Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL NAFAS

Disusun oleh:

RIZA SETIA BARUNA


A. DEFINISI
Gagal nafas/ Respiratori Faillure adalah Ketidak mampuan tubuh
dalam mempertahankan tekanan parsial normal O2 dan atau CO2 di
dalam darah.
Gagal nafas merupakan kegagalan sistem respirasi dalam
memahami kebutuhan pertukaran gas oksigen dan karbondioksida
antara udara dan darah, sehingga terjadi gangguan dalam asupan
oksigen dan ekskresi karbodioksida , keadaan ini ditandai dengan
apnormalitas nilai Po2 dan Pco2. Gagal nafas dapat disebabkan oleh
penyakit paru yang melibatkan jalan nafas, alveoulus, sirkulasi paru
atau kombinasi ketiganya. (Brunner & Sudarth,2012)
Gagal nafas dibagi menjadi dua yaitu Gagal nafas Tipe I dan
Gagal nafas Tipe II :
1. Gagal nafas Tipe I
Gagal nafas tipe I adalah kegagalan paru untuk mengoksigenasi
darah , ditandai dengan PaO2 menurun dan PaCO2 normal atau
menurun. Gagal napas Tipe I ini biasa terjadi pada kelainan
pulmoner dan tidak disebabkan oleh kelainan ekstrapulmoner.
2. Gagal nafas Tipe II
Gagal nafas Tipe II adalah kegagalan tubuh untuk mengeluarkan
CO2 pada umumnya disebabkan oleh hipoventilasi karena yang
ditandai dengan retensi CO2 (Peningkatan PaCO2 atau hiperkapnia)
disertai dengan penurunan PH yang abnormal dan penurunan PaO2
atau hipoksemia

B. ETIOLOGI

Gagal nafas dapat disebabkan oleh kelainan intrapulmonal dan


ektrapulmonal. Kelainan intrapulmonal meliputi kelainan pada saluran nafas
bawah,sirkulasi pulmoner, jaringan interstitial,kapiler alveolar. Kelainan
ektrapulmonal merupakan kelainan pada pusat nafas, neuromuskular, pleura
maupun saluran nafas atas.
1. Depresi Sistem saraf pusat Mengakibatkan gagal nafas karena
ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang mengendalikan
pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan
medulla)sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
2. Kelainan neurologis primer Akan memperngaruhi fungsi pernapasan.
Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang
membentang dari batang otak terus ke saraf spinal kereseptor pada otot-
otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan
medullaspinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular
yang terjadi pada pernapasan akan sangat mempengaruhi ventilasi.

3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks Merupakan kondisi yang


mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini
biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura
atautrauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.

4. Trauma Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal


nafas. Kecelakaanyang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan
perdarahan dari hidung danmulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan
nafas atas dan depresi pernapasan.Hemothoraks, pnemothoraks dan
fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkinmeyebabkan gagal nafas.
Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagalnafas.
Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar

5. Penyakit akut paru Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus.


Pnemonia kimiawi atau pnemoniadiakibatkan oleh mengaspirasi uap yang
mengritasi dan materi lambung yang bersifatasam. Asma bronkial, atelektasis,
embolisme paru dan edema paru adalah beberapakondisi lain yang
menyababkan gagal nafas. ( Nemaa, 2015 )
C. PATOFISIOLOGI

Pemahaman mengenai patofisiologi gagal nafas akut merupakan hal yang


sangat penting di dalam hal penatalaksanaannya. Secara umum terdapat empat
dasar mekanisme gangguan pertukaran gas pada sistem pernafasan yaitu :
1. Hipoventilasi
2. Ketidakseimbangan ventilasi atau perfusi
3. Pintasan darah kanan ke kiri
4. Gangguan difusi. Kelainan ektrapulmonel menyebabkan hipoventilasi
sedangkan kelainan intrapulmonel dapat meliputi seluruh mekanisme tersebut.
Sesuai dengan patofisiologinya gagal nafas akut dapat dibedakan kedalam 2
bentuk yaitu: hiperkapnia atau kegagalan ventilasi dan hipoksemia atau
kegagalan oksigenasi. Gagal nafas pada umumnya disebabkan oleh kegagalan
ventilasi yang ditandai dengan retensi CO2, disertai dengan penurunan pH
yang abnormal, penurunan PaO2, dengan nilai perbedaan tekanan O2 di
alveoli-arteri (A-a)DO2 meningkat atau normal.
Indikator gagal nafas adalah frekuensi pernafasan dan
kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila
lebih dari 20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan
ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga
timbulkan kelelahan. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20
ml/kg).

