VETERINER
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM
Tim Penyusun:
drh. Ahmad Fauzi, M.Sc.
drh. Dyah Ayu Oktavianie AP., M.Biotech.
drh. Fajar Shodiq Permata, M.Biotech.
drh. Dian Vidiastuti, M.Si.
drh. Aldila Noviatri, M.Biomed.
drh. Tiara Widyaputri, M.Si.
Dosen Pengampu:
drh. Ahmad Fauzi, M.Sc.
drh. Dyah Ayu Oktaviani, M.Biotech.
drh. Fajar Shodiq Permata, M.Biotech.
drh. Aldila Noviatri, M.Biomed.
drh. Tiara Widyaputri, M.Si.
Tim penyusun
Halaman
LEMBAR JUDUL ............................................................................. i
LAMPIRAN ...................................................................................... 53
Menuntun mahasiswa agar dapat mengetahui teknik pemeriksaan dan menganalisa hasil
laboratorium di bidang patologi klinik veteriner.
Ketentuan Umum
1. Mahasiswa yang mengambil mata kuliah Patologi Klinik Veteriner wajib mengikuti
praktikum Patologi Klinik Veteriner secara lengkap.
2. Semua mahasiswa diharuskan mengikuti seluruh acara praktikum yang terjadwal kecuali
ada alasan khusus yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan persetujuan
dosen koordinator praktikum.
3. Nilai pretest dibawah 60 tidak diperbolehkan mengikuti praktikum, kecuali dengan
persetujuan dosen koordinator praktikum.
4. Selama pengamatan harus diawasi asisten/dosen dan dipertanggungjawabkan dengan
persetujuan asisten pada lembar laporan sementara.
5. Tidak diselenggarakan praktikum susulan.
6. Mahasiswa harus membuat laporan akhir yang berisi hasil pengamatan praktikum sesuai
materi yang telah ditentukan.
7. Bersikap dan bertingkah laku yang sopan terhadap dosen, asisten praktikum maupun
sesama mahasiswa
8. Mahasiswa diwajibkan mengikuti Ujian Akhir Praktikum sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
3. Peminjaman alat-alat diatur dengan bon peminjaman alat dan dikembalikan dalam
4. Kerusakan alat-alat oleh mahasiswa harus diganti dengan alat yang sama (tidak
5. Mahasiswa wajib mengikuti seluruh kegiatan praktikum sesuai jadwal yang telah
6. Bila karena sesuatu hal yang sangat penting mahasiswa tidak dapat mengikuti acara
praktikum, maka harus ada surat (keterangan sakit dari dokter), dan tidak ada jadwal
7. Peserta praktikum diwajibkan untuk membawa bahan sampel (darah, serum dan
8. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan ditentukan kemudian.
PROSENTASE PENILAIAN
Penilaian didasarkan pada prestasi mahasiswa dalam mengerjakan aktivitas
pembelajaran, yaitu :
a. Kehadiran dan aktivitas lab dengan bobot 20%
b. Ujian Akhir Praktikum dengan bobot 30 %
c. Pre test dan Post test dengan bobot 25 %
d. Laporan 25 %
BAB I Pendahuluan
1.1 Tujuan (Poin-poin) (5)
1.2 Tinjauan Pustaka (sesuai acara praktikum (15)
BAB II Metodologi
2.1 Alat dan bahan (poin-poin) (5)
2.2 Prinsip kerja (sesuai yang dilakukan) (5)
2.3 Langkah kerja(diagram alir) (5)
BAB III Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil (gambar dan foto serta keterangan) (10)
3.2 Pembahasan
3.2.1 Analisa Prosedur(dibandingkan literatur) (15)
3.2.2 Analisa Hasil (dibandingkan literatur) (20)
BAB IV Penutup
4.1 Kesimpulan (5)
4.2 Saran (untuk praktikum, non dosen/asisten)
BAB V Daftar Pustaka
Daftar pustaka minimal 2 buku dan 3 jurnal (10 tahun terakhir)
LAMPIRAN
Laporan Sementara dan Literatur yang digunakan → stabilo bagian
yang dikutip
Gambar 1. Hematokrit tube (kiri) Eritrosit Normal pada mamalia (tengah), eritrosit
normal pada burung (kanan)
8. Neutrofil
Fungsi utama neutrofil adalah sebagai agen fagositosis dan bakteriosidal,
mensekresikan pyrogen secara endogenous apabila ada bakteri atau produk toksin
bakteri.
