Anda di halaman 1dari 6

Energetik Pembentukan Senyawa X

A. Kapustinskii

Kapustinskii menyatakan bahwa tetapan Madelung (A), jarak antara kation dengan
anion, dan rumus empirik dari senyawa ionik adalah berhubugan. Jika suatu senyawa ionik
yang tidak diketahui struktur kristalnya, besar energy kisinya dapat diperkirakan berdasarkan
persamaan berikut :
−¿
Z 34,5
U = 120.200 v Z +¿ r o
(1−
ro
)¿
¿

V adalah jumlah ion per “spesies” senyawa ionic dan ro adalah jumalh jari – jari
kation dan anion. Jari – jari yang digunakan bersesuaian dengan bilangan koordinasi dari ion
– ion tersebut. Energi kisi Kristal KBr, struktur Kristal KBr sama dengan struktur Kristal
NaCl. Bilangan koordinasi K+ DAN Br- adalah 6 sehingga, jari – jari ion –ion tersebut harus
diambil sesuai bilangan koordinasinya 6. Berikut perhitungan untuk energy kisi KBr melalui
persamaan Kapustinskii.

V= 2; Z+ = +1; Z- = -1; r(K+) = 152 pm; r(Br-) = 182 pm; ro= 334 pm.

120.200× 2× 1×(−1) 34,5


U= (1− ) kJ/mol
334 334

U = -645,4 kJ/mol.

Selain Persamaan Kapustinskii ada persamaan Born – Lamde yang juga dapat
digunakan untuk menghitung energy kisi kristal senyawa ionik apabila struktur kristal
senyawa ionic dan jarak antara kation dan anion telah diketahui. Struktur senyawa ionic
diperlukan untuk mendapatkan harga tetapan mendelung yang tepat. Struktur Kristal senyawa
ionik dan jarak antara kation dengan anion adalah diperoleh berdasarkan eksperimen dengan
menggunakan metode difraksi sinar X atau difraksi netron. Berikut nilai energi kisi dari KBr
Uo eksperimen = -671,1 ; Uo Born – Lande = -659,8 dan Uo hasil koreksi =-679,5.
i. Atomisasi atau disosiasi Kalium. Pada tahap ini padatan K diubah menjadi atom K
fase gas. Energi yang menyertai tahap ini disebut energi atomisasi, ∆ H A . Tahap ini
berlangsung secara endotermik karena diperlukan sejumlah energi untuk memutuskan
ikatan logam atom – atom K yang terdapat dalam logam kalium. Berikut persamaan
reaksi pada tahap daur sebagai berikut :
K (s) → K (g) ; ∆ H A (K) = 90 kJ/mol
ii. Atomisasi atau disosiasi Bromida. Pada tahap ini cairan Br diubah menjadi atom Br
fase gas. Energi yang menyertai tahap ini disebut energi atomisasi atau disosiasi
ikatan, ∆ H D . Tahap ini berlangsung secara endotermik karena diperlukan sejumlah
energi untuk memutuskan ikatan kovalen antara dua atom Br. Persamaan reaksi untuk
tahap ini sebagai berikut :
½ Br2 (l) → Br (g) ; ∆ H D = 193 kJ/mol
iii. Ionisasi atom kalium, pada tahap ini atom K dalam fase gas terionisasi menjadi ion
K+. Energi tahap ini disebut energi ionisasi (EI). Tahap ini berlangsung secara
endotermik karena diperlukan sejumlah energi untuk mengatasi gaya tarik inti
terhadap electron yang akan dieksitasi sampai jarak tak terhingga (dilepaskan ) dari
atom K. Berikut persamaan reaksi pada tahap ini :
K (g) + Br (g) → K+ (g) + Br (g) + e ; EI = 419 kJ/mol
iv. Ionisasi atom bromida. Pada tahap ini atom Br dalam fase gas terionisasi menjadi ion
Br. Energi yang menyertai tahap ini disebut afinitas electron (AE), berlangsung
secara eksotermik karena gaya tarik inti atom Br terhadap elektron yang akan
memasuki atom tersebut lebih kuat dibanding kan gaya tolak electron – electron pada
atom Br terhadap terhadap electron yang akan memasuki atom tersebut. Berikut
persamaan reaksi pada tahap ini sebagai berikut :
K+ (g) + Br (g) + e → K+ (g) + Br (g) ; AE=-324,6 kJ/mol
v. Pembentukan pasangan ion K+Br. Pada tahap ini ion Na+ (g) dan ion Cl (g)
membentuk pasangan ion berfase gas. Energi yang menyertai tahap ini disebut energi
pasangan ion Upi. Tahap ini berlangsung secara Isotermik karena terjadi gaya tarik
elektrostatik atau ikatan ionic antara dua ion dengan muatan yang berlawanan. Berikut
persamaannya :
K+ (g) +Br( g ) → K+Br(g) Upi = -474 kJ/mol
vi. Pembentukan kisi Kristal KBr. Pada tahap ini K+Br(g) berubah menjadi kisi Kristal
KBr. Energi yang menyertai tahap ini disebut Ukisi. Tahap ini berlangsung secara
eksotermik karena terjadi gaya tarik elektrostatik atau ikatan ionik yang lebih banyak
antara pasangan – pasangan ion untuk membentuk kisi Kristal.
K+Br(g)→ KBr (g) Ukisi= – 215 kJ/mol
 UO = Upi + Ukisi
UO = -474 kJ/mol – 215 kJ/mol
UO = -689 kJ/mol
 ∆ H F = ∆ H A (K) + 1/2∆ H D(Cl2) +EI + AE + UO
∆ H F = 90 kJ/mol + 193 kJ/mol + 419 kJ/mol + -324,6 kJ/mol + -689 kJ/mol
∆ H f = -311,6 kJ/mol
K+ (g) + e + Br (g)