Penyebab terpenting dari gagal nafas adalah ventilasi yang


tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan
yang mengendalikan pernapasan terletakdi bawah batang otak (pons dan
medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala,stroke, tumor
otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai
kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat
dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi
pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan
dengan efek yang dikeluarkan atau dengan meningkatkan efek dari analgetik
opiod. Penemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah kegagal
nafas akut.
D. PATHWAY

EFUSI PLEURA,
TRAUMA DEPRESI SISTEM PENYAKIT AKUT KELAINAN
HEMOTHOKRAT, DAN
SARAF PUSAT NEUROLOGIS
PARU PNEUMOTORAK

Gg saraf pernapasan
dan otot pernapasan

Pernapasan
Gagal Napas
tidak adekuat

Meningkatkan
permeabiliras Penurunan
membrane kesadaran
alveolan kapiler

Gg evitalium Gg Pergerakan
alveolar endothelium terbatas
kapiler

Cairan masuk ke
Edema paru Pemasangan
intertisial
ventilator yang lama

Tahanan
Comlain paru
jalan napas
Ketidakmampuan
tubuh beradaptasi
Gg Pengembangan Kehilangan fungsi ventilator mekanik
Paru Kolap Alveoli pernapasan

Gangguan
Ekspansi Paru Peningkatan produksi Ventilasi Spontan
sekret

Pola Nafas Tidak


E. MANIFESTASI KLINIS

1. Tanda Gagal Nafas Total

 Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.


 Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga
sertatidak ada pengembangan dada pada inspirasi
 Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan
Gagal nafas parsial :
 Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing.
 Ada Retraksi Dinding Dada

. 2. Gejala

 Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)


 Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2
menurun) (Murat & Michael, 2015)
F. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
diagnosa medis, no register dan tanggal MRS.
2. Keluhan Utama
Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan
pada gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami dan efek gejala
tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit gagal nafas
sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Sekarang.
Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamesa
meliputi palliative, provocative, quality, quantity, region, radiaton,
severity scale dan time.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Kaji adanya riwayat pada masa sebelumnya. Pengkajian riwayat ini dapat
mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan
data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan
selanjutnya. Biasanya sebelumnya mempunyai penyakit jantung,
kolesterol, diabetes, dan lain sebagainya.

G. PEMERIKSAAN FISIK
Kaji keadaan umum dan kesadaran, tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu,
TB/BB sebelum masuk RS dan saat di rawat di RS.
1. Airway : Mengenali adanya sumbatan jalan nafas
 Peningkatan sekresi pernapasan
 Bunyi nafas krekles , ronchi dan mengi
 Jalan napas adanya sputum , secret , lendir, darah, dan benda asing.
 Jalan napas bersih atau tidak
2. Breathing: Kaji jumlah pernapasan lebih dari 24 kali per menit
 Distress pernafasn : Adanya PCH , Takipneu/Bradipneu, retraksi
 Menggunakan Otot Bantu Nafas
 Kesulitan Bernafas : Tampak Sianosis, Diaforesis
3. Circulation: Kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda
signifikan,
 Monitoring tekanan darah
 Penurunan Curah Jantung : Gelisah , Takikardia, Letargi
 Sakit Kepala
 Gangguan Tingkat Kesadaran : Ansietas , Gelisah, Mengantuk
 Penurunan Haluaran Urine
4. Disability:
 Keadaan Umum : GCS , Kesadaran , Nyeri atau tidak
 Adanya Trauma atau tidak pada thorax
 Riwayat Penyakit dahulu atau sekarang
 Riwayat Pengobatan
5. Eksprosure : Penampilan Umum Klien apakah pucat , udem , tampak lemah

Pemeriksaan fisik (Per Sistem)


