Anda di halaman 1dari 4

Tugas Resume Toponimi Webinar

“Narasi Entitas Sunda Terkait Unsur Wilayah Laut dan Pesisir”

Disusun Oleh:
Farida Nur Febriani (5016201050)

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2021
Lanskap Pesisir dan Laut pada Penguatan Bahasa Sunda

A. Bahasa-bahasa di Dunia
Terdapat 6.818 bahasa di dunia. Di antaranya 330 bahasa berpenutur 1
juta atau lebih. Bahasa Inggris merupakan bahasa dengan penutur terbanyak
di dunia. Urutan kedua ada bahasa Mandarin dan ketiga adalah bahasa India.
Badan bahasa meliris jumlah bahasa di Indonesia 718 bahasa dan 778
dialek. Bahasa dengan penutur terbanyak di Indonesia adalah Jawa, Sunda
dan Madura. UNESCO memprediksi sekitar 2.500 bahasa terancam punah
pada akhir abad ini. Seratus di antaranya adalah bahasa di Indonesia.
Dari 718 bahasa daerah, 60% ada di wilayah Indonesia timur dan 30%
terancam punah. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam hal, diantaranya
adalah ada anggapan yang keliru bahwa bahasa daerah adalah simbol
keterbelakangan, pendidikan dwibahasa menjadi penghalang proses
pendidikan anak, menyusutnya fungsi bahasa daerah menjadikan daya tahan
dan daya saingnya tidak seimbang dengan bahasa nasional.
Terdapat beberapa alasan mengapa bahasa daerah harus terus
dilestarikan agar tidak punah, karena masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat dwibahasa/multibahasa, bahasa adalah identitas bangsa, bahasa
manifestasi sebuah kebudayaan, hilangnya Bahasa berarti hilang pula
kekayaan budaya bangsa yang tidak ternilai.
Atas terjadinya hal tersebut, semua elemen masyarakat memiliki
tanggung jawab agar Bahasa daerah tidak punah. Melalui pemerintah pusat
terdapat dalam UUD 1945, UU RI No. 24 tahun 2009, dan peraturan
pemerintah No. 57 tahun 2014. Sedangkan peran masyarakat adalah dengan
terus menuturkan Bahasa daerah.
B. Peran Toponimi dalam Pelestarian Bahasa
Penamaan tempat/geografi sangat terkait dengan sejarah pemukiman
manusia. Budaya lisan adalah folklor oleh sebagian masyarakat yang diyakini
kebenarannya, contohnya cerita penguasa laut selatan Nyi Roro Kidul.
Toponimi/nama tempat tepatnya di Jawa Barat banyak berlandaskan pada
folkor.
Toponimi tidak boleh dianggap remeh karena toponimi menjadi bagian
penting dalam kehidupan manusia sebagai bagian dari proses pembentukan
identitas diri. Terdapat banyak nama tempat berakar dari sejarah dan
kebudayaan bangsa itu sendiri. Toponimi merupakan ingatan bersama,
collective memory atas peristiwa alam atau budaya, dan ekologi penting dalam
sejarah kehidupan.

Toponimi adalah pandangan dan pemahaman terhadap lingkunganya,


identitas masyarakat, branding dari tempat tersebut, bahkan branding suatu
negara. Toponimi mengacu kepada suatu cerita dan juga sejarah yang berakar
dalam budaya lokal. Penamaan tempat pada umumnya sebagian besar
dihubungkan dengan tumbuhan (flora) dan binatang (fauna).
• Flora: Ciwaru, Parishaur, Cikangkung, Babakanjati, dan
Karangnangka
• Fauna: Japuh, Cilele, Batuhiu, Cikalong, Cimerak, dan Cibadak

Narasumber: Prof.Dr. Cece Sobarno, M.Hum.


Representasi “Laut” dalam Kosakata Bahasa Jepang

A. Asal-usul
Bahasa Jepang, menurut John C. Maher (1995) adalah gabungan
dari Bahasa Altai, Bahasa Austronesia dan Bahasa Siberia Kuno. Yang
bermula dari Bahasa Pijin kemudia Lingua Franca dan menjadi Bahasa
Kreol.

B. Toponimi dan Kosakata


Sebagai bangsa yang dikelilingi laut dengan wilayah perairan terluas
ke-6 di dunia, warga jepang memiliki keterkaitan yang erat dngan laut dan
tercermin dalam kosakata bahasanya. Contoh dari kosakata Bahasa jepang
dengan laut adalah sebagai berikut
• Auonobara
Kata yang terdiri dari 3 kanji, yaitu ao yang bermakna biru, una
bermakna laut dan hara yang bermakna hamparan. Jika kata ini
diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi, hamparan laut biru
• Siosai
Kata yang terdiri dari 2 kanji, yaitu sio yang berarti gelombang
pasang, dan sai/sawagu yang berarti riuh. Jika kata ini diterjemahkan
dalam Bahasa Indonesia menjadi gelombang pasang.
• Suitenippeki
Menunjukan makna bersatunya biru laut dan langit di cakrawala.
Bagi Orang Jepang, pemandangan ini seperti kemewahan yang
diberikan oleh alam untuk mereka.
• Nami no Aya
Kata yang berasal dari motif yang muncul di atas permukaan air
laut akibat pergerakan gelombang ombak yang tenang dan tersinari
pantulan sinar matahari di sore hari.
• Yunagi
Kosa kata ini menunjukan momen terjadinya pergantian angin
laut ke angin darat, dimana pada satu saat itu angin berhenti dan ombak
pun menjadi sangat tenang. Selain itu, pada saat tersebut, matahari
yang akan tenggelam di ufuk barat, menyinari dengan warna kuning ke-
oranyean dan udara menjadi terasa hangat sehingga menimbulkan
suasana hati yang tenang.
• Nakisuna
Kata yang menunjukan suara pasir yang terdengar saat kita
berjalan di atasnya.
• Nami no hana
Kata yang berarti pengadaian yang menganalogikan buih ombak
dengan bunga. Fenomena ini merupakan yang jarang bisa dilihat dan
sering kali digunakan dalam puisi – puisi yang menggambarkan musim
dingin di Laut Jepang.

Narasumber: Inu Isnaeni Sidiq, Ph.D.

Anda mungkin juga menyukai