Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bangsa indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, potensi


sumber daya manusia, peluang pasar yang besar dan demokrasi yang relatif
stabil. Untuk dapat mengelola sumber daya yang berlimpah di harapkan Sistem
Pemerintahan Negara Indonesia mempunyai suatu sistem birokrasi dengan SDM
nya yang berkualitas, yaitu PNS Profesional yang saat ini di kenal dengan istilah
ASN (Aparatur Sipil Negara).
Dalam UU ASN No. 5 Tahun 2014 di jelaskan bahwa  Aparatur Sipil
Negara (ASN) adalah  profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan pegawai pemerintah
dengan perjanjian kerja yang bekerja pada  instansi pemerintahan. Pegawai
Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai
negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh
pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan
pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Ada banyak ASN yang bekerja disetiap Instansi Pemerintahan, ada yang
melaksanakan tugasnya dengan jabatan fungsional, dan ada juga yang
melaksanakan tugasnya sebagai jabatan struktural,  salah satunya yaitu dibawah
naungan KEMENDIKBUD dan Dinas Pendidikan Provinsi/Kab/Kota yang pada
hal ini contohnya yaitu Guru Matematika Ahli Pertama.
 Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang pegawai
ASN mempunyai kewajiban “(1) setia dan taat kepada Pancasila, UUD Tahun
1945, NKRI, dan pemerintahan yang sah, (2) Menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa, (3) melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah
berwenang, (4) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan, (5)
Melaksanakan tugas kedinasan dengan pengabdian, kejujuran, kesadaran dan
tanggung jawab, (6) Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap,
perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang baik didalam maupun luar

1
kedinasan, (7) Menyimpan rahasia jabatan dan dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, dan (8) Bersedia
ditempatkan diseluruh wilayah NKRI.
Selanjutnya Pelaksanaan diklat Pelatihan Dasar itu juga tertuang dalam
Peraturan LAN No. 12 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan
Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III yang menjelaskan bahwa ASN
harus mengikuti diklat Pelatihan Dasar selama 51 hari yang terdiri dari On 1
tanggal 12 Januari s.d. 1 Februari 2020, Off campus tanggal 3 Februari s.d. 7
Maret 2020, dan On 2 hari dari tanggal 9 Maret s.d 11 Maret 2020.
Berdasarkan Peraturan-Peraturan  maka dari itulah dibentuk suatu sistem
pola baru diklat Pelatihan Dasar bagi Golongan III sejak terhitung Januari 2020.
Dari Pola ini diharapkan nantinya seorang ASN dapat merasakannya dengan
langsung bagaimana menjadi ASN yang menunjung nilai-nilai Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi. Sehingga
nantinya ASN ini dapat memiliki daya saing tinggi dan hebat kedepannya dengan
tetap menjaga tanggung jawab, komitmen dan tugasnya.
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara RI Nomor 21 Tahun
2016, dan Peraturan Pemerintah nomor 11 Tahun 2017, Pelatihan ini dilaksanakan
melalui proses diklat yang inovatif dan terintegrasi dalam kata ANEKA yaitu ; 1)
Akuntabilitas, 2) Nasionalisme, 3) Etika Publik, 4) Komitmen Mutu, 5) Anti
Korupsi dengan memadukan pembelajaran klasikal dan non klasikal di tempat
kerja dengan tujuan agar mampu menginternalisasi, menerapkan, dan
mengaktualisasikan nilai dasar ASN.
Salah satu bagian dari pembelajaran klasikal sebagaimana dimaksud diatas
adalah pembuatan rancangan aktualisasi yang akan dilaksanakan di tempat kerja
peserta Diklat sebagai kebiasaan (habituasi) kerja. Rancangan Aktualisasi Nilai
Dasar ANEKA terdiri atas Kegiatan, Tahapan Kegiatan, Output/ Hasil Kegiatan,
Nilai - Nilai Dasar yang berkaitan dengan kegiatan, Kontribusi terhadap Visi dan
Misi Organisasi, serta Penguatan Nilai - Nilai Organisasi. Rancangan ini