A. TUJUAN
1. Mengetahui sifat-sifat fisika urine yang meliputi kuantitas, warna, kejernihan, berat
jenis, dan bau.
2. Mampu menganalisis sifat-sifat kimia urine yng meliputi pH, protein, dan glukosa.
3. Mampu menganalisa kualitas urine yang meliputi benda-benda keton, bilirubin, darah,
dan adanya sedimen di dalam urine sebagai deteksi keadaan ginjal, saluran urine,
serta organ lain yang bersangkutan.
B. DASAR TEORI
Pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta tentang ginjal dan saluran
urinaria, tetapi juga mengenai faal organ dalam badan seperti hati, saluran empedu, dan
pangkreas kortek adrenal dan lain-lain. Urina dari berbagai spesies hewan mempunyai
volume, sifat dan kadar yang berlainan.
Pengawet Urin
- Urin harus diperiksa semasa waktu segar. Jika urina disimpan, mungkin terjadi perubahan
susunan oleh bakteri. Bakteri biasanya ada karena urina untuk pemeriksaan tidak
dikumpulkan dan ditampung secara steril. Untuk mengecilkan kemungkinan perubahan itu,
simpanlah urin pada suhu 40C, sebaknya dalam lemari es dalam botol tertutup.
Jenis pengawet urin :
1. Toluena
Pengawet ini sering dipakai dan hasilnya memuaskan. Perombakan urin oleh kuman
dihambat, lebih lebih dalam keadaan dingin, baik sekali untuk mengawetkan glukosa,
aceton dan asam aseto-asetat Pemakaian 2-5 mL utnuk mengawetkan urin 24 jam, jumlah
itu dimasukan ke dalam botol penampung dan tiap kali ditambahkan urin, botol harus
dikocok baik-baik.
2. Thymol
Sebutir thymol sebagai pengawet mempunyai daya seperti toluena.
3. Formaldehida
Khusus diapakai untuk mengawetkan sedimen. Pemakaian 1-2 ml larutan formaldehida
40% untuk mengawetkan urin 24 jam. Campur baik-baik tiap kali ditambah urin. Pengawet
ini mempunyai kelemahan, jika jumlahnya terlalu besar mungkin mengadakan reduksi pada
test benedict.
4. Asam sulfat pekat
Asam ini diapakai untuk mengawetkan urin untuk menetapkan kuatitas Ca, N dan
kebanyakan zat organik lain. Jumlah yang harus diberikan adalah sebanyak ituhingga pH
urin tetap lebih rendah dari 4,5. Demikian dijaga keluarnya Ndalam bentuk amoniak dan
terjadi endapan kalsium fosfat.
5. Natrium Karbonat
Khusus digunakan untuk mengawetkan urobilinogen jika hendak memerlukan ekskresinya
per 24 jam. Masukan kira-kira 5 gram natrium karbonat dalam botol penampung bersama
beberapa mL toluena.
Tempat Urin
Botol penampung urin harus bersih dan kering adanya air dan kotoran dalam botol
penampung berarti ada bakteri yang kelak akan berkembang dan merusak susunannya.
Tempat urin terbaik adalah berupa gelas bermuatan lebar yang dapat disumbat rapat
sebaiknya juga urin dikeluarkan langsung kedalam tempat itu. Berilah pada tempat
Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan rutin ialah beberapa macam pemeriksaan yang dianggap dasar bagi
pemeriksaan selanjutnya. Pemeriksaan rutin disini adalah:
Pemeriksaan fisik:
1. Kuantitas
2. Warna
3. Kejernihan
4. Berat jenis
5. Bau urin
Pemeriksaan kimia:
1. Reaksi dan pH
2. Protein
3. Benda-benda keton
4. Darah
5. Bilirubin
6. Urobilinogen
7. Urobilin
Pemeriksaan sedimen:
Makroskopik
Mikroskopik:
1. Sedimen terorganisisr (unsur organik)
2. Sedimen yang tak terorganisisr (unsur anorganik)
Pemeriksaan Fisik
Mengukur jumlah urin bermanfaat untuk ikut menentukan adanya gangguan fisiologis ginjal,
kelainan dalam keseimbangan cairan tubuh dan berguna untuk menafsirkan hasill
pemeriksaan kuantitatif dan semi kuantitatif dengan rutin.
