Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN

TANAH

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Ir. Ernesto Maringan Ramot Silitonga, ST., DEA,IPM.

Muhammad Qarinur, ST., M.Eng.

Disusun Oleh Kelompok D :

Kayla Altania Zahra (5203111028)


Immanuel Panggabean (5202411004)
Theresia Silviana (5202411002)
Togi Chandra Sihombing (5203111011)
Fajar Ali Harefa (5203111009)
Andreaas Jeriko Panjaitan (5201111004)
Lumban Agustinus Sirait (5203311008)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya
kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini guna untuk memenuhi tugas
mata kuliah pengujiam tanah dengan dosen pengampu mata kuliah Bapak Dr. Ir.
Ernesto Maringan Silitonga, ST., DEA,IPM. dan Bapak Muhammad Qarinur, ST.,
M.EnG. dan asisten laboratorium Hafiz Achmad Fauzan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang tulus memberikan doa, saran, serta kritik sehingga
makalah ini terselesaikan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporaan
praktikum ini jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan
pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat pembaca khusunya bagi kelompok penguji.

Medan , 30 Mei 2022

Kelompok D

i
KARTU ASISTENSI

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


KARTU ASISTENSI ………………...……..…….……………………………..ii
DAFTAR ISI ……………………………..………………………………………iii
BAB I PENYELIDIKAN LAPANGAN ............................................................... 1
1.1 PENGUJIAN BOR TANGAN (HAND BOR) DAN PENGAMBILAN
CONTOH TANAH (SNI 2436:2008). .......................................................... 1
BAB II PROPERTIS TANAH ............................................................................. 7
2.1. PEMERIKSAAN KADAR AIR TANAH SNI 1965-2008 ........................... 7
2.2 PEMERIKSAAN BERAT JENIS TANAH (SPECIFIC GRAVITY TEST)
(SNI 1964 : 2008) ....................................................................................... 13
BAB III KLASIFIKASI TANAH....................................................................... 21
3.1 ANALISA SARINGAN (GRAIN SIZE ANALYSIS) .................................... 21

3.2.1 PENGUJIAN BATAS CAIR (LIQUID LIMIT TEST) SNI 1967:2008...... 29

3.2.2 PEMERIKSAAN BATAS PLASTIS (PLASTIC LIMIT) SNI 1966:2008 . 38

BAB IV PEMADATAN TANAH ...................................................................... 44


4.1. PEMERIKSAAN KEPADATAN TANAH (COMPACTION TEST) .......... 44
4.2 PEMERIKSAAN KONUS PASIR (SAND-CONE TEST) (SNI 2828:2011) 59
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 67

iii
BAB I
PENYELIDIKAN LAPANGAN

1.1 PENGUJIAN BOR TANGAN (HAND BOR) DAN PENGAMBILAN


CONTOH TANAH (SNI 2436:2008).
1.1.1 LANDASAN TEORI
Pemboran tanah adalah pekerjaan paling umum dan paling akurat dalam survey
geoteknik lapangan. Pemboran tanah (Hand Bor) yang dimaksud adalah
pembuatan lubang kedalam tanah dengan menggunakan alat bor manual maupun
alat bor mesin, untuk tujuan berikut: Mengidentifikasi jenis tanah sepanjang
kedalaman lubang bor, yang dilakukan terhadap contoh tanah terganggu yang
diambil dari mata bor atau core barrel. Untuk memasukkan alat tabung
pengambil contoh tanah asli di kedalaman yang dikehendaki, untuk mengambil
contoh tanah asli, Untuk memasukkan alat uji penetrasi baku (Standart
Penetration Test, STP) di kedalaman yang dikehendaki, Untuk memasukkan alat-
alat uji lainnya di kedalaman yang dikehendaki. Pemboran pada percobaan ini
dilakukan dengan menggunakan alat bor tangan (Hand Bor). Prinsip percobaan
ini adalah untuk memperoleh sampel pada suatu kedalaman tertentu guna diteliti
lebih lanjut pada percobaan di laboratorium. Pemboran dilakukan untuk
mendapatkan gambaran visual setiap kelipatan kedalaman 20 cm. Pada pengujian
Hand Bor digunakan acuan SNI 2436 : 2008 Tata Cara dan Indentifikasi Hasil
Pengeboran Inti (1).

1.1.2 TUJUAN
 Dapat memahami prosedur pelaksanaan pengujian Bor Tangan (Hand Bor).
 Dapat mengetahui alat dan bahan pengujian Bor Tangan (Hand Bor).
 Dapat menghitung dan menganalisa data pengujian Bor Tanagn (Hand Bor).

1
1.1.3 PERALATAN

Stang Bor Auger Iwan

Kepala Stang Bor Tabung Contoh Tanah

Kepala Pengambil Contoh Palu Besi

Kunci Pipa

2
1.1.4 PROSEDUR KERJA
1. Tentukan lokasi yang akan di bor.

2. Pasang auger iwan pada stang bor, kemudian pasang kepala stang bor.

3. Kemudian mata bor di masukkan pada lokasi yang sudah ditetapkan lalu
diputar searah jarum jam.

4. Jika mata bor sudah penuh dengan tanah kemudian angkat dan simpan
pada tempat atau wadah yang sudah disediakan.

3
5. Kemudian ukur dan catat kedalaman tanah setiap kali pengambilan sampel tanah.

6. Selanjutnya sambung tabung contoh tanah dan kepala pengambil contoh


untuk mengambil contoh tanah tidak terganggu.

7. Lalu masukan tabung ke dasar lubang bor kemudian pukul dengan palu besi
pada lubang bor yang akan diambil contoh tanahnya, apabila tabung contoh
tanah sudah penuh kemudian angkat tanah dan lepaskan dari stang bor,
kemudian tutup bawah sampel mengguankan plastik agar kadar air pada tanah
tidak hilang.

4
8. Lakukan kembali langkah-langkah berikut hingga mencapai kedalaman yang
ditentukan.

1.1.5 ANALISA DATA


Pada kedalaman 0-10 cm terdapat batuan kecil atau kerikil dan bentuk butiran
bundar dan berwarna coklat muda. Pada kedalaman 10-50 cm memiliki aroma
organik, kandungan air yang lembab, sementasi yang rendah, bentuk butiran
lonjong dan berwarna kecoklatan.

1.1.6 KESIMPULAN
Berdasarkan penilaian secara visual, secara umum jenis tanah yang diamati adalah
pasir berlanau. Hal ini didasarkan pada warna tanah yaitu kecoklatan, berdasarkan
kebundaran pada kedalaman 0-10 cm yaitu bundar, pada kedalaman 0,50 cm agak
bundar, bedasarkan aroma tanah yaitu organik, bedasarkan bentuk butiran yaitu
lonjong, kandungan air yang lembab dan sementasi yang rendah.

1.1.7 SARAN
Sebaiknya dalam melaksanakan pengujian langsung kita harus sungguh
memerhatikan bahan rumus perhitungan dan sesuai dengan prosedur langkah-
langkah yang telah di tentukan agar tidak terjadi kesalahan dalam proses
perhitungan data. Dalam melaksanakan praktikum lebih baik menggunakan K3,
agar menghindari terjadinya kecelakaan kerja.

5
Tabel

6
BAB II
PROPERTIS TANAH
2.1. PEMERIKSAAN KADAR AIR TANAH SNI 1965-2008
2.1.1 LANDASAN TEORI
Tanah umumnya terdiri dari tiga komponen, yaitu butiran tanah itu sendiri, air,
dan udara yang terdapat dalam ruang antar butiran tanah tersebut atau yang sering
disebut dengan pori (void). Keberadaan butiran tanah dan air merupakan
komponen penting dalam perhitungan mekanika tanah. Perbandingan komposisi
antara butiran dan air di dalamnya dapat dipakai menjadi tolak ukur perhitungan
kekuatan tanah. Besarnya kandungan air tanah akan mempengaruhi kekuatan
tanah dalam memikul beban yang diberikan. Adanya kandungan air yang cukup
akan memperbesar daya dukung tanah, tetapi jika kandungan air terlalu banyak
akan menyebabkan rembesan air tanah pada waktu tanah tersebut dibebani.
Perembesan ini akan menyebabkan terjadinya penurunan tanah yang sangat
membahayakan konstruksi yang ada diatasnya. Pengujian kadar air ini digunakan
acuan SNI 1965-2008 Cara uji penentu kadar air tanah dan batuan dilaboratorium
(3).