2
diharapkan dapat menjadi acuan dan target kerja yang jelas baik pada masa
aktualisasi maupun untuk seterusnya dengan pengembangan rancangan yang
relevan dengan kondisi di lapangan. Latihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
(CPNS) ini diharapkan dapat menghasilkan PNS yang Akuntable, Profesional,
melaksanakan tugas jabatannya secara efektif dan efisien, berintegritas moral,
beretika, jujur, bertanggungjawab, berkomitmen tinggi, anti korupsi serta berjiwa
nasionalisme sehingga diharapkan Keberadaan PNS (Pegawai Negeri Sipil/
Aparatur Sipil Negara) yang kompeten menjadi variabel penting dalam rangka
melaksanakan tata kelola pemerintahan yang ideal dan berorientasi pada
pelayanan.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan jenjang pendidikan
lanjutan dari Sekolah Dasar (SD) yang telah ditempuh selama 6 tahun. Dalam
undang-undang sistem Pendidikan nasional (UU Nomor 20 Tahun 2003)
mendefenisikan Pendidikan dasar sebagai berikut: (1) Pendidikan dasar
merupakan jenjang Pendidikan yang melandasi jenjang Pendidikan menengah. (2)
Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD), dan Madrasah Ibtidaiyah (MI),
atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
Agar guru mampu mengelola dan melaksanakan proses belajar mengajar
dikelas, setiap guru harus memiliki kemampuan mengelola dan memilih model
pembelajaran yang tepat, model pembelajaran yang dimiliki tidak hanya bersifat
teoritis akan tetapi diharapkan guru mampu menerapkan model pembelajaran
tersebut secara bervariasi agar terciptanya suasana belajar yang menyenangkan
didalam kegiatan belajar mengajar. Namun kenyataannya berbanding terbalik
dengan keadaan dilapangan. Masih banyak guru yang menggunakan model
pembelajaran yang konvensional dalam kegiatan belajarnya sehingga tujuan
pembelajaran tidak tercapat secara maksimal.
Setelah sekitar beberapa bulan melakukan pengamatan terkait kegiatan
pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas di lingkungan UPTD
satuan pendidikan SMP Negeri 3 Satu atap pematang jaya, ada beberapa hal yang
menurut penulis perlu untuk segera diperbaiki. Dalam hal ini isu yang paling

3
aktual di lingkungan UPTD satuan pendidikan SMP Negeri 3 Satu atap pematang
jaya adalah pembelajaran matematika yang bersifat monoton dan tidak bervariasi,
ini dibuktikan dari keterkaitan siswa yang masih kurang pada saat pembelajaran
matematika. Belum optimalnya pemanfaatan media pembelajaran matematika
serta alat peraga pembelajaran yang bervariasi juga merupakan pemicu masih
rendahnya minat siswa untuk belajar matematika. Isu lain yang penulis temukan
di UPTD satuan pendidikan SMP Negeri 3 Satu atap pematang jaya adalah
kurangnya kepedulian dalam mematuhi peraturan sekolah, kurangnya kesadaran
dalam menjaga kebersihan sekolah dan belum optimalnya penataan ruang kelas
yang membuat siswa kurang bersemangat dalam pembelajaran matematika.
Sebagai pendidik di SMP Negeri 3 Satu Atap Pematang Jaya terutama
guru mata pelajaran matematika, saya ingin melakukan inovasi, menuangkan
kreativitas terkait dengan peningkatan hasil belajar siswa dengan
mengoptimalkan kualitas pemebelajaran melalui perangkat pembelajaran yang
inovatif dengan menanmkan nilai-nilai dasar ANEKA yaitu membuat RPP dengan
kurikulum yang sudah tersedia, membuat media pembelajaran, mengaitkan setiap
materi dnegan kehidupan sehari-hari, menggunakan metode pembelajaran yang
menarik minat belajar siswa, menggunakan alat peraga seperti (bangun datar,
bangun ruang, bangun ruang sisi lengkung, bentuk aljabar, dll).

1.2. Visi dan Misi Organisasi


1.2.1. Visi Organisasi
Mewujudkan sekolah yang bermutu dan berprestasi berlandaskan IPTEK
dan IMTAQ
1.2.2. Misi Organisasi
1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara maksimal sehingga
siswa termotivasi belajar dan mampu mengenal potensi dirinya agar
berkembang secara optimal
2. Menumbuhkan semangat prestasi secara intensif kepada seluruh warga
sekolah
3. Menjadikan disiplin sebagai kebutuhan warga sekolah
4. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan minat dan bakat siswa

4
5. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang menjadi sumber
kearifan dalam bertindak

1.2.3. Struktur Organiasi


Struktur organisasi SMP Negeri 3 Satu Atap Pematang Jaya seperti pada
bagan struktur berikut ini :

