Anda di halaman 1dari 152

OBGIN 1

CBT ONLINE
Persalinan Normal
Distosia
CBT1
CBT 2
CBT 2
CBT 2
Ny. Bareniah Necesita usia 28 tahun G1O0A0 usia kehamilan 38 minggu,
datang dengan keluhan mulas-mulas sejak 2 hari lalu yang dirasakan
semakin kuat dan teratur. Pasien mengatakan keluar lendir darah sejak 3 jam
lalu. Pada pemeriksaan fisik TD 130/80 mmHg, N 90 x/menit, P 14 x/menit,
his 4x45 detik setiap 10 menit, VT teraba hidung, mulut dan dagu anterior.
Presentasi janin adalah…
A. Presentasi kepala
B. Presentasi wajah
C. Presentasi oksiput
D. Presentasi Bokong
E. Presentasi kaki
CBT 2
CBT 3, 141
CBT 3
CBT 4, 141
Perempuan, 32 tahun, hamil 40 minggu, mengeluh nyeri pinggang hingga
menembus belakang dan keluar cairan dari jalan lahir. Letak janin
memanjang, kepala belum masuk pintu atas panggul, his adekuat, DJJ
144x/menit. TTV dbn, hasil pemeriksaan VT didapatkan pembukaan 5 cm,
Promontorium dan ischiadika tidak teraba. Apa yang menyebabkan hal
tersebut?
A. Anencepal fetal
B. Kelainan bentuk serviks
C. Panggul sempit
D. Besarnya janin
E. Malposisi janin
CBT 4
CBT 4
CBT 4
CBT 5
CBT 5
CBT 6
CBT 6
CBT 6
Perdarahan Kehamilan Muda
CBT1
CBT 2
CBT 3
CBT 3
CBT 4
CBT 4, 156
Ny. Sokanita Aglaonema usia 29 tahun G3P0A2 hamil 15 minggu datang
dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 5 jam yang lalu. Pasien
pernah mengalami kondisi serupa di dua kehamilan sebelumnya.
Pemeriksaan fisik TD 90/60 mmHg, N 90 x/menit, P 18 x/menit. Pemeriksaan
inspekulo didapatkan serviks matang dan ostium serviks terbuka. Yang
menjadi penyebab kondisi di atas adalah…
A. Infeksi
B. Genetik
C. Gangguan kromosom
D. Trombopati
E. Inkompetensi serviks
CBT 5
CBT 6
CBT 6, 143
CBT 6
CBT 6
CBT 6
Perdarahan Antepartum
CBT 3, 163
Ny. Pustakawati Bandronugrahani usia 32 tahun G1P0A0 datang dibawa oleh
bidan dengan keluhan perdarahan setelah persalinan. Bayi sudah lahir tetapi
plasenta tidak keluar setelah lebih dari 30 menit. Pasien sudah terpasang
infus RL, sudah suntik oksitosin dua kali, tali plasenta masih terpasang klem
dengan perdarahan sedikit. Tekanan darah ibu 100/70 mmHg, N 90 x/menit,
P 16 x/menit. Jika ternyata plasenta ini sulit dilepaskan karena implantasi
plasenta menembus masuk ke dalam miometrium, maka hal ini disebut…
A. Plasenta perkreta
B. Plasenta inkreta
C. Plasenta akreta
D. Plasenta succenturiata
E. Sisa plasenta
CBT 6
CBT 6
PPH
Postpartum Endometritis Etiology
• Between 60% and 70% of infections are due to both
aerobes and anaerobes.
• Examples of anaerobic species are Peptostreptococcus,
Peptococcus, Bacteroides, Prevotella, and Clostridium.
• Examples of aerobic species are primarily groups A and
B Streptococci, Enterococcus, Staphylococcus, Klebsiella
pneumoniae, Proteus species, and Escherichia coli.
• Uterine tissue damaged by cesarean section is
