Modul Analisa Laporan Keuangan (TM4)
Modul Analisa Laporan Keuangan (TM4)
ANALISA
LAPORAN
KEUANGAN
04
Ekonomi dan Bisnis S1 Akuntansi Iwan Firdaus, SKom.MM
Diah Iskandar, SE., M.Si
Dra. Nurlis, M.Si., CA
Fitri Indriawati, SE., M.Si., CSRS
Abstract Kompetensi
Memahami analisis rasio likuiditas, Menghitung tiap rasio, melakukan
rasio solvabilitas, rasio aktivitas,rasio analisis tahunan, analisis berdasarkan
profitabilitas dari laporan keuangan grafik trend dan beberapa teorinya
Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas,
Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas
RASIO LIKUIDITAS
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2012), rasio likuiditas mengukur
kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan
relatif terhadap utang lancarnya (utang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan).
Rasio likuiditas yang jelek dalam jangka panjang juga akan mempengaruhisolvabilitas
perusahaan. Beberapa rasio likuiditas adalah sebagai berikut:
1. Current Ratio (rasio lancar)
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2013), rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva
lancer menutupi kewajiban lancer. Semakin besar rasio ini maka semakin tinggi kemampuan
perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio lancer lebih aman jika berada di
atas 1.
Menurut Brigham dan Houston (2010), rasio ini dihitung dengan membagi asset
lancer dengan kewajiban lancer. Rasio ini menunjukan sampai sejauh apa kewajiban lancer
ditutupi oleh asset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat.
Jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan, perusahaan mulai lambat membayar
tagihan (utang usaha), pinjaman bank, dan kewajiban lainnya yang akan meningkatkan
kewajiban lancer. Jika kewajiban lancer naik lebih cepat dibandingkan dengan asset lancer
maka cuurent rasio akan turun, dan ini merupakan pertanda adanya masalah dalam
perusahaan.
PT ABC tahun 2007 yang memproduksi barang konsumsi memiliki aset lancar (aktiva
lancar) Rp 100 miliar dan utang lancar (utang lancar) Rp 50 miliar. Artinya, current ratio PT
“ABC adalah 2 kali (100 dibagi 50).
Analisa tahunannya adalah setiap Rp. 1 utang lancar dijamin oleh Rp. 2aktiva lancar
Analisa tahunan:
Tahun 1 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 2.65 aktiva lancar
Tahun 2 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 2.60 aktiva lancar
Tahun 3 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 2.22 aktiva lancar
Tahun 4 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 2.26 aktiva lancar
Tahun 5 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 2.17 aktiva lancar
Grafik:
Analisa grafik:
Dari grafik terlihat selama lima tahun posisi current ratio terus menurun,
berdasarkan teori di atas maka keadaan ini sangat tidak baik bagi perusahaan,
karena tergambarkan bahwa kemampuan perusahaan selama lima tahun
menurun dalam menutupi utang jangka pendeknya dari aset lancar.
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2012), dari ketiga komponen aktiva
lancer (kas, piutang dan persediaan), persediaan biasanya dianggap merupakan asset yang
paling tidak likuid. Hal ini berkaitan dengan semakin panjangnya tahap yang dilalui untuk
sampai menjadi kas, yang berarti waktu yang diperlukan untuk menjadi kas semakin lama,
dan juga ketidakpastian nilai persediaan. Meskipun persediaan dicantumkan dalam nilai
perolehan/cost, sedangkan apabila persediaan laku, kas yang diperoleh sama dengan nilai
jual yang secara umum lebih besar dibandingkan dengan nilai perolehan. Dengan alsan di
atas, persediaam dikeluarkan dari aktiva lancer untuk perhitungan Quick ratio.
Menurut Brigham dan Houston (2010), persediaan pada umumnya merupakan
asset lancer perusahaan yang paling tidak likuid sehingga persediaan merupakan asset,
dimana kemungkinan besar akan terjadi kerugian jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, rasio
yang mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek
tanpa mengandalkan penjualan persediaan sangat penting artinya.
Menurut Kasmir, SE.MM (2008), Quick ratio merupakan rasio yang menunjukan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar utang lancarnya dengan aktiva
lancer tanpa memperhitungkan nilai persediaan (inventory). Artinya nilai persediaan kita
abaikan hal ini dilakukan karena persediaan dianggap memerlukan waktu relative lebih lama
untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar
kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancer lainnya.
