Anda di halaman 1dari 4

Response Paper Developing an Ethical Organizational Climate

#Ringkasan Materi
Perilaku etis atau tidak etis tidak terjadi dalam kehampaan. Mereka biasanya terjadi dalam
konteks lingkungan organisasi yang memfasilitasi terjadinya perilaku tersebut. Tindakan
SDM lainnya serta norma dan nilai yang terkandung dalam budaya perusahaan dapat
menambah iklim etika dalam organisasi.

Dalam memeriksa iklim etika dalam suatu organisasi, seseorang perlu memulai dengan
sikap etis individu itu sendiri. Beberapa berkomitmen untuk berperilaku etis, dan tidak akan
terlibat dalam praktik tidak etis. Yang lain dipengaruhi oleh standar tidak etis dari rekan kerja
atau bos mereka atau oleh tekanan lingkungan eksternal. Jika seorang manajer menyadari
perilaku tidak etis dan tidak melakukan apa-apa, dia sebenarnya memberi isyarat bahwa
praktik semacam itu ditoleransi.

Perspektif Islam tentang Tanggung Jawab Sosial Organisasi


Sebuah organisasi menjalankan tanggung jawab sosial dalam tiga domain:
 pemangku kepentingannya,
 lingkungan alam, dan
 kesejahteraan sosial secara umum.

Pemangku kepentingan organisasi mewakili orang-orang dan/atau organisasi yang


dipengaruhi oleh tindakan suatu organisasi. Beberapa pemangku kepentingan organisasi
utama termasuk dalam Tabel.
Etika dapat mempengaruhi bagaimana perusahaan berhubungan dengan karyawannya,
bagaimana karyawan berhubungan dengan perusahaan, dan bagaimana perusahaan
berhubungan dengan pihak lainnya.

Di arena non-Islam, standar etika sering ditentukan oleh perilaku manajer. Standar-standar
ini mencakup perekrutan dan pemecatan, upah, pelecehan seksual, dan bidang lain yang
relevan dengan kondisi kerja seseorang..

Islam ingin kita memperlakukan semua Muslim dengan sama baiknya. Misalnya, dalam
perekrutan, promosi, atau keputusan lain di mana seorang manajer mengevaluasi kinerja
seseorang terhadap orang lain, kesetaraan dan keadilan (‘adl) adalah suatu keharusan

Upah yang Adil: Ibn Taym'iyah menyarankan bahwa majikan berkewajiban untuk membayar
upah yang adil kepada karyawannya. Beberapa majikan mungkin mengambil keuntungan
dari seorang pekerja dan membayarnya lebih rendah karena kebutuhan mereka akan
penghasilan. Islam menentang eksploitasi semacam itu. Jika tingkat upah terlalu rendah,
individu mungkin tidak merasa termotivasi untuk melakukan upaya yang memadai. Demikian
pula jika tingkat upah terlalu tinggi, majikan mungkin tidak dapat memperoleh keuntungan
dan mempertahankan bisnisnya.

Selain terkait upah, menghormati keyakinan karyawan juga merupakan etika dalam
organisasi. Prinsip umum tauhid atau kesatuan berlaku untuk semua aspek hubungan
antara perusahaan dan karyawannya. Pengusaha Muslim tidak boleh memperlakukan
karyawan mereka seolah-olah Islam tidak penting selama jam kerja. Misalnya, karyawan
Muslim harus diberikan waktu istirahat untuk shalat, tidak boleh dipaksa untuk bertindak
bertentangan dengan kode moral Islam, harus diberi istirahat jika mereka sakit dan tidak
dapat melakukan, dan tidak boleh dilecehkan secara seksual atau lainnya. Untuk
mendorong kesetaraan dan keseimbangan, keyakinan karyawan non-Muslim juga harus
dihormati.

Prinsip kebajikan (ihsan) juga harus meresapi hubungan antara bisnis dan karyawan.
Kadang-kadang, bisnis mungkin tidak berjalan dengan baik, dan karyawan tersebut mungkin
harus menanggung pengurangan upah sementara jumlah jam kerja yang sama. Aspek lain
dari kebajikan adalah tidak memberikan tekanan yang tidak semestinya pada karyawan
untuk menyesuaikan perintah dari atasan. Sebuah survei baru-baru ini terhadap 1.227
pembaca Harvard Business Review mengungkapkan bahwa atasan sering menekan
bawahan mereka untuk menandatangani dokumen palsu dan mengabaikan kesalahan
atasan.

Banyak masalah etika mencirikan hubungan karyawan dengan perusahaan, terutama yang
berkaitan dengan kejujuran, kerahasiaan, dan konflik kepentingan. Dengan demikian,
seorang karyawan tidak boleh menggelapkan dana perusahaan, tidak mengungkapkan
rahasia perusahaan kepada orang luar. Praktik tidak etis lainnya terjadi ketika manajer
menambahkan biaya palsu untuk makanan dan layanan lainnya ke akun pengeluaran
perusahaan mereka. Beberapa dari mereka curang karena merasa kurang dibayar, dan
ingin memulihkan ekuitas. Di lain waktu, itu adalah keserakahan murni.

Islam mendorong kerjasama.. Setiap proyek bisnis semacam itu bertujuan menguntungkan
individu atau masyarakat atau yang menghilangkan kejahatan/keburukan adalah benar,
terutama jika niat investor adalah benar secara apriori. Al Qaradawi menunjukkan bahwa
proyek semacam itu diberkahi oleh Islam, dan akan menerima bantuan Allah. Berikut
beberapa model kerjasama dalam Islam:
 Al Mudarabah
 Sharika
 Musharakah
 Murabahah
 Qard Hasan
#Tanggapan
Etika Perusahaan dengan SDM dengan Stockholder dan semua Stakeholder harus berupa
timbal balik, dua arah tidak satu arah. Dalam perusahaan membreakdown etika
organisasinya berupa core value organisasi yang di tanamkan ke semua pihak berupa
aturan baku dengan training, workshop, penempatan quote value di dinding/spot SDM dan
tentunya komitmen punishment jika itu dilanggar.

Untuk organisasi dengan manajemen yang non muslim, pasti kemungkinan besar aturan
atau etika lebih general khususnya dalam berkeyakinan. SDM muslim jangan segan untuk
melakukan keyakinan sendiri seperti berhijab, shalat, dll, karena semua hal tersebut
dilindungi undang-undang.

Hubungan person to person dan bisnis to bisnis yang diimplementasi dengan eksternal
stakeholder memang harus di awali dengan niat yang baik disamping ada aturan yang
mengatur, agar tidak menjadi perilaku tidak etis yang merembet ke kepentingan bisnis.

Anda mungkin juga menyukai