1. Kuantitas
Normal: tergantung pada makanan, cuaca dan lingkungan
Jumlah liter per hari mg/kg/hari
Kuda 2,0-11,0 (4,7) -
Sapi perah 8,8- 22,6 (14,2) 14,0
Domba/ kambing 0,5-2,0 (1,0) -
Babi 2,0-6,0 (4,0) -
Anjing 0,5-2,0 (1,0) 31 (25-41)
Kucing - 26 (22-30)
Manusia 1,0-1,2 9- 29
Abnormal:
1. Jumlah urin meningkat (polyuria)
2. Nephritis interstitialis chronic: ginjal tidak dapat memekatkan urin
3. Diabetes insipidus: kekurang anti diuretik homon (ADH) glandula pituitari pars pasterior
yang menyebabkan kelemahan reabsorbsi air oleh tubulus renalis distalis
4. Diabetes melitus: aktifitas osmotik yang kuat dari glukosa dalam tubulus renalis distalis,
pengambilan air yang terlalu banyak tanpa diimbangi elektrolit yang cukup (oral/ injeksi)
5. Pyometra: kadang-kadang menyebabkan polydipsi (ingin minum)
Diuretika : menyebabkan pembentukan urin lebih cepat
2. Warna
Pemeriksaan warna urin dilakukan dengan tabung reaksi atau urinometer. Pemeriksaan
warna urin dapat menunjukan adanya kelainan secara klinik. Warna urin diuji dengan
perantaraan cahaya tembus, tindakan itu dapat dilakukan dengan mengisi tabung reaksi
sampai ¾ penuh dan ditinjau dengan posisi serong. Nyatakan pernyataan urin dengan: tidak
berwarna, kuning muda, kuning tua, kuning bercampur merah, merah bercampur kuning,
merah, coklat kuning bercampur hijau, putih serupa susu dan lain-lain.
- Kuning pucat – kuning coklat adalah warna urin normal. Warna diwarnai oleh urochrom.
- Tidak berwarna – kuning pucat. Biasanya berat jenisnya rendah dan polyuri pada nephritis
interstitialis kronik, diabetes melitus, diabetes insipidus, pengambilan air terlalu banyak,
pyometra.
- Kuning tua – kuning coklat: urin pekat dengan berat jenis tinggidan volumenya kecil pada
nephritis akut, pengurangan pengambilan air, dehidrasi, vomitus dan diare yang terus
menerus, demam.
- Coklat kuning kehijau-hijauan: pigmen empedu, jika dikocok akan berwarna kehijauan.
- Merah atau coklat berawan pada kasus hematuria.
- Transparan pada kasus hemoglobinuria
- Coklat hitam kecoklat-coklatan: urin kuda (normal berwarna kuning jika dibiarkan berubah
jadi coklat tua, karena terjadi oksidasi protein.
3. Kejernihan
Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna. Nyatakanlah hasil pengamatan
dengan: jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Pemeriksaan dengan menggunakan
tabung reaksi atau urinometer.
- Jernih
Urin hewan normal umumnya jernih, kecuali kuda biasanya keruh dan berkabut, karena
adanya kristal CaCO3 dan mukus.
- Berawan
Belum tentu patologis karena banyak urin yang berawan setelah dibiarkan beberapa lama
- Sel epithel apabila ada dalam jumlah besar
- Darah: merah sampai coklat
- Leukosit: seperti air susu jika dalam jumlah besar
- Bakteri: keruh yang merata jika dalam jumlah besar, tidak akan hilang jika di saring.
- Mukus
- Kristal:
CaCO3 : pada urin kuda normal atau urin sapi yang telah dibiarkan beberapa lama.
Urat amorph : kabut putih atau pink dalam urin asam setelah dibiarkan beberapa saat
4. Berat Jenis
Penentuan berat jenis urin biasanya cukup teliti dengan menggunakan urinometer atau
dengan alat TS meter
1. Urinometer
2. TS meter (refraktometer)
Teteskan urin pada alat TS meter kemudian lihat berat jenisnya pada skala.
