Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)
APENDISITIS

Oleh:
Kelompok 5 & 6

Christy N. Daka Dinces R. D. Moha

Cintranu R. G. Deta Dionisia J. M. Fahik

Desilva K. Kanggu Dominikus D. Sesi

Desta Reponata

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Apendisitis

Sub Pokok Bahasan : Penatalaksaan Apendisitis

Sasaran : Keluarga pasien, dan pengunjung

Tempat : R. Bedah RSUD dr. Soedarsono pasuruan

Hari / Tanggal : Sabtu, 12 Februari 2022

Waktu : 30 - 40 menit

Penyuluh : Mahasiswa Profesi Ners

I. Tujuan

A. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan selama 30 menit, sasaran diharapkan mampu
memahami apendisitis dan mengetahui cara menghindarinya.
B. Tujuan khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit sasaran mampu:
 Menjelaskan kembali definisi apendisitis dengan benar
 Menyebutkan sedikitnya 5 faktor yang menjadi penyebab apendisitis dengan benar.
 Menjelaskan komplikasi apendisitis terhadap organ tubuh lain dengan benar.
 Menyebutkan sedikitnya 5 gejala umum apendisitis dengan benar.
 Menyebutkan sedikitnya 5 upaya untuk menghindari apendisitis dengan benar.

C. Rencana Kegiatan
Metode : Ceramah, diskusi.
Media dan Alat Bantu : Leafleat
Tempat dan Waktu
Tempat Kegiatan : Ruang bedah RSUD soedarsono pasuruan
Hari/Tanggal : Sabtu, 12 Februari 2022
Materi dan Pemateri : Mahasiswa profesi Ners
Moderator : Mahasiswa profesi Ners
Fasilitator : Mahasiswa profesi Ners
Sasaran : Pasien, keluarga pasien, dan pengunjung di ruang bedah RSUD
Soedarsono Pasuruan
Waktu : 30 - 40 menit

D. Kegiatan Penyuluhan

Tahap
Kegiatan perawat Kegiatan klien Media
Kegiatan
Pembukaan 1. Salam pembuka 1. Menjawab salam 1. Ceramah
2. Memperkenalkan diri 2. Menyambut penyaji 2. Diskusi
( 5 menit)
3. Menjelaskan maksud dan 3. Mendengarkan
keterangan penyaji
tujuan penyuluhan
4. Menyampaikan
4. Menggali pengetahuan peserta
pengetahuan tentang
tentang materi yang akan
materi yang
disampaikan
Disampaikan

Penyajian dan 1. Feedback konsep penyakit 1. Peserta berperan aktif 1. Ceramah


dan antusias 2. Diskusi
diskusi apendisitis
a. Peserta menjawab
( 20 menit) a. Penyaji menanyakan pertanyaan penyaji
tentang konsep
pengetahuan peserta tentang apendisitis
apendisitis

b. Penyaji memberikan c. Peserta menyimak


reinforcement jawaban peserta
Apa yang
disampaikan penyaji
d. Penyaji menyimpulkan konsep
e. Peserta memahami
apendisitis konsep apendisitis
2. Mendiskusikan konsep 2. Peserta berperan aktif 1. Ceramah
apendisitis dan antusias 2. Diskusi
a. Penyaji menjelaskan a. menyimak apa yang
pengertian apendisitis
disampaikan penyaji
b. Penyaji menjelaskan tanda-
tanda apendisitis b. Peserta memahami
c. Penyaji menjelaskan apa konsep apendisitis
yang harus dilakukan bila
mengalami apendisitis
d. Penyaji menjelaskan apa 3. Peserta berperan aktif
yang dilakukan setelah
dan antusias
pulang dari rumah sakit
e. Penyaji menjelaskan akibat a. Peserta menjawab
tidak mendapatkan
pertanyaan penyaji
penanganan yang benar
f. Penyaji menjelaskan cara tentang konsep
Mencegah apendisitis apendisitis
3. Evaluasi pemahaman peserta b. Peserta menyimak
a. Penyaji mengevaluasi apa yang
kembali materi yang telah disampaikan penyaji
di jelaskan c. peserta memahami
konsep apendisitis
Penutup 1. Menyimpulkan kembali materi 1. Peserta Tanya
(5 menit) Memperhatikan apa jawab
yang telah disampaikan
yang disimpulkan
2. Memberikan motivasi kepada
penyaji
keluarga agar selalu optimis
2. Peserta termotivasi
dalam merawat anggota
keluarganya yang sedang
dirawat

3. Memberi salam penutup 3. Peserta menjawab


salam penutup

E. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi terstruktur
a. Adanya koordinasi antara pemateri, peserta penyuluhan dan panitia penyelenggara
selama acara penyuluhan berlangsung.
b. Persiapan acara penyuluhan dapat dilakukan dengan baik, misalnya dalam
penyiapan kursi, absensi dan leaflet.
2. Evaluasi proses
a) Peserta datang tepat waktu sesuai dengan kontrak waktu
b) Peserta aktif mendengarkan dan menyimak acara penyuluhan
c) Peserta aktif bertanya topik yang dibahas pada sesi tanya jawab
d) Peserta mampu merespon pertanyaan yang diberikan pemateri
3. Evaluasi hasil
Peserta mampu menjawab kembali materi yang telah disampaikan dengan benar
melalui pertanyaan lisan (75%).

