Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN DASAR


OKSIGENASI

Dosen Pembimbing:
Ns. Laksita Barbara, MN

Disusun Oleh:
Dina Krismayanti 2210721035

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANNUSIA (OKSIGENASI)

A. Konsep Kebutuhan Dasar Mannusia (Oksigenasi)


1. Definisi Oksigenasi
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam buku Asmadi
(2009) lebih dikenal dengan istilah Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow.
Kebutuhan oksigen menurut Abraham Maslow terdapat dalam kebutuhan
fisiologis (Physiologic Needs), karena oksigen sangat berperan dalam vital bagi
kehidupan manusia. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi, apabila
kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi kerusakan pada
jaringan otak dan bila hal tersebut berlangsung lama akan terjadi kematian.
Oksigenasi meupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup,
dan aktivitas berbagai organ dam sel tubuh. Keberadaan oksigen merupakan salah
satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk
mempertahkan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen
ini diperoleh dengan cara menghirup oksigen (O2) setiap kali bernapas dari
atmosfer. Oksigen untuk kemudian diedarkan ke seluruh jaringan (Andarmoyo,
2012).

2. Proses Fisiologis Oksigenasi


Proses fisiologis oksigen terdiri dari:
a. Ventilasi
Ialah masuknya oksigen (O2) atmosfer ke dalam alveoli dan keluarnya CO2
dari alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi (inspirasi dan ekspirasi).
b. Difusi Gas
Difusi adalah bergeraknya gas O2 dan CO2 atau partikel lain dari area yang
bertekanan rendah. Dalam difusi gas ini, organ pernafasan yang berperan
penting adalah alveoli dan darah.
c. Transportasi Gas
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari
jaringan ke paru dengan bantuan aliran darah (Mutaqin, 2012).

3. Mekanisme
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari
dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak
dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas
sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi
(penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi,
difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume
sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi
pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2015).

4. Tipe Kekurangan Oksigen Dalam Tubuh


a. Hipoksemia
Merupakan keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam
darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) di bawah normal (normal PaO2
85-100 mmHg, SaO2 95%). Keadaan ini disebabkan oleh gangguan ventilasi,
perfusi, difusi, pirau (shunt), atau berada pada tempat yang kurang oksigen. Pada
keadaan hipoksemia, tubuh akanmelakukan kompensasi dengan cara
meningkatkan pernapasan, meningkatkan stroke volume, vasodilatasi pembuluh
darah, dan peningkatan nadi. Tanda dan gejala hipoksemia diantaranya sesak
nafpas, frekunsi napas dapat mencapai 35 kali per menit, nadi cepat dan dangkal,
serta sianosis
b. Hipoksia
Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya
pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang diinspirasi
atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Tanda dan gejala
hipoksia diantaranya kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi,
nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, serta jari
tabuh (clubbing finger).
c. Gagal Napas
Merupakan keadaan di mana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan
oksigen karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga
terjadi kegagalan pertukaran gas karbondioksida dan oksigen. Gagal napas
ditandai dengan peningkatan CO2 dan penurunan O2 dalam darah secara
signifikan. Gagal napas dapat disebabkan oleh gangguan sistem saraf pusat yang
mengontrol sistem
pernapasan, kelemahan neuromuskular, keracunan obat, gangguan metabolisme,
kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas.
d. Perubahan Pola Napas
Pada keadaan normal, frekuensi pernapasan pada orang dewasa 12-20x/menit
dengan irama teratur serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi. Pernapasan
normal disebut eupnea. Perubahan pola napas dapat berupa:
 Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien dengan asma.
 Apnea, yaitu tidak bernafas, berhenti bernapas.
 Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi
lebuh dari 24x/menit.
 Bradipnea, yaitu lebih lambat (kurang) dari normal dengan frekuensi
kurang dari 16x/menit.
 Kusssmaul, yaitu pernapasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi
sama, sehingga pernapasan menjadi lambat dan dalam. Misalnya pada
penyakit Diabetes Melitus dan Uremia.
 Chyne-stokes, merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian
berangsur-angsur dangkal dan diikuti periode apnea yang berulang secara
teratur. Misalnya pada keracunan obat bius, penyakit jantung dan
penyakit ginjal.
 Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan
periode yang tidak teratur. Misalnya pada meningitis (Tarwoto &
Wartonah, 2015)

5. Tanda Dan Gejala


Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan
untuk bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas
dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior,
frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala
adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi
(NANDA, 2018).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS
abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia,
hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman
nafas (NANDA, 2018).

