Anda di halaman 1dari 16

Home Search Journal/Book

  Title     Search Document

Journal > Journal of Industrial Research (Jurnal Riset Industri)
Journal Info Statistics: 

  search title inside journal 122 articles

  Issue

Issue : Vol 9, No 1 (2015): Optimalisasi Nilai Tambah Vol 9, No 1 (2015): Optimalisasi
Bahan/Material dan Limbah Industri Dalam Negeri Nilai Tambah Bahan/Material dan
Limbah Industri Dalam Negeri
1  Page: 1  Items per page: 10 Vol 8, No 3 (2014): Pemanfaatan
Bahan Baku/Penolong Raw Material
Dalam Negeri
Journal of Industrial   found 6 articles  
Research (Jurnal Riset 1
Vol 8, No 2 (2014): Teknologi
FIKSASI EMISI KARBON DIOKSIDA DENGAN Pengendalian Pencemaran
Industri)
KULTIVASI MIKROALGA MENGGUNAKAN Lingkungan untuk Industri Hijau
Abbreviation: 
JRI NUTRISI DARI AIR LIMBAH INDUSTRI SUSU Vol 8, No 1 (2014): Teknologi Proses
Handayani, Titin ( Balai Teknologi Lingkungan) ; Mulyanto, Berbasis Efisiensi Energi
Publisher Group: 
Adi ( Balai Teknologi Lingkungan)
Kementerian Perindustrian Republik Vol 5, No 2 (2011): Penelitian Untuk
Indonesia Jurnal Riset Industri Vol 9, No 1 (2015): Optimalisasi
Meningkatkan Daya Saing Industri
Subject:  Nilai Tambah Bahan/Material dan Limbah Industri  
Industrial & Manufacturing Dalam Negeri Vol 5, No 1 (2011): Industri Kecil
Engineering Publisher: Badan Penelitian dan Pengembangan Menengah
Industri
website:  Vol 4, No 3 (2010): Green Industry
http://ejournal.kemenperin.go.id/jr Show Abstract | Download citation: RIS  (EndNote, Reference

Description:  Vol 4, No 2 (2010): Konservasi Energi
Journal of Industrial Research is a periodic Manager, ProCite) | Bibtex |   PDF (241 kb) | view from
scientific media to publish the results of Vol 4, No 1 (2010): Standardisasi dan
original source
research, study, review, and scientific review of Regulasi Teknik
industrial areas that have never been published
that is not in the process of evaluating and has 2
been approved by the others (if any) published PEMANFAATAN LIMBAH POLES UBIN Vol 3, No 3 (2009): Peningkatan Nilai
three times a year on each April, August, and KERAMIK GRANITO UNTUK PRODUK Tambah melalui Inovasi Kemasan
December and accredited by LIPI Number: 490
/ AU2 / P2MI­LIPI / 08/2012 for three years. KERAMIK KONVENSIONAL DAN BAHAN Vol 3, No 2 (2009):
BANGUN BETON
., Subari ( Balai Besar Keramik,) ; Afdhil, Khairul ( Balai
Besar Keramik,) Vol 3, No 1 (2009):
Jurnal Riset Industri Vol 9, No 1 (2015): Optimalisasi Vol 2, No 3 (2008):
Nilai Tambah Bahan/Material dan Limbah Industri  
Dalam Negeri Vol 2, No 2 (2008):
Publisher: Badan Penelitian dan Pengembangan Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Riset
Industri Industri
Show Abstract | Download citation: RIS  (EndNote, Reference
Vol 1, No 3 (2007):

Manager, ProCite) | Bibtex |   PDF (123 kb) | view from Vol 1, No 2 (2007): Jurnal Riset


original source Industri

3 Vol 1, No 1 (2007): Jurnal Riset
VERMIKOMPOS LIMBAH FLESHING INDUSTRI
Industri
KULIT UNTUK TANAMAN CABAI MERAH
(CAPSICUM ANNUUM.L)
., Prayitno ( Balai Besar Kulit Karet dan Plastik,)

Jurnal Riset Industri Vol 9, No 1 (2015): Optimalisasi
Nilai Tambah Bahan/Material dan Limbah Industri
Dalam Negeri  
Publisher: Badan Penelitian dan Pengembangan
Industri
Show Abstract | Download citation: RIS  (EndNote, Reference

Manager, ProCite) | Bibtex |   PDF (88 kb) | view from
original source

4 PEMANFAATAN LIMBAH ALKALI INDUSTRI
RUMPUT LAUT DAN LIMBAH PICKLING
INDUSTRI PELAPISAN LOGAM SEBAGAI
PUPUK ANORGANIK
Ariani, Nurul Mahmida ( Baristand Industri Surabaya,) ;
Cahyono, Handaru Bowo ( Baristand Industri Surabaya,) ;
Yuliastuti, Rieke ( Baristand Industri Surabaya,)

Jurnal Riset Industri Vol 9, No 1 (2015): Optimalisasi
Nilai Tambah Bahan/Material dan Limbah Industri  
Dalam Negeri
Publisher: Badan Penelitian dan Pengembangan
Industri
Show Abstract | Download citation: RIS  (EndNote, Reference
Manager, ProCite) | Bibtex |   PDF (136 kb) | view from
original source