Interpretasi normal
Variasi Rata-rata
Kuda 1,020 – 1,050 1,035
Sapi 1,025 – 1,045 1,035
Domba/ kambing 1,015 – 1,045 1,030
Babi 1,010 – 1,030 1,015
Anjing 1,015 – 1,045 1,025
Kucing 1,020 – 1,040 1,030
Manusia 1,010 – 1,030 1,020
5. Bau Urin
Perlu diperhatikan dan dilaporkan jika ada bau urin yang abnormal. Dalam halam hal ini
perlu diperhatikan adanya bau semula dan bau dari urin yang dibiarkan tanpa pemberian
pengawet. Bau urin ynag alami disebabkan karena adanya asam asam organik mengalami
penguapan, misalnya:
- Bau makanan yang mengandung volatil: jengkol, pete, durian dan lain lain.
- Bau obat-obatan: terpentin, mentol, balsanum copaivae dan lain lain.
- Bau amoniak oleh perombakan bakterial dari ureum. Biasanya terjadi pada urin yang
dibiarkan tanpa adanya pengawet, reaksi urin menjadi basis. Kadang-kadang juga karena
perombakan ureum pada vesika urinaria oleh infeksi bakteri
- Bau keton menyerupai bau buah-buahan atau bunga setengah layu.
Pemeriksaan Kimia
1. PH
Adanya gangguan keseimbangan asam dan basa, penetapan itu dapat menunjukan
keadaan tubuh apalagi jika disertai penetapan jumlah asam yang diekskresikan dalam waktu
tertentu, jumlah ion NH4 dan lain lain. Selain keadaan tadi pemeriksaan pH urin segar dapat
memberi petunjuk ke arah etiologi pada infeksi saluran kencing, infeksi oleh E. Colli, biasanya
menghasikan urin asam, sedang infeksi oleh proteous yang merombak amoniak
menyebabkan urin menjadi basis.
Pemeriksaan dengan kertas lakmus: gunakanlah kertas lakmus merah dan biru. Celupkan
sedikit dalam urin dan perhatikan reaksinya (apakah asam atau basa).
Interpretasi: pH urin normal pada berbagai spesies dan individu tergantung pada makanan
dan metabolisme
Sifat urin pH urin
Kuda Alkalis 8,0
Sapi Alkalis 7,4 – 8,4
Domba Alkalis
Babi Asam atau alkalis
Anjing Asam 6,0 - 7,0
Kucing Asam 6,0 -7,0
manusia Asam 4,8- 7,5
Urin yang bersifat asam:
- Pada karnivora normal
- Pada pedet yang sedang menyusu
- Hewan makan banyak protein
- Kelaparan
- Demam
- Asidosis metabolik dan asidosis respiratorik
- Aktifitas muskuler yang terus menerus
- Pemberian garam: natrium fosfat (asam), amonium klorida, natrium klorida, kalsium klorida
Urin bersifat alkalis
- Pada herbivora normal
- Hewan yang makan daun dan biji-bijian
- Cystitis
- Retensio urin
- Absorbsi transudat dengan cepat
- Alkalosis metabolik dan alkalosis respiratorik
- Pengobatan dengan garam –garam alkalis: Natrium bikarbonat, Natrium / kalium sitrat atau
asetat, Natrium laktat, Kalium nitrat
2. Gukosa
Interpretasi :
- Glucosuria emosionil: terjadi kenaikan kadar glukosa dalam darah karena kenaikan sekresi
epinephrin
- Diabetes melitus: disertai dengan hyperglikemia dan kesis akibat dari defisiensi insulin
- Nekrosis pangkreas akut: dengan hyperglikemia
- Hyperthiroidismus: dengan hyperglikemia karena cepatnya absorbsi karbohidrat dari usus.
- Hyperpituitarismus: dengan hyperglikemia
- Aktifitas berlebihan dari korteks adrenum
- Kenaikan tekanan intrakarnial: tumor, haemoraghi, fraktur dengan hyperglikemia
- Pemberian obat-obat tertentu dan larutan gula
3. Benda-Benda Keton
Interpretasi :
- Diabetes melitus: berhubungan dengan hyperglikemia
- Acidosis
- Diet yang banyak mengandung lemak
- Kelaparan atau puasa: simpanan karbohidrat habis penggunaan lemak tubuh meningkat
- Fungsi hepar yang lemah
- Sesudah anastesi ether atau khlorofoam
- Vomitus dan diare yang terus menerus, sejenis ketosis karena kelaparan
- Penyakit infeksi: berhubungan dengan keseimbangan kalori
- Milk fever: jika melanjut
- Gangguan endokrin: hiperfungsi gl. Pituitari pars anterior atau korteks adrenum, hormon
kelamin betina yang berlebihan
- Ketosis (acetonemis) pada sapi bunting atau laktasi dan kambing bunting : Berhubungan
dengan hyperglikemia, reaksi terhadapa aseton yang positif terhadap urin sapi adalah
normal karena biasanya urin sapi mengandung aseton dalam jumlah sedikit sekali.
4. Darah
Interpretasi :
- Hematuria: adanya eritrosit utuh didalam urin misalnya:
- Nephritis akut
- Nephrosis: ditandai dengan ANVya degenerasi
- Infark ginjal
- Kongesti pasif ginjal
- Neoplasma pada ginjal : vesica urinaria atau pada prostata
- Urolithiasis pada urethra dan ginjal
- Abses pada ginjal
- Pyelitis
- Pyelonephritis
- Ureteritis
- Cystitis
- Urethritis
- Trauma pada saluran urethra: biasanya karena kesalahan pada waktu pemakaian kateter
- Selama estrus atau selama post partus: kontaminasi gangguan uterus atau vagina
- Prostitis
- Akibat infeksi yang hebat misalnya antraksdan leptospira
- Bahan bahan kimia diantaranya: keracunan tembaga (Cu), keracunan merkuri (Hg)
- Trombocytopenia
- Parasit: dioctopyma renalis pada anjing, dirofilaria pada anjing
- Hemoglobinuria: adanya haemoglobin di urin karena hemolisa eritrosit yang berlebihan
5. Bilirubin
Interpretasi :
- Urin anjing dan kucing normal kadang sedikit mengandung bilirubin
- Penyumbtan jalanya empedu dari hepar: sumbatan total akan akan menyebabkan
bilirubinuria tanpa urobilinogen, sumbatan parsial: bilirubin dan urobilinogen ada di urin
- Pada penyakit hepar bilirubin mendahului timbulnya gejala klinis ikterus dan sering
menunjukan adanya penyakit hati. Misalnya : hepatitis: urin akan mengandung urobilinogen
dan bilirubin, pada dekstruksi sel-sel hepar yang hebat
- Pada ikterus hemmolitikum bilirubinuria biasanya tidak ada sampai heparnya rusak karena
hemoglobinuria yang berlebihan. Tidak adanya bilirubin dan meningkatnya jumlah
urobilinogen membantu diferensiasi ikterus hemolitikus dari ikterus yang disebabkan oleh
obstruksi saluran empedu dan penyakit penyakit hepatoseluler
- Enteritis akut
- Obstruksi intestinum
13. Protozoa
- Trichomonas
- Giardia
- Biasanya tercemar oleh feses atau sekresi traktus genitalis.
Anjing Kucing
Warna Kuning pucat – kuning Kuning pucat – kuning
kecoklatan kecoklatan
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis Variasi : 1,001 – 1,070 Variasi : 1,001 – 1,080
Rata-rata : 1,020 – 1,050 Rata-rata : 1,025 – 1,060
pH 5,5 – 7,5 5,5 – 7,5
Protein (mg/dl) 0 – 30 0 – 30
Darah Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Bilirubin 0 s/d +1 Negatif
Silinder (/LPK)
Hyaline 0–2 0–2
Granular 0–1 0–1
Cellular 0 0
Waxy 0 0
Leukosit (/LPB)
Urin ditampung < 10 < 10
Cateterisasi <5 <5
Cystocentesis <3 <3
Eritrosit (/LPB)
Urin ditampung < 10 < 10
Cateterisasi <5 <5
Cystocentesis <3 <3
Kristal
Tipe Bervariasi Bervariasi
Jumlah Bervariasi Bervariasi
- tidak ada,
+ ada,
++ banyak,
+++ banyak sekali
Bakteri
Tipe ( coccus, basil) Bervariasi Bervariasi
Jumlah Bervariasi Bervariasi
- tidak ada,
+ ada,
++ banyak,
+++ banyak sekali
A. TUJUAN
1. Mampu melakukan pemeriksaan fungsi hati dan status patologi hati
2. Mampu mengalisa hasil pemeriksaan fungsi hati indeks ikterus dan SGOT / SGPT
B. DASAR TEORI
Banyak percobaan yang dapat dilakukan untuk memeriksa fungsi hati. Dalam hal ini dapat
dibagi menjadi 3 golongan
A. Pemeriksaan metabolisme atau bilirubin
1. Bilirubin
1.1 Indek ikterus
1.2 Percobann Van Den Bergh
2. Bilirubinuria
3. Urobilinogen feses (stercobilinogen)
4. Urobilinogen urin
B. Pemeriksaan adanya kerusakan hepatoselueler
1. Protein plasma / serum
A. Pengukuran BJ plasma dengan CuSO4
B. Refraktor (TS meter)
2. Masa protombin
C. Pemeriksaan terhadap sumbatan saluran empedu
1. Kolesterol
2. Alkali fosfatase
A. Pemeriksaan metabolisme bilirubin
1. Bilirubin serum
a. Indek ikterus
Indek ikterus menujukan derajat kekuningan dari serum yang berdasarkan
warna kuning dari bilirubin. Zat-zat lain yang berwarna ialaha hemoglobulin,
hematin, karoten dan lain-lain. Lipokrom dapat dapat mengganggu hasil
pemeriksaan. Intesitas warna dapat dibandingkan dengan larutan standar
kalium bikhromat dalam 1000 bagian dalam air.
Indeks ikterus naik pada kejadian :
- Kenaikan desktraksi darah oleh karena hemolisa
- Obstruksi duktus biliverus
- Kerusakan hepatoseluler
Indeks ikterus turun pada kejadian :
- Depresi sumsum tulang
Catatan : indeks ikterus merupakan pemeriksaan yang kasar. Tidak dapat
membedakan sebab-sebab kenaikan bilirubin.
Percobaan Van Den Bergh
Dasar percobaan ini menggunakan reagen ehrlich (asam diazosulfanilat) merubah bilirubin
menjadi senyawa yang berwarna merah muda. Reaksi dibagi menjadi dua:
1. Timbulnya warna merah muda dalam waktu 40 detik seudah pencampuran reagen engan
serum dinamakan reaksi langsung (direct). Dalam hal ini bilirubin bebas (tidak terikat dalam
protein).
2. Warna merah muda baru timbul sesudah ditambahkan alkohol yang mengendapkan
protein-protein. Dinamakan reaksi tidak langung (indirect). Pada reaksi langsung, reaksi
B. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan kimia biasanya dibatasi saja pada kadar protein dalam cairan itu, dengan
mengecualikan protein dan glukosa, kadar zat-zat lain dalam transudat dan eksudat sama
seperti dalam plasma darah, kecuali pada beberapa kejadian tertentu . dalam transudat yang
berhubungan dengan tumor didapatkan lebih banyak asam urat, sedangkan kadar kolesterol
sangat berbeda –beda. Kadar tinggi kolesterol didapat dalam cairan yang mengandung
chylus.
Kadar protein secara kualitatif (percobaan Rivalta)
Cara:
- Kedalam labu ukur 100 ml diisi 100 aquades
- Tambahkan 1 tetes asam asetat glasial dan campurlah
- Jatuhkan 1 tetes cairan yang diperiksa ke dalam campuran ini, dilepaskan kira-kira 1 cm
dari atas permukaan
- Perhatikan tetes itu bercampur dan bereaksi dengan cairan yang mengandung asam
asetat. Ada tiga kemungkinan: Tetes itu bercampur dengan larutan asam asetat tanpa
menimbulkan kekeruhan sama sekali, hasil tes adalah negatif. Tetes itu menunjukan
adanya kekeruhan yang sangat ringan serupa kabut halu, hasil tes positif lemah. Tetes itu
membuat kekeruhan yang nyata serupa kabut tebal atau dalam keadaan ekstrim satu
presipitat yang putih, hasil tes positif
Hasil:
Eksudat: terjadi kekeruhan putih kebiru-biruan
Transudat: sedikit sekali atau tidak terjadi kekeruhan
Cowell, R.L., 2004, Veterinary Clinical Pathology Secrets, Elsevier Mosby: St Louis
Douglas., J.W., dan Wardrop, K.J, 2010, Schalm’s Veterinary Hematology, 6th ed., Blackwell
Publishing
Harvey J.W. 2012. Veterinary Hematology A Diagnostic Guide and Color Atlas. Elsevier
Saunders.
Raskin, R.E. and Meyer, D., 2015. Canine and Feline Cytology-E-Book: A Color Atlas and
Interpretation Guide. Elsevier Health Sciences.