6. Pathway

Faktor Predisposisi

Edema, spasme bronkus, peningkatan secret bronkus, dll.

Obstruksi bronkus awal fase ekspirasi Gangguan saraf pernafasan dan otot pernafa

Gg. pada alveolar Meningkatkan permeabilitas


alveolar kapiler
Udara terperangkap dalam alveolar
Pola nafas tidak efektif
Gg. endothelium kapiler

Suplai O2 kejaringan rendah PaO2 rendah PaCO2 tinggi Sesak nafas, nafas pendek
Cairan masuk ke

Nafsu
hipoksemia Kompensasi kardiovaskuler
Gg. metabolisme jaringanGg. pertukaran gas
makan Tahanan
jalan nafas

Ketidakseimbang
Hiperte
Gagal jantung Metabolis
Produksi an nutrisi kurang Kehilangan
Produksi
nsi me
ATP dari keb. tubuh fungsi silia
secret

Gg. Pola tidur


Defisit energi Bersihan
jalan nafas

Intolera
Lelah, lemah
nsi
7. Komplikasi Dan Masalah Yang Mungkin Muncul
a. Hipoksemia
b. Hipoksia
c. Gagal napas
d. Perubahan pola napas

8. Pemeriksaan Khusus Dan Penunjang


Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan
oksigenasi yaitu:
a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara
efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing
yang menghambat jalan nafas.
f. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan kontraksi
paru
h. CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal

9. Pengelolaan Yang Dilakukan


Terapi oksigen adalah tindakan pemberian oksigen melebihi pengambilan
oksigen melalui atmosfir atau FiO2 >21%. Tujuan terapi oksigen adalah
mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi respiratorik, mencegah
hipoksia jaringan, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta
mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %. Indikasi pemberian
oksigen dapat dilakukan pada:
 Perubahan frekuensi atau pola napas
 Perubahan atau gangguan pertukaran gas
 Hipoksemia
 Menurunnya kerja napas
 Menurunnya kerja miokard
 Trauma berat
Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa metode,
diantaranya adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen), fisiotrapi dada, napas
dalam dan batuk efektif, dan penghisapan lender atau subtioning.

a. Inhalasi oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapsan dengan
menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat dilakukan
melalui tiga cara, yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan
memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia. Menurut
Tarwoto dan Wartonah (2017), terdapat dua system inhalasi oksigen yaitu system
aliran rendah dan system aliran tinggi.
b. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola
pernapasan dan membersihkan jalan napas (Eki, 2017)