5 KINERJA PENGERING SURYA SISTEM
INTEGRASI MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT
DATAR­BERSIRIP DAN ABSORBEN
TERMOKIMIA UNTUK PENGERINGAN KAKAO
Dina, Sari Farah ( Baristand Industri Medan, Kementerian
Perindustrian) ; H. Napitupulu, Farel ( Departemen Teknik
Mesin, Fakultas Teknik,) ; Ambarita, Himsar ( Departemen
Teknik Mesin, Fakultas Teknik,)

Jurnal Riset Industri Vol 9, No 1 (2015): Optimalisasi  
Nilai Tambah Bahan/Material dan Limbah Industri
Dalam Negeri
Publisher: Badan Penelitian dan Pengembangan
Industri
Show Abstract | Download citation: RIS  (EndNote, Reference

Manager, ProCite) | Bibtex |   PDF (1,192 kb) | view from
original source

6 ANALISIS KENDALA PENUMBUHAN
INDUSTRI MESIN PERALATAN PABRIK
NASIONAL
., Hafid ( Balai Besar Logam dan Mesin,) ; Herjanto, Eddy (
Kementerian Perindustrian)

Jurnal Riset Industri Vol 9, No 1 (2015): Optimalisasi
Nilai Tambah Bahan/Material dan Limbah Industri  
Dalam Negeri
Publisher: Badan Penelitian dan Pengembangan
Industri
Show Abstract | Download citation: RIS  (EndNote, Reference

Manager, ProCite) | Bibtex |   PDF (188 kb) | view from
original source

Page: 1 of 1
 
Contact 
portalgaruda@gmail.com 
info@portalgaruda.org

Copyright © 2015 
by IAES Indonesia Section
Institute of Advanced Engineering and Science
All Rights Reserved.
Kinerja Pengering Surya Sistem Integrasi ... (Farel H. Napitupulu, dkk)

KINERJA PENGERING SURYA SISTEM INTEGRASI


MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR-BERSIRIP DAN
ABSORBEN TERMOKIMIA UNTUK PENGERINGAN KAKAO

PERFORMANCE OF SOLAR DRYER’S INTEGRATED SYSTEM USING


FLAT PLATE-FINNED COLLECTOR AND THERMOCHEMICAL-ABSORBENT
FOR COCOA BEAN DRYING

Farel H. Napitupulu1, Himsar Ambarita1, dan Sari Farah Dina2


1
Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara,
Jl. Almamater, Medan – Indonesia
2
Baristand Industri Medan, Kementerian Perindustrian,
Jl. Sisingamangaraja No. 24 Medan – Indonesia
e-mail: sfdina1@yahoo.com
diajukan: 27/11/2014, direvisi: 27/03/2015, disetujui: 06/04/2015

ABSTRACT

Research on solar energy integration dryer using a flat plate-finned collector type and thermochemical absorbent
to dry-fermented cocoa beans have been done. Installation of fins on the collector increased surface area of
absorber and absorbed more solar energy. Drying was continued during the night using absorbent therefore
shorten the drying time. Drying of fermented cocoa beans with initial moisture content of 62.6% was carried out in
18-19 June 2014 and final moisture content reached 7,6%. Solar energy during daytime was conducted at 08:30
- 16:00 WIB, followed by thermochemical energy using CaCl2 salt asabsorbent at 16:00 - 08:30 WIB the next
day. Drying was discontinued when a constant weight wasachieved. Evaluation was conducted on the ambient
condition and potential radiation, thermal efficiency of solar collectors, the effectiveness of absorbent, and drying
kinetics model. The results showed, the weather conditions recorded during the day is in the range of air
2
temperature 29-38°C; relative humidity (RH) of 41-81% and solar radiation of 111-969 Watt/m . The thermal
efficiency of solar collectors with flat plate-finned improved the average thermal efficiency of 62% compared with
the average thermal efficiency of solar collector without fins conducted the yearbefore of wich was 37%. Drying
effectiveness was expressed as evaporation rate of water out of the cocoa bean. Solar energy evaporated water
by 80% and the rest issued during the evenings with absorbent. Drying kinetics model is exponential, its drying
time shorter than a solar dryer type of flat plate collectors without fins.

