Anda di halaman 1dari 3

Sekedar mengingatkan baca sampai tuntas ya….!!!

Pujian adalah bentuk apresiasi seseorang ketika dirinya merasa kagum terhadap apa yang
disaksikannya. Pujian juga merupakan bukti kemurahan hati seseorang. Seorang yang pemurah
tidak akan segan memberikan pujian jika melihat sesuatu yang dianggapnya baik atau menarik.,
namun terkadang di lain sisi ada juga yang sukar memberikan pujian karena merasa benci atau iri
hati. Lebih ngeselinnya lagi ia tidak  hanya enggan memuji, namun malah mencari-cari
kesalahan sebagai celah baginya untuk mencaci. 

Baik memuji maupun mencaci, keduanya sama-sama sikap yang manusiawi, karena hati yang
masih punya rasa untuk merasai, dan pikiran dari otak yang masih punya koneksi. Yang
membedakan keduanya hanya kualitasnya saja, yang mana kalau —pada hati ada orang yang
dikit-dikit baper nan sensi, lalu ada orang yang konektivitas otaknya belum porji—. 

Jika keduanya adalah sikap yang manusiawi, maka ada manusia yang lebih manusiawi lagi
ketika dirinya ditanya; di antara keduanya mana yang lebih kamu sukai? Oya jelas tentunya
manusia lebih ingin kalau dirinya dipuji. Apalagi kalau yang muji gebetan oooooooh senengna
bukan main. Apalagi komodei jomblowati kesepian— yang butuh perhatian dan kasih sayang. 

Pujian merupakan asupan bagi hati yang membutuhkan ketenangan dan rasa senang. Namun
alangkah baiknya jika kamu membiasakan diri dengan mencoba bersikap 'B aja' ketika
menghadapi pujian, bukan hanya cacian. Ada beberapa alasan mengapa kamu tidak perlu terlalu
senang ketika dipuji seseorang:

1. Kamu Bukan Lagi Anak Kecil

Saya yakin kebanyakan pembaca di sini bukan datang dari kalangan muda mudi ababil dan anak
kecil yang masih dikelonin emaknya.

Jiwa seorang anak kecil yang masih polos dan hatinya yang lunak, membuat orang tua lebih
berhati-hati dalam bersikap. Tidak salah memang jika masa kecil disebut sebagai masa-masa
paling bahagia, karena hidup dengan penuh kegembiraan. Kebiasaan orang tua memuji anaknya
sedari kecil menjelma menjadi tabiat manusia, sehingga membuatnya selalu ingin dipuji
sekalipun di kala dewasa. 

Semakin bertambahnya usia, semakin banyak tantangan yang menghampiri. Dalam cara berpikir
dan bertindak, manusia perlu berevolusi. Masukan berupa nasihat dan saran lebih penting
daripada sekedar pujian. Dari yang tadinya cuma bisa belajar masuk telinga kiri keluar telinga
kanan, sampai akhirnya bisa jadi ilmuwan. Dari yang tadinya cuma sekedar baca Iqro' berulang-
ulang, sampai bisa hafidz Quran bolak balik halaman. Dari yang tadinya cuma bisa stalker
akhwat idaman, sampai akhirnya bisa mengutarakan perasaan padanya lewat lamaran. 
Itulah beberapa contoh evolusi dalam hidup manusia, tentunya tidak bisa dilakukan hanya
dengan sendirian, perlu masukan dari orang yang lebih ahli dan berpengalaman pada masing-
masing bidang. Karena kamu bukan lagi anak kecil yang haus akan pujian. 

2. Pujian Tidak Hanya Membuatmu Terlena, Tapi Juga Membuatmu Baperan

Ya, kembali lagi pada tabiat manusia yang senang ketika dipuji. Rasa senang akibat pujian yang
dilimpahkan berpotensi membuat manusia menjadi terlena, yang malah bisa membuat petaka. 

Pujian adalah candu, semua kebahagiaan adalah candu. 

Karena itu juga, pujian seringkali membuat kita 'nge-fly' —jasadnya ga kemana-mana,
pikirannya terbang ke Amerika( rarasaan asa ngapung liang irung ngaringhab)—. Rasa nge-fly
ini timbul karena diri yang terlalu baper. Cuma karena bebene alias kabogoh atau gebetan kamu
bilang 'Cantik', lantas kamu langsung baper( sampe te bisa tidur semalam inget kana di bilang
cantik. Ada yang pengalaman?

Sebenarnya antara terlena dan baperan ini satu paket sih, orang ga mungkin terlena kalau tiada
rasa baper yang lebih dahulu menghampirinya.

3. Pujian Bisa Jadi Sebuah Tipuan

Buat kamu khususnya para wanita yang seringkali nolak rayuan pamuda gombal, pasti sudah
tidak asing lagi dengan hal ini. Rayuan amis dan gombalan-gombalan receh yang sering pria
persembahkan sama kamu adalah bentuk tipuan yang terbalut dalam sebuah pujian. Tapi engga
jarang juga sih banyak parawan yang klepek-klepek gara-gara rayuan maut pamuda kesepian,
dan akhirnya mereka pun jadian. 

Pujian berupa tipuan ini bukan hanya berlaku bagi para kaum hawa yang sering digoda para
pamuda atau bapak-bapak, namun berlaku juga sebagai peringatan hidup kita sebagai manusia,
tak pandang itu laki-laki maupun wanita. 

Manusia itu punya banyak akal untuk memuluskan rencananya, tidak jarang pula manusia suka
menghalalkan berbagai cara, salah satunya dengan menipu. Pujian adalah cara terselubung untuk
menarik  perhatian. Kalau mau lihat sample aplikasi penipuan berbalut pujian, lihat saja dari
contoh terkecil misalnya —anak yang tiba-tiba baik dan nurut sama orang tuanya, katanya biar
lebih gampang menta jajannya–. (Jangan ditiru) 

Kewaspadaan dalam menyikapi sebuah pujian amat diperlukan, ingat setiap orang baik itu pasti
ada maunya. Tapi jangan suudzon dulu, yang terpenting adalah rajin-rajin membentengi diri dari
sikap baperan, supaya kamu nantinya tidak menjadi korban. 

4. Pujian Juga Ujian, Bukan Hanya Kesengsaraan


Terkadang manusia lucu, ketika terlalu sering merasa kesusahan, mengadu ini itu pada Allah,
menganggap Allah sayang karena sering memberinya ujian berupa kesusahan, sekalinya
mendapat kesenangan malah enjoy syukuran bahkan ada yang sampai lupa daratan, ya maklum
saking seringnya hidup susah. Bersyukur atas segala nikmat memang penting, harus malah. 

Tapi cobalah sesekali berpikir, apa yang Allah berikan berupa kesenangan jangan hanya kita
anggap sebagai anugerah, namun juga sebagai ujian. Atau bahkan peringatan? Ya. Peringatan
untuk selalu ingat padaNya. Bukan hanya sekedar mengucap hamdalah, tapi juga tak lupa
mengucap istighfar, bisa jadi kebahagian yang kita raih ternyata merenggut kebahagiaan orang
lain atau membuatnya menjadi korban, tanpa kita sadari. Wallahu a'lam. 

Begitu pula pujian, pujian adalah anugerah. Pujian datang ketika kita membuat sesuatu yang
membuat orang senang. Pujian juga bisa jadi sebuah peringatan atau ujian, sejauh mana kita
dapat mengontrol diri agar tidak terjerumus pada sifat keangkuhan. 

5. Pujian Hanya Untuk Yang Maha Terpuji

Segala yang Tuhan berikan pada kita adalah milikNya. Pujian yang orang berikan juga anugerah
Allah. Jangan cuma mengucap terima kasih pada yang memberikan pujian, namun berterima
kasihlah pada Sang Maha Pencipta, berkatNya orang-orang jadi memujimu. 

Tak perlu merasa ingin dihargai, Allah telah menghargai kita. 

Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan sungguh hanya kepadaNyalah kita kembali. (Al-
Baqarah: 156)

Anda mungkin juga menyukai