Grafik:
Analisa grafik:
Dari grafik terlihat selama lima tahun posisi quick ratio terus menurun, walau pun
sempat naik sedikit di tahun ke 4, berdasarkan teori di atas maka keadaan ini
sangat tidak baik bagi perusahaan, karena tergambarkan bahwa kemampuan
perusahaan selama lima tahun menurun dalam menutupi utang jangka
pendeknya dari aset lancar setelah dikurangi dengan persediaan.
Cash
Cash Ratio = ------------------------------
Utang Lancar
Analisa tahunan:
Tahun 1 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 0.04170 uang kas yang ada di perusahaan
Tahun 2 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 0.24057 uang kas yang ada di perusahaan
Tahun 3 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 0.12000 uang kas yang ada di perusahaan
Tahun 4 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 0.12676 uang kas yang ada di perusahaan
Tahun 5 Rp1 utang lancar dijamin oleh Rp 0.10789 uang kas yang ada di perusahaan
Grafik:
Analisa grafik:
Dari grafik terlihat selama lima tahun posisi cash ratio dari tahun ke 1 ke tahun ke
2 naik tajam, tapi kemudian kembali turun di tahun ke 3 hingga tahun ke 5.
Terlihat bahwa manajemen perusahaan kesulitan dalam mengelola kas yang ada
RASIO SOLVABILITAS
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2012), rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya.
Perusahaan yang tidal solvable adalah perusahaan yang total utangnya lebih besar
dibandingkan dengan total asetnya. Rasio ini mengukur likuiditas perusahaan untuk jangka
panjang dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca.
Menurut Kasmir, SE.MM (2008), rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Artinya berapa besar
beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas
dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek mau pun jangka panjang
apabila perusahaan dibubarkan (likuidasi).
Penggunaan rasio solvabilitas bagi perusahaan memberikan banyak manfaat yang
dapat dipetik, baik rasio rendah mau pun rasio tinggi. Rasio solvabilitas memiliki beberapa
implikasi sebagai berikut:
1) Kreditor mengharapkan ekuitas sebagai margin keamanan. Artinya jika pemilik
memiliki dana yang kecil sebagai modal, resiko bisnis terbesar akan ditanggung oleh
kreditor.
2) Dengan pengadaan dana melalui utang, pemilik memperoleh manfaat berupa tetap
dipertahankannya pengusaan atau pengendalian perusahaan.
3) Bila perusahaan mendapat penghasilan lebih dari dana yang dipinjamkannya
dibandingkan dengan bunga yang harus dibayrnya, pengembalian kepada pemilik
diperbesar.
Dalam praktiknya, apabila dari hasil perhitungan, perusahaan ternyata memiliki rasio
solvabilitas yang tinggi, hal ini akn berdampak timbulnya resiko kerugian yang lebih besar,
tetapi juga ada kesempatan mendapat laba juga besar. Sebaliknya apabila perusahaan
memiliki rasio sovabilitas yang lebih rendah tentu mempunyai kerugian yang lebih kecil juga,
terutama pada saat perekonomian menurun. Dampak ini juga mengakibatkan rendahnya
tingkat hasil pengembalian (return) pada saat perekonomian tinggi. Oleh karena itu, manajer
keuangan dituntut untuk mengelola rasio solvabilitas dengan baik sehingga mampu
menyeimbangkan pengembalian yang tinggi dengan tingkat resiko yang dihadapi. Perlu
dicermati pula besar kecilnya resiko ini sangat tergantung dari pinjaman yang dimilki oleh
perusahaan.
‘19 Analisis Laporan Keuangan/Modul 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Iwan Firdaus, SKom.MM, Diah Iskandar, SE., http://www.mercubuana.ac.id
7 M.Si, Dra. Nurlis, M.Si, CA., Fitri Indriawati,
SE., M.Si, CSRS.
Rasio-rasio solvabilitas yang di bahas dalam modul ini terdiri dari :
1. Debt to asset ratio (rasio utang)
Menurut Kasmir, SE.MM (2008), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain menjelaskan
seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang
perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Menurut Brigham dan Houston (2010), total utang termasuk seluruh kewajiban
lancer dan kewajiban jangka panjang. Kreditor lebih menyukai rasio utang yang rendah
karena makin rendah rasio utang, makin besar perlindungan terhadap kerugian kreditor jika
terjadi likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham mungkin menginginkan lebih banyak leverage
karena akan memperbesar laba yang diharapkan.
Debt Ratio dapat dihitung dengan Rumus yaitu :
Rasio Utang = Total utang / total aktiva
hasilnya dinyatakan dengan persent (%).
Contoh berdasarkan kepada neraca dari modul 3:
nama akun tahun 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5
total utang lancar 2,686 2,785 3,400 3,550 3,800
total utang jangka panjang 4,881 5,512 4,945 5,200 5,570
total utang 7,567 8,297 8,345 8,750 9,370
total aktiva 11,734 12,254 12,698 13,510 13,960
Debt Ratio 64.4878% 67.7085% 65.7190% 64.7668% 67.1203%
Analisis tahunan:
Tahun 1 Dari 100% aktiva yang dimiliki perusahaan, maka 64.4878% dibiayai oleh utang
Tahun 2 Dari 100% aktiva yang dimiliki perusahaan, maka 67.7085% dibiayai oleh utang
Tahun 3 Dari 100% aktiva yang dimiliki perusahaan, maka 65.7091% dibiayai oleh utang
Tahun 4 Dari 100% aktiva yang dimiliki perusahaan, maka 64.7668% dibiayai oleh utang
Tahun 5 Dari 100% aktiva yang dimiliki perusahaan, maka 67.1203% dibiayai oleh utang
Grafik:
Analisis tahunan:
Tahun 1 Dari Rp. 1 beban bunga dapat di jaminkan oleh Rp. 6.17 EBIT
Tahun 2 Dari Rp. 1 beban bunga dapat di jaminkan oleh Rp. 5.75 EBIT
Tahun 3 Dari Rp. 1 beban bunga dapat di jaminkan oleh Rp. 5.89 EBIT
Tahun 4 Dari Rp. 1 beban bunga dapat di jaminkan oleh Rp. 6.61 EBIT
Tahun 5 Dari Rp. 1 beban bunga dapat di jaminkan oleh Rp. 8.10 EBIT
Analisa grafik:
Dari grafik terlihat selama lima tahun posisi TIE perusahaan bergerak menaik
ini berarti manajemen perusahaan dapat menghasilkan EBIT dengan baik
dan dapat membayar bunga kepada kreditor, hal ini dapat meningkatkan
kepercayaan dari kreditor semakin baik kepada perusahaan.
Grafik:
Analisa grafik:
Terlihat komposisi modal perusahaan yang dipenuhi oleh utang berfluktuasi selama
5 tahun, dan seluruhnya berada 60% dari total modal perusahaan bersumber dari
utang. Hal ini berindikasi kepada 2 pendapat. Pendapat pertama perusahaan dapat
dikatakan kurang baik karena ditakutkan jika kesulitan dalam melunasi utang
perusahaan maka perusahaan akan dapat dengan cepat menuju kebangkrutan.
Sedangkan pendapat ke 2 adalah perusahaan dikatakan sangan baik karena sangat
dipercaya oleh pihak eksternal dalam hal ini kreditor.
Analisis tahunan:
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 3,42029 kali dari
Tahun 1
penggunaan aktiva tetap secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 3,05431 kali dari
Tahun 2
penggunaan aktiva tetap secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 3,17988 kali dari
Tahun 3
penggunaan aktiva tetap secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 3,13636 kali dari
Tahun 4
penggunaan aktiva tetap secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 3,21930 kali dari
Tahun 5
penggunaan aktiva tetap secara efektif
Grafik:
Analisa grafik:
Terlihat FATO perusahaan dari tahun pertama menuju tahun ke 2 turun tajam, hal ini
memberikan informasi sebagai sinyal negatif bagi perusahaan, kemudian terlihat dari
tahun ke 2 hingga thun ke 5 perusahaan berusaha kerja keras untuk dapat
menggunakan aktiva tetap secara efektif agar dapat meningkat seperti tahun
pertama, walau pun tahun ke 4 sempat sedikit menurun, tetapi dapat kembali
ditingkatkan di tahun ke lima.
Analisis tahunan:
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,34200 kali dari
Tahun 1
penggunaan total aktiva secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,24825 kali dari
Tahun 2
penggunaan total aktiva secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,29194 kali dari
Tahun 3
penggunaan total aktiva secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,27683 kali dari
Tahun 4
penggunaan total aktiva secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,31447 kali dari
Tahun 5
penggunaan total aktiva secara efektif
Analisa grafik:
Terlihat TATO perusahaan dari tahun pertama menuju tahun ke 2 turun tajam, hal ini
memberikan informasi sebagai sinyal negatif bagi perusahaan, kemudian terlihat dari
tahun ke 2 hingga tahun ke 5 perusahaan berusaha kerja keras untuk dapat
menggunakan aktiva tetap secara efektif agar dapat meningkat seperti tahun
pertama, walau pun tahun ke 4 sempat sedikit menurun, tetapi dapat kembali
ditingkatkan di tahun ke lima.
Analisis tahunan:
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,34200 kali dari
Tahun 1
penggunaan total aktiva secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,24825 kali dari
Tahun 2
penggunaan total aktiva secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,29194 kali dari
Tahun 3
penggunaan total aktiva secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,27683 kali dari
Tahun 4
penggunaan total aktiva secara efektif
Perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar 1,31447 kali dari
Tahun 5
penggunaan total aktiva secara efektif
Grafik:
Analisa grafik:
Terlihat ITO perusahaan dari tahun pertama menuju tahun ke 2 menaik, hal ini
memberikan informasi sebagai sinyal positif bagi perusahaan, hal ini menunjukan
4. Rasio Jumlah Hari Penjualan Belum Tertagih (Day Sales Outstanding = DSO)
Menurut Brigham dan Houston (2010), rasio ini digunakan untuk menilai piutang
usaha, DSO mencerminkan lamanya waktu rata-rata perusahaan harus menunggu setelah
melakukan penjualan dan belum menerima kas.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2013), rasio ini menunjukan seberapa cepat
penagihan piutang. Semakin kecil rasio ini maka semakin baik, artinya penagihan piutang
perusahaan berjalan semakin cepat.
Menurut Irham Fahmi (2011), rasio ini mengkaji tentang bagaimana suatu
perusahaan melihat periode pengumpulan piutang yang akan terlihat.
Formula DSO:
piutang piutang
DSO = ----------------------------------------- = -----------------------------------------
Rata-rata penjualan per hari penjualan tahunan / 365 hari
Catatan: dalam DSO tidak boleh ada angka setelah koma, jadi jika ada angka koma maka
nilai DSO langsung di bulatkan ke atas
Analisis tahunan:
Tahun 1 Dalam setahun perusahaan membutuhkan 106 hari dalam penagihan piutang
Tahun 2 Dalam setahun perusahaan membutuhkan 102 hari dalam penagihan piutang
Tahun 3 Dalam setahun perusahaan membutuhkan 97 hari dalam penagihan piutang
Tahun 4 Dalam setahun perusahaan membutuhkan 100 hari dalam penagihan piutang
Tahun 5 Dalam setahun perusahaan membutuhkan 97 hari dalam penagihan piutang
‘19 Analisis Laporan Keuangan/Modul 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Iwan Firdaus, SKom.MM, Diah Iskandar, SE., http://www.mercubuana.ac.id
17 M.Si, Dra. Nurlis, M.Si, CA., Fitri Indriawati,
SE., M.Si, CSRS.
Grafik:
Analisa grafik:
Terlihat DSO perusahaan dari tahun pertama menuju tahun ke 3 secara gambar
menurun, makna dari grafik menurun adalah Semakin kecil rasio ini maka
semakin baik, artinya penagihan piutang perusahaan berjalan semakin cepat,
berarti jika grafik tergambar munurun hal ini memberikan informasi sebagai
sinyal positif bagi perusahaan, hal ini menunjukan kegiatan penagihan piutang
menjadi semakin cepat atau dengan kata lain divisi penagihan piutang bekerja
semakin efektif.