Dengan diketahuinya, dapat juga diketahui parameter tanah seperti liquid limit
(LL), plastic limit (PL), index plastic (IP), shrinkage limit (SL). Selanjutnya kita
dapat mengklasifikasikan tanah dengan menggunakan metode Unified Soil
Classification System (USCS) dengan menggunakan diagram plastisitas.
Hubungan kadar air dengan sifat-sifat lainnya dapat dilihat pada persamaan
berikut:
𝐺𝑠Ɣ𝑤(1+𝑊)
Ɣb = (1)
1+𝑒
𝐺𝑠Ɣ𝑤
Ɣd = (2)
1+𝑒
Ɣ𝑤(𝐺𝑠+𝑒)
Ɣsat = (3)
1+𝑒
Ɣ𝑠
Gs = Ɣ𝑤 (4)
𝐺𝑠Ɣ𝑤
e= -1 (5)
Ɣ𝑑

7
𝑊𝑤
W= × 100% (6)
𝑊𝑠

Dengan,
Ɣb : berat volume lembab/basah (kg/m3);
Gs : berat spesifik;
Ɣ𝑤 : berat volume air (kg/m3);
W : kadar air tanah (%);
E : angka pori;
Ɣd : berat volume kering (%);
Ɣsat : berat volume jenuh air (kg/m3);
Ww : weight of water (berat air) (kg);
Ws : weight of solid (berat butiran padat) (kg).

Pada pengujian kadar air digunakan acuan SNI 1965-2008 tentang cara uji
penentuan kadar air untuk tanah dan batuan di laboratorium (2). Persamaan yang
digunakan dalam menentukan kadar air di lapangan maupun di laboratorium
adalah sebagai berikut:

𝑤1−𝑤2
W = 𝑤2−𝑤3 (7)
Dengan,
w1 : berat cawan dengan tanah basah (gram);
w2 : berat cawan dan berat tanah kering (gram);
w3 : berat cawan (gram).

2.1.2 TUJUAN
Percobaan ini bertujuan untuk menghitung kadar air dalam tanah yakni
perbandingan berat air tanah dengan berat tanah kering.

2.1.3 PERALATAN
Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini antara lain:

8
Timbangan (Ketelitian 0,01 gram) Cawan

Oven Spatula

2.1.4 PROSEDUR PENGUJIAN


1. Timbang cawan dan catat beratnya (W3).

2. Masukkan benda uji ke dalam, lalu timbang dan catat beratnya (W1).

9
3. Masukkan cawan yang berisi sampel tanah tersebut ke dalam oven, tunggu
sekitar ± 24 jam.

4. Setelah ± 24 jam, angkat cawan dari oven lalu timbang dan catat beratnya
(W2).

2.1.5 ANALISA DATA


1) Sampel 1
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 6
Kadar air : × 100% = × 100% = 27%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 22

2) Sampel 2
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 2
Kadar air : 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 × 100% = 18 × 100% = 11,11%

3) Sampel 3

10
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 8
Kadar air : 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 × 100% = 16 × 100% = 50%

27%+11,11%+50%
Rata-rata = = 29,37%
3

2.1.6 KESIMPULAN
Besarnya kandungan air tanah akan mempengaruhi kekuatan tanah dalam
memikul beban yang diberikan. Adanya kandungan air yang cukup akan
memperbesar daya dukung tanah, tetapi jika kandungan air terlalu banyak akan
menyebabkan rembesan air tanah pada waktu tanah tersebut dibebani.
Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa pada sampel 1 mengandung
kadar air sebesar 27%, pada sampel 2 mengandung kadar air sebesar 11,11%,
pada sampel 3 mengadung kadar air sebesar 50%. Dari ketiga sampel tersebut
memiliki rata-rata 29,37%.

2.1.7 SARAN
Sebaiknya dalam melaksanakan pengujian kita harus sungguh-sungguh
memerhatikan bahan rumus perhitungan dan sesuai dengan prosedur langkah-
langkah yang telah di tentukan agar tidak terjadi kesalahan dalam proses
perhitungan data.

11
tabel

12
2.2 PEMERIKSAAN BERAT JENIS TANAH (SPECIFIC GRAVITY TEST)
(SNI 1964 : 2008)
2.2.1 LANDASAN TEORI
Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat isi butir tanah berat isi air
suling pada temperatur dan volume yang sama. Berat jenis tanah ini kemudian
kita gunakan untuk menentukan sampel tanah yang diuji tersebut termasuk pada
jenis tanah tertentu. Berat isi butir tanah adalah perbandingan antara berat butir
tanah dengan volume air.
Pada pengujian berat jenis tanah digunakan acuan SNI 1964 2008 tentang cara uji
berat jenis tanah (4). Persamaan yang digunakan dalam menentukan berat jenis
tanah adalah sebagai berikut.
𝑊 −𝑊
𝐺𝑠 = (𝑊 𝑡 −𝑊 2)−(𝑊1 −𝑊 ) (8)
4 1 3 2
Dengan,
Gs : berat jenis tanah;
W1 : berat piknometer kosong (gram);
W2 : berat piknometer + sampel tanah kering (gram);
W3 : berat piknomter + air suling (gram);
W4t : W4 x faktor koreksi suhu (K) (gram).

Tabel 7. memperlihatkan berat jenis spesifik tanah pada berbagai jenis tanah
Macam Tanah Berat Jenis (Gs)
Kerikil 2,65-2.68
Pasir 2,65-2,68
Lanau anorganik 2,62-2,68
Lempung anorganik 2,68-2,75
Humus 1,37
Gambut 1,25-1,80

2.2.2 TUJUAN
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui berat jenis dari sampel tanah yang akan
diuji.

13
2.2.3 PERALATAN
Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini antara lain:

Piknometer kapasitas 50 Oven (110 ± 5)


ml ºC

Saringan Botol Air


No.40 Suling

T
Timbangan (ketelitian 0,01
gram)

14
Hot Plate

2.2.4 PROSEDUR PENGUJIAN


Prosedur pengujian pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Siapkan sampel tanah yang akan diuji.


2. Keringkan benda uji dalam oven pada temperatur 110 ºC ± 5 ºC (230 ºF ±
9 ºF) selama 24 jam, setelah itu dinginkan dan kemudian saring dengan
saringan No.40 (untuk sampel tanah (Disturbed).

3. Cuci piknometer atau dengan air suling, kemudian dikeringkan dan


selanjutnya timbang (W1).
4. Masukkan benda uji ke dalam piknometer yang digunakan sampai 1/3
volume piknometer, kemudian timbang (W2).

5. Tambahkan air suling ke dalam piknometer yang berisi benda uji,


sehingga piknometer terisi dua per tiganya.

15
6. Panaskan piknometer yang berisi rendaman benda uji dengan hati-hati
selama 10 menit atau lebih sehingga udara dalam benda uji ke luar
seluruhnya. Untuk mempercepat proses pengeluaran udara, piknometer
dapat dimiringkan sekali -kali.

7. Rendamlah piknometer dalam bak perendam, sampai temperaturnya tetap.


Tambahkan air suling secukupnya sampai leher piknometer. Keringkan
bagian luarnya, lalu timbang (W3).