particularly susceptible to Streptococcus
pyogenes and Staphylococcus aureus.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK553124/
Endometritis Post Partum
• Faktor Risiko
• Mayor: SC, KPD lama, persalinan lama dengan VT sering,
bimanual plasenta
• Minor: pemberian kortikosteroid pada persalinan preterm,
operasi lama, anestesi umum, anemia postpartum
• kurangnya higiene pasien,
• Kurangnya nutrisi
• Tanda dan Gejala :
– demam di atas 380C dapat disertai menggigil,
– nyeri perut bawah,
– lokia berbau dan purulen,
– nyeri tekan uterus,
– subinvolusi uterus, dan
– dapat disertai perdarahan per vaginam hingga syok
http://emedicine.medscape.com/article/254169-overview
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan darah perifer lengkap
• Golongan darah AB0 dan jenis rhesus
• Glukosa darah sewaktu
• Analisis urin
• Kultur (cairan vagina, urin, dan darah)
• USG (untuk menyingkirkan kemungkinan sisa
plasenta)
Tatalaksana
• Berikan antibiotika sampai 48 jam bebas demam dengan Ampisilin
2 gram IV tiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kgB IV tiap 24 jam
dan metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam. Bila demam tidak menurun
dalam 72 jam, lakukan kaji ulang tatalaksana dan diagnosis.
• Cegah dehidrasi
• Pertimbangkan imunisasi TT bila dicurigai terpapar tetanus
• Periksa apakah ada kemungkinan sisa plasenta
• Jika tidak ada kemajuan dan ada peritonitis lakukan laparotomi dan
drainase abdomen bila terdapat pus
• Sumber: Buku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar
dan rujukan.
CBT 1, 71
CBT 2
CBT 1, 75
CBT 3
Seorang pasien perempuan bernama Ny. Santina Marahadika berusia 38
tahun P5A0 dibawa keluarganya ke unit gawat darurat karena mengalami
perdarahan yang sangat banyak saat melahirkan di bidan. Bayi lahir dengan
berat lahir 2700 gram dan sebelumnya pasien melahirkan per vaginam. Dari
pemeriksaan fisik tekanan darah 90/70 mmHg, Nadi 120 x/menit, didapatkan
uterus setinggi pusat dan lembek. Apa kemungkinan penyebab kondisi
pasien tersebut?
A. Atonia uteri
B. Ruptur uteri
C. Solusio plasenta
D. Eklampsia
E. Syok septic
CBT 3
CBT 4
CBT 4
CBT 5
CBT 6
CBT 6
CBT 6
CBT 6
KPD
Prolaps Tali Pusat
CBT 1
CBT1
CBT 2
CBT 3
CBT 5
CBT 5
ANC
ANC Depkes
ANC WHO
CBT 1, 84
Seorang pasien wanita bernama Ny. Nyureng Ningsih berusia 38 tahun
G2P1A0 datang untuk periksa rutin kehamilan ke rumah sakit. Berdasarkan
pemeriksaan ultrasonografi ditemukan wanita ini hamil 16 minggu.
Pemeriksaan tanda vital TD 120/80 mmHg, N 80 x/menit, P 16 x/menit. Pada
pemeriksaan fisik dan obstetri tidak ditemukan kelainan. Berdasarkan
rekomendasi WHO tahun 2016 tentang ANC, pada usia kehamilan berapakah
wanita tersebut diminta untuk kontrol kembali?
A. 20 minggu
B. 30 minggu
C. 36 minggu
D. 18 minggu
E. 40 minggu
CBT 3
CBT 3, 143
