Anda di halaman 1dari 3

SATU

Sebagai siswi baru, Ratu sudah mendapat dua teman baru yang anaknya termasuk populer, dan
mereka satu kelas, betapa beruntungnya Ratu.

“Ratu, waktu perkenalan tadi, itu beneran? Lo pengin jadi penjelajah sekolah?” Tanya Sifa dengan
wajah tidak yakin. Mereka kini tengah berjalan menuju kantin.

“NGGA! Semuanya ucapan gue tadi iseng semua. Sebenarnya gue di keluarin haha.”
Ratu tertawa sendiri dengan puas. SIfa dan Anggi menatap Ratu dengan wajah datar.

“Sudah kita duga!” Mereka berdua berbicara kompak, membuat Ratu menatapnya curiga.

“Jadi kalian sudah tau?”

“Ya kita nebak nebak aja sih, yakali masih satu daerah lo iseng pindah pindah sekolah,” Anggi tertawa
diikuti Sifa setelah mengatakannya.

“Ceritanya panjang sih, lagian kita baru kenal masa gue udah beberin rahasia gue haha,”

“Oh oke, kalo lo masih ragu sama kita ga papa, wajar kok,” jawab Sifa dengan santai.

Mereka bertiga duduk bersama, “lo mau makan apa? Disini semua ada kok!” Sifa bertanya ke Ratu
dan Anggi mengangguk menyetujui ucapan Sifa.

“Emang disini ada burger?”

“ga”

“pisa?”

“ga”

“soto solo?”

“ga juga”

“mi kuah?”

“ada! Lo mau pesen mi kuah rasa apa?” Sifa tertawa melihat ekspresi Ratu yang jengkel.

“Katanya semua ada! Gue pikir kantin sekolah lo lebih maju sedikit dari sekolah lama gue, ternyata
sama aja! Gue pesen rasa kari aja deh!”

“Oke!”

“Kena tipu juga lo sama Sifa, dia orangnya memang gitu hahaha” Anggi tertawa lepas sampai Sifa
mendengarnya dari jauh.

Seorang cowo berbadan tinggi menghampiri Ratu dan Anggi yang sibuk memainkan ponsel.
“Hai boleh kenalan?” Tanyanya pada Ratu. Ratu mengangguk, “boleh”

Anggi menatap sekejap lalu melanjutkan bermain ponselnya, dia paham kalau anak baru pasti ada
saja yang mendekati dan mengajak berkenalan.

“Gue Deva, kapten basket di sekolah ini,” ucapnya dengan ramah.


“Hai Deva, gue Ratu.”

“wah nama lo bagus, ‘Ratu’ sesuai dengan penampilan lo” Deva memuji namanya sehingga Ratu
tersenyum.

“haha iya makasih banyak, nama lo juga cocok sama diri lo kok!”

“AWAS AWAS! MI PANAS MAU LEWAT!” Sifa datang menginterupsi percakapan mereka, Deva segera
memberi jalan Sifa untuk meletakan mi ke atas meja dibantu Anggi.

“Oh makan kalian udah dateng, yaudah lanjutin makan aja, nanti kita ngobrol lagi ya?!” Ratu
mengangguki ucapan Deva seblum Deva menghilang dari pandangannya.

“heh Sifa! Ganggu orang lagi pedekate aja lo!”

“iya iya maap, lagian gue lagi kesusahan bawa tiga mangkok!” Sifa berkata ketus ke Anggi.
“maaf ya Ratu cayang” tidak seperti berbicara ke Anggi dengan ketus, Sifa berbicara dengan halus ke
Ratu.

“njirr pilih kasih lo!”

“udah deh! Tuh makan nanti dicuri tuyul!”

“iya! Tuyulnya siapa lagi? Pasti lo!”

Ratu tertawa melihat tingkah mereka, dia mulai memakan minya.

Hari ketiga Ratu dijemput Deva untuk berangkat sekolah menggunakan motor sportnya. Ratu
memakai helm yang di sediakan Deva. “Makasih udah mau jemput gue,”

“sama sama, nanti pulangnya boleh gue anter juga kok,”

“Beneran? Lagian gue ga bawa kendaraan tuh karena hari ini gue berangkat sama lo,”

“Bener.. nanti gue anter lo balik.”

“Oke”

Tanpa mereka sadari, seseorang yang menggunakan motor tanpa helm namun menggunakan topi
jaketnya mendengarkan ucapan mereka. Ratu tidak melihatnya karena ia duduk menyamping.
Sedangkan Deva tidak mengenalnya karena bukan anak dari sekolahnya.

Orang itu tersenyum licik, lalu berbelok tidak jadi mengikuti mereka.

“Pa, Raja pengin pindah sekolah,” ujar anak bernama Raja dengan enteng, ia saat ini tidak jadi
berangkat sekolah, ia memilih membolos dan datang ke kantor papanya.

“Pindah kemana? Jangan aneh aneh kamu!” papanya yang sibuk tidak menatap anaknya, ia fokus
membaca dokumen di hadapannya.

“Pindah ke SMA Padi, papa tau kan?”


Papahnya mendongak, “SMA Padi, sekolahnya mamamu dulu. Memang ada kepentingan apa sampe
kamu mau pindah? Kamu dibuli di sekolahmu?”

“Raja ga dibuli! Enak aja! Raja mau nyusul Ratu, dia sekarang disana!”

“Ratu?”

“Iya namanya Ratu.”

Papahnya tertawa, panggilan sayang mereka begitu lucu, Raja dan Ratu. Yah, walaupun itu nama asli
mereka sih.

“Kamu yakin mau pindah sekolah?”

“Iya! Buat apa Raja bolos sekolah kalo ga nyamperin papa buat bilang ini semua,”

“Oke, nanti papa minta asisten papa untuk mengurus semuanya, kamu senang kan sekarang?”

“Hmm, banget.”

Bukannya pulang ke rumah, Raja meminta informasi tentang cowo yang bersama Ratu tadi pagi, dan
saat ini Ia sudah mendapat nomer telponnya. Ia meminta anak itu agar menemuinya di luar sekolah
pada jam sekolah. Raja akan menghabisinya agar ia tidak mendekati Ratunya lagi. Tentu bukan
dengan tangannya sendiri, ia membayar teman temannya untuk mengeroyok laki laki itu seperti
sebelum sebelumnya.

Sebelum sebelumnya? Raja selalu menghabisi cowo siapapun yang dekat dengan Ratu kecuali
keluarga Ratu sendiri. Dan karena kesalahannya, Ratu harus dikeluarkan dari sekolahnya. Raja akan
meminta maaf walau membuat Ratu marah besar.

Ratu mengirim pesan pada Deva tapi tak kunjung dibalas membuatnya galau, ini seperti Ratu yang
sangat mengharapkannya saja.

“Kenapa lo cemberut? Pesan lo ga dibales?” Tanya Anggi perhatian.

“walah dia memang playboy, dia pasti lagi berduaan sama cewenya di gedung basket!”

“Dia udah ada cewe?”

“nggak! Nggak! Heh Sifa jangan ngada ngada! Lihat tuh wajahnya Ratu jadi muram gak kaya tadi!”
Anggi memarahi Sifa yang selalu ceplas ceplos di hadapan Ratu.

“iya maap maap!” Sifa mengatupkan tangannya di atas kepala. Ratu menghela nafas, dia sangat
kawatir Deva menjadi korban selanjutnya.

“Gue kawatir,” Ratu menggigit kukunya karena merasa gelisah. Badannya sedikit gemetar. Anggi yang
sangat perhatian mengetahuinya, “Kawatir apa? Deva? Gue yakin dia baik baik aja!” Anggi
meyakinkan Ratu yang sepertinya tidak mengada ngada.
“Ada penguntit yang suka sama gue. Mungkin.” Ratu berucap sangat pelan. Jantungnya berdebar
sangat kencang

“penguntit?” tanya mereka kompak.

Anda mungkin juga menyukai