F. Lampiran
1. Materi
2. Leaflet
3. Dokumentasi
Materi Penyuluhan
Apendisitis

A. Definisi
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum). Infeksi ini mengakibatkan
peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi
yang umumnya berbahaya. (Wim de Jong et al. 2005) Diagnosa klinis intra apendisitis akut,
menurut Cloud dan Boyd dapat dibagi menjadi beberapa tingkat sesuai dengan perubahan dan
tingkat peradangan apendiks, yaitu:
1. Apendisitis Akut sederhana
Gejalanya diawali dengan rasa kurang enak di ulu hati atau daerah pusat, mungkin
disertai dengan kolik, muntah, kemudian anoreksia, malaise, dan demam ringan. Pada
fase ini seharusnya didapatkan adanya leukositosis. Pada fase ini apendiks dapat terlihat
normal, hiperemi atau oedem, tak ada eksudet serosa.
2. Apendisitis Akut Supurativa
Ditandai dengan adanya rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di
titik Mc Burney, adanya defans muskuler dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan
defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tandatanda periotnitis
umum, seperti demam tinggi. Bila perforasi barn terjadi, leukosit akan pergi ke jaringan-
jaringan yang meradang tersebut, maka mungkin kadar leukosit di dalam darah dapat
turun, sebab belum sempatnya tubuh merespon kebutuhan leukosit yang tiba-tiba
meninggi. Namun setelah tubuh sempat merespon kebutuhan ini maka jumlah leukosit
akan meninggi didalam darah tepi. Apendisitis akut supurativa ini kebanyakan terjadi
karena adanya obstruksi. Apendiks dan meso apendiks udem, hiperemi, dan di dalam
lumen terdapat eksudat fibrino purulen.
3. Apendisitis Akut Gangrenosa
Tampak apendiks udem, hiperemis, dengan gangren pada bagian tertentu, dinding
apendiks berwama ungu, hijau keabuan atau merah kehitamann. Pada apendiksitis akut
gangrenosa ini bisa terdapat mikroperforasi.
4. Apendisitis Akut Perforasi
Pada dinding apendiks telah terjadi ruptur, tampak daerah perforasi yang dikelilingi oleh
jaringan nekrotik.
5. Apendisitis Akut Abses
Abses akan timbul di fossa iliaka kanan lateral dekat cecum, retrocaecal dan pelvis.
Mengandung pus yang sangat banyak dan berbau.

B. Etiologi
Apendiks merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi menghasilkan lender
1-2 ml/hari yang normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke
sekum. Hambatan aliran lender dimuara apendiks tampaknya berperan dalam
pathogenesis apendiks. (wim de jong) Menurut klasifikasi:
1. Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bacteria. Dan factor
pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu hyperplasia
jaringan limfe, fikalit (tinja atau batu), tumor apendiks, dan cacing askaris yang dapat
menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa apendiks karena parasit
(E.histolytica).
2. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang
mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis
akut pertama kali sembuh spontan. Namun apendisitis tidak pernah kembali ke bentuk
aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut.
3. Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari
2 minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik (fibrosis
menyeluruh didinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya
jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltrasi sel inflamasi kronik), dan
keluhan menghilang setelah apendiktomi.
C. Manifestasi Klinis
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar
(nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilicus atau periumbilikus. Keluhan ini
biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu
makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan
bawah, ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya,
sehingga merupakan nyeri somatic setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya
nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa
memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap berbahaya karena bisa mempermudah
terjadinya perforasi. Terkadang apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah
sekitar 37,5-38,50C.
Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari
apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang.
Berikut gejala yang timbul tersebut:
1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindung
oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda
rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada
saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan.
2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis Bila apendiks terletak di dekat atau menempel
pada rectum, akan timbul gejala dan rangsangan sigmoid atau rectum, sehingga
peristaltic meningkat, pengosongan rectum akan menjadi lebih cepat dan berulang-
ulang (diare).
3. Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadi
peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.

D. Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat berkembang
menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10% sampai 32%. Insidens lebih
tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri.
Gejala mencakup demam dengan suhu 37,0C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri
atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu (Smeltzer C.Suzanne, 2002).
E. Penatalaksanaan
Tata laksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendektomi. Keterlambatan
dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi. Teknik laparoskopik, apendektomi
laparoskopik sudah terbukti menghasilkan nyeri pasca bedah yang lebih sedikit, pemulihan
yang lebih cepat dan angka kejadian infeksi luka yang lebih rendah. Akan tetapi terdapat
peningkatan kejadian abses intra abdomen dan pemanjangan waktu operasi. Laparoskopi itu
di kerjakan untuk diagnosa dan terapi pada pasien dengan akut abdomen, terutama pada
wanita. (Birnbaum BA).
F. Pencegahan
Apendisitis atau peradangan usu buntu merupakan penyakit yang tidak bisa dicegah.
Hanya saja bagi orang yang mengkonsumsi serat yang cukup akan membantu mengurangi
penyumbatan pada usus buntu. Oleh karenanya penting bagi kita untuk selalu menyediakan
makanan berupa sayur-sayuran dan buah-buahan yang segar agar kita memperolah cukup
serat. Tindakan pencegahan sebenarnya lebih menekankan pada kehati-hatian dalam melihat
gejala, bila sudah timbul berbagai gejala maka segera memeriksakan keadaan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba
Medika.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA NIC-NOC Jilid 1. Jogjakarta:
Penerbit Mediaction

Anda mungkin juga menyukai