8. Ukur temperatur isi piknometer atau botol ukur, untuk mendapatkan faktor
koreksi (K).

16
Tabel 8. Hubungan antara kerapatan relatif air dan faktor konversi K

No Temperatur Hubungan Faktor


derajat Celcius Kerapatan relatif air koreksi (K)

1 18 0,99862 1,0004
2 19 0,99843 1,0002
3 20 0,99823 1
4 21 0,99802 0,9998
5 22 0,9978 0,9996
6 23 0,99757 0,9993
7 24 0,99733 0,9991
8 25 0,99708 0.9989
9 26 0,99682 0,9986
10 27 0,99655 0,9983
11 28 0,99627 0,998
12 29 0,99398 0,9977
13 30 0,99568 0,9974

9. Kosongkan dan bersihkan piknometer yang akan digunakan.


10. Untuk sampel tanah undisturbed, sampel tanah dalam piknometer jangan
dibuang. Sampel tanah tersebut dimasukkan ke dalam cawan, lalu
dikeringkan di oven untuk mengetahui berat keringnya.
11. Isi piknometer dengan air suling yang temperaturnya sama, kemudian
keringkan dant imbang (W4).

2.2.5 ANALISA DATA


Berat Piknometer (W1) = 32,95 gram

Berat Piknometer + Tanah Basah (W2) = 144,65 gram

Menghitung Berat Tanah (Wt)

Wt = W2 - W1

Wt = 144,65 gram - 32,95 gram

17
Wt = 91,7 gram

Berat Piknometer + Air + Tanah pada Temperatur 200C (W3) = 166,3 gram

Berat Piknometer + Air pada Temperatur 200C (W4) = 151,5 gram

Menghitung W5 :

W5 = Wt + W4

W5 = 91,7 gram + 151,5 gram

W5 = 243,2 gram

Menghitung Isi Tanah :

Isi Tanah = W5 – W3

Isi Tanah = 243,2 gram - 166,3 gram

Isi Tanah = 76,9 gram

Berat Jenis (GS) :

𝑊𝑡
GS =
𝑊5 – 𝑊3

91,7
GS =
76,9

GS = 1,192

2.2.7 KESIMPULAN
Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat isi butir tanah berat isi air
suling pada temperatur dan volume yang sama. Berat jenis tanah ini kemudian
kita gunakan untuk menentukan sampel tanah yang diuji tersebut termasuk pada
jenis tanah tertentu. Berdasarkan analisa data didapatkan berat jenis (GS) sebesar
1,192. Hasil pengujian yang tidak masuk range kemungkinan disebabkan karena
kami tidak membuang buih dan akar tumbuhan/daun dan melewatkan tahap
penjenuhan tanah, yaitu tanah dan air setelah dimasukkan ke dalam piknometer
tidak didiamkan selama ± 24 jam yang bertujuan untuk menjenuhkan tanah,
sehingga tanah kurang maksimal yang menyebabkan nilai Gs tidak masuk range.

18
2.2.8 SARAN
Sebaiknya jangan melewati tahap penjenuhan tanah, karena dapat berdampak
cukup besar kepada hasil akhir pengujian. Kami melewati tahap penjenuhan tanah
karena keterbatasan waktu pada saat pengujian.

19
TABEL

20
BAB III
KLASIFIKASI TANAH
3.1 ANALISA SARINGAN (GRAIN SIZE ANALYSIS)
3.1.1 LANDASAN TEORI
Sifat-sifat jenis tanah tertentu banyak tergantung pada ukuranya. Besarnya butiran
juga merupakan dasar untuk klasifikasi atau pemberian nama pada macam tanah.
Besar butiran tanah biasanya digambarkan dalam bentuk grafik yaitu merupakan
grafik lengkung (Grading Curve) atau grafik lengkung pembagi butir (Partial Size
Distribution Curve). Tanah yang ukurannya terbagi rata antara besar dan kecil
bergradasi baik. Bila terdapat kekurangan atau kelebihan salah satu ukuran butiran
tertentu maka tanah disebut bergradasi buruk. Bila besar butiran hampir sama
seluruhnya, maka tanah disebut bergradasi baik (Uniformly Graded). Pada tanah
berbutir kasar atau kerikil dan pasir, sifat-sifat tergantung terutama pada ukuran
butirannya. Pada tanah berbutir halus seperti lanau dan tanah lempung secara
langsung tidak ada hubungannya dengan ukuran butirannya, sifat lanau dan
lempung lebih tergantung pada komposisi zat mineralnya dari pada ukuran
butirannya. Karena itu penentu ukuran butiran pada tanah berbutir halus tidaklah
penting. Yang penting adalah penentu batas-batas Attercerg, karena angka ini
memberikan petunjuk yang lebih baik akan sifatnya dari pada yang ditunjukkan
ukuran butirannya.
Pada pengujian analisa butir tanah dan hidrometer digunakan acuan SNI
3423:2008 tentang cara uji analisis ukuran butiran tanah (5). Persamaan yang
digunakan dalam menentukan berat benda uji pada masing-masing saringan
adalah sebagai berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
% Berat Tertahan = ( ) × 100% (8)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑚𝑢𝑙𝑎

% Berat Lolos = 100% - % Berat Tertahan (9)

3.1.2 TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan distribusi ukuran butir tanah.

21
3.1.3 PERALATAN

Timbangan (ketelitian 0,01 gram)


Saringan No.10 ; No.40 ; No.80;
No.100 ; No. 200 dan pan

Oven (110±5)°C Sieve Shaker

Cawan Kuas

Sendok Splitter Palu Karet

22
3.1.4 PROSEDUR
Prosedur pengujian pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Tanah yang dibiarkan mengering di udara hingga mencapai keadaan rapuh.
Setiap gumpalan tanah dipecahkan sampai merata.
2. Dalam melakukan pemecahan sampel tanah dapat dilakukan menggunakan
palu karet.

3. Sampel diaduk sampai merata lalu dibagi-bagi agar dapat dikeringkan didalam
oven. Setelah kering sampel ditimbang.

4. Tanah yang diperiksa, dipanaskan dengan suhu (100±5)°C selama 24 jam.


5. Apabila kondisi tanah menggumpal, maka tanah tersebut ditumbuk
menggunakan palu karet sehingga menjadi butiran-butiran yang lepas dengan
tidak menghancurkan butiran tanah tersebut.

23
6. Tanah diaduk merata, kemudian masukan kedalam alat pemisah sampel.
7. Contoh tanah tersebut ditimbang beratnya.

8. Susun saringan dari yang terbesar sampai pan, yaitu : No.10 ; No.40 ; No.80 ;
No.100 ; No. 200 dan pan.

9. Masukan sampel tanah kedalam saringan tersebut kemudian disaring

10. Tanah yang terletak dimasing-masing saringan ditimbang.

24
11. Tanah yang lewat saringan No.10 adalah tanah atau sampel untuk percobaan
Hidro Meter (kecuali pan).

3.1.5 ANALISIS PERHITUNGAN


1. % Berat Tanah Yang Tertahan Saringan (gram)
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒕𝒂𝒏𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒓𝒊𝒏𝒈𝒂𝒏
% Berat Tanah Yang Tertahan Saringan : 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒓𝒊𝒏𝒈𝒂𝒏×100%

Saringan No.40 𝟖𝟔
: 𝟓𝟎𝟎×100% = 17,2

Saringan No.80 𝟗𝟒
: 𝟓𝟎𝟎×100% = 18,8

Saringan No.100 𝟏𝟑𝟐


: 𝟓𝟎𝟎×100% = 26,4

Saringan No.200 𝟏𝟑𝟔


: 𝟓𝟎𝟎×100% = 27,2

Pan 𝟏𝟑𝟔
: ×100% = 10,4
𝟓𝟎𝟎

2. % Kumulatif Dari Tanah Tertahan

Saringan No.40 : 17,2 = 17,2

Saringan No.80 : 17,2 + 18,8 = 36

25
Saringan No.100 : 36 + 26,4 = 62,4

Saringan No.200 : 62,4 + 27,2 = 89,6

Pan : 89,6 + 10,4 = 100

3. % Tanah Yang Lolos Saringan


% Tanah Yang Lolos Saringan : 100 - % Kumulatif Tanah Tertahan

Saringan No.40 : 100 - 17,2 = 82,8

Saringan No.80 : 100 - 36 = 64

Saringan No.100 : 100 - 62,4 = 37,6

Saringan No.200 : 100 - 89,6 = 10,4

Pan : 100 – 100 =0

Sistem Klasifikasi Unified Soil Classification System (USCS)


1. Tanah masuk katagori berbutir kasar, karena tanah yang tertahan pada
saringan No.200 ≥ 50%, dan tanah yang yang lolos saringan No.40 ≥ dari 50%
maka termasuk katagori pasir.
2. Tanah yang lolos saringan No.200 yaitu 10,4% dimana bernilai antara 5-12%,
maka termasuk double symbol (SW-SM).

