organik dalam kompos yang telah dianalisa di Laboratorium kadar karbon organik yang
paling rendah 45 % pada P4 dan paling tinggi 49,88 % terletak pada P0. Dimana berdasarkan standar
kualitas kompos SNI :19-7-30-2004 kadar karbon kompos yang baik 27-58%.

Berdasarkan hasil pengomposan selama 4 minggu, didapatkan hasil dari pH, kadar air, dan C-
Organik.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengomposan sangat dipengaruhi oleh
kadar air dan pH sehingga perlakuan kompos P1 pada minggu ke tiga yang paling mendekati kriteria
kompos yang baik, dimana perlakuan kompos p1 memiliki c 0rganik sebeesar 48,31 %, pH sebesar 6,86 ,
dan kadar air sebesar 38, 3 % (berdasarkan data minggu ke 4)

Anda mungkin juga menyukai