Keywords: solar dryers, thermochemical, flat plate-finned collector, performance

ABSTRAK

Penelitian tentang pengering integrasi energi surya menggunakan kolektor tipe plat datar bersirip dan termokimia
untuk mengeringkan biji kakao-fermentasi telah dilakukan. Pemasangan sirip pada kolektor menambah luas
permukaan absorber dan meningkatkan energi surya yang diserap. Pengeringan dilanjutkan malam hari
menggunakan absorben dan dapat mempersingkat waktu pengeringan. Pengeringan biji kakao-fermentasi
dengan kadar air awal rata-rata 62,6% dilakukan pada 18-19 Juni 2014 hingga mencapai kadar air 7,6%. Energi
surya dilakukan selama siang hari pukul 08:30-16:00 WIB, dilanjutkan dengan energi termokimia menggunakan
absorben berupa garam CaCl2 pada malam hari pukul 16:00-08:30 WIB keesokan harinya. Pengeringan
dihentikan pada saat dicapai berat konstan. Evaluasi terhadap kondisi dan potensi radiasi, efisiensi termal
kolektor surya, efektifitas absorben, dan model kinetika pengeringan. Hasil menunjukkan bahwa selama proses
pengeringan berlangsung, kondisi cuaca siang hari dicatat berada pada temperatur udara 29 – 38 C;
2
kelembaban relatif (RH) 41–81 % dan intensitas radiasi 111–969Watt/m . Efisiensi termal kolektor surya dengan
pemasangan sirip pada plat absorber dapat meningkatkan efisiensi termal rata-rata sebesar 62%, sedangkan
efisiensi termal rata-rata kolektor surya tanpa sirip yang dilakukan tahun sebelumnya adalah 37%. Efektifitas
pengeringan dianalogikan terhadap laju pengurangan kadar air. Energi surya menguapkan air dari dalam biji
kakao sebesar 80%, sisanya diuapkan pada malam hari menggunakan absorben. Model kinetika pengeringan
adalah eksponensial dan waktu pengeringan lebih singkat dibanding pengering surya tipe kolektor plat datar
tanpa sirip.

Kata kunci: pengering surya, termokimia, kolektor surya tipe plat datar-bersirip, performansi

1
Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research), Vol. 9 No. 1, April 2015, Hal. 1 – 11

PENDAHULUAN hasil-hasil pertanian adalah pengering surya


tipe kolektor plat datar terbuat dari material
Metode pengeringan biji kakao dengan konduktivitas termal tinggi. Tipe ini
umumnya menggunakan energi surya dan dirancang untuk aplikasi yang memerlukan
buatan atau menggunakan udara panas energi panas pada temperatur di bawah
yang digerakkan (forced air drying). Sesuai 100°C.
pertimbangan nilai ekonomis dan kondisi Meskipun energi surya dapat
cuaca. Pengeringan biji kakao dengan cara dipandang sebagai energi yang bersih dan
penjemuran langsung masih terus ramah lingkungan namun bersifat tidak
berlangsung hingga saat ini. Cara kontinu. Hal tersebut dapat diantisipasi
konvensional ini memiliki kelemahan yaitu dengan cara melanjutkan proses
kontaminasi produk akibat hujan, angin, uap pengeringan pada malam hari,
air dan debu; penurunan mutu akibat menggunakan bahan kimia adsorben,
dekomposisi, serangga dan jamur. Proses absorben atau bahan-bahan kimia
pengeringan dengan penjemuran langsung penyimpan panas (phase change material’s
memerlukan tenaga kerja intensif, waktu = PCM’s) (Lalit M. Bal, at el. 2010). Selain
lebih lama dan memerlukan lahan lebih luas itu PCM’s dapat mencegah terjadinya
(Athul Sharma, at el. 2009). Selain sangat reabsorpsi uap air di udara ke bahan yang
bergantung pada kestabilan kondisi cuaca, dikeringkan.
penjemuran langsung memerlukan waktu Pengeringan kakao-fermentasi secara
pengeringan lebih lama yakni 4 – 5 hari kontinu menggunakan pengering surya tipe
(Fagunwa A.O., at el. 2009). kolektor plat datar dan termokimia telah
Pengendalian terhadap kondisi dilakukan (Dina S.F 2014). Hasil penelitian
temperatur dan kelembaban dapat menunjukkan bahwa efisiensi termal
membantu pengeringan berjalan cepat kolektor surya plat datar berkisar antara 27-
untuk mencapai kadar air aman. Oleh 58% dan waktu pengeringan 30 jam. Untuk
karena itu laju pengeringan merupakan meningkatkan efisiensi termal ini dapat
faktor kritis terhadap mutu akhir biji kakao. dilakukan dengan cara memperpaiki sistem
Laju pengeringan yang terlalu cepat isolasi atau meningkatkan luas permukaan
menghasilkan kadar asam berlebih dengan plat absorber yaitudengan menambah sirip.
pengerasan kulit. Laju pengeringan yang Sirip adalah peralatan tambahan yang
terlalu lambat berpengaruh terhadap laju digunakan untuk meningkatkan kinerja
pertumbuhan jamur dan juga biaya (Hii C.L., suatu peralatan penukar panas. Pada
at el. 2009). Pengeringan buatan dasarnya penggunaan sirip bertujuan
menggunakan udara panas pada 60, 70 dan menambah luas bidang perpindahan panas
80 oC di dalam ruang pengering dengan dengan bahan yang mempunyai
kecepatan udara hanya diakibatkan oleh konduktivitas yang baik sehingga dapat
konveksi alamiah yang diklaim sebesar 0,01 menyimpan energi termal lebih banyak.
m/s. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Pengeringan kakao-fermentasi secara
pengeringan dengan temperatur udara kontinu menggunakan pengering surya tipe
pengering 60oC adalah yang terbaik (Hii kolektor plat datar bersirip terintegrasi
C.L., at el. 2009). dengan absorben belum pernah dilakukan
Selain itu kualitas kakao terbaik sebelumnya
diperoleh pula dengan cara pengeringan Tujuan penelitian ini adalah
sinar matahari secara tidak langsung melakukan evaluasi kinerja pengering surya
(Bonaparte A., at el. 1998). tipe kolektor plat datar-bersirip yang di
Suhu di Indonesia berkisarantara 26– integrasikan dengan absorben termokimia
35ºC dan bila saat cuaca cerah akan untuk mengeringkan biji kakao. Evaluasi
disinari matahari selama 11-12 jam. Potensi yang dilakukan meliputi potensi intensitas
energi surya rata-rata adalah 16 MJ/hari. radiasi sebagai sumber energi termal
Potensi energi terbarukan ini dapat kolektor surya selama proses pengeringan
dimanfaatkan untuk proses pengeringan. berlangsung, unjuk kerja pengering surya
Salah satu jenis pengering surya yang tipe kolektor plat datar-bersirip, efektifitas
banyak digunakan untuk mengeringkan pengeringan kakao menggunakan sistem