3.1.6 KESIMPULAN
Sifat-sifat jenis tanah tertentu banyak tergantung pada ukuranya. Besarnya butiran
juga merupakan dasar untuk klasifikasi atau pemberian nama pada macam tanah.
Pada tanah berbutir kasar atau kerikil dan pasir, sifat-sifat tergantung terutama
pada ukuran butirannya. Pada tanah berbutir halus seperti lanau dan tanah
lempung secara langsung tidak ada hubungannya dengan ukuran butirannya, sifat
lanau dan lempung lebih tergantung pada komposisi zat mineralnya.

26
3.1.7 SARAN
Sebaiknya dalam melaksanakan pengujian kita harus sungguh-sungguh
memerhatikan bahan rumus perhitungan dan sesuai dengan prosedur langkah-
langkah yang telah di tentukan agar tidak terjadi kesalahan dalam proses
perhitungan data. Dalam melaksanakan praktikum lebih baik menggunakan K3,
agar menghindari terjadinya kecelakaan kerja.

27
TABEL

28
3.2 BATAS-BATAS ATTERBERG (ATTERBERG LIMIT)
3.2.1 PENGUJIAN BATAS CAIR (LIQUID LIMIT TEST) SNI 1967:2008
3.2.1.1 PENDAHULUAN
Batas cair adalah kadar air tanah pada batas antara berubah dari keadaan cair dan
keadaan plastis menjadi keadaan cair. Batas cair ini adalah kadar air tanah dimana
diperlukan 25 x pukulan untuk membuat dua tepi dasar dari akar tanah yang
terpisah menjadi berhimpit (bersinggung sepanjang 1,25 cm). Pada pengujian
batas cair digunakan acuan SNI 1967:2008 tentang cara uji penentuan batas cair
tanah (6). Persamaan yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
PI = LL-PL (10)
Dengan Keterangan PI : Indeks Plastis.
LL : liquid Limit.
PL : plastic Limit.
Contoh tanahyang dinyatakan non-plastis adalah dengan keadaan sebai berikut:
1. Batas cair atau batas plastis tidak dapat ditentukan.
2. Batas plastis lebih besar dari bats cair.

3.2.1.2 TUJUAN
Pemeriksaan batas cair (liquid limit) dimaksudkan untuk menetukan kadar air
suatu contih tanah pada keadaan batas cairnya.

29
3.2.1.3 PERALATAN
Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini antara lain:

Cawan Cassagrande Grooving tool

Cawan Kaca
Plat Grooving Tool

Timbangan (Ketelitian 0,01 gram) Cawan

30
Spatula Air Suling

Oven Jangka Sorong

3.2.1.4 PROSEDUR PENGUJIAN


Prosedur pengujian pada percobaan ini adalah sebagau berikut:
1. Benda uji dipersiapkan sama degan mempersiapkan contoh pada
pemeriksaan kadar
a. Jenis tanah yang tidak mengandung batu dan butirannya lebih kecil
dari 0,59 mm, maka jenis tanah ini tidak perlu disaring dengan
saringan No.40
b. Jenis tanah yang mengandung batu atau butiran yang diameternya
lenih besar dari 0,59 mm (tidak lolos saringan No.40) maka contoh
tanah seperti ini perlu dikeringkan dan kemudian disaring dengan
saringan No.40.

31
2. Benda uji diambil kira-kira 500 gr, diambil dari contoh tanah disturbed
dan diletakkan diatas kaca.

3. Dengan menggunkan spatula, benda uji diaduk dengan menambah air


suling sedikit demi sedikit hingga campuran air dan contoh tanah menjadi
homogen.

4. Setelah contoh menjadi campuran yang merata, maka diambil sebagian


dan dimasukkan pada cawan cassagrande, permukaannya diratakan
dengan skrap secara horizontal. Ketebalan pada bagian yang paling tebal
dari benda uji adalah 1 cm.

32
5. Dengan alat pembuat alur (grooving tool), tanah yang berada didalam
cawan cassagrande dibagi menjadi dua bagian. Dalam pembagian tanah
ini, diusahakan agar terbagi sama rata, dan juga grooving tool harus tegak
lurus dengan permukaan cawan.

6. Kemudian engkol dari alat tersebut diputar, sehingga mangkuk menjadi


naik dan jatuh dengan frekuensi kecepatan 2 putaran perdetik. Pemutaran
dilakukan sampai dasar benda uji yang telah dipisahkan dengan grooving
tool menjadi bertemu sepanjang ± 1,25 cm. Selama pelaksanaan kegiatan
diatas jumlah putaran perketukan dari nilai tanah dipisahkan sampai tanah
bertemu dihitung dan dicatat.

33
7. Bila keadaan tersebut telah tercapai, maka putaran per ketukan dihentikan
dan sebagian dari sampel diambil untuk pemeriksaa kadar airnya.
8. Pekerjaan dari poin ke 3 sampai poin ke 7 dilaksanakan beberapa kali
sampai diperoleh 2 sampel dibawah 25 pukulan dan 2 sampel diatas 25
pukulan.

34
9. Setelah itu setiap sampel dihitung beratnya untuk mencari kadar air
masing-masing sampel.. Dengan demikian dapat digambarkan grafik
hubungan antara banyaknya pukulan dengan kadar airnya.

3.2.1.5 ANALISA DATA


1) Banyak pukulan : 20 pukulan
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 6
Kadar air : 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 × 100% = 22 × 100% = 27%

2) Banyak pukulan : 26 pukulan


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 2
Kadar air : 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 × 100% = 18 × 100% = 11,11%

LL = -2,6936x + 81,145
= -2,6936 (25) + 81,145
= 13,805%

3.2.1.6 KESIMPULAN
Batas cair adalah kadar air tanah pada batas antara berubah dari keadaan cair dan
keadaan plastis menjadi keadaan cair. Batas cair ini adalah kadar air tanah dimana
diperlukan 25× pukulan untuk membuat dua tepi dasar dari akar tanah yang
terpisah menjadi berhimpit (bersinggung sepanjang 1,25 cm). Berdasarkan analisa
data dapat disimpulkan bahwa pada pukulan ke 20 memiliki kandungan air
sebanyak 27% dan pada pukulan ke 26 memiliki kandungan air sebanyak 11,11%
dan berdasarkan pesamaan dipukalan 25 memiliki kadar air sebanyak 13,805%.
Hal ini membuktikan semakin sedikit pukulan maka semakin banyak kadar air

35
yang terkandung dalam tanah.

3.2.1.7 SARAN
Sebaiknya kita harus teliti dalam menghitung putaran sehingga tidak ada
kesalahan dalam data praktikum.

36
TABEL

37
3.2.2 PEMERIKSAAN BATAS PLASTIS ( PLASTIC LIMIT ) SNI 1966:2008
3.2.2.1 LANDASAN TEORI
Plastisitas adalah kemampuan butir-butir tanah halus untuk mengalami perubahan
bentuk tanpa terjadi perubahan volume atau pecah. Tidak semua jenis tanah
mempunyai sifat plastis. Tanah yang didominasi oleh mineral pasir kuarsa dan
pasir lainnya tidak mempunyai sifat plastis walaupun ukuran partikelnya halus
dan berapapun banyaknya air ditambahkan. Semua mineral liat, mempunyai sifat
plastis dan dapat digulung mejadi benang/ulir tipis pada kadar air tertentu tanpa
menjadi hancur. Pada kenyataannya, semua tanah berbutir halus mengandung
sejumlah liat, maka kebanyakan tanah tersebut adalah plastis. Dalam hal ini,
tingkat plastisitas dapat juga dikatakan sebagai suatu indeks umum untuk
menggambarkan kandungan liat dari suatu tanah.

