Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIPERTENSI

OLEH :
PUTU SHARMILLA PRAMESTY DEWI
NIM: P07120015100

TINGKAT 3.3 D-III KEPERAWATAN

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

HIPERTENSI

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensinya yang
terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok,
obesitas, inaktivitas fisik dan stres psikososial. Hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Sheps,2005).
Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH),
saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di
antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita
tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat. Di Indonesia
masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita
hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004. Hasil SKRT
1995, 2001 dan 2004 menunjukkan penyakit kardiovaskuler merupakan
penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20–35%
dari kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi. Dari hasil catatan
kegiatan posyandu lansia yang dilakukan satu bulan sekali di banjar bumi
santhi, terdapat 7 lansia menderita hipertensi dari 20 orang lansia yang
berobat.
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang
memberi gejala yang akan berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke
(untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan
left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak
yang berupa stroke, hipertensi adalah penyebab utama stroke yang
membawa kematian tinggi. Menurut Gunawan (2001) penyebab hipertensi
diantaranya karena faktor keturunan, ciri dari perseorangan serta kebiasaan
hidup seseorang. Seseorang memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. Oleh
karenanya pengelolaan hipertensi oleh keluarga sangat penting untuk
mencegah terjadinya hipertensi dan menanggulangi komplikasi akibat
hipertensi.
Penatalaksanaan hipertensi seperti kepatuhan diet, modifikasi
lingkungan, dan sebagainya merupakan hal penting yang dapat mengontrol
hipertensi pada lansia. Dalam melaksanakan pengobatan hipertensi ini,
dukungan dan motivasi kepada lansia penting dilakukan oleh keluarga,
karena keluarga memberikan pengaruh yang penting dalam mempercepat
kesembuhan lansia. Dengan pemberian edukasi yang dilakukan oleh
perawat kepada keluarga mengenai hipertensi dan cara penanggulangannya
diharapkan tekanan darah lansia berada dalam kisaran normal serta
mencegah terjadinya kekambuhan stroke pada anggota keluarga yang
menderita stroke sebelumnya akibat hipertensi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 40 menit, lansia dan keluarga
mengetahui tentang penyakit hipertensi dan penatalaksanaannya.
2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 40 menit, diharapkan sasaran
penyuluhan dapat mengetahui tentang:
a. Pengertian Hipertensi
b. Penyebab Hipertensi
c. Tanda dan gejala Hipertensi
d. Komplikasi Hipertensi
e. Pencegahan Hipertensi
f. Cara membuat jus melon
C. MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian Hipertensi
2. Penyebab Hipertensi
3. Tanda dan gejala Hipertensi
4. Komplikasi Hipertensi
5. Pencegahan Hipertensi
6. Cara membuat jus melon untuk menurunkan hipertensi

D. METODA
Ceramah, diskusi, demonstrasi

E. MEDIA
Leaflet

F. ALAT & BAHAN


1. Alat:
a. Pisau
b. Blender
c. Gelas
2. Bahan:
a. Buah melon
b. Air putih

G. SASARAN
Pasien Ny. WN

H. WAKTU DAN TEMPAT


Hari, tanggal : Jumat, 8 Desember 2017
Jam : Pukul 13.00 – 13.40 WITA
Tempat : Rumah pasien di Br. Keden, Desa Ketewel, Kec. Sukawati,
Gianyar
I. KEGIATAN
LANGKAH- KEGIATAN KEGIATAN
NO. WAKTU
LANGKAH PENYULUH SASARAN
1. Pendahuluan 3 menit  Salam Pembukaan  Sasaran antusias
 Perkenalan Diri atas kedatangan
 Penyampaian Tujuan penyuluh
 Kontrak Waktu  Sasaran menjawab
salam penyuluh
2. Penyajian 15 menit Penyampaian materi :  Sasaran menyimak
a. Apersepsi dengan cermat apa
b. Menjelaskan yang disajikan oleh
pengertian hipertensi penyuluh
c. Menjelaskan penyebab  Bertanya apabila
hipertensi terdapat hal-hal
d. Menjelaskan tanda dan yang belum jelas
gejala hipertensi  Mencatat hal-hal
e. Menjelaskan penting yang
komplikasi hipertensi dijelaskan oleh
f. Menjelaskan penyuluh.
pencegahan hipertensi
3. Demonstrasi 10 menit  Mendemonstrasikan  Sasaran
cara pembuatan jus memerhatikan
melon dengan seksama
4. Re-Demonstrasi 5 menit  Sasaran mempraktikan  Sasaran dapat
kembali apa yang mengulang
sudah diperagakan demonstrasi
5. Tanya Jawab dan 5 menit  Sasaran Memberikan  Memberi respon
Evaluasi pertanyaan mengenai dengan menjawab
hal-hal yang belum pertanyaan
dimengerti penyuluh dengan
 Penyuluh memberi antusias.
pertanyaan terkait
materi yang telah
disajikan.
6. Penutup 2 menit  Menyimpulkan Sasaran berterima kasih
penyampaian materi dan menjawab salam
 Menyampaikan terima penutup dari penyuluh.
kasih
 Mengucapkan salam
penutup

J. RENCANA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Tahap persiapan-awal pelaksanaan :
 Media sudah dipersiapkan, yaitu leaflet mengenai hipertensi
 Pemateri sudah siap dalam melakukan penyuluhan
 Kewajiban Pengorganisasian
 Penyaji
o Mampu menyampaikan tujuan penyuluhan secara jelas
o Mampu menjelasakan materi secara sistematis
o Mampu menggunakan bahasa yang sesuai dengan
audien
o Mampu menjawab pertanyaan dari peserta
 Fasilitator
o Mampu memfasilitasi sasaran
 Observer
o Mampu mengukur ketepatan waktu
2. Evaluasi Proses
 Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta
penyuluhan memahami materi penyuluhan yang diberikan.
 Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.
 Selama proses penyuluhan terjadi interaksi antara penyuluh dengan
sasaran.
 Kehadiran peserta diharapkan 80% dan tidak ada peserta yang
meninggalkan tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
Tercapai atau tidaknya TIU dan TIK Penyuluhan
Misalnya:
a. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan kembali pengertian,
penyebab, dan tanda gejala hipertensi mencapai 80%.
b. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan kembali perawatan
hipertensi mencapai 75%.
c. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan kembali tentang
pencegahan dan komplikasi hipertensi mencapai 75%.

K. SUMBER
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol I .
Jakarta:EGC
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Mansjoer, et al. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius
Prince A. Silvia. 1995. pathofisiologi. Edisi 4. jakarta:EGC
Tim Editor. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Pusat
Penerbitan
Lampiran 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


HIPERTENSI

A. PENGERTIAN
Menurut WHO yang dikutip oleh Slamet Suyono (2001:253) batas
tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan
tekanan darah sama dengan atau lebih dari 160/95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi. Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi
jika tekanan darah sistolik/diastolik 140/90 mmHg (normalnya 120/80
mmHg).
Hipertensi secara umum adalah tekanan darah persisten dimana
tekanan darah sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya
diatas 90 mmHg tetapi pada populsi lansia didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan diastoliknya 90 mmHg (Brunner and Suddarth,
2002).

B. PENYEBAB
1. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
a. Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua
seseorang semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari
40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi. Dengan
bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga
prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu
sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun.
Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya dan tekanan
darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang hipertensinya
meningkat ketika berumur lima puluhan dan enam puluhan. Dengan
bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat.
Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling
sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya
wajar bila tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya
umur. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung,
pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai
faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi.

b. Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata
terdapat angka yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa
Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6%
untuk wanita. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4%
perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan)
didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita. Ahli lain mengatakan pria
lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan
rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik.
Sedangkan menurut Arif Mansjoer, dkk, pria dan wanita menapouse
mempunyai pengaruh yang sama untuk terjadinya hipertensi.
Menurut MN. Bustan bahwa wanita lebih banyak yang menderita
hipertensi dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya
hormon estrogen pada wanita.

c. Riwayat Keluarga
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga
yang mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi.
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor
keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama
pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi dan
penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Dari
data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
menderita hipertensi. Menurut Sheps, hipertensi cenderung
merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita
mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25%
kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita
mempunyai hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan penyakit
tersebut 60%.

d. Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti
dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada
kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel
telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi
primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi
terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya
berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda
dan gejala.

