Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dewi Suciati

NIM : C1051191015
Prodi/Kelas : Ilmu Tanah/A
Mata Kuliah : RTALBG
Tugas : Meresume Webinar

TUGAS RESUME WEBINAR


Webinar Senior Soil Talk Seri 1 “Kesuburan Tanah Rawa dalam Ruang dan Waktu : 1970-2021”
8 September 2021

Narasumber :

Seminar online Webinar Senior Soil Talk Seri 1 diadakan secara online dengan
menggunakan platform zoom meeting pada hari Rabu, 8 September 2021 pukul 09.00-12.00
WIB. Materi dibawakan oleh pembicara yang berkompeten pada bidangnya yaitu . Seminar ini
terbuka untuk umum dan diikuti oleh berbagai kalangan seperti mahasiswa Ilmu Tanah pada
berbagai universitas.

MATERI PERTAMA
Kesuburan Tanah dalam Ruang dan Waktu
Oleh Dr. Ir. Atang Sutandi, M.Si
Akademisi dan Praktisi, IPB University

Acara dimulai oleh bapak Dr. Ir. Atang Sutandi, M.Si yang menyampaikan materi
mengenai kesuburan tanah dalam ruang dan waktu. Pak Atang mengemukakan dinamika
kesuburan tanah di beberapa kasus di rawa. Masalah utama rawa merupakan masalah
pengelolaan air yang erat kaitannya dengan tingkat kesuburan tanah sehingga sifat kimia tanah
sangat tergantung pada tinggi muka air tanah di rawa tersebut. Pada saat musim hujan atau
musim kemarau kondisi redoks sudah berbeda dalam setahun. Contohnya saat musim kemarau
akan kekurangan air sehingga oksigen akan masuk ke lapisan yang paling dalam. Jika di rawa
tersebut terdapat pirit maka akan teroksidasi dan merubah sifat tanah tersebut. Rawa merupakan
penampungan air dimana air sungai sering masuk maka rawa merupakan daerah yang subur
secara alami, kemudian dari daerah hulu tergantung dari bahan induk tanah yang ada di daerah
hulu seperti terdapat gunung kapur maka akan membawa basa dan menetralisir kemasaman
yang ada di daerah rawa. Sedangkan reklamasi rawa memiliki tujuan utama yaitu mendrainase
kelebihan air, sejalan dengan itu asam ikut tercuci dan sekaligus mencuci hara.
Kemudian terdapat beberapa kasus yang pertama di Silaut. Gambut Silaut berada di pantai
barat Sumatera yang tergolong gambut topogen (eutropic) tetapi setelah beberapa tahun dibuka
menjadi gambut oligotrophic. Kasus kedua yaitu di Rantau Rasau, Jambi yang merupakan
gambut bervasiasi awal pada tahun 1970-an setinggi 70-150 cm dengan pirit sekitar 30-80 cm.
Pada saat musim hujan selalu banjir karena air sungai naik dan hujan setempat. Sedangkan saat
musim kemarau terjadi kekeringan karena banyak terbakar. Dengan adanya overdrain di Rantau
Rasau terjadi pencucian oleh asam sulfat pada semua unsur termasuk Fe dan Al seperti proses
podsolisasi yaitu menjadikan profil tanah berwarna pucat (albic). Sekarang daerah ini sebagian
besar menjadi kebun sawit. Kasus ketiga yaitu di Kumpeh Jambi, dibukanya areal transmigrasi
sehingga setiap tahun air Batanghari masuk hingga setinggi 2 m, tetapi kesuburan tanah relative
bertahan dan banyak lahan yang sudah menjadi kebun sawit. Kasus keempat yaitu pada rawa
lebak Sumatera Selatan tepatnya di wilayah Ogan Keramasan yang merupakan lebak dangkal-
dalam. Wilayah ini mengandung pirit. Kemudian terjadinya kasus oksidasi pirit terhadap pH dan
lapisan sulfidic yang teroksidasi maka dalam waktu 2 tahun sifat kimia tanah sudah berubah
tertutama pada basa yakni kalium.
Kesuburan di tanah rawa akan menurun setelah reklamasi. Rawa yang terkena pengaruh air
sungai akan tetap bertahan kesuburannya dibandingkan dengan rawa yang tidak pernah
terpengaruh air sungai. Sehingga pengembangan tanaman pangan akan lebih banyak ke daerah
pinggiran sungai daripada ke daerah tengah. Untuk meningkatkan kesuburan rawa diperlukan
adanya input dan ameliorant yang tepat.