Tanah mengandung sedikit liat dikatakan agak plastis, sedangkan tanah banyak
mengandung liat disebut sangat plastis. Dalam praktek, perbedaan plastisitas
ditentukan oleh keadaan fisik tanah melalui perubahan kadar air. Batas antara
perbedaan kondisi plastis berdasarkan kadar air tersebut disebut batas konsistensi
atau batas atterberg. Jadi, konsistensi tanah diartikan sebagai kondisi fisik dari
butiran halus tanah pada kondisi kadar air tertentu.

Penetapan plastisitas tanah khususnya diarahkan untuk mengetahui berat atau


ringannya pengolahan tanah, terutama jika dilakukan menggunakan mesin
pengolah tanah, seperti traktor.

Batas plastis adalah kadar air pada batas bawah dari daerah plastis tanah. Pada
keadaan ini, tanah mempunyai kadar air yang minimum dimana tanah tersebut
masih dalam keadaan elastis. Dalam keadaan ini tanah yang berdiameter 1,18
“(inchi) mulai pecah sewaktu berguling-guling diatas kaca. Pada pengujian batas
cair digunakan acuan SNI 1966 : 2008 tentang cara uji penentuan batas plastis dan
indeks plastisitas tanah (7).

Atterberg juga mengelompokkan sifat kondisi tanah yang dipengaruhi oleh kadar
air ke dalam tiga kategori yaitu batas cair, batas plastis, dan batas mengkerut.

38
Indeks yang berubah-ubah ini telah disepakati untuk mendefinisikan plastisitas
tanah, yaitu batas cair (LL), batas plastis (PL), dan indeks plastisitas (IP). Batas
ini menyatakan secara kuantitatif pengaruh perbedaan kadar air terhadap
konsistensi dari butiran tanah halus, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.
Pengelompokan tanah berdasarkan pada grafik plastisitas ini dikembangkan oleh
casagrande.

Gambar 1. Hubungan antara kondisi tanah dan batas atterberg

3.2.2.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu tanah
pada keadaan batas plastis.

2.2.3 PERALATAN
Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini antara lain:

39
Plat Kaca Cawan

Timbangan Air Suling

Oven Jangka Sorong

3.2.2.4 PROSEDUR PENGUJIAN


Prosedur percobaan pada percobaan ini adalah, sebagai berikut :
1. Benda uji yang digunakan sama seperti dengan benda uji pemeriksaan liquid
limit.
2. Letakkan benda uji diatas plat kaca kemudian diaduk hingga kadar airnya
merata seera buang butiran kasar yang ada.

40
3. Setelah merata, buatlah bola-bola yang beratnya ±8 gr, lalu dengan
menggunakan telapak tangan bola-bola itu digulirkan diatas plat kaca.
Pengguliaran dilakukan dengan kecepatan 80-90 guliran permenit.
4. Pengguliran dilakukan sampai benda uji membentuk batangan kecil Ø = 3
mm. Bila saat pengguliran berlangsung, dimana benda uji telah retak sebelum
mencapai 3 mm, maka benda uji disatukan kembali dan ditambah dengan air
suling sedikit dan diaduk merata, selanjutnya pengguliran dapat dilakukan
kembali. Bila ternyata pengguliran bola-bola itu bisa mencapai diameter lebih
kecil dari 3 mm tanpa menunjukkan retakan, maka contoh perlu dibiarkan
beberapa saat di udara agar kadar air berkurang sedikit.
5. Pengguliran selesai dilakukan pada saat keretakan yang terjadi berdiameter 3
mm. Selanjutnya sampel tersebut dimasukkan ke dalam krus dan ditimbang,
kemudian di ovenkan selama 24 jam, dan ditimbang kembali untuk
menentukan kadar airnya.
Cawan 1 Cawan 2

3.2.2.5 ANALISA DATA


1. Cawan 1
Berat cawan + tanah basah (W1) = 14 gram
Berat cawan + tanah kering (W2) = 13 gram
Berat air (W1 - W2) = 14 gram – 13 gram = 1 gram
Berat cawan (W3) = 4 gram
Berat tanah kering (W2) – (W3) = 13 gram – 4 gram = 9 gram

41
(𝑊1 − 𝑊2) 1
Kadar air (W) = (𝑊2) – (𝑊3) × 100% = 9 × 100% = 11,11%

2. Cawan 2
Berat cawan + tanah basah (W1) = 12 gram
Berat cawan + tanah kering (W2) = 11 gram
Berat air (W1 - W2) = 12 gram – 11 gram = 1 gram
Berat cawan (W3) = 4 gram
Berat tanah kering (W2) – (W3) = 11 gram – 4 gram = 7 gram
(𝑊1 − 𝑊2) 1
Kadar air (W) = (𝑊2) – (𝑊3) × 100% = 7× 100% = 14,29%

3. Cawan 3
Berat cawan + tanah basah (W1) = 13 gram
Berat cawan + tanah kering (W2) = 12 gram
Berat air (W1 - W2) = 13 gram – 12 gram = 1 gram
Berat cawan (W3) = 4 gram
Berat tanah kering (W2) – (W3) = 12 gram – 4 gram = 8 gram
(W1 − W2) 1
Kadar air (W) = (W2) – (W3) × 100% = 8× 100% = 12,5%

Batas cair (LL) = 13,805%


11,11%+14,29%+12,5%
Batas Plastis (PL) = = 12,6%
3

Indeks plastis (PI) = LL - PL = 13,805% - 12,6% = 1,205%

3.2.2.6 KESIMPULAN
Berdasarkan klasifikasi Unified Soil Classification System (USCS), dapat
disimpulkan tanah masuk katagori pasir berlanau dan memiliki plastisitas yang
rendah.

3.2.2.7 SARAN
Sebaiknya dalam melaksanakan pengujian batas cair dan batas plastis dilakukan
bersamaan untuk mendapatkan data yang akurat. Dan dalam pengujian kita harus
sungguh-sungguh memerhatikan perhitungan dan sesuai dengan prosedur
langkah-langkah yang telah di tentukan agar tidak terjadi kesalahan dalam proses
pengumpulan data.

42
TABEL

43
BAB IV
PEMADATAN TANAH
4.1. PEMERIKSAAN KEPADATAN TANAH (COMPACTION TEST)
4.1.1 PENDAHULUAN
Pemadatan (Compaction) adalah suatu proses dimana udara pada poro-pori tanah
dikeluarkan secara mekanis sehingga partikel-partikel tanah menjadi rapat. Untuk
suatu jenis tanah yang dipadatkan dengan daya pemadatan tertentu, kepadatan
yang dicapai tergantung pada banyaknya air (kadar air) tanah tersebut. Besarnya
kepadatan tanah, biasanya dinyatakan dalam nilai berat isi keringnya (ɣd).
Apabila tanah dipadatkan dengan adanya pemadatan yang tetap pada kadar air
yang bervariasi, maka pada nilai kadar air tertentu akan tercapai kepadatan
maksimum (ɣdmax). Kadar air yang menhasilkan kepadatan maksimum disebut
kadar air optimum (wopt). Kenyataan ini dikemukakan pertama kali oleh RR
Proctor pada tahun 1993 dan dapat dinyatakan dalam grafik yang menyatakan
hubungan antara kepadatan (ɣd) dengan kadar air (w) sebagaimana terlihat paa
gambar 2.