2
Kinerja Pengering Surya Sistem Integrasi ... (Farel H. Napitupulu, dkk)

integrasi energi surya dan termokimia efisiensi termalnya. Pengukuran temperatur


absorben serta mendapatkan model kinetika dimulai dengan menghubungkan kabel-
pengeringan biji kakao-fermentasi. kabel termo kopel yang terhubung ke agilent
dan ditempelkan ke permukaan kayu, ruang
METODE kolektor, permukaan kaca, lingkungan
sekitar plat absorber, dan ruang pengering
Bahan (Gambar 2). Data temperatur dicatat setiap
menit dan untuk perhitungan diambil nilai
Buah kakao jenis kakao lindak (bulk rata-rata setiap 15 menit dengan interval
cocoa) yang digunakan berasaldari petani waktu perekaman yang dapat disesuaikan.
kakao di kabupaten Tanah Karo propinsi Untuk mencatat data perubahan massa dari
Sumatera Utara, difermentasi selama 5 hari sampel dipasang load cell di dalam ruang
didalam kotak Styrofoam (Dina S.F 2014). pengering, yang dihubungkan ke laptop
Setelah direndam dan dicuci,  100gr biji menggunakan kabel data USB. Semua data
kakao ditimbang dan dikeringkan. Bahan temperatur dan massa direkam selama
absorben CaCl2 teknis ditimbang seberat proses pengeringan berlangsung dan
1000 gr. hasilnya disimpan dalam bentuk Microsoft
excel.
Prosedur Percobaan Kolektor surya terdiri dari lapisan
kayu, styrofoam, rockwool dan plat seng
Pengeringan biji kakao sistem memiliki panjang 2 meter dan lebar serta
integrasi dilakukan pada tanggal 18 dan 19 tebal sesuai Gambar 3. Dimensi ini
Juni 2014 dengan memanfaatkan energi digunakan untuk menentukan luas profil
termal matahari dari jam 8.30–16.00 WIB. kehilangan panas pada setiap sisi.
Posisi pengering dan kolektor surya Kehilangan panas keseluruhan
terhadap arah peredaran matahari dapat dihitung berdasarkan besarnya total
dilihat pada Gambar 1a. Pada pengeringan kehilangan panas konveksi melalui udara
malam hari dari jam 16.00–8.30 WIB bahan lingkungan terhadap permukaan kayu,
termokimia absorben ditempatkan dibawah kehilangan panas konveksi melalui udara di
rak biji kakao seperti terlihat pada Gambar dalam kolektor terhadap permukaan plat,
1.b. Demikian seterusnya siklus kehilangan panas pada sisi alas dan sisi
pengeringan dilanjutkan keesokan harinya atas dan kehilangan panas radiasi.
hingga dicapai kondisi setimbang yakni Kehilangan panas pada sisi dinding-
tidak ada lagi penurunan berat sampel. dinding dan sisi bawah/alas masing-masing
Sebagai pembanding dilakukan juga dihitung menggunakan persamaan:
pengeringan dengan cara penjemuran
langsung. Penurunan berat selama Q dd = Udd . A (Tp − Tu)..……….………(1)
pengeringan berlangsung di timbang Q b = Ub . A (Tp − Tu).....……….………(2)
menggunakan weight data logger yang 1 1 tb ky tb sf
U dd
=A +A +A +
terhubung dengan komputer. ky .h l ky .k ky .. sf . .k sf
tb rw tb 1
Potensi energi surya diperoleh melalui + A .kp + A .h .….....................(3)
A rw .k rw
pengukuran keadaan cuaca yang meliputi: p p p d
1 1 tb ky tb tb
intensitas radiasi (pyranometer), kecepatan
Ub
= A .h + A .k + A .ksf + A rw +
ky l ky ky .. sf . sf rw .k rw
angin (wind velocity sensor) temperatur tb p 1
udara (ambient measurement apparatus) A p .k p
+A . .…................................(4)
p .h 𝑑 .
dan kelembaban (Tand RH smart sensor).
Keseluruhan alat ini dihubungkan dengan
Untuk mendapatkan nilai koefisien
HOBO Micro Station Data Logger.
konveksi permukaan luar, permukaan dalam
yakni hl dan hd ,maka diselesaikan dengan
Unjuk Kerja Kolektor Surya Tipe Plat
menentukan bilangan Grashof, Rayleigh,
Datar Bersirip
Prandtl dan Nusselt (Yunus, A. Cengel.
2003). Kehilangan panas pada sisi atas
Nilai unjuk kerja kolektor surya
dihitung menggunakan persamaan:
ditentukan dengan cara menghitung

3
Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research), Vol. 9 No. 1, April 2015, Hal. 1 – 11

Q a = Ua. A (Tp − Tu)…….………….…(5) Efektifitas absorben dapat diukur dari


−1 absorpsinya dengan menimbang
N 1
Ua= C Tp −Tu e + hw + pertambahan berat dari absorben setelah
Tp N +f siklus pengeringan pada malam hari
σ Tp +Tu Tp 2 +Tu 2 berlangsung. Sebagai pembanding
−1 2N +f−1+0.1333 p …….(6)
p +0.00591Nhw + −N dilakukan pengeringan sistem penjemuran
kc
langsung.
Kehilangan panas radiasi dihitung
Kinetika Pengeringan
menggunakan persamaan:
Profil laju pengeringan kakao secara
Q rad =
A.σ .(T 4p − T 4kc )
normal ditentukan dengan melewatkan
1 1 1 1
................….……(7) udara yang dipanaskan melalui suatu
+ −1 + + −1
εp εkc εkc εkc lapisan tunggal dari bahan dan mengukur
Qloss=2 x Qdd + Qa + Qb + Qrad......(8) perubahan kadar air dan waktu hingga
tercapai kondisi kesetimbangan. Kurva
Jumlah energi surya yang diterima pengeringan yang dibuat dengan mem-plot
selama siang hari melalui kolektor surya kankadar air dan waktu, digunakan untuk
dihitung menggunakan persamaan: menggambarkan kehilangan airbahan
selama proses pengeringan.
Q surya = F ′ . (I. A. τ. α) − Q loss ………(9) Rasio kadar air (MR) digunakan
sebagai variabel fungsi yang berkaitan
Nilai efisiensi termal kolektor surya dengan kadar air awal (Mi), kadar air
dihitung menggunakan persamaan: setimbang (Me) dan kadar air pada waktu
aktual (Mt).
ƞ= (𝐹^′. 𝐼.𝐴.𝝉α −(𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠)))/(𝐼.𝐴) …..(10)
(M - M )
t eq
MR =
Efektifitas Pengeringan (M - M ) ……………………(11)
i eq

Efektifitas pengeringan pada siang


hari dilakukan menggunakan energi termal Untuk pengeringan yang memerlukan waktu
surya yang ditetapkan untuk melihat panjang, nilai Me relatif kecil dibanding Mt
pengaruh intensitas radiasi terhadap laju atau Mi (Clement A. D., et al. 2009), maka
penguapan. Jumlah air teruapkan dapat persamaan 11 disederhanakan menjadi:
diketahui dari data penurunan berat sampel
yang dikeringkan dari t = 0 detik hingga MR = Mt/Mi…………………...…..(12)
dicapai berat konstan.

U
T B
Pengering
S
surya tipe
kolektor

Plat datar-
dengan 7
buah sirip

a b
Gambar 1. Pengering Sistem Integrasi: (a) energi surya pada siang hari dan
(b) termokimia –absorben pada malam hari

4
Kinerja Pengering Surya Sistem Integrasi ... (Farel H. Napitupulu, dkk)

T6

Gambar 2.Diagram Pengambilan Data Temperatur, Berat dan Intensitas Radiasi

Keterangan:
1. Temperatur Permukaan Kayu (T1)
2. Temperatur Ruang Kolektor (T2)
3. Temperatur Permukaan Kaca (T3)
4. Temperatur Lingkungan Sekitar (T4)
5. Temperatur Permukaan Plat (T5)
6. Temperatur Ruang Pengering (T6)

Qrad Qa

Qdd
Qdd

Qb

Gambar 3. Profil Rancangan Kolektor Surya

5
Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research), Vol. 9 No. 1, April 2015, Hal. 1 – 11

HASIL DAN PEMBAHASAN berada pada rentang berbanding terbalik


dengan intensitas radiasi dan temperatur
Humiditas Relatif, Temperatur udara.Hasil pengukuran terendah yakni
Lingkungan dan Potensi Radiasi Surya 41% pada tanggal 18 Juni dan tertinggi 75
%, sedangkan pada hari kedua pengeringan
Proses pengeringan pada siang hari (19 Juni 2014) RH terendah adalah 47%
dipengaruhi oleh nilai intensitas radiasi yang dan tertinggi 81 %.
diterima oleh kolektor surya sehingga
menentukan kenaikan temperatur media
pengering (udara) yang memasuki ruang
pengering. Makin tinggi intensitas radiasi,
temperatur udara pengering yang memasuki
kotak pengering akan makin tinggi.
Dari hasil pengukuran Intensitas
radiasi matahari diperoleh data intensitas
radiasi matahari, kecepatan angin,
temperatur, dan RH. Data intensitas radiasi
matahari yang telah dirata-ratakan per 30
menit pada tanggal 18 dan 19 Juni 2014
disajikan pada Gambar 4 dan Gambar 5.

Gambar 5. Humiditas Relatif, Temperatur


Lingkungan dan Potensi Radiasi
Surya 19 Juni 2014

b. Pengaruh Intensitas Radiasi terhadap


Temperatur dan RHdidalam Kotak
Pengering

Nilai intensitas radiasi berkorelasi pada


temperatur di dalam kotak pengering
(Gambar 4,5,6a dan 6.b). Tanggal 18 Juni
2014 merupakan pengeringan biji kakao
Gambar 4. Humiditas Relatif, Temperatur hari pertama menggunakan energi surya
Lingkungan dan Potensi pada pukul 08:30–16:00 WIB, dilanjutkan
RadiasiSurya 18 Juni 2014 dengan pengeringan menggunakan energi
termokimia pada jam 16:00–08:30 WIB
Dari Gambar 4 dan Gambar 5 dapat keesokan hari. Pada tanggal 18 Juni 2014
dilihat bahwa temperatur lingkungan selama intensitas radiasi matahari berada pada
pengukuran berkisar antara 29 – 38C. kisaran 103–797 Watt/m2 suhu di
Pada daerah beriklim tropis seperti dalamkotak pengering maksimum pada
Indonesia, humiditas udara umumnya 46C dengan RH pada kisaran 66 - 28%.
sangat tinggi sehingga operasi pengeringan Pada tanggal 19 Juni 2014 intensitas radiasi
pada suhudibawah 100 C mempunyai matahari berada padakisaran 165– 782
drying rate yang rendah. Hal ini memberikan Watt/m2 suhu di dalamkotakpengering
dampak proses pengeringan akan maksimum pada 59 C dengan RH pada
memakan waktu lama dan bahkan dianggap kisaran 67- 20%. Dari data-data di atas
tidak efisien. Hasil pengukuran dapat dilihat bahwa suhu di dalam kotak
menunjukkan bahwa nilai humditas relatif pengering pada hari kedua pengeringan

6
Kinerja Pengering Surya Sistem Integrasi ... (Farel H. Napitupulu, dkk)

berlangsung (19 Juni 2014) lebih tinggi Analisis Performansi Kolektor Plat Datar
dibanding hari pertama pengeringan (18 Dimodifikasi dengan Sirip/Fin
Juni 2014).
Untuk menentukan besarnya efisiensi
termal kolektor surya-bersirip, diperlukan
data temperatur plat absorber, temperatur
kaca penutup, temperatur udara lingkungan,
temperatur kayu dan temperatur ruang
kolektor.

a)

b)
Gambar 7. Data Temperatur Lingkungan,
Kaca, Kayu, Plat Absorber dan
Ruang Kolektora) Pengukuran
tanggal 18 Junib) Pengukuran
tanggal 19 Juni
c
Gambar 6 Temperatur dan RH di Secara keseluruhan terlihat bahwa
dalamKotak Pengering: a)18 Juni intensitas radiasi (Gambar 4 dan 5) begitu
siang, b) 19 Juni siang, c) 18 Juni signifikan mempengaruhi temperatur plat
malam absorber (Gambar 7a dan 7b) untuk
selanjutnya berdampak pada kenaikan suhu

7
Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research), Vol. 9 No. 1, April 2015, Hal. 1 – 11

di ruang kolektor. Semakin tinggi intensitas Kadar air akhir biji kakao hasil
radiasi yang diterima plat absorber, maka pengeringan metode penjemuran langsung
semakin tinggi pula suhu plat absorber dan lebih tinggi (8,40%) dibanding metode
suhu ruang kolektor. Nilai ini juga pengering surya+termokimia 7,6%.
berkorelasi positif terhadap suhu udara Tingginya laju penguapan pada hari
menuju ruang pengering (Gambar 6 a dan pertama pada penjemuran langsung dapat
6b). menyebabkan terjadinya pengerasan kulit
Untuk mendapatkan gambaran biji sehingga air sulit menembus keluar dan
performansi kolektor surya plat datar akhirnya pengeringan berjalan lambat.
bersirip ini maka data-data temperatur pada Pengeringan biji kakao padasiang hari
Gambar 7, data intensitas radiasi pada menggunakan energi surya mencapai 80%,
Gambar 4 dan Gambar 5 digunakan untuk sedangkan pada malam hari menggunakan
menghitung kehilangan panas pada absorbenmencapai 20%. Pengering surya
kolektor, meliputi kehilangan panas pada 2 tipe kolektor plat datar-bersirip memerlukan
sisi dinding, kehilangan panas pada alas waktu 27,5 jam, sedangkan pengeringan
bawah, kehilangan panas bagian atas dan dengan sistem penjemuran langsung adalah
kehilangan panas karena radiasi 56 jam.
menggunakan persamaan 1 - 9.
Hasil perhitungan efisiensi disajikan Kinetika Pengeringan
pada Gambar 8 dengan nilai efisiensi termal
rata-rata 62% sedangkan efisiensi rata-rata Laju pengeringan hasil percobaan
kolektor surya tanpa sirip 37%. Dari hasil ini disajikan dalam bentuk profil laju penurunan
dapat dilihat bahwa pemasangan sirip/fin berat sebagai fungsi waktu. Asumsi utama
pada kolektor plat datar dapat yang digunakan adalah temperatur dan
meningkatkan efisiensi termal kolektor surya konsentrasi air di dalam produk adalah
karena adanya peningkatan luas seragam dan hanya merupakan fungsi
permukaan absorber melalui penambahan waktu. Oleh sebab itu laju penurunan
sirip. kandungan air di dalam biji kakao adalah
kasus 1 dimensi dinyatakan dengan
Efektifitas Pengeringan bilangan kadar air tanpa dimensi (Moisture
Rasio, MR) yang dapat dirumuskan dengan
Dari Gambar 6.c dapat dilihat proses persamaan (12). Profil laju pengeringan
absorpsi berlangsung mendekati isotermal hasil percobaan dapat dilihat pada Gambar
dan perubahan humiditas terlihat signifikan 9. Dari profil tersebut, diperoleh bahwa pada
pada awal proses yakni RH 52% pada pukul MR secara terus menerus berkurang
16:00 dan meningkat cukup signifikan 35 sejalan dengan waktu pengeringan dan
menit kemudian menjadi RH 66% dan tidak terlihat adanya periode laju
seterusnya cenderung datar pada RH 51- pengeringan konstan.Laju pengeringan
73 % hingga pukul 08:30 keesokan paginya. yang diamati adalah periode laju
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pengeringan menurun.
jumlah air yang diuapkan pada hari pertama Model kinetika yang digunakan adalah
pengeringan (18 Juni) baik metode model persamaan empirik menggunakan
penjemuran langsung maupun pengering data laju penurunan massa biji kakao
surya adalah jauh lebih besar dibanding sebagai fungsi waktu. Hasil evaluasi statistik
siang hari kedua. Hal ini disebabkan oleh air pencocokan kurva untuk model persamaan
yang diuapkan pada hari pertama adalah air logaritma, polinomial pangkat 2,
bebas. Air bebas umumnya lebih mudah eksponensial dan power, ditetapkan model
dikeluarkan dari dalam biji dibandingkan pengeringan energi surya+absorben yang
dengan air terikat. Pada pengeringan surya dilakukan adalah model power dengan
siang hari kedua jumlah air yang persamaan adalah MR = 0,1786 t- 1,803
dikeluarkan jauh lebih sedikit, karena air dengan R2 = 0,9688.
terikat jauh lebih sulit lagi dikeluarkan dari
dalam biji kakao.

8
Kinerja Pengering Surya Sistem Integrasi ... (Farel H. Napitupulu, dkk)

Tabel 1. Pengeringan Biji Kakao


Pengeringan Energi
Penjemuran langsung
surya+absorben
Parameter
(18 – 19 Juni 2014) (18-20 Juni 2014)

Berat sampel awal, gr 1044 1100


Berat sampel akhir, gr 390 399
Kadar air akhir, % 7,60 8,40
Berat air yang diuapkan, gr
1. Siklus energi surya (hari-1) 470,00 568
2. Siklus desikan (malam-1) 132,80 -
3. Siklus energi surya (hari-2) 50,40 100
4. Siklus desikan (malam-2) - -
5. Siklus energi surya (hari-3) - 33
Waktu pengeringan, jam 27,5 56
Berat awal desikan, gr 1000 -
Pertambahan berat desikan, gr 146 -

80

70
Efisiensi Termal, %

60

50

40

30

20
Kolektor surya dengan sirip
10
Kolektor surya tanpa sirip
0
8:30:00 9:00:00 9:30:00 10:00:00 10:30:00 11:00:00 11:30:00 12:00:00 12:30:00 1:00:00 1:30:00 2:00:00 2:30:00 3:00:00 3:30:00 4:00:00
AM AM AM AM AM AM AM PM PM PM PM PM PM PM PM PM

Waktu

Gambar 8. Efisiensi Termal Kolektor Surya Vs Waktu Pengeringan

9
Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research), Vol. 9 No. 1, April 2015, Hal. 1 – 11

1
0.9
Moisture Ratio (MR)

0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
10:30 AM
11:15 AM

1:30 PM
2:15 PM
3:00 PM
3:45 PM
4:30 PM
5:15 PM
6:00 PM
6:45 PM
7:30 PM
8:15 PM
9:00 PM
9:45 PM

12:00 AM
12:45 AM

10:30 AM
11:15 AM

1:30 PM
2:15 PM
3:00 PM
3:45 PM
4:30 PM
6:00 AM
6:45 AM
7:30 AM
8:15 AM
9:00 AM
9:45 AM

1:30 AM
2:15 AM
3:00 AM
3:45 AM
4:30 AM
5:15 AM
6:00 AM
6:45 AM
7:30 AM
8:15 AM
9:00 AM
9:45 AM
12:00 PM
12:45 PM

10:30 PM
11:15 PM

12:00 PM
12:45 PM
Waktu

Gambar 9.MoistureRatio Vs Waktu Pengeringan

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan hasil penelitian yang Athul Sharma, Chen C.R., Nguyen Vu Lan,
dilakukan pada kondisi lingkungan selama Solar-energy drying systems: A
percobaan adalah pada kisaran temperatur review, Renewable and Sustainable
udara 29 – 38 C; humiditas relatif 41 – 81 Energy Reviews, (13): 1185 – 1210,
% dan intensitas radiasi 111– 969 W/m2 2009.
dapat disimpulkan bahwa pemasangan sirip Bonaparte A., Zaman A., Chandra A.M.,
pada kolektor plat datar dapat Some Quality Characteristics of Solar-
meningkatkan efisiensi termal kolektor surya Dried Cocoa Beans in St Lucia,
dari 37 menjadi 62%. Dari penguapan air Journal of Science of Food and
yang berlangsung, 80% menggunakan Agriculture (76): 553 – 558, 1998.
energi surya dan 20% menggunakan energi Clement A. D., Assidjo N. E., Kouame P.,
termokimia-absorben. Waktu yang Yao K.B., Mathematical Modelling of
diperlukan oleh tipe kolektor plat datar- Sun Drying Kinetics of Thin Layer
bersirip untuk mencapai kadar air 7,7% Cocoa (Theobroma Cacao) Beans,
adalah 27,5 jam sedangkan dengan Journal of Applied Sciences
penjemuran langsung adalah 56 jam. Hasil Research, 5 (9): 1110 – 1116, 2009.
pencocokan kurva diperoleh model Dina S.F, Farel H. Napitupulu, Himsar A,
pengeringan energi surya+absorben yang Efektifitas Pengeringan Kontinu Biji
dilakukan adalah model power dengan Kakao Indonesia Menggunakan
persamaan adalah MR = 0,1786 t- 1,803 Energi Surya dan Termokimia,
dengan R2 = 0,9688. Seminar Nasional Teknologi Industri
Hijau, Semarang, 21 Mei 2014.
UCAPAN TERIMA KASIH Fagunwa A.O., Koya O.A. and Faborode
M.O., Development of an Intermittent
Terimakasih disampaikan kepada Solar Dryer for Cocoa Beans,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Agricultural Engineering International:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan the CIGR Ejournal. Manuscript
yang telah mendanai kegiatan ini melalui number 1292, vol XI, July, 2009.
bantuan Hibah Bersaing tahun 2013 sampai
dengan tahun 2014.

10
Kinerja Pengering Surya Sistem Integrasi ... (Farel H. Napitupulu, dkk)

Hii C.L., Law C.L., Cloke M., Modelling Sen Zekai, “Solar Energy Fundamental and
using a new thin layer drying model Modelling Techniques”, Atmosphere,
and product quality of cocoa, Journal Environment, Climate Change and
of Food Engineering, (90): 191 – 198, Renewable Energy, Springer, 2008.
2009. Shanmugam V, Natarajan E. Experimental
Hii C.L., Law C.L., Cloke M., Suzannah S., study of regenerative desiccant
Thin layer drying kinetics of cocoa and integrated solar dryer with and without
dried product quality, Biosystem reflective mirror. Appl Therm Eng.,
Engineering (102): 153 – 161, 2009. (27): 1543–51, 2007.
Jangam, S.V. and Mujumdar, A.S., Basic Thoruwa T.F.N., Johnstone C.M., Grant
Concepts and Defenitions, in Drying of A.D., Smith J.E., Novel, Low Cost
Foods, Vegetables, and Fruits, CaCl2 Based Desiccants for Solar
Published in Singapore, pp. 1-30, Crop Drying Applications, Renewable
2010. Energy, 19: 513 – 520, 2000.
Kosuke Nagaya, Ying Li, Zhehong J., Yunus, A. Cengel. 2003, Heat Transfer A
Masahiro F., Yoshonori A., Atsutoshi Practical Approach. Second Edition.
A, Low Temperature Desiccant-based Singapore: Mc.Grow-Hill.Inc.
Food Drying System with Airflow and
Temperature Control, Journal of Food
Engineering, 75: 71 – 77, 2006.
Lalit M. Bal, Santosh Satya, Naik S.N., Solar
dryer with thermal energy storage
system for drying agricultural food
products: A review, Renewable and
Sustainable Energy Reviews, 2010.

11
Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research), Vol. 9 No. 1, April 2015, Hal. 1 – 11

Halaman sengaja dikosongkan

12

Anda mungkin juga menyukai