Formula GPM:
Laba kotor
GPM = ----------------------- X 100%
penjualan
Satuannya dalam “ % ”
Contoh berdasarkan kepada Laporan laba rugi dari modul 3:
nama akun tahun 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5
Laba Kotor 5,595 5,579 5,913 6,250 6,850
Penjualan 15,747 15,296 16,405 17,250 18,350
GPM 35.531% 36.474% 36.044% 36.232% 37.330%
Grafik:
Analisa grafik:
Terlihat GPM perusahaan dari tahun pertama menuju tahun ke 2 secara gambar
menaik,memberikan sinyal positif yang sangat disukai oleh investor karena hal ini
menjanjikan keuntungan besar yang dapat dibawa pulang oleh investor, tetapi
sayangnya di tahun ke 2 menuju ke 3 grafik menurun hal ini berarti sinyal negatif,
sangat tidak disukai oleh investor dikarenakan keuntungan yang akan diterima
berkurang jumlahnya dibandingkan tahun lalu, kemudian terlihat tahun ke 3
hingga ke 5 grafik kembali menaik yang berarti kembali sinyal positif bagi investor
dan sekaligus memperlihatkan kinerja yang baik dari manajemen dalam
mengelola perusahaan.
Formula GPM:
Laba bersih
NPM = ----------------------- X 100%
penjualan
Satuannya dalam “ % ”
Contoh berdasarkan kepada Laporan laba rugi dari modul 3:
nama akun tahun 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5
Laba bersih 734 894 878 1,058 1,414
Penjualan 15,747 15,296 16,405 17,250 18,350
NPM 4.663% 5.845% 5.349% 6.130% 7.704%
Analisis tahunan:
Dari penjualan yang telah dihasilkan perusahaan mendapatkan laba bersih
Tahun 1
sebesar 4,663%
Dari penjualan yang telah dihasilkan perusahaan mendapatkan laba bersih
Tahun 2
sebesar 5,845%
Dari penjualan yang telah dihasilkan perusahaan mendapatkan laba bersih
Tahun 3
sebesar 5,349%
Dari penjualan yang telah dihasilkan perusahaan mendapatkan laba bersih
Tahun 4
sebesar 6,130%
Dari penjualan yang telah dihasilkan perusahaan mendapatkan laba bersih
Tahun 5
sebesar 7,704%
Analisa grafik:
Terlihat NPM perusahaan dari tahun pertama menuju tahun ke 2 secara gambar
menaik,memberikan sinyal positif yang sangat disukai oleh investor karena hal ini
menjanjikan keuntungan besar yang dapat dibawa pulang oleh investor, tetapi
sayangnya di tahun ke 2 menuju ke 3 grafik menurun hal ini berarti sinyal negatif,
sangat tidak disukai oleh investor dikarenakan keuntungan yang akan diterima
berkurang jumlahnya dibandingkan tahun lalu, kemudian terlihat tahun ke 3
hingga ke 5 grafik kembali menaik yang berarti kembali sinyal positif bagi investor
dan sekaligus memperlihatkan kinerja yang baik dari manajemen dalam
mengelola perusahaan.
Satuannya dalam “ % ”
‘19 Analisis Laporan Keuangan/Modul 4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Iwan Firdaus, SKom.MM, Diah Iskandar, SE., http://www.mercubuana.ac.id
22 M.Si, Dra. Nurlis, M.Si, CA., Fitri Indriawati,
SE., M.Si, CSRS.
Contoh berdasarkan kepada Laporan laba rugi dari modul 3:
Analisis tahunan:
Dari total aktiva yang digunakan perusahaan mendapatkan EBIT sebesar
Tahun 1
15,783%
Dari total aktiva yang digunakan perusahaan mendapatkan EBIT sebesar
Tahun 2
14,395%
Dari total aktiva yang digunakan perusahaan mendapatkan EBIT sebesar
Tahun 3
14,049%
Dari total aktiva yang digunakan perusahaan mendapatkan EBIT sebesar
Tahun 4
15,174%
Dari total aktiva yang digunakan perusahaan mendapatkan EBIT sebesar
Tahun 5
18,266%
Grafik:
Analisa grafik:
Terlihat BEP perusahaan dari tahun pertama menuju tahun ke 3 secara gambar
menurun, memberikan sinyal negatif, sangat tidak disukai oleh investor, untungnya
dari tahun ke 3 menuju tahun ke 5 manajemen dapat meningkatkan grafik sehingga
memberikan sinyal positif bagi perusahaan, yang sangat disukai oleh investor
karena hal ini menjanjikan keuntungan besar yang dapat dibawa pulang oleh
investor.