Gambar 2. Hubungan antara kepadatan dengan kadar air.


Zero air vold curve (Zavc) adalah garis yang menunjukan hubungan antara (ɣd) dan
w untuk tanah yang jenuh air atau tidak terdapat udara dalam ruang pori. Garis ini
diperoleh dengan menentukan nilai dari ɣd pada persamaan 1.

Pengujian kepadatan di lapangan biasanya dipakai dengan mobil penggiling,


sedangkan di laboratorium dilakukan dengan cara menumbuk dengan hammer.
Bilamana kadar air suatu tanah tertentu rendah, maka tanah itu adalah keras dan

44
kaku serta sulit untuk dipadatkan. Bilamana kadar airnya ditambah maka tanah
tersebut akan mudah untuk dipadatkan, dan ruang kosong anatr butiran menjadi
lebih kecil. Pada kadar air yang tinggi, kepadatan akan mengalami penurunan
dikarenakan pori-pori tanah menjadi penuh terisi dengan air yang tidak dapat
dikeluarkan lagi dengan cara pemdatan.
Pemadatan di laboratorium dimaksudkan untuk menetukan nilai kadar air
optimum (wopt) dan kepadatan maksimum (ɣdmax) dari suatu tanah yang dipadatkan
dengan suatu daya pemadatan tertentu. Kadar air optimum yang didapat dari
percobaan di laboratorium digunakan untuk pelaksanaan pemadatan tanah di
lapangan, sedangkan ɣdmax digunakan untuk standart dalam mengontrol mutu
pelaksanaan pemadatan di lapangan.
Ada 2 macam jenis uji pemadatan tanah, yaitu:
1. Pemadatan Standard (AASHTOO T – 99 – 74)
2. Pemadatan Modified (AASHTO T – 180 – 74)

CATATAN:
1. Untuk tanah lanau (silt) dan lempung (clay), petunjuk untuk mendapatkan
nilai wopt adalah batas plastis.
2. Grafik pemadatan tidak boleh memotong zero air void curve, dan pada
kadar air yang tinggi menjadi sejajaar dengan garis tersebut.
3. Penggunaan wopt adalah untuk mencapai kepadatan maksimum
Berat tanah maksimuum adalah untuk mengevaluasi apakah kepadatan
sudah maksimal ataukah belum.
APLIKASI:
1. Pemadatan tipe Standard digunakan untuk memeriksa kepaadatan lapisan
dasar dan timbunan.
2. Pemadatan tipe Modified digunakan untuk memeriksa kepadatan lapisan
pondasi jalan, kepadatan di bandara dan lapangan terbang.

Pada pengujian kepadatan tanah digunakan acuan SNI 1743:2008 tentang cara uji
kepadatan berat untuk tanah (10). Persamaan yang digunakan dalam pengujian ini
adalah sebagai berikut:

45
a. Berat isi basah tanah (ɣtb)

𝐵2−𝐵1
ɣtb = (11)
𝑉

dengan ,
ɣtb : berat isi tanah basah (gr/cm3);
B1 : berat cetakan (kosong) dan pelat dasar (gr);
B2 : berat tabung cetakan (isi) dan pelat dasar (gr);
V : volume tanah dalam tabaung (cm3).

b. Berat isi kering tanah (ɣd)


ɣtb = 1+ 𝜔 (12)

dengan ,
ɣd : berat isi kering tanah (gr/cm3);
ɣ : berat isi basah tanah (gr/cm3);
𝜔 : kadar air tanah (%).

c. Zero air voids line (ZAVL)


Zero air voids line adalah kondisi dimana pori-pori tanah tidak mengandung
udara sama sekali sehingga tercapai berat volume kering maksimum. Arti fisik
dari ZAVL adalah garis kadar air yang menunjukan kerapatan kering pada saat
kejenuhan yang selalu berada diatas kurva pemadatan, apabila beratt spesifik
tanah telah ditentukan. Pada keadaan apapun, kurva pemadatantidak mungkin
memotong garis Zero air voids karena pada kurva Zero air voids tanahnya
benar-benar padat atau kadar air pori sudah tidak ada, dengan kata lain ZAV
dapat digambarkan pada kurva pemadatan untuk memotong kurva pemadatan,
maka terjadi kesalahan dalam penimbangan, menghitung, dan lainnya.

46
4.1.2 TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksukan untuk menentukan hubungna antara kadar air dan
kepadatan tanah dengan memadatkan di dalam cetakan silinder dengan ukuran
tertentu dengan menggunakan alat penumbuk. Tujuan percobaan ini adalah untuk
memadatkan nilai maksimum berat isi kering dari grafik hubungan berat isi kering
dengan kadar air dari suatu contoh tanah yang dipadatkan.

4.1.3 PERALATAN
Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini antara lain:
1. Mould cetakan dengan diameter 10,2 cm (4”), kapasitas 0,00094 ± 0,000008
m3 (0,0333 ± 0,0003 cu.ft) dengan diameter dalam 101,6 0,406 mm (4,000” ±
16”). Cetakan harus terbuat dari logam yang mempunyai dinding teguh dan
dibuat sesuai dengan ukuran diatas. Cetakan harus mempunyai dinding teguh
dan dibuat sesuai dengan ukuran diatas. Cetakan harus dilengkapi dengan
leher sambung, dibuat dari bahan yang sama dengan tinggi lebih kurang 60
mm (2 3/8”) yang dipasang pada tabel sebelumnya.

2. Alat tumbuk tangan dari logam yang mempunyai permukaan tumbuk rata,
yang tinggi jatuh dan bertanya sesuai dengan spesifikasi alat pemadatan pada
tabel sebelumnya.

47
3. Landasan untuk melakukan pemadatan.
4. Plat baja dengan panjang 30cm, tebal 0,5cm untuk meratakan tanah dalam
mold cetakan.

5. Alat perata dari besi (straight edge)

6. Timbangan dengan kapasitas 15 kg (ketelitian 0,01 gram).

48
7. Oven (110 ± 5) ºC.

8. Saringan No.4 (4,75mm)

49
9. Talam, alat pengadukan sendok.

4.1.4 PROSEDUR PENGUJIAN


Prosedur pengujian pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
Persiapan Benda Uji
1. Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih dalam keadaan lembab
(damp), keringkan contoh tersebut di bawah sinar matahari sehingga menjadi
gambar, lalu gumpalan-gumpalan tanah yang besar ditumbuk dengan palu
karet agar butiran aslinya tidak pecah.
2. Tanah yang sudah gembur disaring dengan saringan 4,75 mm (No.4)
3. Benda uji dibagi menjadi 6 bagian, dan tiap-tiap bagian dicampur air yang
ditentukan dan diaduk sampai dengan merata.
Penambahan air diatur sehingga didapat benda uji sebagai berikut:
3 contoh dengan kadar air kira-kira di bawah Woptimum
3 contoh dengan kadar air kira-kira di bawah Woptimum
Perbedaan kadar air dari benda uji masing-masing antara 1-3%.
Penambahan air dilakukan degan menuangkan air secara langsung ke talam
tempat tanah sambil diremas-remas untuk setiap contoh benda uji.
4. Masing-masing benda uji dimasukkan ke dalam kantong plastik dan disimpan
delama 24 jam atau sampai kadar airnya merata.

Prosedur Penumbukan (Standard Proctor)


1. Timbangan cetakan diameter 102 mm (4”) dan keping alas dengan ketelitian 5
gram (B1 gram).

50
2. Cetakan, leher dan keeping alas dipasang jadi satu dan tempatkan pada
landasan yang kokoh.

3. Ambil salah satu dari ke-enam contoh tanah dan padatkan tanah tersebut di
dalam cetakan. Pemadatan dilakukan dengan 5 lapisan (Modified) atau 3
lapisan (Standard) dimana tiap lapis dipadatkan dengan 25 kali pukulan dari
alat penumbuk modified (Gambar 3).