1) Sistem penglihatan :
Kaji posisi mata, kelopak mata, pergerakan bola mata, konjungtiva, kornea,
sklera, pupil, adanya penurunan lapang pandang, penglihatan kabur, tanda-
tanda radang, pemakaian alat bantu lihat dan keluhan lain.
2) Sistem pendengaran :
Kaji kesimetrisan, serumen, tanda radang, cairan telinga, fungsi
pendengaran, pemakaian alat bantu, hasil test garpu tala.
3) Sistem bicara :
Kaji kesulitan atau gangguan bicara.
4) Sistem pernafasan :
Kaji jalan nafas, RR biasanya meningkat, irama, kedalaman, suara nafas,
batuk, penggunaan otot dan alat bantu nafas.
5) Sistem kardiovaskuler :
Kaji sirkulasi perifer (nadi (biasanya takikardia), distensi vena jugularis,
temperatur kulit biasanya dingin atau hipertemik, warna kulit biasanya
pucat, CRT, flebitis, varises, edema), sirkulasi jantung (bunyi jantung,
kelainan jantung, palpitasi, gemetaran, kesemutan, nyeri dada, ictus cordis,
kardiomegali, hipertensi).
6) Sistem neurologi :
Kaji GCS, gangguan neurologis nervus I sampai XII, pemeriksaan reflek,
kekuatan otot, spasme otot dan kebas/kesemutan.
7) Sistem pencernaan :
Kaji keadaan mulut, kesulitan menelan, muntah, nyeri daerah perut, bising
usus, massa pada abdomen, ukur lingkar perut, asites, palpasi dan perkusi
hepar, gaster; nyeri tekan, nyeri lepas, pemasangan colostomi, pemasangan
NGT.
8) Sistem imunologi :
Kaji adanya pembesaran kelenjar getah bening.
9) Sistem endokrin :
Kaji nafas bebau keton, luka, exopthalmus, tremor, pembesaran kelenjar
thyroid, tanda peningkatan gula darah.
10) Sistem urogenital :
Kaji distensi kandung kemih, nyeri tekan, nyeri perkusi, urine, penggunaan
kateter dan keadaan genital. (jika sudah terjadi kegagalan organ multipel
yang menyerang ginjal biasanya nyeri pada ginjal pada saat di palpasi dan
perkusi)
11) Sistem integumen :
Kaji keadaan rambut, kuku, kulit.
12) Sistem muskuloskeletal :
Kaji keadaan ekstremitas, keterbatasan rentang gerak dan adanya
kontraktur, kaji bagaimana pasien berfungsi, bergerak dan berjalan;
beradaptasi terhadap kelemahan atau palisis, tonus otot/kekuatan otot.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Analisa Gas Darah
 Ringan : PaO2 < 80 mmHg
 Sedang : PaO2 < 60 mmHg
 Berat : PaO2 < 40 mmHg
2. Rontgen Dada
Melihat Keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak
diketahui
3. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan disritmia

I. PENATALAKSANAAN
Tujuan Utama pengobatan adalah untuk memperbaiki ancaman kehidupan
dengan segera, antara lain :
 Terapi Oksigen : Nasal Canulle atau Ventury Mask
 Ventilator Mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP)
atau PEEP
 Inhalasi Nebulizer
 Fisioterapi Dada
 Pemantaun Hemodinamik/Jantung
 Pengobatan
 Dukungan Nutrisi sesuai kebutuhan ( Neema, 2015)
J. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Analisa Data

No Masalah
Data Pathway Penyakit
Keperawatan

1 DS : - Gg saraf pernafasan dan otot Bersihan Jalan Nafas Tidak


DO : pernafasan Efektif
1. Menunjukan Bersihan Jalan nafas efektif
2. Mengeluarkan sekret secara efektif Gagal nafas
3. Irama dan Frekuensi Pernafasan dalam batas
normal Meningkatkan permeabilitas
4. Fungsi paru dalam batas normal membrane alveolan kapiler
5. Hasil AGD menunjukan pertukaran gas
efektif : Edema Paru
 PH : 7,35-7,45
 PaCO2 : 35-45 Gg Pengembangan paru Kolap
 HCO3 : 22-26 Alveoli
 BE : +2 sd 2 meq/L
 SaO2 : 96-100% Bersihan Jalan Nafas Tidak
Efektif
2 DS: - Gagal Nafas Gangguan Ventilasi Spontan
DO:
Pernafasan tidak adekuat
1. penggunaan otot bantu nafas, retraksi dada
2. Ekspansi dada tidak simetris Penurunan Kesadaran
3. PCO2 Menurun
4. SaO2 Menurun Pemasangan Ventilator yang
5. gelisah lama
6. takikardi
Ketidakmampuan tubuh
beradaptasi Ventilator Mekanik