(iv) AE=-324,6 kJ/mol

(iii) EI = +419 kJ/mol

K+ (g) + Br (g)

Upi = -474 kJ/mol (v)

K (g) + Br (g)

½ Br2 (l) → Br (g) (ii) 1/2 ∆ H D (Br2= 193 kJ/mol

K (s) → K (g) (i) ∆ H A (K) = 90 kJ/mol

K+Br (g)

UO = -689 kJ/mol

∆ H f ( KBr) = -311,6 kJ/mol (vi) Ukisi= – 215 kJ/mol

KBr(s)

Gambar Daur Born Haber pembentukan Kristal KBr dari unsur unsurnya.
B. Energi Bebas
Energi bebas gibs adalah fungsi kuantitas termodinamika yang menyatakan hubungan anatr
entalpi, entropi dan temperatur sistem.
Persamaannya :
∆ G=∆ H−T . ∆ s
Jika
1. ∆ G<0 , reaksi berlangusng spontan
2. ∆ G=0, reaksi dalam kesetimbangan
3. ∆ G>0 , reaksi tidak berlangsung

KBr2(s) KBr2(s) + ½ Br2 (g)

-U O (KBr2)¿ 0 U O (KBr)¿ 0 – 1/2∆ H D(Br2)

K
2+ ¿¿
(g) K +¿¿ (g) K(g)

+ + -EA¿ 0
∆ H =0
2 Br −¿(g)¿
Br−¿ ( g) ¿ + Br−¿(g)¿

Beikut perhitungan energi bebas pada KBr2(s) :