Gambar 3. Cara melakukan penumbukan pada keliling leher, dengan pisau


berdiameter 102 mm (4in) untuk satu lapisan, sebanyak 25 kali tumbukan.
4. Potong kelebihan tanah dari bagian keliling leher, dengan pisau dan lepaskan
leher sambung.

51
5. Pergunakan alat perata untuk merataakan kelebihan tanah sehingga benar-
benar rata dengan permukaan cetakan.
6. Timbang cetakan berisi benda uji beserta keeping alas dengan ketelitian 5
gram (B2 gram).

7. Keluarkan benda uji tersebut dari cetakan dengan mempergunakan alat


pengeluar benda uji (extruder) dan potong sebagian kecil dari benda uji pada
keseluruan tingginya untuk pemeriksaan kadar air. Tentukan kadar (W) dari
benda uji sesuai dengan PB-010-76.

52
8. Untuk setiap kantung plastik yang berisi benda uji, dilaksanakan seperti cara
diatas, sehingga memperoleh 6 macam berat tanah basah dan 6 macam kadar
air.

Gambar 4. Cekan silinder dan keping alas (diameter 101,60 mm)

53
4.1.5 ANALISIS DATA
1. Hitung kepadatan basah dengan rumus sebagai berikut
𝐵2−𝐵1
ρ= (11)
𝑉

Keterangan :

𝜌 : kepadatan basah, dinyatakan dalam gram/cm3;

B1 : massa cetakan dan keping alas, dinyatakan dalam gram;

B2 : massa cetakan, keping alas dan benda uji, dinyatakan dalam gram;

V : volume benda uji atau volume cetakan, dinyatakan dalam cm3.

PERCOBAAN 1
4818−3402
ρ= 943

ρ = 1,5 gr/cm3

PERCOBAAN 2
4902−3402
ρ= 943

ρ = 1,59 gr/cm3

PERCOBAAN 3
5252−3402
ρ= 943

ρ = 1,96 gr/cm3

PERCOBAAN 4
5166−3402
ρ= 943

ρ = 1,87 gr/cm3

PERCOBAAN 5
502−3402
ρ= 943

ρ = 1,75 gr/cm3

54
2. Hitung kadar air benda uji dengan rumus sebagai berikut:
(𝐴−𝐵)
w = (𝐵−𝐶)×100% (8)

W : kadar air, dinyatakan dalam %

A : massa cawan dan benda uji basah (gr)

B : massa cawan dan benda uji kering (gr)

C : massa cawan (gr)

PERCOBAAN 1
(155−143)
w= (143−34)
×100%

w = 11%

PERCOBAAN 2
(149−133)
w= ×100%
(133−34)

w = 16,2%

PERCOBAAN 3
(135−115)
w= ×100%
(115−34)

w = 24,7%

PERCOBAAN 4
(164−130)
w= ×100%
(130−34)

w = 35,4%

PERCOBAAN 5
(159−117)
w= ×100%
(117−34)

w = 50,6%
3. Hitung kepadatan (berat isi) kering dengan rumus sebagai berikut :

55
(𝜌)
ρd = (100+𝑤)×100 (13)

Keterangan :

ρd : kepadatan kering, dinyatakan dalam gram/cm3;

ρ : kepadatan basah, dinyatakan dalam gram/cm3;

w : kadar air, dinyatakan dalam %.

PERCOBAAN 1
1,5
ρd = (100+11)×100

ρd = 1,353 gr/cm3

PERCOBAAN 2
1,59
ρd = (100+16,2)×100

ρd = 1,369 gr/cm3

PERCOBAAN 3
1,96
ρd = (100+24,7)×100

ρd = 1,573 gr/cm3

PERCOBAAN 4
1,64
ρd = (100+35,4)×100

ρd = 1,381 gr/cm3

PERCOBAAN 5
1,76
ρd = (100+50,6)×100

ρd = 1,17 gr/cm3
4. Hitung kepadatan (berat isi) kering untuk derajat kejenuhan 100% dengan
rumus sebagai berikut :
Menghitung Kepadatan kering dengan derajat kejenuhan 100% dengan rumus :

56
𝐺𝑠 ×𝜌𝑤
ρzav : 100+𝑤×𝐺𝑠 × 100 (14)

PERCOBAAN 1
1,191×1
ρzav : × 100
100+11×1,191

ρzav : 1,053%
PERCOBAAN 2
1,191×1
ρzav : × 100
100+16,2×1,191

ρzav : 1%
PERCOBAAN 3
1,191×1
ρzav : × 100
100+24,7×1,191

ρzav : 0,902%
PERCOBAAN 4
1,191×1
ρzav : × 100
100+35,4×1,191

ρzav : 0,834%
PERCOBAAN 5
1,191×1
ρzav : × 100
100+50,6×1,191

ρzav : 0,743%

4.1.6 KESIMPULAN
Dalam pengujian ini kadar penambahan air menjadi hal yang sangat penting,
karena berpengaruh pada tanah untuk mencapai nilai maksimum kepadatan
keringnya, agar tidak terjadi anomali pada data dan grafik pengujian prokton.
Berdasarkan grafik dapat diketahui kadar air optimum (Woptimum) sebesar 28% dan
kepadatan kering max (ρd) sebesar 1,645 gr/cm3.

4.1.7 SARAN
Sebaiknya dalam melaksanakan pengujian harus sungguh-sungguh memerhatikan
agar tidak ada kesalahan dalam pencatatan data.

57
58
4.2 PEMERIKSAAN KONUS PASIR (SAND-CONE TEST) (SNI 2828:2011)
4.2.1 LANDASAN TEORI
Percobaan kerucut pasir merupakan salah satu jenis pengujian yang dilakukan
dilapangan untuk menentukan berat isi kering (kepadatan) tanah asli ataupun hasil
suatu pekerjaan pemadatan yang dilakukan baik tanah kohesif maupun tanah non
kohesif.
Nilai berat isi tanah kering yang diperoleh dari percobaan ini biasanya digunakan
untuk mengevaluasi hasil pekerjaan pemadatan dilapangan (degreed of
compaction) yaitu perbandingan antara ϒd (kerucut pasir) dengan ϒdmax hasil
percobaan pemadatan laboratorium.
Kerucut Pasir (sand cone) terdiri dari sebuah botol plastik atau kaca dengan
sebuah kerucut logam dipasang di atasnya. Botol kaca dan kerucut ini diisi dengan
pasir Ottawa kering yang bergradasi buruk, yang berat isinya sudah diketahui.
Apabila menggunakan pasir lain, cari terlebih dahulu berat isi pasir tersebut.
Di lapangan, sebuah lubang kecil digali pada permukaan tanah yang telah
dipadatkan. Apabila berat tanah yang telah digali dari lubang tersebut dapat
ditentukan (Wwet) dan kadar air dari tanah galian itu juga diketahui, maka berat
kering dari tanah (Wdry) dapat dicari dengan persamaan:
Wdry = Wwet / (1 + (w/100)) (15)
Dimana: w = kadar air
Setelah lubang tersebut digali (tanah asli ditimbang seluruhnya), kerucut dengan
botol berisi pasir diletakkan di atas lubang itu. Pasir dibiarkan mengalir keluar
dari botol mengisi seluruh lubang dan kerucut. Sesudah itu, berat dari tabung,
kerucut, dan sisa pasir dalam botol ditimbang.
Syarat untuk tanah timbunan dapat dikerjakan untuk konstruksi diatasnya, baik itu
konstruksi bangunan ataupun jalan, harus memenuhi syarat kepadatan seperti
yang dapat dilihat pada persamaan berikut:
D=95% x ϒlab (16)

59
4.2.2 TUJUAN
a. Menggunakan peralatn pengujian dengan baik dan benar.
b. Menentukan berat isi tanah kering maximum dilapangan.
c. Mendapatkan nilai kepadatan tanah dilapangan.
d. Memahami prosedur pengujian kepadatan tanah dengan “Sand Cone (Sand
Cone Test)”

4.2.3 PERALATAN

Sand Cone Timbangan

Kaleng Paku

60
Oven Cawan

Pelat Dasar Meteran

Centongan Pasair Ottawa

61
Pahat Kuas

4.2.4 PROSEDUR PENGUJIAN


1. Prosedur Dilaboratorium:

a. Timbang berat alat sand cone test lengkap (botol transparan berisi pasir
Ottawa + coronng kerucut).

b. Kemudian letakkan alat sand cone lengkap diatas plat kaca dengan posisi
corong kerucut pada bagian bawah lalu buka kran pada corong untuk
mengalirkan pasir Ottawa mengisi corong kerucut hingga penuh.