Gg Ventilasi Spontan
3 DS: - Gg saraf Pernafasan dan Otot Pola Nafas Tidak Efektif
DO: Pernafasan
1. Sesak nafas
2. Penggunaan otot bantu pernafasan Gagal nafas
3. Fase ekspirasi memanjang
4. Pola nafas abnormal (takipneu, bradipnea, Meningkatkan permealitas
hiperventilasi,) membreane alveolan kapiler
5. Pernafasan cuping hidung
6. Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama Gg Evitalium aveolar
7. Respirasi <30 x/mnt
Edema Paru

Cairan Surfaktan kuran, Comlain


paru turun

Gg pengembangan paru , Kolap


Alveoli

Ekspansi Paru

Pola Nafas Tidak Efektif

4. DS : Dispneu Gangguan pengembangan paru Gangguan Pertukaran Gas


DO: Ventilasi dan perfusi tidak
1. PCO2 Meningkat/Menurun seimbang
2. PO2 Menurun
3. Takikardi Hipoventilasi alveoli
4. pH arteri Meningkat/Menurun
5. Bunyi nafas tambahan Gangguan difusi dan retensi
CO2

Gangguan pertukaran gas


(D.0017)

5. DS: - Gangguan pengembangan paru Perfusi perifer tidak efektif

DO: Ventilasi dan perfusi tidak


1. Pengisian kapiler lebih dari 3 detik seimbang
2. Nadi perifer menurun atau tidak teraba
3. Akral dingin Hipovenntilasi alveoli
4. Warna kulit pucat
5. Turgor kulit menurun Gangguan difusi dan retensi
6. Edema CO2
7. Penyembuhan luka lambat
8. Bruit femoral Hipoksia jaringan
Perfusi peifer tidak efektif

2. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b.d peningkatan produksi sekret


b. Gangguan Ventilasi Spontan b.d kelelahan otot pernafasan
c. Pola Nafas Tidak Efektif b.d kelelahan otot-otot pernafasan
d. Gangguan Pertukaran Gas
e. Perfusi perifer tidak efektif
3. Rencana Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI

1. Bersihan Jalan Nafas Setelah dilakukan tindakan Perawatan Pernafasan


Tidak Efektif keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
berhubungan dengan diharapkan Bersihan Jalan Nafas a. Monitor pola nafas (frekuensi ,
peningkatan Tidak Efektif dapat teratasi dengan kedalaman , usaha nafas)
produksi sekret kriteria hasil : b. Monitor bunyi nafas tambahan
ditandai dengan (ronchi , wheesing, gurgling,
adanya sekret , irama 1. Menunjukan bersihan jalan mengi)
dan frekuensi nafas efektif c. Monitor Spuitum (Jumlah,
pernafasan tidak 2. Mengeluarkan sekret secara warna, aroma)
normal , adanya efektif Tereapeutik
peningkatan hasil 3. Irama dan Frekuensi a. Pertahankan kepatenan jalan
AGD Pernafasan dalam batas normal nafas dengan head-til dan
4. Fungsi Paru dalam batas chinlift (Jaw-trust jika curiga
normal trauma cervical)
5. Hasil AGD menunjukan b. Posisikan semi-Fowler atau
pertukaran gas efektif Fowler
c. Berikan minum hangat
d. Lakukan Fisioterapi dada, Jika
perlu
e. Lakukan penghisapan lendir
kurang darib 15 detik
f. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsepMeGill
g. Berikan oksigenasi, Jika perlu

Edukasi
a.Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari, Jika tidak
kontraindikasi
b. Ajarkan batuk efektif
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,mukolitik Jika
Perlu
2 Gangguan Ventilasi Setelah dilakukan tindakan Perawatan Ventilasi
Spontan keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
DAFTAR PUSTAKA

(Brunner & Suddarth, 2012). edisi 8, Jakarta : EGC

Nemaa PK, 2015). Respiratory Faillure. Indian Journal Of Anaesthesia, 47 (5)

Murat K & Michael R P (2015) Respiratori Faillure , Available from


http://emedicine.medscape.com/article/167981-overview

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1
ed., Vol. II). Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1
ed., Vol. III). Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: (1 ed.,
Vol. II). Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Anda mungkin juga menyukai