2. Faktor yang dapat diubah/dikontrol


a. Kebiasaan Merokok
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan
antara rokok dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak
dibuktikan. Selain dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung
pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseorang lebih dari satu
pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada
mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin
dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk
kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah
arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi.
Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya
tekanan darah segara setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia
lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh
darah amat kecil didalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah.
Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak
bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar
adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini
akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk
bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah
merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun
diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap pada
ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok.
Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah
juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat
tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari.

b. Konsumsi Asin/Garam
Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara
konsumsi garam dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang
sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh
asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume
plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti
oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada
keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada
hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor
lain yang berpengaruh. Reaksi orang terhadap natrium berbeda-
beda. Pada beberapa orang, baik yang sehat maupun yang
mempunyai hipertensi, walaupun mereka mengkonsumsi natrium
tanpa batas, pengaruhnya terhadap tekanan darah sedikit sekali atau
bahkan tidak ada. Pada kelompok lain, terlalu banyak natrium
menyebabkan kenaikan darah yang juga memicu terjadinya
hipertensi. Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam
patogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan
pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan
garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi
hipertensi yang rendah, sedangkan jika asupan garam antara 5-15
gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20 %.
Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena
menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada manusia yang
mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang ditemukan tekanan darah
rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan
darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan
tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau
2400 mg/hari.

c. Konsumsi Lemak Jenuh


Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan
peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi.
Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis
yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan
konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang
bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh
secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan
makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan
tekanan darah.

d. Penggunaan Jelantah
Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu
kali dipakai untuk menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan
minyak yang telah rusak. Bahan dasar minyak goreng bisa
bermacam-macam seperti kelapa, sawit, kedelai, jagung dan lain-
lain. Meskipun beragam, secara kimia isi kendungannya sebetulnya
tidak jauh berbeda, yakni terdiri dari beraneka asam lemak jenuh
(ALJ) dan asam lemak tidak jenuh (ALTJ). Dalam jumlah kecil
terdapat lesitin, cephalin, fosfatida, sterol, asam lemak bebas, lilin,
pigmen larut lemak, karbohidrat dan protein. Hal yang
menyebabkan berbeda adalah komposisinya, minyak sawit
mengandung sekitar 45,5% ALJ yang didominasi oleh lemak
palmitat dan 54,1% ALTJ yang didominasi asam lemak oleat sering
juga disebut omega-9. minyak kelapa mengadung 80% ALJ dan
20% ALTJ, sementara minyak zaitun dan minyak biji bunga
matahari hampir 90% komposisinya adalah ALTJ. Penggunaan
minyak goreng sebagai media penggorengan bisa menjadi rusak
karena minyak goreng tidak tahan terhadap panas. Minyak goreng
yang tinggi kandungan ALTJ-nya pun memiliki nilai tambah hanya
pada gorengan pertama saja, selebihnya minyak tersebut menjadi
rusak. Bahan makanan kaya omega-3 yang diketahui dapat
menurunkan kadar kolesterol darah, akan tidak berkasiat bila
dipanaskan dan diberi kesempatan untuk dingin kemudian dipakai
untuk menggoreng kembali, karena komposisi ikatan rangkapnya
telah rusak.
Minyak goreng terutama yang dipakai oleh pedagang
goreng-gorengan pinggir jalan, dipakai berulang kali, tidak peduli
apakah warnanya sudah berubah menjadi coklat tua sampai
kehitaman. Alasan yang dikemukakan cukup sederhana yaitu demi
mengirit biaya produksi. Dianjurkan oleh Ali Komsan, bagi mereka
yang tidak menginginkan menderita hiperkolesterolemi dianjurkan
untuk membatasi penggunaan minyak goreng terutama jelantah
karena akan meningkatkan pembentukan kolesterol yang berlebihan
yang dapat menyebabkan aterosklerosis dan hal ini dapat memicu
terjadinya penyakit tertentu, seperti penyakit jantung, darah tinggi
dan lain-lain.

e. Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol


Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum
alkohol berat cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya
hipertensi belum diketahui secara pasti. Orang-orang yang minum
alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan
yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum
sedikit. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih
belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan
peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah merah
berperan dalam menaikkan tekanan darah. Diperkirakan konsumsi
alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5-20% dari semua
kasus hipertensi. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman
berakohol per hari meningkatkan risiko mendapat hipertensi sebesar
dua kali. Bagaimana dan mengapa alkohol meningkatkan tekanan
darah belum diketahui dengan jelas. Namun sudah menjadi
kenyataan bahwa dalam jangka panjang, minum-minuman
beralkohol berlebihan akan merusak jantung dan organ-organ lain.

f. Obesitas
Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai
indeks massa tubuh > 25 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi
badan (m)) juga merupakan salah satu faktor risiko terhadap
timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan ciri dari populasi
penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah
penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita
hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer
berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi
dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Olah raga ternyata juga
dihubungkan dengan pengobatan terhadap hipertensi. Melalui olah
raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45
menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah. Selain itu dengan kurangnya olah raga
maka risiko timbulnya obesitas akan bertambah, dan apabila asupan
garam bertambah maka risiko timbulnya hipertensi juga akan
bertambah. Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran
mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak. Obesitas
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab.
Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan
untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti
volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi
meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding
arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut
jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin
menyebabkan tubuh menahan natrium dan air. Menurut Alison Hull
dalam penelitiannya menunjukkan adanya hubungan antara berat
badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat diatas berat badan
ideal maka risiko hipertensi juga meningkat. Pada penelitian lain
dibuktikan bahwa curah jantung dan volume darah sirkulasi lansia
obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan
penderita yang mempunyai berat badan normal dengan tekanan
darah yang setara. Obesitas mempunyai korelasi positif dengan
hipertensi. Anak-anak remaja yang mengalami kegemukan
cenderung mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi). Ada dugaan
bahwa meningkatnya berat badan normal relatif sebesar 10 %
mengakibatkan kenaikan tekanan darah 7 mmHg. Oleh karena itu,
penurunan berat badan dengan membatasi kalori bagi orang-orang
yang obes bisa dijadikan langkah positif untuk mencegah terjadinya
hipertensi. Berat badan dan indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi
langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.
Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya
normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30 %
memiliki berat badan lebih.

g. Olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan
hipertensi, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan
tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga
dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan
olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan
jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya
hipertensi. Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita
hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang
yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja
lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot
jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan
pada arteri.

h. Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui
aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah
secara bertahap. Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat
berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal ini secara pasti
belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang diberikan
pemaparan tehadap stress ternyata membuat binatang tersebut
menjadi hipertensi. Stres adalah suatu kondisi disebabkan oleh
transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan
persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi
dengan sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari
seseorang. Stres adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik
atau lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi daya dan
kemampuan kita untuk mengatasinya dengan efektif. Namun harus
dipahami bahwa stres bukanlah pengaruh-pengaruh yang datang
dari luar itu. Stres adalah respon kita terhadap pengaruh-pengaruh
dari luar itu. Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung,
bingung, cemas, berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa takut,
rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan
hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta
lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres
berlangsung cukup lama, tubuh berusaha mengadakan penyesuaian
sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala
yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. Menurut
Slamet Suyono stres juga memiliki hubungan dengan hipertensi. Hal
ini diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan
darah secara intermiten. Apabila stress berlangsung lama dapat
mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Stres dapat
meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan bila stres
sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa
mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah,
namun akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan
hipertensi belum dapat dipastikan.

C. TANDA DAN GEJALA


Sebagian besar tanpa disertai gejala yang mencolok dan manifestasi
klinis timbul setelah mengetahui hipertensi bertahun-tahun berupa:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah
2. Rasa berkunang-kunang
3. Rasa pegal di bahu dan perasaan panas / gelisah
4. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
5. Kurang tidur
6. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.
7. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus.

D. KOMPLIKASI
Menurut Elisabeth J Corwin komplikasi hipertensi terdiri dari stroke,
infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati (kerusakan otak) dan pregnancy-
included hypertension (PIH).
1. Stroke
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut,
lebih dari 24 jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak dan
bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah.
Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat
disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik
disebabkan oleh oklusi fokal pembuluh darah yang menyebabkan
turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak yang mengalami
oklusi.
Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri
yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga
aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurang. Arteri-arteri
otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya anurisma.
2. Infark miokardium
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerotik tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium
atau apabila terbentuk trombus yang menyumbat aliran darah melalui
pembuluh tersebut. Akibat hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel,
maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan
dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga,
hipertrofi dapat menimbulkan perubahaan-perubahan waktu hantaran
listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung
dan peningkatan risiko pembentukan bekuan.
3. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang
progresif dan irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada
bagian yang menuju ke kardiovaskular. Mekanisme terjadinya
hipertensi pada gagal ginjal kronik oleh karena penimbunan garam dan
air atau sistem renin angiotensin aldosteron (RAA).
4. Ensefalopati (kerusakan otak)
Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi
pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong ke dalam ruang intersitium diseluruh susunan saraf pusat.
Neuron-neuron disekitarnya kolaps yang dapat menyebabkan ketulian,
kebutaan dan tak jarang juga koma serta kematian mendadak.
Keterikatan antara kerusakan otak dengan hipertensi, bahwa hipertensi
berisiko 4 kali terhadap kerusakan otak dibandingkan dengan orang
yang tidak menderita hipertensi.

