Anda di halaman 1dari 6

INSPEKSI PENGECORAN BETON

1.0. Tujuan
Tujuan dari prosedur pengecoran beton adalah memberikan panduan
dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap pekerjaan pengecoran
beton, guna memastikan kualitas pekerjaan sesuai dengan standard
dan spesifikasi.
2.0. Ruang Lingkup
Prosedur inspeksi pengecoran beton berkaitan dengan lingkup
pekerjaan struktur beton. Inspector bertanggung jawab terhadap
hasil pekerjaan agar sesuai dengan standard dan spesifikasi yang
diacu.
3.0. Kualifikasi Prosedure
Inspector dengan disiplin ilmu yang berhubungan, yaitu :
- Inspector Sipil
4.0. Referensi Document
– 2 : ACI Manual of Concrete Inspection
4 : Recommended Practice for Evaluation of Strength Test Result of Concrete
1 : Spesification Structural Concrete for Buildings
8 : Recommended Practice for Curing Concrete
C-31 : Standard Method of making and Curing Concrete Compressive and
Flexural Strength Test Specimens in the Field
-143 : Method of Test for Slump of Portland Cement Concrete
- 150 : Standard Spesification for Portland Cement
3080 : Vico Engineering Standard – Concrete Construction
SKSNI T-15-1991-03 : Standar Struktur Beton Indonesia

1.0. Inspeksi Awal


1.1.1. Periksa posisi beton decking dan atau kaki tulangan apakah
telah dapat memberikan kepastian posisi tulangan tidak akan
berubah selama dan setelah proses pengecoran dilakukan
1.1.2. Periksa sudut-sudut dan sambungan dari acuan beton, apakah
terdapat celah yang dapat mengakibatkan keluarnya air semen. Bila
ditemukan, celah agar segera ditutup
1.1.3. Periksa kekokohan dari acuan beton apakah mampu menahan beban
dari adukan beton yang belum mengeras (untuk menghindarkan
lendutan akibat beban adukan)
1.1.4. Permukaan beton lama yang nantinya berhubungan dengan hasil
pengecoran harus mempunyai permukaan kasar dan telah disapu
dengan spesi adukan semen yang sesuai dengan campuran beton baru
1.1.5. Periksa mix design campuran beton yang akan dipergunakan,
batasan proporsi takaran campuran minimum sesuai tabel berikut
Tabel Batasan Proporsi Takaran Campuran
Mutu Ukuran Rasio Air / Kadar Semen
Beton Agregat Maks. Semen Maks Min.
(mm) (terhadap (kg/m3 dari
berat) campuran)
K400 37 0.45 356
25 0.45 370
19 0.45 400
K350 37 0.45 315
25 0.45 335
19 0.45 365
K300 37 0.45 300
25 0.45 320
19 0.45 350
K250 37 0.50 290
25 0.50 310
19 0.50 340
K175 50 0.57 300
K125 50 0.60 250
1.1.6. Periksa kelayakan alat penggetar (internal atau external
vibrator), untuk jumlah alat penggetar internal vibrator,
sesuaikan dengan tabel berikut
Tabel Jumlah minimum Internal Vibrator
Kecepatan Jumlah Alat
Mengecor Beton
4 m3 beton/jam 2
8 m3 beton/jam 3
12 m3 beton/jam 4
16 m3 beton/jam 5
20 m3 beton/jam 6
1.1.7. Periksa peralatan tremie atau drop bucket untuk pengecoran di
bawah air
1.1.8. Periksa kebersihan area yang akan di cor dari kotoran – kotoran
yang ada
1.1.9. Permukaan sebelah dalam acuan yang nantinya menempel dengan
beton harus dibasahi dengan air atau diolesi minyak yang tidak
meninggalkan bekas
2.0. Pengecoran Beton
2.1.1. Pelaksanaan pengecoran hanya diperbolehkan pada siang hari,
kecuali diizinkan dilaksanakan pada malam hari
2.1.2. Pengecoran tidak boleh dilakukan pada kondisi cuaca seperti
berikut :
a. Hujan, air hujan langsung mengenai area pengecoran
b. Temperature melebihi 30° C
c. Lengas nisbi dari udara kurang dari 40%
d. Tingkat penguapan melampaui 1,0 kg/m2/jam
Pada point (b,c,d) pengecoran masih dapat dilakukan dengan
penambahan admixture yang sesuai dengan kondisi tempat pekerjaan
2.1.3. Pengecoran dilakukan segera setelah selesai pengadukan dan
sebelum beton mulai mengeras
2.1.4. Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan
sambungan konstruksi (construction joint) yang telah disetujui
sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai. Hal ini dimaksudkan
agar tercapainya homogenitas beton secara keseluruhan untuk
menjamin sifat kedap air
2.1.5. Jarak jatuh bebas ke dalam cetakan harus pada ketinggian kurang
dari 150 cm, apabila melebihi dapat menyebabkan segregasi spesi
beton. Serta tidak diperkenankan menimbun beton dalam jumlah
banyak di suatu tempat dengan maksud untuk kemudian meratakannya
sepanjang acuan
2.1.6. Lakukan slump test (test kekentalan adukan beton) selama
pelaksanaan pengecoran untuk menjamin agar nilai air semen tetap
sesuai dengan mix design
2.1.7. Lakukan pemadatan dengan menggunakan alat penggetar (internal
atau external vibrator). Hal ini dilakukan agar semua sudut-sudut
terisi , sela-sela di antara dan di sekeliling tulangan terpenuhi
tanpa menggeser kedudukan tulangan tersebut membuat agar
permukaan menjadi rata dan halus, mengeluarkan gelembung-
gelembung udara dan mengisi semua rongga. Cacat beton yang bisa
ditimbulkan dari hal ini adalah terbentuknya sangkar kerikil.
2.1.8. Lakukan perawatan setelah beton mulai mengeras dengan
menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran
bahan harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 3 hari.
Perawatan beton juga dapat dilakukan dengan uap ataupun secara
chemical.
2.1.9. Apabila digunakan acuan kayu, acuan tersebut harus
dipertahankan basah pada setiap saat sampai dibongkar.
2.1.10. Lalu lintas ataupun penambahan beban selain beban sendiri
tidak diperkenankan sampai beton berumur 7 hari setelah
pelaksanaan pengecoran.
2.1.11. Pada lantai beton yang difungsikan sebagai lantai aus harus
dirawat setelah permukaannya mulai mengeras dengan cara ditutup
oleh lapisan lembab setebal 5 cm paling sedikit 21 hari.
3.0. Inspeksi Hasil Pengecoran
3.1.1. Periksa permukaan beton hasil pengecoran, hasil pengamatan dan
penyebab dapat terlihat pada tabel berikut :
PENGAMATAN PENYEBAB
Retak – retak halus Peretakan kering/susut,
kelihatan retak – retak hidratasi.
Kelebihan pembebanan
pengendapan beton pada
stadium plastis.
Ruang – ruang besar di Sangkar krikil atau ruang
dalam beton udara tertutup
Permukaan berpasir Kurangnya perawatan
3.1.2. Apabila terdapat cacat seperti pada point 1, lakukan pemahatan
pada lokasi rusak sampai ke bagian yang utuh, membentuk permukaan
yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus dibasahi
dengan air dan adukan semen acian (hanya air dan semen) harus
dioleskan pada permukaan lubang. Selanjutnya lubang diisi dan di
tumbuk dengan adukan yang kental yang merupakan campuran pengisi
yang dipersyaratkan dan dicampur 30 menit sebelum dipakai.
Campuran yang dipersyaratkan harus mempunyai kekuatan dan warna
yang sama. Apabila diperlukan permukaan beton dapat dihaluskan
dengan amplas, caborondum (gurinda) sehingga seluruh permukaan
menjadi rata dan halus
3.1.3. Pengetesan sample beton dilakukan untuk setiap mutu beton dan
untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah pada
tiap hari pengecoran. Setiap pengujian minimum harus mencakup
empat benda uji, dengan maksud sebagai berikut :
a. Benda uji pertama di uji/test pembebanan kuat tekan sesudah 3
hari
b. Benda uji kedua di uji/test pembebanan kuat tekan sesudah 7
hari
c. Benda uji ketiga di uji/test pembebanan kuat tekan sesudah 14
hari
d. Benda uji keempat di uji/test pembebanan kuat tekan sesudah
28 hari
3.1.4. Pembongkaran acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal,
dinding, kolom yang tipis dan struktur yang sejenis lebih awal 30
jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang ditopang oleh perancah
di bawah pelat, balok, gelagar, atau struktur busur, tidak boleh
dibongkar hingga pengujian menunjukan bahwa paling sedikit 85%
dari kekuatan rancangan beton telah dicapai
3.1.5. Lakukan pemeriksaan pada construction joint, untuk memastikan
sambungan tidak terjadi kebocoran dan discontinuity. Pemeriksaan
dapat dilakukan dengan penyemprotan air atau penggenangan air
pada lokasi construction joint, apabila terjadi rembesan maka
construction joint yang ada harus diperbaiki.
3.1.6. Pekerjaan plesteran pada permukaan beton jadi tidak diizikan

Anda mungkin juga menyukai