62
c. Setelah corong kerucut terisi penuh timbang kembali alat sand cone test
dengan sisa pasir dalam botol.
2. Prosedur dilapangan :

a. Ratakan permukaan tanah yang akan diuji,kemudian tempatkan plat dasar


pada permukaan tanah yang telah disiapkan.Agar palt dasar tidak mudah
bergeser,pakukan paku di keempat sisi plat dasar tersebut.

b. Gali lubang dengan diameter sesuai diameter lubang plat dasar dan dengan
kedalaman 10cm.Tanah galian ditimbang.

63
c. Setelah lubang selesai digali,timbang alat sand cone yang terisi pasir
Ottawa lengkap dengan corong kerucutnya,kemudian letakkan dengan
posisi corong kerucut dibagian bawah dan menempel pada lubang plat
dasar.
d. Buka kran pada corong kerucut untuk mengalirkan pasir mengisi lubang
dan corong kerucut sampai penuh.
e. Setelah lubang dan corong kerucut tersisi penuh, angkat alat sand cone test
lalu timbang kembali dengan sisa pasir di dalam botol transparan.
f. Kemudian bersihkan pasir Ottawa yang tertinggal di lubang, timbun
kembali lubang dengan tanah galian yang sebelumnya sudah ditimbang
beratnya.
g. Ambil sampel bekas tanah galian dan letakkan didalam cawan untuk ditest
kadar airnya.
h. Timbang cawan dan tanah galian tadi.
i. Setelah ditimbang letakkan cawan tersbut kedalam oven.
j. Setelah 24 jam timbang kembali cawan tersebut.

4.2.5 ANALISIS DATA


a. Perhitungan Volume Pasir (ϒ1)
ϒ1 = (M6 - M4) / (M3 - M4)
= (6,020 – 1,936) / (7,756 – 1,936)
= 4,084 / 5,820
= 701 gr/cm3
b. Perhitungan Volume Pasir Didalam Lubang (V)

64
V1 = M1 – M2 – M7 / ϒ1
= 1,156 / 701
= 1,649 cm3
c. Perhitungan Berat Volume Tanah Basah (ϒb)
ϒb = W3 / V1
= 1,732 / 1,649
= 1,05 cm3
d. Perhitungan Berat Volume Tanah Kering (ϒd)
ϒd = ϒb / (1+ W)
= 1,05 / (1 + 0,59)
= 0,66 gr/cm3
e. Perhitungan Derajat Kepadatan
D = (ϒd / ϒdmaks) x 100%
= (0,66 / 1,44) x 100%
= 45,8 %
4.2.6 KESIMPULAN
 Dari pengujian yang telah dilakukan, dan pengolahan data yang telah
dianalisa, didapat data berat volume tanah basah (ϒb) sebesar 1,05 cm3,
berat volume tanah kering (ϒd) di lapangan sebesar 0,66 gr/cm3 dan derajat
kepadatan sebesar 45,8%.
 Dengan demikian kami dapat diartikan tanah yang diuji dalam keadaan
tidak padat, karena derajat kepadatan yang diperoleh kecil dari derajat
kepadatan standard yang disyaratkan, yaitu minimal 80%, hal ini
disebabkan karena tanah yang diuji tersebut tidak pernah dipadatkan.
Apabila tanah yang diuji telah dipadatkan, maka derajat kepadatan tanah
(DR) harus berkisar antara 90 – 100 %, atau minimal 80 %.

4.2.7 SARAN
 Bagi peneliti harus lebih teliti untuk meminimalisir kesalahan.
 Angka dan juga perhitungan harus pas agar dapat ditentukan tanah tersebut
sudah memenuhi syarat kepadatan tanah atau belum.

65
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Jalan Willem Iskandar Pasar V Medan Estate – Kotak No. 1586 – Medan
20221 Telpon (061) 6625971, Fax. (061) 6614002 – 6613319
Laman :https://www.unimed.ac.id

Rekapitulasi Hasil Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Sand Cone


(SNI 2828:2011)
Hari/Tanggal : Kamis 7 April 2022 No.Contoh dan Kedalaman :
Proyek/Pekerjaan : Pengujian Sand Cone Jenis Tanah :
Lokasi : Lab.Mekanika Tanah Cuaca :
Lapangan
Nomor Pengujian
Berat Sendcone + Pasir Awal M1,gr 7,756
Berat Sandcone + Pasir Sisa M2.gr 5,480
Berat Wadah Tanah Galian (Kaleng) W1,gr 318
Berat Kaleng + Tanah Galian W2,gr 2,050
Berat Tanah Galian W3,gr 1,732
Laboratorium (Pengujian Kadar Air)
Nomor Pengujian
Berat Cawan W4,gr 12 16
Berat Cawan + Tanah Basah W5,gr 70 76
Berat Cawan + Tanah Kering W6,gr 66 70
Berat Air gr 4 6
Berat Tanah Kering gr 54 54
Kadar Air ω,% 7,4 11,11
Kadar Air Rata-Rata % 12,95
Berat Pasir yang Mengisi Corong
Berat Sendcone + Pasir Awal M1-1,gr 7,756
Berat Sendcone + Pasir Sisa M2-1,gr 5,480
Berat Pasir yang Mengisi Corong M7,gr 1,120
Kalbirasi Kepadatan Pasir Sandcone
Nomor Pengujian
Berat Sendcone + Pasir Penuh M3,gr 7,756
Berat Sendcone Kosong M4,gr 1,936
Berat Pasir Penuh M5,gr 5,820
Volume Botol Sendcone M6,gr 6,020
Volume Pasir ϒ1,gr/cm3 701
Volume Galian V1,cm3 1,649
Kepadatan Tanah Basah ϒb,gr/cm3 1,05
Kepadatan Tanah Kering ϒd,gr/cm3 0,666

Medan, 2022
Penguji Diperiksa Disetujui

( Kelompok D ) ( Hafiz Achamd Fauzan ) ( Muhammad Quarinur ST.,M.Eng)

66
DAFTAR PUSTAKA

[1] Badan Standardisasi Nasional. Tata cara pencatatan dan indentifikasi hasil
pengeboran inti. SNI 2436:2008. Badan Standardisi Nasional. Jakarta;
2008.
[2] Badan Standardisasi Nasional. Metode uji densitas tanah di tempat
(lapangan) dengan alat konus pasir. SNI 2828:2011. Badan Standardisasi
Nasional. Jakarta; 2011.
[3] Badan Standardisasi Nasional. Cara uji penentuan kadar air untuk tanah
dan batuan di laboratorium. Jakarta,2008
[4] Badan Standardisasi Nasional. Cara uji berat jenis tanah. SNI 1964:2008.
Jakarta;2008
[5] Badan Standardisasi Nasional. Cara uji analisis ukuran butir tanah. SNI
3423 :2008. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta,2008.
[6] Badan Standardisasi Nasional. Cara uji penentuan batas cair tanah. SNI
1967 :2008. Jakarta; 2008

[7] Badan Standarisasi Nasional. Cara uji batas plastis dan indeks plastisitas
tanah. SNI 1966 :2008. Jakarta; 2008
[8] Badan Standarisasi Nasional. Cara uji kepadatan berat untuk tanah. SNI
1743 :2008. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta; 2008.

67

Anda mungkin juga menyukai