Anda di halaman 1dari 3

Response Paper 1 – Etika & Kepemimpinan Islam

#Sistem Etika Islam


Dari endang syarifuddin anshari, etika berarti perbuatan dan ada sangkut pautnya dengan
kata –kata Khuliq (pencipta) dan makhluq (yang diciptakan). Akan tetapi ditemukan kata
etika berasal dari kata jamak dalam bahasa Arab “Akhlaq”. Kata mufradnya adalah khuluqu,
yang berarti: perangai, budi, tabiat, adab.
Dari imam al ghazali etika dalam islam adalah kemauan yang kuat tentang sesuatu yang
dilakukan berulang-ulang sehingga membudaya yang mengarah kepada kebaikan , dan
sesungguhnya akhlak adalah hal ihwal yang melekat pada jiwa dalam wujud tindakan dan
perilaku.

#Sistem Etika Alternatif


6(enam) sistem etika saat ini mendominasi pemikiran etis secara umum;
1. Relativisme
Menekankan bahwa tidak ada satu pun kriteria universal yang dapat digunakan
untuk menentukan apakah suatu tindakan etis atau tidak.
2. Utilitarianisme
Nilai moral dari perilaku pribadi dapat ditentukan semata-mata oleh konsekuensi dari
perilaku itu. Suatu tindakan dikatakan etis jika menghasilkan manfaat terbesar atau
"kebaikan" untuk sejumlah besar orang. Oleh karena itu, utilitarianisme sangat
berorientasi pada hasil.
3. Universalisme
Berbeda dengan penekanan utilitarianisme pada hasil keputusan, universalisme
berfokus pada niat keputusan atau tindakan.
4. Hak
Pendekatan hak terhadap etika menekankan satu nilai: kebebasan. Agar
dianggap etis, keputusan dan tindakan harus didasarkan pada hak individu yang
memastikan kebebasan memilih. Pendekatan ini menunjukkan bahwa individu
memiliki hak moral yang tidak dapat dinegosiasikan.
5. Keadilan Distributif
Pendekatan etika ini berkisar pada satu nilai: keadilan. Untuk dipertimbangkan etis,
keputusan dan tindakan
6. Sistem Etika Islam
Beberapa parameter kunci dari sistem etika Islam dapat diringkas sebagai berikut:
 Tindakan dan keputusan dinilai etis tergantung pada niat individu tersebut.
 Niat baik diikuti dengan perbuatan baik dianggap sebagai ibadah.
 Islam memberikan kebebasan kepada individu untuk percaya dan bertindak
sesuai keinginannya, tetapi tidak dengan mengorbankan akuntabilitas dan
keadilan.
 Kepercayaan kepada Allah memberikan individu kebebasan penuh dari apa pun
atau siapa pun kecuali Allah.
 Keputusan yang menguntungkan mayoritas atau minoritas belum tentu etis.
 Islam menggunakan pendekatan sistem terbuka. Egoisme tidak memiliki tempat
dalam Islam.
 Keputusan etis didasarkan pada pembacaan Al-Qur'an dan alam secara
simultan semesta.
Islam mendorong umat manusia untuk mengalami iazki yah melalui partisipasi aktif
dalam kehidupan ini. Dengan berperilaku etis di tengah ujian dunia ini , umat Islam
membuktikan nilai mereka untuk Allah.

#Aksioma Filsafat Etika Islam


5(lima) aksioma kunci mengatur etika Islam:
1. Persatuan
Kesatuan, sebagaimana tercermin dalam konsep tauhid, merupakan dimensi
vertikal Islam.
2. Keseimbangan
Ekuilibrium, atau 'adl, menggambarkan dimensi horizontal Islam, dan
berhubungan dengan keselarasan yang mencakup semua di alam semesta.“
Hukum dan keteraturan yang kita lihat di alam semesta mencerminkan
keseimbangan yang rapuh ini.
3. Kehendak Bebas
Sampai tingkat tertentu, manusia telah diberikan kehendak bebas untuk
2
mengarahkan miliknya memiliki hidup sebagai khalifah Allah di bumi.'
Meskipun fakta bahwa ia sepenuhnya diatur oleh hukum yang mengatur
ciptaan Allah, ia telah pernah diberkahi dengan kemampuan untuk berpikir
dan membuat penilaian, untuk mengambil jalan hidup apa pun yang dia
inginkan dan, yang paling penting, untuk bertindak sesuai dengan
keinginannya. Dengan kode etik apa pun yang dia pilih. Tidak seperti makhluk
lain di alam semesta Allah, ia dapat memilih bagaimana etis atau tidak etis ia
akan berperilaku baik.
4. Tanggung Jawab
Kebebasan tanpa batas itu tidak masuk akal; itu menyiratkan tidak ada
tanggung jawab atau akuntabilitas. Ke memenuhi itu mendikte dari 'adl dan
persatuan itu kami Lihat di milik Allah ciptaan, manusia harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dalam konsep tanggung jawab, Islam membedakan antara farid al 'ayn
(tanggung jawab individu yang tidak dapat dialihkan) dan farid al kifâyah
(tanggung jawab kolektif yang dapat dilaksanakan oleh segelintir orang).
5. Kebajikan
Kebajikan (ihsân) atau kebaikan kepada orang lain didefinisikan sebagai
“suatu tindakan yang menguntungkan orang lain selain dari siapa tindakan itu
dilakukan tanpa kewajiban apapun.

Meskipun aksioma-aksioma di atas memandu kita dalam perilaku kita sehari-hari, aksioma-
aksioma tersebut lebih menggambarkan filosofi etika Islam. Al-Qur'an dan As-Sunnah
melengkapi aksioma-aksioma ini dengan menetapkan tingkat keabsahan dari jenis-jenis
perilaku utama serta area bisnis haram dan palâl bagi pengusaha muslim.

Anda mungkin juga menyukai