B. Asuhan Keperawatan Teori


1. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Keluarga
Membuat riwayat keperawatan yang berhubungan dengan gangguan sistem
pernapasan, sangat penting untuk mengenal tanda serta gejala umum gangguan
pernapasan, termasuk keluhan utama pada sistem pernapasan seperti batuk,
produksi sputum berlebih, batuk darah, sesak napas, dan nyeri dada. Sedangkan
keluhan secara umum meliputi gangguan pertukaran gas, malaise, nafsu makan
menurun BB menurun secara drastis, dan keringat malam.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian riwayat kesehatan saat ini (RPS) untuk sistem pernapasan
seperti menanyakan tentang perjalanan sejak timbul keluhan hingga klien
meminta pertolongan. Misalnya: sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan
berapa kali keluhan tersebut terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan,
dimana pertama kali keluhan timbul, apa yang sedang dilakukan keluhan ini
terjadi, keadaan apa yang memperberat atau memperingan keluhan, adakah usaha
mengatasi keluhan ini sebelum meminta pertolongan, berhasil atau tidakkah
usaha tersebut dan sebagainya.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian riwayat kesehatan dahulu diawali dengan perawat menanyakan
tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami sebelumnya. Misal : apakah klien
pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit apa, apakah pernah mengalami sakit
yang berat, dan sebagainya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga dalam gangguan sistem pernapasan
merupakan hal yang penting untuk mendukung keluhan dari penderita, perlu
dicari riwayat keluarga yang memberikan predisposisi keluhan seperti adanya
riwayat sesak napas, batuk lama, batuk darah dari generasi terdahulu. Adanya
riwat keluarga yang menderita yang menderita kencing manis, tekanan darah
tinggi juga akan mendukung/memperberat riwayat penderita.
5. Riwayat Kebiasaan dan Pekerjaan
Pengkajian pekerjaan dan kebiasaan, perawat menanyakan situasi tempat
bekerja dan lingkungannya. Kebiasaan sosial : menanyakan kebiasaan dan pola
hidup. Misalnya minum alkohol atau obat tertentu. Kebiasaan merokok :
menanyakan tentang kebiasaan merokok terkait sudah berapa lama, berapa batang
per hari dan jenis rokok.
6. Psikologis
Pengkajian psikologis meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan
perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif,
dan prilaku klien. Perawat mengumpulkan pemerikasaan awal klien, kapasitas
fisik
dan intelektual saat ini, yang menentukan tingkat perlunya pengkajian
psikososiospiritual yang seksama.
7. Pemeriksaan Fisik :
1. Inspeksi
Melakukan pemeriksaan dengan cara melihat keadaan umum sistem
pernapasan dan nilai adanya tanda-tanda abnormal seperti adanya tanda
sianosis, pucat, kelelahan, sesak napas, batuk, penilaian produksi sputum dan
lainya. Perawat juga perlu menginspeksi bentuk dada, kurva tulang belakang
dan gerakan pernapasan dan kesimetrisan dada.
2. Palpasi
a. Untuk melihat adanya kelainan pada dinding toraks. Kelaian yang
mungkin didapatkan pada pemeriksaan ini antara lain nyeri tekan dan
adanya emfisema subkutis.
b. Menyatakan adanya tanda-tanda penyakit paru.
3. Perkusi
Menentukan dinding dada dan stuktur dibawahnya dalam gerakan,
menghasilkan vibrasi taktil dan dapat terdengar. Pemeriksa menggunakan
perkusi untuk menentukan apakah jaringan dibawahnya terisi oleh udara,
cairan, bahan padat atau tidak. Pemeriksa juga menggunakan perkusi untuk
memperkirakan ukuran dan letak stuktur tertentu di dalam toraks (contoh:
diafragma, jantung, hepar dan lain-lain).
4. Auskultasi
Untuk menentukan kondisi paru-paru, memeriksa mengauskultasi
bunyi napas normal, bunyi napas tambahan, dan bunyi suara.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul:
1. Bersihan Jalan Napas (SDKI. D. 0149. Hal 18)
Definisi: Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obtruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
Penyebab: Spasme jalan napas, hipersekresi jalan napas, disfungsi
neuromuskuler, benda asing dalam jalan napas, adanya jalan napas buatan,
sekresi yang tertahan, hiperplasia, dinding jalan napas, proses infeksi, respon
alergi, efeksi agen farmakologis, merokok aktif atau pasif, terpajan polutam
Tanda dan gejala
Subyektif
a. Dipsnea
b. Sulit bicara
c. Ortopnea
Obyektif
a. Batuk tidak efektif
b. Tidak mampu batuk
c. Sputung berlebih
d. Mengi, wheezing, atau ronkhi kering
e. Mekonium dijalan napas
f. Gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola
napas berubah
Kondisi Klinis Terkait: Gullian barre syndrome, sklerosis multipel,
myasthenia gravis, prosedur diagnostik, depresi sistem saraf pusat, cedera
kepala, struk, kuadriplegia, sindrom aspirasi mekonium, infeksi saluran napas.

2. Ketidakefektifan pola nafas (SDKI. D.0005. Hal 26)


Definisi: Inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
Penyebab: Depresi pusat penapasan, hambatan upaya napas, deformitas dinding
dada, deformitas tulang dada, gangguan neoromuskular, gangguan neorologis,
penurunan energi, obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru,
sindrom hipoventilasi, kerusakan inervasi diafragma, cedera pada medula spinalis,
efek agen farmakologis, kecemasan
Tanda dan gejala:
Subyektif
a. Dispnea
b. Ortopnea
Obyektif
a. Penggunaan otot pernapasan
b. Pernapasan cuping hidung
c. Diameter thorak anterior-posterior meningkat
d. Ventilasi semenit menurut
e. Kapasita vital menurun
f. Tekanan ekspirasi menurun
g. Ekskursi dada berubah
Kondisi Klinis Terkait: depresi sistem saraf pusat, cedera kepala, trauma thorak,
gullian barre syndrome, multiple skelosis, myasthenia gravis, stroke, kuadriplegia,
intoksikasi alkohol.

3. Gangguan pertukaran gas (SDKI. D.0003. Hal 22)


Definisi: Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan elimanasi karbondioksida
pada membran alveolus kapiler
Penyebab: Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan membran alveolus-
kapiler
Tanda dan Gejala
Subjektif
a. Dispnea
b. Pusing
c. Penglihatan
kabur Objektif
a. PCO2 meningkat atau menurun
b. PO2 menurun
c. Takikardia
d. pH arteri meningkat atau menurun
e. Bunyi napas tambahan
f. Sianosis
g. Diaforesis
h. Gelisah
i. Napas cuping hidup
j. Pola napas abnormal
k. Warna kulit abnormal
l. Kesadaran menurun
Kondisi Klinis Terkait: penyakit PPOK, gagal jantung kongestif, asma,
pneumonia, TB paru, penyakit membran hialin, asfiksia, PPHN, prematur, infeksi
saluran napas,
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan &
No. Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Latihan batuk efektif (SIKI. I.01006.
napas (SDKI. D. keperawatan selama 3 x 24 jam Hal 142)
0149. Hal 18) diharapkan bersihan jalan a. Observasi
napas efektif dengan kriteria  Identifikasi kemampuan
hasil : batuk
a. Bersihan jalan napas  Monitor adanya retensi
(SLKI. L. 01001. Hal 18) sputum
 Batuk efektif  Monitor input dan output
 Penurunan produksi cairan
sputum b. Terapeutik
 Tidak terdengar suara  Atur posisi semifowler
mengi, wheezing,  Buang sekret pada tempat
ronkhi sputung
 Tidak ada dispnea atau c. Edukasi
ortopnea  Jelaskan tujuan dan prosedur
 Mampu berbicara batuk efektif
 Tidak ada sianosis  Anjurkan tarik napas dalam
 Tidak gelisah d. Kolaborasi
 Pemberian mukolitik dan
ekspetoran

Pemantauan respirasi (SIKI. I.01014.


Hal 247)

a. Obsevasi
 Monitor frekuensi, irama,
kedalam dan upaya napas
 Monitor pola napas
 Monitor kemampuan bantuk
efektif
 Monitor adanya produksi
sputum
 Monitor adanya sumbatan
jalan napas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
 Auskultasi suara napas
 Monitor saturasi O2
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil X-ray thorak

b. Terapeutik
 Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
 Dokumentasikan hasil
pemamtauan

c. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantau
 Informasikan hasil
pemantauan

Manajemen jalan napas (SIKI.


I.01011. Hal 186 )
a. Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan
napas
 Posisikan semi fowler
 Lakuka fisioterapi dada
 Lakukan penghisapan lendir
 Berikan oksigen
b. Observasi
 Monitor pola napas
 Monitor bunyi napas
 Monitor sputung
c. Edukasi
 Ajarkan batuk efektif
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator ekpetoran, ,
mukolitik

Penghisapan jalan napas (SIKI.


I.01020. Hal 299)
a. Observasi
 Identifikasi kebutuhan
dilakukan penghisapan
 Auskultasi suara napas
sebelum dan sesudah
dilakukan penghisapan
 Monitor status oksigenisasi
dan hemodinamik
 Catat warna, jumlah dan
konsistensi sekret
b. Terapeutik
 Gunakan teknik aseptik
 Gunakan teknik penghisapan
tertutup
 Pilih ukuran kateter suction
 Lakukan penghisapan mulut,
nasofaring, trakea dan ETT
 Berikan O2 dengan
konsentrasi 100%
 Lakukan penghisapan lebih
dari 15 detik
c. Edukasi
 Anjurkan teknik napas dalam
sebelum melakukan
penghisapan
 Anjurkan bernapas dalam dan
pelan selama insersi kateter
suction

Terapi Oksigen (SIKI. I.01026. Hal


430)
a. Observasi
 Monitor kecepatan aliran O2
 Monitor alat terapi O2
 Monitor efektifitas terapi O2
 Monitor tanda hipoventilasi
 Monitor tanda toksikasi O2
 Monitor integritas mukosa
hidung
b. Terapeutik
 Bersihkan sekret pada mulut
dan trakea
 Pertahankan kepatenan jalan
napas
 Persiapkan dan atur peralatan
pemberian O2
 Memberikan O2 tambahan
c. Edukasi
 Ajarkan pasien dan keluarga
cara penggunaan oksigen
dirumah
d. Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis
O2
 Kolaborasi penggunaan O2
saat aktivitas dan tidur.
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Latihan batuk efektif (SIKI. I.01006.
pola napas (SDKI. keperawatan selam 3 x 24 jam Hal 142)
D.0005. Hal 26) diharapkan pola napas efektif a. Observasi
dengan kriteria hasil :  Identifikasi kemampuan
batuk
a. Pola napas (SLKI.  Monitor adanya retensi
L.01004. Hal 95) sputum
 Peningkatan kapasitas  Monitor input dan output
vital cairan
 Tekanan inspirasi dan b. Terapeutik
ekspirasi normal  Atur posisi semifowler
 Tidak ada dispnea  Buang sekret pada tempat
 Tidak ada penggunaan sputung
otot bantu napas c. Edukasi
 Tidak ada  Jelaskan tujuan dan prosedur
pemanjangan fase batuk efektif
ekspirasi  Anjurkan tarik napas dalam
 Tidak ada ortopnea d. Kolaborasi
 Tidak ada pernapasan  Pemberian mukolitik dan
cuping hidung ekspetoran
 Frekuensi napas 16-24
kali/menit Pemantauan respirasi (SIKI. I.01014.
 Kedalam napas Hal 247)
normal
a. Obsevasi
 Monitor frekuensi, irama,
kedalam dan upaya napas
 Monitor pola napas
 Monitor kemampuan bantuk
efektif
 Monitor adanya
produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan
jalan napas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
 Auskultasi suara napas
 Monitor saturasi O2
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil X-ray thorak

b. Terapeutik
 Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemamtauan

c. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantau
 Informasikan hasil
pemantauan

Manajemen jalan napas (SIKI.


I.01011. Hal 186 )
a. Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan
napas
 Posisikan semi fowler
 Lakuka fisioterapi dada
 Lakukan penghisapan lendir
 Berikan oksigen
b. Observasi
 Monitor pola napas
 Monitor bunyi napas
 Monitor sputung
c. Edukasi
 Ajarkan batuk efektif
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator ekpetoran, ,
mukolitik

Penghisapan jalan napas (SIKI.


I.01020. Hal 299)
d. Observasi
 Identifikasi kebutuhan
dilakukan penghisapan
 Auskultasi suara napas
sebelum dan sesudah
dilakukan penghisapan
 Monitor status oksigenisasi
dan hemodinamik
 Catat warna, jumlah dan
konsistensi sekret
e. Terapeutik
 Gunakan teknik aseptik
 Gunakan teknik
penghisapan tertutup
 Pilih ukuran kateter suction
 Lakukan penghisapan mulut,
nasofaring, trakea dan ETT
 Berikan O2 dengan
konsentrasi 100%
 Lakukan penghisapan lebih
dari 15 detik
f. Edukasi
 Anjurkan teknik napas dalam
sebelum melakukan
penghisapan
 Anjurkan bernapas dalam dan
pelan selama insersi kateter
suction

Terapi Oksigen (SIKI. I.01026. Hal


430)
a. Observasi
 Monitor kecepatan aliran O2
 Monitor alat terapi O2
 Monitor efektifitas terapi O2
 Monitor tanda hipoventilasi
 Monitor tanda toksikasi O2
 Monitor integritas mukosa
hidung
b. Terapeutik
 Bersihkan sekret pada mulut
dan trakea
 Pertahankan kepatenan jalan
napas
 Persiapkan dan atur
peralatan pemberian O2
 Memberikan O2 tambahan
c. Edukasi
 Ajarkan pasien dan keluarga
cara penggunaan oksigen
dirumah
d. Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis
O2
 Kolaborasi penggunaan O2
saat aktivitas dan tidur.
3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi (SIKI. I.01014.
pertukaran gas keperawatan selama 3 x 24 jam Hal 247)
(SDKI. D.0003. diharapkan gangguan
Hal 22) pertukaran gas dapat teratasi a. Obsevasi
dengan kriteria hasil:  Monitor frekuensi, irama,
kedalam dan upaya napas
a. Pertukaran gas (SLKI.  Monitor pola napas
L.01003. Hal 94)  Monitor kemampuan bantuk
 Tingkat kesadaran efektif
meningkat  Monitor adanya produksi
 Tidak ada dispnea sputum
 Tidak ada bunyi napas  Monitor adanya sumbatan
tambahan jalan napas
 Tidak ada pusing  Palpasi kesimetrisan ekspansi
 Tidak ada penglihatan paru
kabur  Auskultasi suara napas
 Tidak ada diaforesis  Monitor saturasi O2
 Tidak ada gelisah  Monitor nilai AGD
 Tidak ada napas  Monitor hasil X-ray thorak
cuping hidung
 PCO2 normal 35 – 45 b. Terapeutik
mmHg  Atur interval pemantauan
 HCO3 normal 22-26 respirasi sesuai kondisi
mEq/L pasien
 PO2 normal 80 – 100  Dokumentasikan hasil
mmHg pemamtauan
 Tidak ada takikardia
 pH arteri normal 7.35 c. Edukasi
– 7.45  Jelaskan tujuan dan prosedur
 Saturasi O2 > 95% pemantau

 BE -2 s/d +2 Informasikan hasil pemantauan

 Tidak ada sianosis


 Pola napas normal Terapi Oksigen (SIKI. I.01026. Hal
430)
 Warna kulit normal
a. Observasi
 Monitor kecepatan aliran O2
 Monitor alat terapi O2
 Monitor efektifitas terapi O2
 Monitor tanda hipoventilasi
 Monitor tanda toksikasi O2
 Monitor integritas mukosa
hidung
b. Terapeutik
 Bersihkan sekret pada mulut
dan trakea
 Pertahankan kepatenan jalan
napas
 Persiapkan dan atur peralatan
pemberian O2
 Memberikan O2 tambahan
c. Edukasi
 Ajarkan pasien dan keluarga
cara penggunaan oksigen
dirumah
d. Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis
O2
 Kolaborasi penggunaan O2
saat aktivitas dan tidur.

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap dari proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat menyusun rencana keperawatan. Dengan rencana keperawatan yang dibuat
berdasarkan diagnosis yang tepat, intervensi diharapkan dapat nencapai tujuan dan
hasil yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status kesehatan pasien
(Potter, 2010).
Tujuan dari implementasi aalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. Perencanaan asuhan keperawatan
dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk beradaptasi dalam
implementasi asuhan keperawatan. Selama tahap implementasi, perawat akan terus
melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai
dengan kebutuhan pasien (Nursalam, 2008).
Jenis-jenis tindakan tahap pelaksanaan implementasi antara lain sebagai berikut:
1) Secara Mandiri (Independent)
Tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien
dalam mengatasi masalahnya dan menanggapi reaksi karena adanya stressor.
2) Saling ketergantungan (Interdependent)
Tindakan keperawatan atas dasar kerja sama tim keperawatan dengan tim
kesehatan lainnya, seperti dokter, fisioterapi, dan lain-lain.
3) Rujukan Ketergantungan (Dependent)
Tindakan keperawatan atas dasar rujukan dan profesi lainnya diantaranya
dokter, psikiatri, ahli gizi, dan lainnya.
4) Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Tahap ini sangat
penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau kesejahteraan klien.
Mengambil tindakan evaluasi untuk menentukan apakah hasil yang
diharapkan
telah terpenuhi bukan untuk melaporkan intervensi keperawatan yang telah
dilakukan. Hasil yang diharapkan merupakan standar penilaian bagi perawat
untuk melihat apakah tujuan telah terpenuhi.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dengan melihat tujuan dan kriteria hasil yang telah ditentukan, secara umum
tujuan tercapai apabila klien
a. Mampu bernapas dengan normal
b. Menyatakan tidak merasakan sesak
c. Tidak ada perasaan gelisah
d. Mampu berbicara dengan baik
e. Tanda-tanda vital normal
f. Mampu melakukan aktivitas dengan normal
DAFTAR PUSTAKA

Arrizqi, S. N. 2021. Laporan Pendahuluan Dengan Gangguan Oksigenasi Di Ruang Kenanga


RSUD HJ. Anna Lasmanah Banjarnegara. Poltekes Kemenkes Semarang.
Atoilah, Elang M. Kusnadi, Eungkus. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut: In Media
Bagaskara, F., Utami, Nur, A., Christina, Ayu, G., Ramadhanty, N., & Syam, H. 2018.
Kebutuhan Dasar Manusia Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Di Ruang
Mawar RSUD Ambarawa. Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang.
Brunner & Suddarth. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12 vol 1. Jakarta:
EGC
Eki. 2017. Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Di Irna Penyakit
dalam di RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2017.
Ernawati. 2012. Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: Trans Info Media
Herdman, T. H. 2018. NANDA Internasional nursing diagnoses : definitions and
classification 2018-2020. EGC.
Saputra, Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa
Saturti, T. I. 2018. Sistem Pernapasan. Universitas Udayana.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Defnisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia Defnisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai