Anda di halaman 1dari 4

4.2.

1 Eritrosit
Tabel 4.16 Hasil perhitungan eritrosit pada non mamalia.
Spesies Hasil Kisaran Normal Keterangan
(106/µL) (106/µL)
Iguana 0.64 1.5-3.5 Anemia
Ayam 2.74 2.5-3.5 Normal
Hasil perhitungan eritrosit menggunakan hemositomer pada iguana adalah mengalami
penurunan (anemia) dari kisaran normal dan pada ayam dalam kisaran normal. Reptil
memiliki RBC lebih rendah dibandingkan dengan mamalia dan burung, dan RBC
tampaknya hubungan terbalik dengan ukuran eritrosit. Kadal cenderung memiliki
eritrosit yang lebih kecil daripada reptil lainnya; oleh karena itu, memiliki RBC yang
lebih tinggi. Penyebab anemia pada reptil mirip dengan yang dijelaskan pada mamalia.
Anemia dapat diklasifikasikan sebagai hemoragik (yaitu, kehilangan darah), hemolitik
(yaitu, peningkatan penghancuran eritrosit), atau anemia depresi (yaitu, penurunan
produksi eritrosit) (Thrall dkk, 2012).
4.2.2 Kadar Hemoglobin (Hb)
Tabel 4.17 Hasil perhitungan kadar hemoglobin pada non mamalia.
Spesies Hasil Kisaran Normal Keterangan
(g/dL) (g/dL)
Iguana 8.2 9.1-12.2 Anemia
Ayam 8.6 7.0-13.0 Anemia
Hasil perhitungan kadar hemoglobin pada iguana dan ayam adalah mengalami
penurunan (anemia). Hemoglobin pada ayam tidak terpengaruh oleh usia. Penyebab
anemia pada iguana dan ayam antara lain kehilangan darah (anemia hemoragik),
peningkatan penghancuran eritrosit (anemia hemolitik), dan penurunan produksi
eritrosit (anemia depresi). Penyebab paling umum dari anemia hemoragik pada ayam
termasuk cedera traumatis, parasit penghisap darah, koagulopati, dan lesi hemoragik
pada organ dalam, seperti neoplasma ulserasi, ulserasi lambung, dan pecahnya hati atau
limpa. Infestasi berat dengan ektoparasit penghisap darah seperti kutu atau tungau
(yaitu, tungau Dermanyssus) atau dengan parasit gastrointestinal seperti Coccidia dapat
menyebabkan anemia kehilangan darah yang parah pada ayam. Sedangkan pada iguana,
penyebab lain, seperti koagulopati atau lesi ulseratif, harus dipertimbangkan juga.
Anemia hemolitik dapat terjadi akibat parasitemia, septikemia, dan toksisitas. Sebagian
besar parasit darah unggas berpotensi menyebabkan anemia pada inangnya; namun, dua
parasit yang paling sering dikaitkan dengan anemia hemolitik adalah Plasmodium dan
Aegyptianella. Salmonellosis atau Spirochetosis biasanya menyebabkan septikemia
bakteri yang mengakibatkan anemia hemolitik berat. Anemia depresi biasanya
berhubungan dengan penyakit inflamasi kronis, terutama yang berhubungan dengan
agen infeksi. Penyebab lain yang harus dipertimbangkan untuk anemia depresi pada
reptil termasuk penyakit ginjal atau hati kronis, neoplasia, bahan kimia, dan mungkin,
hipotiroidisme (Thrall dkk, 2012).
4.2.3 Kadar PCV (Packed Cell Volume)
Tabel 4.18 Hasil perhitungan kadar PCV pada non mamalia.
Spesies Hasil Kisaran Normal Keterangan
(%) (%)
Iguana 54 33-44 Polisitemia
Ayam 30 22.0-35.0 Normal

4.2.4 Hasil Perhitungan MCV, MCH, dan MCHC


Tabel 4.19 Hasil perhitungan MCV pada non mamalia.
Spesies Hasil Kisaran Normal Keterangan
(fl) (fl)
Iguana 843.7 165-305 Makrositik
Ayam 109.4 104.0-135.0 Normal
Tabel 4.20 Hasil perhitungan MCH pada non mamalia.
Spesies Hasil Kisaran Normal Keterangan
(pg) (pg)
Iguana 128.1 48-78 Hiperkromik
Ayam 31.3 32.0-43.9 Hipokromik
Tabel 4.21 Hasil perhitungan MCHC pada non mamalia.
Spesies Hasil Kisaran Normal Keterangan
(%) (%)
Iguana 15.1 20-38 Hipokromik
Ayam 28.6 30.2-36.2 Hipokromik

4.2.5 Pemeriksaan Total Protein Plasma (TPP)


Tabel 4.22 Hasil pemeriksaan TPP pada non mamalia.
Spesies Hasil Kisaran Normal Keterangan
(g/dL) (g/dL)
Iguana 9.8 Normal
Ayam 5 Normal

4.2.6 Fibrinogen
Tabel 4.23 Hasil perhitungan fibrinogen pada non mamalia
Spesies Hasil Kisaran Normal Keterangan
(%) (%)
Iguana 2
Ayam 1

4.2.7 Leukosit
Tabel 4. 24 Hasil perhitungan leukosit pada non mamalia.
Spesies Hasil Kisaran Normal Keterangan
(103/µL) (103/µL)
Iguana 109.6 11.1-24.6
Ayam 106.7 12-30

4.2.8 Ulas Darah


Tabel 4.25
4.2.9 Hasil Perhitungan Relatif dan Absolut Leukosit Mamalia
Tabel 4.26 Hasil perhitungan monosit pada non mamalia.
Spesies Relatif Absolut Kisaran Keterangan
Normal
(%) (103/µL) (103/µL)
Iguana 13 14.2 0.4-2.3
Ayam 26 27.7 0.00 – 0.50
Tabel 4.27 Hasil perhitungan limfosit pada non mamalia.
Spesies Relatif Absolut Kisaran Keterangan
(%) (103/µL) Normal
(103/µL)
Iguana 6,4 70.1 5.2-14.4
Ayam 15 16.0 1.27 – 10.20
Tabel 4.28 Hasil perhitungan heterofil pada non mamalia.
Spesies Relatif Absolut Kisaran Keterangan
(%) (103/µL) Normal
(103/µL)
Iguana 6 6.5 0.6-6.4
Ayam 30 3.2 1.01 – 13.20
Tabel 4.29 Hasil perhitungan basofil pada non mamalia.
Spesies Relatif Absolut Kisaran Keterangan
(%) (103/µL) Normal
(103/µL)
Iguana 6 6.5 0.1-1.2
Ayam 18 19.2 0.00 – 0.40
Tabel 4.30 Hasil perhitungan eosinofil pada non mamalia.
Spesies Relatif Absolut Kisaran Keterangan
(%) (103/µL) Normal
(103/µL)
Iguana 11 12.0 0.0-0.4
Ayam 8 8.5 0.00 – 0.74

Anda mungkin juga menyukai