KEPALA SEKOLAH
RUSLI, S.Pd

KETUA KOMITE WA. KEPSEK TATA USAHA


SETIADI SYAHPURA SEMBIRING, SUNARTI, S.Pd
SAMIKUN
S.Pd

KEPALA PERPUSTAKAAN PEMBINA OSIS PEMBINA PRAMUKA


IDA MARTHA SETIADI SYAHPUTRA YUDA PERDIANTA, S.Pd
HUTAGALUNG,S.Pd SEMBIRING, S.Pd

WALI KELAS VII WALI KELAS VIII WALI KELAS IX


INDRIANI PUTRI IDA MARTHA SETIADI
HASIBUAN, S.Pd HUTAGALUNG, S.Pd SYAHPUTRA
SEMBIRING, S.Pd

SISWA

1.2.4. Nilai-nilai Dasar Organisasi


1. Integritas
Keselarasan antara pikiran, perkataan, dan perbuatan, indikator positifnya
yaitu konsisten dan teguh dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, jujur
dalam segala tindakan, menghindari benturan kepentingan, berpikir positif, arif

5
dan bijaksana dalam melaksanakan tugas dan fungsi mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Sedangkan indikator perilaku negativ yang harus dihindari adalah
melakukan tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), melanggar sumpah
dan janji pegawai/jabatan, melakukan perbuatan rekayasa atau manipulasi,
menerima pemberian (gratifikasi) dalam bentuk apapun diluar ketentuan.
2. Kreatif dan Inovatif
Memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan hal baru
yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. Indikator
positifnya yaitu memiliki pola pikir, cara pandang atau pendekatan yang variative
terhadap setiap permasalahan, serta mampu menghasilkan karya baru, selalu
melakukan penyempurnaan dan perbaikan berkala dan berkelanjutan, bersikap
terbuka dalam menerima ide-ide baru yang konstruktif, berani mengambil
terobosan dan solusi dalam memecahkan masalah, memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi dalam bekerja secara efektif dan efisien.
Adapun indicator negatifnya yaitu merasa cepat puas dengan hasil yang
dicapai, bersifat tertutup terhadap ide-ide pengembangan dan monoton.
3. Inisiatif
Kemampuan seseorang yang bertindak melebihi yang dibutuhkan atau
yang dituntut dari pekerjaan. Adapun indicator positifnya yaitu responsive
melayani kebutuhan stakeholder, bersikap proaktif terhadap kebutuhan organisasi,
memiliki dorongan untuk mengidentifikasi masalah atau peluang dan mampu
mengambil tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah.
4. Pembelajar
Selalu berusaha untuk mengembangkan kompetensi profesionalisme.
Adapun indikator positifnya yaitu berkeinginan dan berusaha untuk selalu
menambah dan memperluas wawasan, pengetahuan dan pengalaman, mengambil
hikmah dan menjadikan pelajaran atas setiap kesalahan, berbagi
pengetahuan/pengalaman dengan rekan kerja. Adapun indikator negatifnya yaitu
tidak memanfaatkan waktu dengan baik, enggan mempelajari hal yang baru,
malas bekerja/bertanya/berdiskusi.

6
5. Menjunjung Meritokrasi
Menjunjung tinggi keadilan dalam pemberian penghargaan bagi karyawan
yang kompeten. Adapun indikator positifnya yaitu berkompetisi untuk
professional, memberikan kesempatan yang setara dalam mengembangkan
kompetensi pegawai, memberikan penghargaan dan hukuman secara proporsional
sesuai kinerja, tidak sewenang-wenang, dan tidak mementingkan diri sendiri.
Adapun indikator negatifnya yaitu menduduki jabatan yang tidak sesuai
dengan kompetensinya, mendapatkan promosihanya karena kedekatan/
primordialisme.
6. Terlibat Aktif
Senantiasa berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Indicator positifnya yaitu
terlibat langsung dalam setiap kegiatan untuk mendukung visi dan misi
kementerian, memberikan dukungan kepada rekan kerja. Adapun indicator
negatifnya yaitu tidak perduli dengan aktivitas lingkungan sekitar (apatis)dan
bersifat pasif, dan menunggu peringatan.
7. Tanpa Pamrih
Bekerja dengan tulus, ikhlas dan dengan penuh dedikasi. Indicator
positifnya yaitu penuh komitmen dalam melaksanakan pekerjaan, rela membantu
rekan kerja lainnya, menunjukkan sikap 4S (senyum, sapa, sopan, dan santun).
Adapun indicator negatifnya yaitu melakukan pekerjaan dengan terpaksa,
berburuk sangka terhadap rekan kerja.

1.2.5. Tugas Pokok dan Fungsi


Sebagai seorang guru sudah sepatutnya selalu ingat akan tugas pokok dan
fungsinya, agar sosok guru senantiasa melekat seiring dengan perubahan zaman
yang semakin maju. Dengan menyadari tugas pokoknya maka ia berhak untuk
selalu disebut sebagai guru professional. Tugas guru secara lebih terperinci
dijelaskan dalam Permendiknas No. 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, diantaranya :
1) Menguasai karakteristik peserta didik
2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
3) Pengembangan kurikulum

7
4) Kegiatan belajar yang mendidik
5) Pengembangan potensi peserta didik
6) Komunikasi dengan peserta didik
7) Penilaian dan evaluasi
8) Bertindak sesuai dengan norma, agama, hokum, social dan kebudayaan
nasional
9) Menunjukan pribadi yan dewasa dan teladan
10) Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi rasa bangga menjadi guru
11) Bersikap inklusif bertindak objektif, serta tidak diskriminatif
12) Komunikasi dengan sesame guru, tenaga pendidikan, orang tua, peserta
didik dan masyarakat
13) Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu
14) Mengembangkan keprofesiaonalan melalui tindakan yang reflektif
Tugas pokok guru menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 15 Pasal 2 tahun 2018 ayat (2) mencakup:
1) Merencanakan pembelajaran atau pembimbingan,
2) Melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan,
3) Menilai hasil pembelajaran atau pembimbingan,
4) Membimbing dan melatih peserta didik,
5) Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan
pokok sesuai dengan beban kerja guru.

1.3. Permasalahan
Dalam pelasksanaan tugas pokok dan fungsi guru sebagai tenaga pendidik
yang perlu dipahami oleh guru sebagai tenaga pendidik yang berkaitan dengan
program pemerintah dalam menggalakkan budaya literasi. Sasaran dari program
literasi ditujukan untuk semua warga sekolah termasuk guru dan siswa. Namun
yang perlu dipahami dan diupayakan adalah bagaimana menerapkan dan
membudayakan literasi bagi siswa.
Adanya kesenjangan antara praktik organisasi dengan harapan-harapan
stakeholder menimbulkan isu yang apabila tidak ditangani secara akan

8
memberikan efek negative terhadap organisasi, bahkan dapat berlanjut ke tahap
krisis.
Berkaitan dengan rancangan aktualisasi ini, sumber isu yang diangkat
berasal dari tugas pokok dan fungsi (Tupoksi), Sasaran Kinerja Pegawai (SKP),
serta kegiatan yang di inisiatif oleh penulis melalui persetujuan couch dan mentor.
Berdasarkan kaitannya dengan Manajemen ASN, Whole of Goverment (WoG),
dan pelayanan Publik, penulis menemukan beberapa permasalahan sebagai
berikut:
1. Belum optimalnya proses pembelajaran matematika di kelas VII SMP Negeri
3 Satu Atap Pematang Jaya
2. Belum optimalnya penataan ruang kelas VII SMP Negeri 3 Satu Atap
Pematang Jaya
3. Kurangnya kepedulian siswa dalam mematuhi peraturan sekolah SMP Negeri 3
Satu Atap Pematang Jaya
4. Kurangnya kesadaran siswa dalam menjaga kebersihan kelas di SMP Negeri 3
Satu Atap Pematang Jaya

1.4. Tujuan dan Manfaat


1.4.1 Tujuan
1. Memahami nilai-nilai dasar profesi PNS yang mencakup Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika publik, Komitmen Mutu, dan Anti korupsi (ANEKA).
2. Mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS dalam melaksanakan
tugas jabatan sehingga menjadi PNS yang profesional.
3. Memenuhi syarat kelulusan Diklat Prajabatan Calon Pegawai Negeri Sipil
Golongan III Provinsi Sumatera Utara Tahun 2020.
1.4.2 Manfaat
1. Bagi Penulis
Memahami Nilai-Nilai Dasar Profesi PNS, yaitu akuntabilitas,
nasionalisme, etika publik, komitmen mutu dan anti korupsi (ANEKA) serta
mampu menerapkannya di tempat kerja.
2. Bagi Unit Kerja
Meningkatnya mutu pelayanan dengan penerapan Nilai-Nilai Dasar
Profesi PNS demi tercapainya visi dan misi organisasi tempat bekerja.

9
BAB II
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MASALAH

2.1. Identifikasi Isu


Pada BAB II ini dijelaskan beberapa isu-isu yang sering ditemui di unit
kerja. Kata isu
yang dimaksud disini sesuai dengan yang dijabarkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, yang berarti masalah yang dikedepankan atau harus segera diselesaikan.
Penetapan isu dalam bab ini merupakan isu-isu yang berkaitan dengan tugas-tugas
peserta selama menjadi CPNS, dalam hal ini tugas pada unit kerja di SMP Negeri
3 Satu Atap Pematang Jaya, Kecamatan Pematang Jaya, Kabupaten Langkat.
Adapun Isu yang terjadi di sekolah saya yaitu :
1. Belum optimalnya proses pembelajaran matematika di kelas VII SMP
Negeri 3 Satu Atap Pematang Jaya
2. Belum optimalnya penataan ruang kelas VII SMP Negeri 3 Satu Atap
Pematang Jaya
3. Kurangnya kepedulian siswa dalam mematuhi peraturan sekolah SMP
Negeri 3 Satu Atap Pematang Jaya
4. Kurangnya kesadaran siswa dalam menjaga kebersihan kelas SMP Negeri 3
Satu Atap Pematang Jaya

2.2. Analisis Isu


Analisis isu bertujuan untuk menentukan isu mana yang sebaiknya
diangkat dan dicari solusi terbaiknya dengan menggunakan analisis Aktual,
Problematik, Kekhalayakan dan Layak (APKL). Aktual yaitu: benar terjadi dan
sedang hangat dibicarakan, Problematik artinya isu yang memiliki dimensi
masalah yang kompleks sehingga perlu dicarikan segera solusinya, Kekhalayakan
artinya menyangkut hajat hidup orang banyak dan Layak artinya isu yang masuk
akal dan realistis serta relevan untuk dimunculkan alternatif pemecahan
masalahnya.
Berikut ini adalah tabel analisis identifikasi isu dengan APKL
Unit Kerja : SMP Negeri 3 Satu Atap Pematang Jaya Kec. Pematang Jaya, Kab.
Langkat

10
Kriteria APKL
No ISU
A P K L

1 Belum optimalnya proses pembelajaran √ √ √ √


matematika di kelas VII SMP Negeri 3 Satu
Atap Pematang Jaya
2 Belum optimalnya penataan ruang kelas VII √ √ √ √
SMP Negeri 3 Satu Atap Pematang Jaya
3 Kurangnya kepedulian siswa dalam √ √ √ √
mematuhi peraturan sekolah SMP Negeri 3
Satu Atap Pematang Jaya
4 Kurangnya kesadaran siswa dalam menjaga √ √ √ ×
kebersihan kelas SMP Negeri 3 Satu Atap
Pematang Jaya
Tabel 2.1 Pemilihan Isu Melalui Kriteria APKL
Keterangan:
A = Aktual P = Problematik K = Kekhalayakan L = Layak/Kelayakan
Berdasarkan alat bantu penetapan isu diatas dapat disimpulkan bahwa isu
nomor satu sampai nomor empat memenuhi semua kriteria yaitu aktual,
problematik, kekhalayakan , dan layak/kelayakan.

2.3. Penetapan Isu dan Analisis Dampak


2.3.1. Penetapan Isu
Berdasarkan hasil dari analisis isu menggunakan metode APKL (Aktual,
Problematik, Kekhalayakan, dan Layak/Kelayakan) diatas, terdapat 4 (empat)
buah isu yang memenuhi kriteria, diantaranya adalah:
1. Belum optimalnya proses pembelajaran matematika di kelas VII SMP
Negeri 3 Satu Atap Pematang Jaya
2. Belum optimalnya penataan ruang kelas VII SMP Negeri 3 Satu Atap
Pematang Jaya
3. Kurangnya kepedulian siswa dalam mematuhi peraturan sekolah SMP
Negeri 3 Satu Atap Pematang Jaya

11
4. Kurangnya kesadaran siswa dalam menjaga kebersihan kelas SMP Negeri
3 Satu Atap Pematang Jaya
Dari keempat isu yang terpilih untuk diangkat akan dianalisasi terlebih
dahulu untuk menilai mana yang menjadi isu paling prioritas untuk diselesaikan.
Analisis akan dilihat dari segi Urgent: seberapa mendesak isu harus dibahas dan
ditindaklanjuti Seriously yaitu Seberapa serius isu itu harus dibahas dan dikaitkan
dengan akibat yang ditimbulkan, Growth yaitu Seberapa besar kemungkinan
memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera.
Kriteria
No ISU Total RANKING
U S G

1 Belum optimalnya proses


pembelajaran matematika di kelas
5 5 5 15 1
VII SMP Negeri 3 Satu Atap
Pematang Jaya
2 Belum optimalnya penataan ruang
kelas VII SMP Negeri 3 Satu Atap 4 4 4 12 2
Pematang Jaya
3 Kurangnya kepedulian siswa
mematuhi peraturan sekolah SMP 4 4 3 11 3
Negeri 3 Satu Atap Pematang Jaya
Tabel 2.2 Penetapan Isu
Keterangan :
1 = Sangat Rendah
2 = Rendah
3 = Sedang
4 = Mendesak
5 = Sangat Urgent/serius/mendesak
Berdasarkan hasil USG diatas maka isu yang prioritas untuk
diaktualisasikan di SMP Negeri 3 Satu Atap Pematang Jaya adalah “Belum
optimalnya proses pembelajaran matematika di kelas VII SMP Negeri 3 Satu
Atap Pematang Jaya”.

12
2.3.2. Analisis Dampak Isu
Setelah mengidentifikasi isu-isu yang terjadi di SMP Negeri 3 Satu Atap
Pematang Jaya dan memilih satu isu yang akan dijadikan bahan aktualisasi di
sekolah, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis dampak dari isu
terpilih tersebut. Dampak dari isu terpilih dijelaskan sebagai berikut:
1. Siswa merasa jenuh ketika belajar matematika
2. Siswa merasa bosan untuk belajar matematika
3. Rendahnya motivasi siswa dalam belajar matematika
4. Siswa merasa kesulitan untuk belajar matematika
5. Rendahnya nilai hasil belajar siswa
Untuk itu diperlukan upaya mengoptimalkan proses pembelajaran
matematika dikelas VII SMP Negeri 3 Satu Atap Pematang Jaya.

2.4. Penetapan Gagasan Kegiatan


Setelah menentukan penetapan prioritas isu, selanjutnya saya akan
menetapkan gagasan kegiatan yang akan dilakukan sebagai solusi dari isu yang
diangkat, yaitu:
No Jenis Kegiatan Sumber Kegiatan

1 Melakukan rotasi tempat duduk siswa dengan cara Kreatifitas


mengambil undian di depan kelas
2 Merancang media pembelajaran dengan power point Kreatifitas

3 Membuat alat peraga kebun aritmatika sosial Kreatifitas


sederhana
4 Melaksanakan proses belajar mengajar menggunakan Tupoksi
model pembelajaran berbasis pada masalah
5 Mengevaluasi siswa tentang pemahaman materi Tupoksi
matematika
Tabel 2.3 Jenis Kegiatan

13
2.5. Role Model
Role model merupakan seseorang yang menjadi panutan yang dijadikan
contoh untuk melaksanakan suatu tindakan atau sikap ke arah yang lebih baik
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi baik sebagai
ASN maupun sebagai seorang guru. Oleh karena itu,
memiliki role model sangat penting bagi ASN.
Adapun yang akan menjadi role model dari rencana
kegiatan aktualisasi ini adalah Bapak Setiadi Syahputra
Sembiring, S.Pd. Beliau merupakan Wakil Kepala
Sekolah SMP Negeri 3 Satu Atap Pematang Jaya. Hal
yang membuat penulis menjadikan beliau sebagai role
model adalah beliau merupakan sosok yang disiplin dalam hal waktu, datang ke
sekolah selalu tepat waktu tidak pernah lewat dari jam 7 pagi, kreatif dan inovatif
dalam mengajar selalu menggunakan model pembelajaran yang berbeda setiap
mengajar dan bertanggungjawab dalam pekerjaan.

14
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

3.1. Nilai-Nilai Dasar Aparatur Sipil Negara


Dalam membuat rancangan aktualisasi ini, saya menerapkan nilai-nilai
dasar ASN
yang terdiri dari ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu, dan
Anti Korupsi). Penjelasan lebih lanjut tentang nilai-nilai dasar PNS sangat penting
sebagai pegangan setiap aparatur sipil negara dalam menjalankan tugas dan
fungsinya.

3.1.1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang dekat dengan administrasi
publik pemerintahan (Lembaga eksekutif pemerintah, lembaga legislatif parlemen
dan lembaga yudikatif kehakiman). Akuntabilitas adalah kewajiban setiap
individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya. Akuntabilitas adalah kewajiban atau pertanggung jawaban yang harus
dicapai dan harus ada bentuk laporan nya.
Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah:
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok dan pribadi.
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktik.
c. Memperlakukan warga Negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik.
d. Menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan.
e. Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap
level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan
pertanggung jawaban laporan kegiatan kepada atasannya.

15
Nilai dasar akuntabilitas meliputi: professional, integritas, kepemimpinan,
transparansi, tanggung jawab, keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan,
konsisten dan mendahulukan kepentingan publik.
Banyak dampak yang dapat ditimbulkan apabila PNS sebagai manifestasi
pemerintah dalam pelayanan publik, pelaksana kebijakan, dan perekat pemersatu
bangsa tidak menjalankan tugasnya secara akuntabel. Hal tersebut dapat memicu
terjadinya berbagai permasalahan/ konflik di masyarakat seperti disintegritas,
penyalahgunaan wewenang, konflik kepentingan, tidak adanya transparansi dan
kemudahan akses informasi, serta ketidakadilan dalam pelayanan.

3.1.2. Nasionalisme
Nasionalisme adalah pondasi bagi Aparatur Sipil Negara untuk
mengaktualisasikan
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya dengan orientasi mementingkan
kepentingan publik,
bangsa dan negara atau sering juga diartikan sebagai paham kebangsaan.
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN.
Nasionalisme adalah pondasi bagi Aparatur Sipil Negara untuk
mengaktualisasikan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya dengan orientasi
berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa dan Negara dan tidak lagi
memikirkan kepentingan pribadi dan dan golongan.
Setiap pegawai ASN wajib memiliki jiwa nasionalisme Pancasila yang
kuat dalam menjalankan fungsi dan tugasnya.Jiwa nasionalisme Pancasila ini
harus menjadi dasar yang mengilhami setiap gerak langkah dan semangat bekerja
untuk bangsa dan Negara.Untuk itu, setiap Pegawai Negeri Sipil sebagai bagian
dari ASN harus senantiasa taat menjalankan nilai-nilai Pancasila.
Nasionalisme Pancasila sendiri ialah pandangan atau paham kecintaan
manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-
nilai Pancasila.
Sikap dan semangat nasionalisme sudah sepatutnya dimiliki dan
ditunjukkan oleh seorang PNS, karena status PNS sebagai abdi negara dan digaji
oleh rakyat. Setiap pikiran, ucapan dan tindakan seorang PNS bisa jadi oleh
sebagian masyarakat dimaknai sebagai cerminan pikiran, ucapan dan tindakan

16
negara. Kebijakan yang diambil harus mengutamakan kepentingan nasional dan
berada di atas kepentingan pribadi, keluarga dan golongan. Selain itu segala
tindakan harus selalu berpegang teguh dan mencerminkan pengamalan sila-sila
dalam Pancasila sehingga dapat meningkatkan citra dan kualitas Nasionalisme
PNS sebagai bagian dari bangsa Indonesia. PNS juga harus menjadi teladan dalam
menerapkan nilai-nilai nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari yang bersumber
dari Pancasila dalam rangka sebagai perekat dan pemersatu bangsa.

3.1.3. Etika Publik


Etika berasal dari kata Yunani, Ethos, yang berarti watak kesusilaan atau
adat. Etika juga dipandang sebagai karakter atau etos individu/kelompok
berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma luhur.
Etika publik merupakan refleksi atas standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah tindakan keputusan, perilaku untuk mengarahkan
kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Nilai dasar etika publik adalah
1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila
2. Setia dan mempertahankan UUD 1945
3. Menjalankan tugas secara professional dan tidak berpihak
4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
5. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif
6. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur
7. Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik
8. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan program pemerintah
9. Memberikan layanan publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, cermat,
akurat, berdaya guna, dan santun
10. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi
11. Menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama
12. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai
13. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
14. Meningkatkan efektifitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir

17
3.1.4. Komitmen Mutu
Pengertian mutu adalah kesesuaian terhadap spesifikasi atau standar yang
ditetapkan (Juran dalam Yamit, 2010: 7-8).
Sedangkan Lima pilar dalam manajemen mutu menurut Bill Creech adalah
produk, proses, organisasi, pemimpin, dan komitmen. Komitmen mutu
berlandaskan pada beberapa prinsip (LAN RI, 2015).
Dari kedua pendapat tersebut maka peneliti dapat mengambil kesimpulan,
yaitu Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik dengan
berorientasi pada kualitas hasil.
Adapun nilai-nilai komitmen mutu antara lain: mengedepankan komitmen
terhadap kepuasan masyarakat (berorientasi mutu), memberikan layanan yang
menyentuh hati, memberikan layanan yang cepat, tepat dan senyum, memberikan
layanan yang dapat memberikan perlindungan kepada publik, upaya perbaikan
secara berkelanjutan.
Adapun Nilai – nilai yang terkandung dalam komitmen mutu adalah :
1. Efektif 4. Inovatif
2. Efesien 5. Mutu
3. Kreatif

3.1.5. Anti Korupsi


Anti korupsi adalah sikap dan tindakanyang dilakukan untuk memberantas
segala tingkah laku atau tindakan yang melawan norma-norma dengan tujuan
memperoleh keuntungan pribadi, merugikan negara atau masyarakat. Nilai-nilai
yang terkandung:

- Jujur
- Peduli
- Mandiri
- Tanggung jawab
- Sederhana
- Disiplin
- Adil

18
- Kerja keras
- Berani

3.2. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI


Indonesia sebagai negara hukum telah menempatkan landasan yuridis bagi
warga negaranya dalam memperoleh pekerjaan yang layak, sebagaimana tertulis
dalam Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi: “Tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”.
Isi pasal tersebut, Negara menyadari akan arti penting dan mendasarnya
masalah pekerjaan bagi kelangsungan hidup manusia. Manusia untuk menjaga
kelangsungan hidupnya, maka perlu bekerja untuk menghasilkan sesuatu imbalan
berupa materi, dan salah satu dari pekerjaan itu adalah dengan cara mengabdi
pada Negara dengan menjadi Pegawai Negeri.
Kedudukan dan peranan pegawai dalam setiap organisasi pemerintahan
sangatlah menentukan, sebab Pegawai Negeri merupakantulang punggung
pemerintah dalam melaksanakan pembangunan nasional.Untuk menjalakan
kedudukannya, pegawai ASN berfungsi sebagai Pelaksana Kebijakan Publik,
Pelayan Publik, dan Perekat dan Pemersatu Bangsa.
Selanjutnya Pegawai ASN bertugas:
1. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan pereaturana perundang-undangan
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, dan
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan republik Indonesia.
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas
dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Pegawai ASN
dilarang menjadi birokrasi dari pengaruh partai politik, hal ini dimaksudkan untuk
menjamin keutuhan, kekompakan dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan
segala perhatian, pikiran dan tenaga pada tugas yang dibebankan kepadanya.
Kedudukan ASN berada di pusat, daerah dan luar negeri. Namun demikian
pegawai ASN merupakan satu kesatuan. Kesatuan bagi ASN ini sangat penting

19
mengingat adanya desentralisasi dan otonomi daereah, sering terjadi adanya isu
putra daerah yang hampir terjadi dimana-mana sehingga perkembangan birokrasi
menjadi stagnan di daerah-daerah. Kondisi tersebut merupakan ancaman bagi
kesatuan bangsa.

3.2.1. Manajemen ASN


Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai
ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil negara yang unggul selaras dengan
perkembangan zaman.
Berdasarkan jenisnya ASN terdiri dari TNI, Polri, PNS, dan PPPK.
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur sipil negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh
pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi
semua golongan
dan partai politik. Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, pegawai ASN
berfungsi sebagai pelaksanan kebijakan publik; pelayan publik; dan perekat dan
pemersatu bangsa.ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode
perilaku.Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan
kehormatan ASN.

3.2.2. Pelayanan Publik


Pelayanan publik adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan
cara-cara ter
tentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal tercipta kepuasan
dan keberhasilan. Setiap pelayanan menghasilkan produk,baik berupa barang
maupun jasa. Terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu
organisasi penyelenggarapelayanan publik, penerima layanan (pelanggan),dan
kepuasan yang diberikan dan/atau yang diterima oleh penerima layanan
(pelanggan).

20
Pelayanan publik yang baik didasarkan pada prinsip-prinsip yang
digunakan untuk merespon berbagai kelemahan yang melekat pada tubuh
birokrasi. Prinsip-prinsip tersebut terdiri dari: partisipatif, transparan, responsif,
tidak diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel,
dan berkeadilan.

3.2.3. Whole of Government


Whole of government (WoG) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna
mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan
pelayanan publik. WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu
pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-
urusan yang relevan.
Faktor- faktor yang mempengaruhi tumbuhnya whole of government adalah:
1. Faktor eksternal, seperti dorongan publik dalam mewujudkan integrasi
kebijakan, program pembangunan dan pelayanan agar tercipta penyelenggaraan
pemerintahan yang lebih baik. Selain itu, perkembangan teknologi informasi,
situasi dan dinamika kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong
pentingnya WoG dalam menyatukan institusi pemerintah sebagai
penyelenggara kebijakan dna layanan publik.
2. Faktor Internal, seperti adanya fenomena ketimpangan kapasitas sektoral
sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam pembangunan.
Selain itu, adanya perbedaan-perbedaan orientasi sektor dalam pembangunan
bisa menyebabkan tumbuhnya ego sektoral yang mendorong perilaku dan nilai
individu maupun kelompok yang menyempit pada kepentingan sektornya.
Keberagaman latar belakang nilai, budaya, dan adat istiadat mendorong adanya
potensi disintegrasi bangsa.

21
22

Anda mungkin juga menyukai