G1P0A0, 24tahun, usia kehamilan 38 minggu, datang dengan keluhan
keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir. Saat ANC, dokter
mengatakan bahwa wanita tersebut CPD dan berencana untuk
dilakukan SC saat persalinan. Bagian uterus apakah yang disayat untuk
persalinan?
A. Tuba
B. Isthmus
C. Servix
D. Corpus
E. Fundus
CBT 3
CBT 3
CBT 4
CBT 5
Penyakit pada Kehamilan
Urinary tract infection in
Pregnancy
• Urinary tract infections (UTIs) are common in
pregnant women.
• By convention, UTI is defined either as a
lower tract (acute cystitis) or upper tract
(acute pyelonephritis) infection
• As in nonpregnant women, Escherichia coli is
the predominant uropathogen found in both
asymptomatic bacteriuria and UTI in pregnant
women
CBT 1
CBT 1
CBT 1
Toxoplasmosis
CBT 1
CBT 2, 143
Ibu 45 tahun mengaku hamil 22 minggu G8P5A2 datang untuk memeriksakan
kehamilannya. Ibu tersebut mengeluhkan lemas sejak 2 bulan, mual, lesu merasa
berkunang-kunang, dan sakit kepala. Selama kehamilan sekarang pasien mengaku kurang
makan karena mual. Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, dan wasir sebelum kehamilan
disangkal oleh pasien. Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal, sedangkan dari
pemeriksaan fisis didapatkan konjungtiva anemis, wajah pucat. Hasil pemeriksaan
penunjang didapatkan Hb: 9,5 g/dL, Ht 28 Rt 0,5 sedangkan dari pemeriksaan hapusan
darah tepi tampak gambaran makrositer. Apakah penyebab kelainan
yang paling mungkin pada ibu tersebut?
A. Anemia defisiensi besi
B. Anemia defisiensi vitamin B7
C. Anemia defisiensi vitamin B12
D. Anemia defisiensi vitamin B6
E. Anemia karena penyakit kronis
CBT 2
Hemorrhoid in
pregnancy
• The prevalence of symptomatic hemorrhoidal disease is 25 to 35
percent during pregnancy, and it is particularly frequent in the last
trimester of pregnancy and immediately postpartum
• Symptoms range from mild (eg, pruritus, discomfort) to severe (eg,
intractable bleeding)
• Since symptoms generally improve after delivery, the treatment
during pregnancy is primarily conservative :
– dietary and lifestyle modification,
– Kegel exercises,
– lying on the left side, and
– the use of mild laxatives and stool softeners to avoid constipation.
• Topical medications and oral phlebotonics should be used with
caution in pregnant patients, because data on long-term efficacy
and safety are lacking.
• Surgical treatment (eg, hemorrhoidectomy) is rarely required and is
only performed for strangulated or extensively thrombosed
hemorrhoids or for intractable bleeding
CBT 2
Herpes Genitalis in Pregnancy
• Herpes simplex virus (HSV) infection is prevalent worldwide among
women of childbearing age.
• During pregnancy, the major concern of maternal HSV infection is
transmission to the fetus, as neonatal infection can result in serious
morbidity and mortality.

• Classification :
– Primary – Patient has a first occurrence of a genital HSV lesion and no pre-
existing herpes simplex virus type 1 (HSV-1) or herpes simplex virus type 2
(HSV-2) antibodies.
– Nonprimary first-episode – Patient has a first occurrence of a genital HSV
lesion, but has pre-existing HSV antibodies that are different from the HSV
type recovered from the genital lesion. For example:
• HSV-2 is recovered from the genital lesion of a patient with pre-existing HSV-1 antibodies
and no HSV-2 antibodies. This is the most common scenario, particularly in patients with
a history of orolabial herpes.
• HSV-1 is recovered from the genital lesion of a patient with pre-existing HSV-2 antibodies
and no HSV-1 antibodies. This scenario is rare.
– Recurrent – The HSV type recovered from the genital lesion is the same type
as pre-existing antibodies in the serum.
Treatment
• Acyclovir 3x 400 mg PO → 7 to 10 days; treatment can be extended
if healing is incomplete after 10 days.
• Alternative : valacyclovir (500 mg orally twice daily) may be
preferable since twice-daily dosing is more convenient →
expensive.
• Subsequently, antiviral therapy is restarted at 36 weeks for
suppression
• Suppresive Therapy:
– For all women who present with a genital HSV lesion anytime during
pregnancy, whether with a primary, nonprimary first-episode, or
recurrent infection, we recommend initiating suppressive therapy at
36 weeks of gestation to continue until the onset of labor.
– Drugs : acyclovir 400 mg three times daily as suppressive therapy
– Function:
• Reduces the frequency of symptomatic HSV recurrence at the onset of labor,
• Reduces the need for cesarean delivery
• Reduces viral shedding, which is important since viral shedding may result in
vertical transmission.
– Women with one or more symptomatic genital HSV infections during
pregnancy are most likely to benefit
Route of
Delivery
• CDC and ACOG → offer cesarean delivery as soon
as possible after the onset of labor/rupture of
membranes to women with a history of genital
HSV and either of the following :
– Active genital lesions (including those that have
crusted)
– Prodromal symptoms (eg, pain, burning)
– If the membranes have been ruptured for longer than
six hours, we still offer cesarean delivery, but discuss
the lack of data about benefit
CBT 2
CBT 2
HIV pada Kehamilan
• Penularan dari ibu ke anak
– Lebih dari 90% anak yang terinfeksi HIV didapat dari
ibunya.
– Virus dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada
anaknya selama hamil, saat persalinan dan menyusui.
– faktor utama yang berpengaruh pada penularan HIV dari
ibu ke anak, yaitu faktor ibu, bayi/anak, dan tindakan
obstetrik
Faktor yang Mempengaruhi penularan
HIV dari Ibu ke Anak
– Jumlah virus (viral load) : Risiko penularan HIV menjadi
• Faktor Ibusangat kecil jika kadar HIV rendah (kurang dari 1.000
• 100.000
Faktor anak
kopi/ml) dan sebaliknya jika kadar HIV di atas
kopi/ml. – Usia kehamilan dan berat badan bayi
– Jumlah sel CD4 : Semakin rendah jumlah sel CD4 risiko
penularan HIV semakin besar. saat lahir : (BBLR) lebih rentan
– Status gizi selama hamil : Berat badan rendah serta tertular HIV karena sistem organ dan
kekurangan vitamin dan mineral selama hamil sistem kekebalan tubuhnya belum
meningkatkan risiko ibu untuk menderita penyakit infeksi
yang dapat meningkatkan jumlah virus dan risiko berkembang dengan baik.
penularan HIV ke bayi. – Periode pemberian ASI : Semakin
– Penyakit infeksi selama hamil : Sifilis, PMS, infeksi
saluran reproduksi lainnya, malaria, dan tuberkulosis, lama ibu menyusui, risiko penularan
berisiko meningkatkan jumlah virus dan risiko HIV ke bayi akan semakin besar.
penularan HIV ke bayi.
– Adanya luka di mulut bayi
– Gangguan pada payudara : mastitis, abses, dan luka di
puting payudara dapat meningkatkan risiko penularan HIV
melalui ASI.
• Tindakan obstetri
– Jenis persalinan : penularan persalinan per vaginam > (sectio caesaria).
– Lama persalinan : Semakin lama proses persalinan berlangsung, risiko penularan HIV
dari ibu ke anak semakin tinggi
– Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan meningkatkan risiko penularan
hingga dua kali lipat
– Tindakan episiotomi, ekstraksi vakum dan forseps meningkatkan risiko penularan HIV
karena berpotensi melukai ibu atau bayi.
Pemberian ARV pada ibu hamil dengan HIV
• Semua ibu hamil dengan HIV harus diberi terapi ARV, tanpa memandang
jumlah CD4, karena kehamilan itu sendiri merupakan indikasi pemberian
ARV yang dilanjutkan seumur hidup (pedoman WHO 2013, option B+).
• Pemeriksaan CD4 dilakukan untuk memantau hasil pengobatan, bukan
sebagai acuan untuk memulai terapi.
• Paduan ART pada ibu hamil sama dengan paduan ART pada orang dewasa
lainnya.
• Efavirenz (EFV) yang dulu tidak boleh diberikan pada trimester pertama,
belakangan tidak terbukti menunjukkan efek teratogenik dibandingkan
bayi yang tidak terpajan EFV, sehingga sejak Juli 2012 WHO mengeluarkan
kebijakan membolehkan penggunaan EFV pada ibu hamil.
• Pemberian ARV dapat segera dimulai setelah ibu didiagnosis HIV
berapapun usia kehamilan.
• Ibu yang sudah mendapat ARV sebelum kehamilan, ARV dapat diteruskan
tanpa perlu diganti. ARV tetap diteruskan setelah melahirkan hingga
seterusnya.

DEPKES. PEDOMAN PENGOBATAN ANTIRETROVIRAL 2014


CBT 2
CBT 2, 163
Seorang pasien bernama Ny. Imprisan berusia 28 tahun G2P1A0 hamil 28
minggu datang dengan keluhan gatal dan keputihan. Pemeriksaan fisik
ditemukan TD 110/80 mmHg, N 80 x/menit, P 18 x/menit. Pemeriksaan kulit
sekitar vagina tampak erithem, pada liang vagina keluar cairan putih yang
menggumpal seperti susu. Apa kemungkinan organisme penyebab penyakit
pada pasien tersebut?
A. Hemophilus ducreyi
B. Gardnerella vaginalis
C. Candida albicans
D. Neisseria gonorrhoeae
E. Trichomonas vaginalis
Diagnosis
Banding

Habif T.P. Clinical Dermatology A Color Guide To Diagnosis and Therapy. Sixth edition. 2016
Tera
pi

Habif T.P. Clinical Dermatology A Color Guide To Diagnosis and Therapy. Sixth edition. 2016
CBT 3
Asma pada Kehamilan
• Diagnosis: sama seperti pasien tidak hamil (Sesak/ sulit bernapas, wheezing, batuk berdahak,
ronkhi)
• The recommended agents for management of acute asthma exacerbations in pregnant patients
are the same as for asthma exacerbations in nonpregnant adults and adolescents (inhaled short-
acting beta agonists, inhaled anticholinergic agents, oral or intravenous glucocorticoids, and, if
appropriate, intravenous magnesium sulfate)
• Tatalaksana pada kehamilan
– O2 dan pasang kanul IV.
– Hindari penggunaan obat penekan batuk, sedatif dan antihistamin.
– Berikan cairan Ringer Laktat atau NaCl 0,9%.
– Salbutamol via nebulizer
– Metilprednisolon IV 40-60 mg/ 6 jam, ATAU hidrokortison IV 2 mg/kgBB/ 4 jam atau
setelah loading dose 2 mg/kgBB dilanjutkan infus 0,5 mg/kgBB/jam.
– Jika ada tanda infeksi, beri ampisilin 2 g IV tiap 6 jam.
– Rujuk ke fasilitas yang memadai. Di rumah sakit rujukan, pertimbangkan foto thoraks,
laboratorium, alat monitor fungsi vital, dan rawat intensif bilamana perlu.
– Konsultasi dengan dokter spesialis paru atau penyakit dalam dan dokter spesialis obstetri
dan ginekologi.
• Bila harus dilakukan persalinan: Jangan beri prostaglandin analog group 2 (PG E2). Untuk
mencegah perdarahan pascasalin, beri oksitosin 10 unitIM atau ergometrin 0,2 mg IM.
Misoprostol (PG E1) boleh diberikan pada pasien asma.
Current guidelines emphasize
the following points:
• Albuterol (salbutamol) is recommended as the short-acting beta agonist of choice.
• For patients with mild persistent or more severe asthma, inhaled glucocorticoids reduce
exacerbations during pregnancy and cessation of inhaled glucocorticoids during pregnancy
increases the risk of an exacerbation.
– Budesonide has been the preferred inhaled glucocorticoid for use during pregnancy, as more
published gestational human data are available for that medication.
– However, other inhaled glucocorticoids could be continued if the patient was well-controlled on
one of these medications prior to pregnancy.
• Salmeterol has been recommended as the inhaled long-acting beta agonist of choice in the United
States due to the longer duration of clinical experience with this agent compared with formoterol.
– However, retrospective cohort studies provide reassuring data for both salmeterol and
formoterol.
• Montelukast or zafirlukast could be considered as alternative but NOT preferred therapy for mild
persistent asthma or as add-on therapy to inhaled glucocorticoids, especially for patients who have
shown a uniquely favorable response prior to pregnancy.
Komplikasi Asma pada Kehamilan
• Bagi Ibu:
– Preeklampsia, hipertensi, hiperemesis gravidarum,
perdarahan pervaginam, induksi, komplikasi
kehamilan

• Bagi Janin
– Kematian perinatal, IUGR, kehamilan preterm,
hipoksia neonatal, BBLR
CBT 3
CBT 3, 154
Seorang pasien wanita bernama Ny. Sumitrah Putri berusia 34 tahun sedang
hamil G2P1A0 usia kehamilan 20 minggu datang dengan keluhan batuk 3
minggu yang lalu. Batuk dirasakan berdahak, demam dan penurunan nafsu
makan. Pemeriksaan fisik: TD 100/70 mmHg, N 89 x/menit, P 20 x/menit, T
37.8. Hasil pemeriksaan apusan dahak BTA (+). Regimen yang harus dihindari
untuk pasien tersebut adalah...
A. Isoniazid
B. Pyrazinamid
C. Ethambutol
D. Rifampisin
E. Streptomisin
TB Pada kehamilan
• Obat antituberkulosis harus tetap diberikan kecuali streptomisin,
dapat menembus barrier plasenta → efek samping streptomisin pada
gangguan pendengaran janin (ototoksik)
• Pada pasien TB yang menyusui, OAT dan ASI tetap dapat diberikan,
walaupun beberapa OAT dapat masuk ke dalam ASI, akan tetapi
konsentrasinya kecil dan tidak menyebabkan toksik pada bayi
• Pada perempuan usia produktif yang mendapat pengobatan TB
dengan rifampisin, dianjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi
hormonal, karena dapat terjadi interaksi obat yang menyebabkan
efektivitas obat kontrasepsi hormonal berkurang.
• Tidak ada indikasi pengguguran pada pasien TB dengan kehamilan
CBT 3
CBT 3
Antihipertiroid in pregnancy
• Propylthiouracil is the drug of choice during the first
trimester of pregnancy → causes less severe birth
defects than methimazole.
• Methimazole → 2nd to 3rd trimester
• Because there have been rare cases of liver damage in
people taking propylthiouracil, some clinicians will
suggest switching to methimazole after the first
trimester, while others may continue propylthiouracil.
• For women who are nursing, methimazole is probably
a better choice than propylthiouracil (to avoid liver side
effects).
Antihipertiroid in pregnancy
• The dosage of methimazole :
– 15-100 mg daily, administered as divided doses 3 times daily.
– Once serum thyroid hormone levels return to normal, it is necessary to
decrease the dosage to 5-20 mg daily of methimazole
• The appropriate dosage of PTU:
– 300 mg daily to a maximum dose of 1200 mg daily in divided doses 3 times
daily.
– Once serum thyroid hormone levels return to normal, it is necessary to
decrease the dosage to 50-300 mg daily for PTU in divided doses.
• When doses of PTU are > 300 mg/day or > 20 mg/day for methimazole are
taken long term, fetal goiter and hypothyroidism may result.
• This is why it is important to decrease the dosage after levels return to
normal.
• TSH levels should be checked every 3-4 weeks to assess thyroid function.
• The free T3 and T4 levels should be just above the normal range.
CBT 3
TORCH:
Rubella
• Karakteristik • Tes Serologik Rubella
– Single-stranded RNA virus Kongenital
– Dapat dicegah oleh vaksin
– Ringan, self-limiting
• Bayi
– Infeksi pada trimester pertama • IgM = Infeksi baru atau
memiliki kemungkinan mengenai kongenital
janin yang tinggi
• Peningkatan titer IgG
bulanan mengarah pada
• Diagnosis kongenital
– IgG maternal → bisa akibat
imunisasi atau infeksi lampau → • Diagnosis setelah anak berusia
tidak dapat dipegang 1 tahun → sulit
– Virus dapat diisolasi dari sekret nasal

• Terapi
- Pencegahan: Imunisasi
- Perawatan: suportif dengan
mengedukasi orangtua
Fetal Effect
• Rubella is one of the most complete teratogens, and sequelae of fetal infection
are worst during organogenesis.
• Pregnant women with rubella infection and a rash during the first 12 weeks of
gestation have a fetus with congenital infection in up to 90 percent of cases
• At 13 to 14 weeks’ gestation, this incidence was 54 percent, and by the end of
the second trimester, it was 25 percent. Defects are rare after 20 weeks
• Congenital rubella syndrome includes one or more of the following:
– Eye defects → cataracts and congenital glaucoma
– Congenital heart defects → patent ductus arteriosus and pulmonary artery stenosis
– Sensorineural deafness → the most common single defect
– Central nervous system defects → microcephaly, developmental delay, mental
retardation, and meningoencephalitis
– Pigmentary retinopathy
– Neonatal purpura
– Hepatosplenomegaly and jaundice
– Radiolucent bone disease
• Neonates born with congenital rubella may shed the virus for many months and
thus be a threat to other infants and to susceptible adults who contact them.
Rubella Kongenital: Manifestasi Klinis

• Tuli sensorineural (50-75%)


• Katarak dan glaukoma (20-50%)
• Kelainan jantung (20-50%)
• Neurologis (10-20%)
• Lainnya termasuk pertumbuhan terhambat,
gangguan tulang, trombositopenia, lesi
“blueberry muffin”
CBT 4
CBT 4
Skrining Diabetes dalam Kehamilan
• Skrining dilakukan hanya pada wanita hamil dengan risiko tinggi
untuk DM (ADA).
• Dengan alasan oleh karena orang Indonesia termasuk kelompok
etnis Asia Tenggara (South East Asian) maka kita menganut
skrining universal (ACOG) yakni dilakukan untuk setiap ibu hamil
dimulai sejak kunjungan pertama (trimester 1) untuk menapis DM
Pragestasi (DMpG), bila negatif diulangi pada kehamilan 24-28
minggu untuk menapis DM Gestasi (DMG).
• Skrining dan diagnosis yang direkomendasikan adalah satu tahap
(One Step Approach menurut WHO) yakni dengan TTGO (Test
Toleransi Glukosa Oral), dengan memberikan beban 75 gram
glukosa anhidrus setelah berpuasa selama 8 – 12 jam (selama 3 hari
sebelumnya makan makanan cukup karbohidrat > 150 gr per hari).
Diagnosis Diabetes
Gestasional
• Penegakan diagnosis DM gestasional menurut American
Diabetes Association 2016: Menggunakan tes toleransi
glukosa oral dengan pembebanan 75 gram glukosa. Gula
darah diperiksaa saat puasa, dan diperiksa lagi 1 dan 2 jam
setelah mengkonsumsi glukosa.

TTGO

Diabetes pregestasional Diabetes gestasional


GDP >=126 mg/dl, atau GDP 92-125 mg/dl, atau
GD 2 jam pp >=200 mg/dl, atau GD 1 jam PP ≥180 mg/dL, atau
GDS >=200 mg/dl GD 2 jam pp >= 153 mg/dl
MANAGEMENT OF PREEXISTING TYPE 1 DIABETES
AND TYPE 2 DIABETES IN PREGNANCY
Insulin Use
• Recommendation
• Insulin is the preferred agent for management of
both type 1 diabetes and type 2 diabetes in
pregnancy because it does not cross the placenta,
and because oral agents are generally insufficient
to overcome the insulin resistance in type 2
diabetes and are ineffective in type 1 diabetes.
GLYCEMIC
GESTATIONAL DIABETES TARGET

American Diabetes Association

Pregestational Diabetes GDM


Fasting ≤ 90 mg/dl ≤ 95 mg/dl
1 hr postprandial ≤ 130-140 mg/dl ≤ 140 mg/dl
2 hr postprandial ≤ 120 mg/dl ≤ 120 mg/dl
A1C 6-6.5% recommended
<6% may be optimal

Achieve without hypoglycemia

American Diabetes Association. Diab Care.2016; 39:S1-106


CBT 4
CBT 4
CBT 5
CBT 5
CBT 5, 79
Ny. Tahniah Wulitati usia 25 tahun G1P0 usia kehamilan 38 minggu datang ke
RS dengan keluhan sering lapar, haus, dan buang air kecil. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit kronis apapun sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik
TD 120/80 mmHg, N 78 x/menit, P 16 x/menit. Dokter melakukan
pemeriksaan GDS pasien 220 mg/dl. Apa kemungkinan diagnosis pasien ?
A. Diabetes militus tipe 1
B. Diabetes militus tipe 2
C. Diabetes gestasional
D. Hiperglikemia refraktif
E. Ketoasidosis
CBT 6
CBT 6
CBT 6, 147
Wanita, 23 tahun, G1P0 hamil 4 minggu datang dengan keluhan lemas. Dari
anamnesis ditemukan pasien mengalami mual-muntah sejak 1 minggu ini.
Pasien tidak nafsu makan dan sulit minum karena mual. Pemeriksaan fisik
compos mentis, TD 100/70, nadi 110x/menit, pernafasan 18x/menit. Kencing
masih ada, 120 cc dalam 2 jam terakhir. Berdasarkan data di atas, penyebab
dari kondisi pasien akibat dari?
A. Tingginya kadar cortisol
B. Tingginya kadar insulin
C. Tingginya kadar hCG
D. Tingginya kadar glukosa
E. Tingginya kadar natrium
CBT 6
CBT 6, 157
Seorang pasien perempuan bernama Ny. Watson berusia 27 tahun G2P1A0
hamil 10 minggu datang ke rumah sakit. Pasien memiliki keluhan mual,
muntah hingga 5-10x sehari. Keluhan tersebut dirasakan setiap kali makan
dan minum sehingga pasien sulit untuk makan dan semakin lemas. BB turun
>5% dibandingkan kunjungan terakhir. Vital sign dalam batas normal. Apa
terapi yang tepat diberikan?
A. Metokloperamide
B. Domperidone
C. Omeprazole
D. Misoprostol
E. Prometazin

Anda mungkin juga menyukai