120.200× 2× 1×(−1) 34,5
 U 1= (1− ) kJ/mol
334 334
U1 = -645,4 kJ/mol.
120.200× 3× 1×(−2) 34,5
 U2 = (1− ) kJ/mol
334 334
U2 = -1936 ,24 kJ/mol.
∆ H r = - U o (KBr2) - EI2 + U o (KBr) – AE – 1/2∆ H D (Br2)
∆ H r = -(-1936 ,2) – 4562,4 - 645,4 – (-324,6) – 193.
∆ H r = - 3140 kJ/mol.
Harga ∆ H r yang sangat negatif menunjukkan bahwa KBr2 cenderung mudah terurai
menjadi KBr dan Br2
Kestabilan suatu senyawa dapat diramalkan berdasarkan harga energi bebas reaksinya
∆ Gr =∆ H r - T∆ S r dengan T temperature dan ∆ S r adalah entropi reaksi. Pada reaksi KBr2(s)
→ KBr (s)+ ½ Br2 (g) terjadi kenaikan entropi karena jumlah spesies sesudah reaksi adalah
lebih banyak dibandingkan sebelum reaksi dibandingkan sebelum reaksi. Disamping itu, juga
disebabkan oleh adanya hasil reaksi berfase gas . Harga T selalu positif maka harga T∆ S r >0
dan akan memeperkecil harga ∆ Gr atau semakin negative.
∆Gr = ∆ H r −T . ∆ s
kJ
∆Gr = −2876,4 mol −T . ∆ s
1
Karena harga ∆ G<0 , maka peruraian KBr2 (s)→ KBr ( s )+ 2 Br ( g) akan berlangsung
2

secara spontan. KBr (s) lebih stabil dibandingkan KBr2 (s).

Reaksi/Pelarutan senyawa KBr dalam air

A. Sifat atau perilaku senyawa KBr dalam air


Kalium bromida merupakan garam ionik yang dapat larut dalam air dengan
rumus kimia KBr. Kelarutan senyawa kalium bromide menyebabkan terjadinya
interaksi antara garam ionik dengan suatu sistem biologis, mengamati sifat interaksi
dari masing-masing molekul merupakan suatu proses yang sangat kompleks dan akan
sulit jika melalui percobaan. Penelitian ini bertujuan sebagai salah satu cara untuk
memahami interaksi senyawa ionik kalium bromida dengan molekul lain.
Dalam larutan berair encer, kalium bromida memiliki rasa manis, pada
konsentrasi lebih tinggi rasanya pahit, dan rasanya asin saat konsentrasinya semakin
tinggi. Efek ini terutama disebabkan oleh sifat ion kalium-natrium bromida yang
rasanya asin pada konsentrasi apapun. Dalam konsentrasi tinggi, kalium bromida
sangat mengganggu selaput lambung, menyebabkan mual dan terkadang muntah (efek
khas dari semua garam kalium yang larut).

B. Reaksi pelarutan senyawa KBr dalam air


Larut atau tidaknya senyawa ionic juga dapat diamati dari nilai perubahan energy
bebas larutannya
∆ Glarutan =∆ H larutan −T . ∆ S
1. ∆ H larutan < 0 dan ∆ G<0 , maka spontan danmudah larut dalam air
2. ∆ H larutan > 0 namun ∆ G<0 ,maka spontan dan sulit larut dalam air
3. ∆ H larutan > 0 dan ∆ G>0 , maka spontan dantidak larut dalam air

Semakin positif ∆ H larutan maka peluang senyawa ionic untuk larut dalam air
akan semakin kecil.

Jika ∆ H larutan dan ∆ S dianggap tetap maka kelarutan senyawa ionic dalam air
akan meningkat dengan naiknya suhu T.

Dari perhitungan ∆ H larutan senyawa KBr diperoleh hasil bahwa senyawa KBr bereaksi
spontan dan mudah larut dalam air. Selain itu KBr tergolong elektrolit kuat yang
dapat menghantarkan listrik dan terionisasi sempurna. Reaksi senyawa KBr sebagai
reaksi endoterm maka saat bereaksi langsung terjadi peneyrapan kalor atau paans dari
lingkungan menuju system.

C. Energi yang menyertai ketika larut dalam air/bereaksi dengan air

Anda mungkin juga menyukai