Stockham, S.L., dan Scott, M.A., 2008, Fundamentals of Veterinary Clinical Pathology, 2nd
ed., Blackwell Publishing
Sodikoff, C.H., 2001. Laboratory profiles of small animal diseases: a guide to laboratory
diagnosis. No. 3rd Edition. Mosby Inc..
Salasia, S.I.O. and Hariono, B., 2014. Patologi Klinik Veteriner: Kasus Patologi Klinis.
Penerbit Samudra Biru, Yogyakarta, pp.1-4.
KASUS 1
Anjing Mix, Jantan, 16 tahun
General check up, katarak, murmur grade 5,
Hasil kimia darah menunjukkan peningkatan ALT, ALP, Total bilirubin,
Glukosa, BUN, pernurunan natrium, phospor, kreatinin
Intepretasi Hasil
Intepretasi Hasil
Intepretasi Hasil
Intepretasi Hasil
Intepretasi Hasil
KASUS 1
SINYALEMEN
Kucing usia 3 tahun, betina, steril (OH), ras domestic short hair
ANAMNESA
Pemilik melaporkan selama setahun terakhir kucing mengalami periuria, mengalami
pollakiuria dan stranguria. Temuan klinis lainnya berupa hematuria 4 hari terakhir. Pakan
berupa pakan komersial
PEMERIKSAAN FISIK
Secara keseluruhan normal, kecuali sewaktu vesica urinaria dipalpasi kucing melakukan
perlawanan.
SINYALEMEN
Anjing usia 6 tahun, betina, steril (OH), ras campuran
ANAMNESA
Pemilik melaporkan penurunan nafsu makan dan berat badan, terlihat pembesaran pada
abdomen
PEMERIKSAAN FISIK
Anjing kurus, kulit kering dan menebal, distensi abdomen
SINYALEMEN
Kucing usia 6 tahun, jantan, steril (kastrasi), ras domestic short hair
ANAMNESA
Dilaporkan sempat menghilang selama 3 hari, setelah pulang kucing dalam kondisi sangat
lemah (lethargy), muntah sebanyak 4 kali
PEMERIKSAAN FISIK
Lethargy, suhu 98,5oF, derajat dehidrasi 8%, vesica urinaria utuh dan terasa kecil sewaktu
dipalpasi, ginjal terasa sedikit membesar, tidak ditemukan kelainan lainnya sewaktu palpasi
abdomen, denyut jantung 160/menit, tidak ada murmur sewaktu diauskultasi, pulsus femoralis
lemah, paru-paru normal dan tidak ada tanda cedera atau trauma.
SINYALEMEN
Kucing usia 8 tahun, jantan, ras domestic short hair
ANAMNESA
Pemilik melaporkan kucing mengalami pollakiuria dan periuria, pakan kering, tinggi protein,
bersifat asam dan rendah magnesium (dikonsumsi selama 4 tahun)
PEMERIKSAAN FISIK
Hewan aktif, body score ideal, tidak ditemukan abnormalitas kecuali sewaktu vesica urinaria
dipalpasi terasa keras dan kucing melakukan perlawanan.
SINYALEMEN
Anjing usia 9 tahun, jantan, ras german shepherd
ANAMNESA
Lethargy, anoreksia selama 5 hari, penurunan berat badan, peningkatan konsumsi air, urinasi
tidak diobservasi
PEMERIKSAAN FISIK
Hewan kurus, lethargy, suara bronchovesicular mengalami peningkatan sewaktu auskultasi
KASUS 1
Seekor anjing domberman berusia 7 tahun dilaporkan menunjukan gejala muntah, diare,
polidipsia, poliuria, dan pembesaran abdomen. Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan adanya
acites, abnormalitas warna pada membrane mukosa (kekuningan), dan CRT > 2 detik.
Diketahui bahwa anjing memiliki penyakit sendi dan penggunaan carprofen sebagai analgesik
selama 3 tahun terakhir. Hasil pemeriksaan kimia klinik darah adalah sebagai berikut:
Indikasi Penyakit:
Indikasi Penyakit:
Indikasi Penyakit:
Indikasi Penyakit:
KASUS 5
Anjing betina berumur 4 tahun dilaporkan mengalami nyeri pada abdomen bagian atas,
warna feses cokelat tua, warna urine gelap, vomit, demam 41◦C, badan menggigil, kulit
menguning.
Indikasi Penyakit: