Anda di halaman 1dari 4

Jaringan penyokong (penguat)

Jaringan peyokong pada tumbuhan, yaitu kolenkim dan sklerenkim, berdasarkan


fungsinya diberi istilah stereom (Haberlandt, 1918). Jaringan tersebut berfungsi untuk
memberi kekuatan dan melindungi secara mekanik jaringan-jaringan disekitarnya

A. Kolenkim
Secara ontogeni, perkembangan kolenkim mirip prokambium dan tampak pada tahap
yang sangat awal dari diferensiasi meristem atau dari sel isodiametris meristem dasar.
Kolenkim terdiri atas sel hidup yang berbentuk agak memanjang dan biasanya berdinding
tebal. Kolenkim berfungsi sebagai jaringan penyokong pada organ muda yang sedang
tumbuh, pada tumbuhan menerna (herbaceus), dan bahkan pada organ dewasa. Kolenkim
bersifat plastis sehingga dapat meregang secara irreversibel (tidak kembali ke bentuk semula)
dengan adanya pertumbuhan organ. Kolenkim dewasa kurang plastis, lebih kuat, tetapi lebih
mudah rusak daripada kolenkim muda. Ada hubungan fisiologi dan morfologi antara
kolenkim dan parenkim. Pada tempat kedua jaringan tersebut berdampingan terdapat bentuk
peralihan antara tipe kolenkim dan parenkim.
Kolenkim seperti halnya parenkim dapat berisi kloroplas. Kolenkim yang mirip dengan
parenkim berisi banyak kloroplas, sedangkan kolenkim khusus yang terdiri atas sel yang
sempit memanjang, hanya sedikit atau tidak mengandung kloroplas sama sekali. Sel
kolenkim dapat juga berisi tanin.
Pada irisan melintang kolenkim segar, dinding selnya tampak seperti nakre. Dinding
kolenkim yang terkena angin lebih tebal. Dinding sel terdiri atas selulosa, sejumlah besar
pektin, dan hemiselulosa, tetapi tidak mengandung lignin. Senyawa pektinnya bersifat
hidrofil sehingga dinding kolenkim banyak mengandung air. Dinding kolenkim yang
menebal sekunder dapat menjadi tipis dan kemudian selnya menjadi meristematis lagi dan
mulai membelah. Hal ini terdapat pada jaringan kolenkim yang membentuk felogen. Noktah
primer sering kali terdapat dalam dinding kolenkim.
Kolenkim terdapat didalam batang, daun, bunga, buah dan akar. Kolenkim berkembang
terutama jika mendapat sinar. Kolenkim tidak terdapat dalam batang dan daun monokotil
yang sklerenkimnya berkembang pada umur awal. Kolenkim biasanya dibentuk tepat
dibawah epidermis, tetapi dalam hal khusus terdapat satu atau dua lapisan parenkim di antara
epidermis dan kolenkim. Apabila kolenkim berada tepat dibawah epidermis, sering kali
dinding epidermis juga menebal dengan cara yang sama dengan dinding sel kolenkim. Pada
batang, kolenkim terdapat sebagai suatu silinder atau bentuk pita memanjang (membujur).
Pada daun, kolenkim terdapat pada satu atau kedua sisi tulang daun, dan sepanjang tepi daun.
Ukuran dan bentuk sel kolenkim beragam. Ada yang berbentuk prisma pendek, mirip
sel parenkim, atau panjang seperti serabut dengan ujung meruncing. Sel kolenkim yang
terpanjang dijumpai didaerah pusat untaian kolenkim, dan yang terpendek didaerah tepi. Hal
ini dapat diterangkan sebagai berikut : untaian kolenkim dibentuk oleh serangkaian sel yang
membelah memanjang mulai dari pusat untaian, setelah pembelahan sel terus memanjang
sehingga sel pusat menjadi yang terpanjang karena yang pertama kali dibentuk dan
meningkat sampai panjang maksimum. Selama perkembangan untaian kolenkim ini juga
terjadi pembelahan mendatar (horizontal).
Menurut tipe penebalan dindingnya, kolenkim dibedakan menjadi beberapa macam,
sebagai berikut :
1. Kolenkim sudut (angular kolenkim)
Penebalan dinding kolenkim ini terjadi pada sudut-sudut sel. Pada penampang
melintangnya, penebalan ini tampak terjadi pada tempat bertemunya tiga sel atau lebih,
seperti yang terdapat pada tangkai Rumex, Vitis, Begonia, Coleus, Cucurbita, Morus, Beta
dan pada batang Solanum tuberosum dan Atropa belladona.

2. Kolenkim lamela (lamelar kolenkim)


Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada dinding tangesial sel. Kolenkim lamela
terdapat pada korteks batang Sambucus nigra, Rhamnus, dan tangkai Cochlearia amoracia
3. Kolenkim lakuna (lacunar kolenkim)
Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada dinding-dinding yang berbatasan
dengan ruang antarsel. Kolenkim lakuna terdapat pada tangkai beberapa spesies Compositae,
misalnya Salvia, Malva, Athaea, dan Asclepias

4. Kolenkim cincin (anular kolenkim)

Istilah kolenkim cincin diberikan oleh Duchaigne (1955) untuk tipe kolenkim yang
lumen selnya pada penampang melintang tampak melingkar. Muller (1890) menyebutnya
knorpel-collen-chyma. Pengamatan terhadap kolenkim cincin dewasa tampak adanya
penebalan dinding sel secara terus menerus sehingga lumen sel akan kehilangan bentuk
sudutnya.
Dinding sel kolenkim terdiri atas lapisan yang berselang-seling, kaya selulosa dengan
sedikit pektin, dan lapisan lain dengan sedikit selulosa dan kaya pektin. Pada bahan segar, air
didalam seluruh dinding sel lebih kurang 67%. Roelofsen (1959) menyatakan bahwa didalam
petasites, dinding sel kolenkim berisi 45% pektin, 35% hemilosa dan 20% selulosa. Dinding
sel kolenkim petasites ini terdiri atas 7-20 lamela yang bergantian / berseling antara lamela
yang mengandung banyak selulosa dan lamela yang mengandung sedikit selulosa. Semakin
mendekati lumen sel, selulosanya semakin banyak.

Menurut Czaja (1961), lamela melintang pada penebalan dinding kolenkim pada
kebanyakan tumbuhan dapat dideteksi dengan alat mikroskop cahaya terpolarisasi. Chafe
(1970) telah mengamati bahwa orientasi mikroserabut selulosa dalam lamela yang berurutan
bergantian melintang dan membujur. Selama perkembangan penebalan dinding, terjadi
penambahan lapisan mikroserabut mengelilingi seluruh sel sehingga memperluas keliling sel.

Kolenkim dewasa adalah suatu jaringan lentur yang kuat, terdiri atas sel panjang yang
tumpang tindih (panjangnya dapat mencapai 2 mm) dengan dinding tebal yang tidak
berlignin. Kekuatan meregang sel kolenkim sebanding dengan serabut. Pada bagian
tumbuhan yang tua, kolenkim menjadi keras atau dapat berubah menjadi sklerenkim dengan
pembentukan dinding sekunder yang berlignin.

Pada sebagian besar tumbuhan dikotil, misalnya tangkai dan Medicago sativa,
Eryngium maritimum, Viscum album, dan Salvia officinalis, kolenkim berubah menjadi
sklerenkim. Menurut Duchaigne (1955), sklerefikasi ini terjadi melalui pembentukan lamela,
dibentuk lapisan yang kaya selulosa, yang kemudian banyak mengandung lignin. Lamela
yang mengandung lignin tampak dengan arah sentrifugal mengelilingi lapisan pertama.
Sebagai hasil perkembangan sentrifugal, lamela berlignin yang mengandung senyawa
pektoselulosa pada dinding kolenkim tidak tampak. Sering kali sebagian senyawa ada yang
masih tertinggal setelah dinding mengalami sklerefikasi. Lamela tambahan berkembang
kearah sentripetal dan lumen sedikit demi sedikit mengecil. Terpusatnya lignin terjadi
terutama pada lapisan dinding terluar. Biasanya disimpulkan bahwa kolenkim adalah jaringan
penunjang yang muda. Apabila kolenkim terdapat pada organ yang berkanjang (persisten)
untuk periode yang lama, kolenkim akan mengalami sklerefikasi.

Anda mungkin juga menyukai