E. PENCEGAHAN HIPERTENSI
Pencegahan hipertensi dapat dilakukan dengan langkah sehat, melalui
langkah CERDIK, yaitu :
1. Cek kesehatan secara rutin
Menurut para dokter dan pakar kesehatan, semua orang di usia
produktif sebaiknya melakukan tes kesehatan, setidaknya dua kali
setahun, untuk pencegahan penyakit sejak dini. Makin dini penyakit
terdeteksi, maka makin mudah pula diobati.
2. Enyahkan asap rokok
Rokok saat ini sudah menjadi gaya hidup yang tak hanya dikonsumsi
masyarakat paruh baya, tetapi juga usia muda. Padahal hal ini
merupakan salah satu penyebab penyakit hipertensi. Berusaha
mengurangi polusi tak hanya membantu diri terhindar dari penyakit
hipertensi tetapi juga orang lain.
3. Rajin beraktifitas fisik
Dengan beberapa aktivitas yang dilakukan setiap harinya membuat
tubuh mengalami stress bahkan tak jarang mengalami kepenatan di
tempat kerja atau di rumah. Hanya dengan olahraga masalah-masalah
seperti itu bisa dikelola dan berpengaruh positif untuk tubuh.
4. Diet seimbang
Diet yang seimbang berarti mendapatkan jenis yang tepat dan jumlah
makanan dan minuman untuk memasok nutrisi dan energi untuk
menjaga sel-sel tubuh, jaringan, dan organ, dan untuk mendukung
pertumbuhan dan juga perkembangan normal. Dengan melakukan
diet yang seimbang akan memberikan energi yang cukup dan nutrisi
untuk tumbuh kembang optimal.
5. Istirahat cukup
Tidur yang cukup dapat membantu seseorang untuk menjaga
kesehatannya, karena dengan tidur dapat meningkatkan daya tahan
tubuh, melancarkan pencernaan dan mengoptimalkan kemampuan
otak.
6. Kelola stress
Depresi, mood cepat berubah, berpikir negatif, gangguan tidur, otot
kaku dan nyeri, nyeri lambung atau peradangan kronis pada kulit. Itu
beberapa tanda stres yang bisa dirasakan di kepala, otot, sistem
percernaan dan kulit. Hati-hati, stres tengah mengintai dan bisa
mempengaruhi kondisi fisik dan mental. Kelola stres agar terjauh dari
risiko penyakit kardiovaskular.

F. OBAT TRADISIONAL HIPERTENSI


1. Alat:
a. Pisau
b. Blender
c. Gelas
2. Bahan:
a. Buah melon
b. Air putih
3. Cara membuat
a. Belah buah melon, buang biji, dan kupas kulitnya
b. Potong kecil-kecil kemudian masukkan ke dalam blender
c. Tambahkan ½ gelas air matang kemudian blender hingga halus
d. Tuang ke dalam gelas kemudian sajikan
Lampiran 2

EVALUASI

1. Apa yang dimaksud dengan hipertensi?


2. Apa sajakah penyebab hipertensi?
3. Bagaimana tanda dan gejala seseorang terkena hipertensi?

Kunci jawaban
1. Menurut WHO yang dikutip oleh Slamet Suyono (2001:253) batas tekanan
darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah
sama dengan atau lebih dari 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah
sistolik/diastolik 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg).
2. Penyebab hipertensi :
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Genetik
d. Kebiasaan Merokok
e. Konsumsi Asin/Garam
f. Konsumsi Lemak Jenuh
g. Penggunaan Jelantah
h. Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol
i. Obesitas
j. Olahraga
k. Stres
3. Tanda dan gejala
Sebagian besar tanpa disertai gejala yang mencolok dan manifestasi klinis
timbul setelah mengetahui hipertensi bertahun-tahun berupa:
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah
b. Rasa berkunang-kunang
c. Rasa pegal di bahu dan perasaan panas / gelisah
d. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
e. Kurang tidur
f. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.
g. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.

Anda mungkin juga menyukai