MATERI KEDUA
Kesuburan Tanah Rawa dalam Ruang dan Waktu 1970-2021
Oleh Prof. Dr. Azwar Maas
Akademisi dan Praktisi Universitas Gadjah Mada

Materi kedua disampaikan oleh Bapak Prof. Dr. Azwar Maas untuk melanjutkan materi
yang telah disampaikan sebelumnya oleh Bapak Atang Sutandi. Bapak Azwar Maas menjelaskan
tentang irigasi teknis non rawa dan pada rawa. Pada irigasi teknis non rawa kualitas airnya
terjamin, aliran satu arah yang tidak memerlukan adanya erakan air, kemudian membentuk plow-
pen (padas olah), dan juga kesuburan lebih stabil yang membuat kuantitas inputan menurun
sehingga kehilangan nutrisi terbawa air menjadi semakin rendah. Sedangkan pada irigasi teknis
rawa sumber airnya beraneka ragam seperti dari hujan dan pasang surut. Kualitas dan kuantitas
air juga beraneka yang semakin memburuk seiring dengan waktu, tidak membentuk padas olah,
dan kesuburan menurun sehingga kemasaman meningkat seiring berjalannya waktu.
Selanjutnya langkah teknis pengelolaan rawa yang memiliki prinsip yaitu adanya
penyegaran air di lahan. Dilanjutkan dengan adanya sinergi antara tata air makro dan tata air
mikro. Tata air mikro tidak dapat berfungsi apabila tata air makro bermasalah. Langkah
selanjutnya yaitu adanya pengembangan ke depan contohnya perbaikan pada unit-unit yang
pernah berhasil, dapat juga wilayah baru yang sesuai dengan tipologi lahan, tipologi luapan, dan
posisi lahan. Kemudian adanya lokakarya yang melibatkan pihak terkait yang dapat
berkontribusi dalam perancangan tersebut.

MATERI KETIGA
Kesuburan Tanah Rawa
Oleh Prof. Dr. Ir. M. Noor, M.S
Materi ketiga disampaikan oleh Bapak Prof. Dr. Ir. M. Noor mengenai degradasi pada
lahan rawa. Proses degradasi pada lahan rawa yaitu karena adanya kebakaran dan drainase yang
terlalu berlebihan. Lahan rawa yang terdegradasi terutama pada lahan gambut dapat dipulihkan
kembali. Kemudain, dukungan kebijakan diperlukan untuk pemulihan, adanya dukungan
teknologi yang tepat, murah, dan gampang. Selain itu, lahan rawa dapat dikembangkan dengan
komoditas yang beragam.

MATERI KEEMPAT
Implementasi Kebijakan Pemerintah tentang Food Estate
Oleh bapak Syaiful Anwar

Materi keempat disampaikan oleh Bapak Syaiful Anwar mengenai pengembangan


persawahan/food estate khususnya pada lahan rawa. Ketidakberhasilan atau food estate yang
belum sesuai dengan harapan yakni pada masalag tenurial, konflik sosial, kekurangan
infrastruktur agribisnis, dan teknologi maupun isu politik. Konsep food estate sendiri yaitu
berupa kawasan pertanian yang mengembangkan komoditas pangan, hortikultura, buah-buahan,
dan aneka tanaman pangan yang teritegrasi dengan industry pangan, sarana produksi
infrastruktur pendukung, termasuk jaringan irigasi, jalan, hingga konektivitas ke pelabuhan.
Kemudian tanah dan tanaman sebagai sistem terbuka yang mana terdapat komponen
lingkungan lain seperti udara/atmosfer, air/hidrosfer, dan manusia/kehidupan. Manusia sebagai
komponen pusat sistem control terpenting terhadap komponen lainnya untuk mencapai
pertumbuhan dan kelestariannya di alam/lingkungan. Tanah bersama komponen lingkungan lain
akan menyediakan materi dan energi (hara dan masukan) lain ke tanaman. Tanaman bersama
komponen lingkungan lain akan memproses (fotosintesis) dan memproduksi biomassa.
Selanjutnya pengelolaan kesuburan tanah memiliki empat tujuan yaitu produktivitas,
keuntungan, keberlanjutan (sistem pertanaman), dan secara biofisik maupun sosial bagi
lingkungan. Pada tujuan keberlanjutan memiliki tiga pilar yaitu ekonomi yang menguntungkan,
sosial yang dapat diterima, dan lingkungan yang ramah. Pengelolaan lahan yang berkelanjutan
selain bisa memperbaiki degradasi juga dapat meningkatkan kualitas tanah khususnya dalam
konsep keberlanjutan ini maka produksi akan optimal, dapat memaksimalkan kesejahteraan
masyarakat, dan meminimalkan dampak lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai