TITRASI POTENSIOMETRI
PENENTUAN KURVA TITRASI ASAM AMINO
Tujuan
Menunjukkan pengaruh penambahan asam dan basa kuat terhadap pH asam amino.
Prinsip dasar
Asam amino → zat pembentuk protein yang terdiri atas paling sedikit 1 gugus amina dan 1
gugus karboksil
Asam amino bersifat amfoter → dapat berperan sebagai asam dan basa
Jika dilarutkan dalam air, glisina mempunyai muatan ion positif dan negatif dalam satu
molekul (ion dipolar atau ion zwitter) → bentuk I-glisina ion zwitter
• Gugus –COO- membuat glisina bersifat basa dan bisa bereaksi dengan asam kuat
• Gugus –NH3+ membuat glisina bersifat asam dan dapat bereaksi dengan basa kuat
o Larutan dapar (buffer) dengan gugus –COOH dan –COO- yang saling
berkonjugasi
o Mengandung bentuk I dan II-kation
o Jika bentuk I ekuivalen dengan bentuk II, maka: pH = pK1
o Larutan dapar (buffer) dengan gugus –NH3+ dan –NH2 yang saling
berkonjugasi
o Mengandung bentuk I dan III-anion
o Jika bentuk I ekuivalen dengan bentuk III, maka: pH = pK2
Bahan
a. Larutan glisina 0,1 M
b. Larutan HCl 0,2 M
c. Larutan NaOH 0,2 M
d. Larutan Standar dengan pH 7, pH 4 dan pH 11 untuk kalibrasi
Cara Kerja
a. Dengan menggunakan buret, masukkan 20 ml larutan glisina dan 20 ml ke dalam
gelas kimia 250 mL.
b. Tempatkan gelas kimia diatas pengduk magnetic dan nyalakan arus listriknya.
Naikkan secara perlahan kecepatannya. Lakukan pengadukan selama satu menit.
c. Ukur pH larutan dengan cara memasukkan elektroda ke dalam larutan. Usahakan
membrane elektroda berada di dalam cairan. Pembacaan dilakukan setelah
mendengar nada “bip” dan catat hasil pembacaannya.
d. Tambahkan ke dalam larutan 2 mL HCl dengan menggunakan buret, ulangi langkah
kerja no 2 dan no 3.
e. Ulangi langkah kerja no 4, sampai diperoleh pH larutan mencapai 2.00
f. Ulangi langkah No 1-3, dengan menggunakan gelas kimia yang lain.
g. Tambahkan ke dalam larutan 2 mL NaOH dengan menggunakan buret, ulangi
langkah 2 dan 3.
h. Ulangi langkah no 7 sampai diperoleh pH larutan mencapai 14.00
i. Dari hasil pembacaan pH meter yang diperoleh, buatlah grafik pH Vs NaOH/HCl yang
ditambahkan
7,15 - 6,99 -
Larutan Larutan
glisina glisina
awal awal
Kesimpulan
a. Keadaan asam
pH pada kapasitas maksimum → pH yang menghasilkan perubahan pH paling
kecil
pH pada kapasitas maksimum = pK1 glisina = 2,20. Jika ditambahkan HCl lagi,
perubahan pH tidak akan terlalu signifikan karena larutan buffer sudah terbentuk,
yaitu glisina kation.
b. Keadaan basa
pH pada kapasitas maksimum → pH yang menghasilkan perubahan pH paling
kecil
pH pada kapasitas maksimum = pK2 Glisina = 9,59. Jika ditambahkan NaOH lagi,
perubahan pH tidak akan terlalu signifikan karena larutan buffer sudah terbentuk,
yaitu glisina anion.
Prinsip Dasar
• Peroksida → produk reaksi oksidasi antara lemak tidak jenuh dengan oksigen
• Pembentukan peroksida dapat dipercepat dengan adanya paparan cahaya
(hv) dan pemanasan pada suhu tinggi
Cara kerja
1. Sebanyak 0,5 gram sampel minyak dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 100
mL, lalu ditambahkan larutan KI jenuh sebanyak 0,5 mL.
2. Selanjutnya ditambahkan 10 mL campuran asam asetat glasial dan kloroform
dengan perbandingan 2 : 1 (6,7 mL : 3,3 mL).
3. Campuran kemudian dipanaskan sampai mendidih dan didinginkan, lalu
ditambahkan 5 mL air suling (akuades) dan 10 tetes (berlebih) indikator kanji
1%.
4. Baca keadaan mula-mula meniskus larutan Na2S2O3.5H2O 0,01 N dalam buret
sampai 2 angka dibelakang koma. Tulis keadaan mula-mula ini dalam lembar
laporan.
5. Titrasikan campuran dengan larutan Na2S2O3.5H2O 0,01 N hingga warna
coklat tua-kebiruan hilang. Baca keadaan akhir meniskus larutan
Na2S2O3.5H2O 0,01 N dalam buret, dan tuliskan pada lembar laporan. Hitung
jumlah pemakaian larutan Na2S2O3.5H2O pada titrasi ini.
8. Prosedur yang sama dilakukan dengan sampel minyak yang lain. Bandingkan
bilangan peroksida antar sampel minyak yang diuji, dan buatlah suatu
kesimpulan pada lembar laporan.
Data perhitungan
• Minyak Bekas
Volume Na2S2O3.5H2O terpakai = 32.3 mL
N Na2S2O3.5H2O = 0.01 N
Berat sampel = 0.5 g
• Minyak Baru
Volume Na2S2O3.5H2O terpakai = 9.5 mL
N Na2S2O3.5H2O = 0.01 N
Berat sampel = 0.5 g
Kesimpulan
• Bilangan peroksida minyak bekas > bilangan peroksida minyak baru
• Makin besar bilangan peroksida → makin tinggi derajat kerusakan
Zat yang mengandung dua atau lebih ikatan peptida (contoh: protein) akan membentuk
kompleks berwarna ungu jika direaksikan dengan pereaksi biuret (garam tembaga).
Tujuan
Menentukan kadar protein terlarut dengan metode biuret
2 1,00 0,141
3 1,50 0,177
4 2,00 0,209
Persamaan Regresinya:
y = 0.019 + 0.102 X y = absorbansi; x = konsentrasi
Praktikum Kimia • SIEPEND FKUI 2020