Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DANGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

OLEH:

Ni Luh Putu Velinia Wijayanti

239013096

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2024
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DANGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. Masalah Keperawatan
Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi

B. Pengertian
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan
fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan
untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Oksigenasi adalah memberikan aliran gas
oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi
oksigen meningkat dalam tubuh. (Kozier, 210:911). Kebutuhan oksigenasi
merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau
sel (Aziz Alimul, 2015: 2). Seseorang biasanya mengalami masalah oksigenasi
disebabkan oleh:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas merupakan ketidak mampuan
membersihkan sekret atau sumbatan dari saluran pernapasan untuk
mempertahankan kebersihan jalan napas(Kozier, 2010: 911).
2. Ketidakefektifan pola napas merupakan inspirasi dan atau ekspirasi yang
tidak memberikan ventilasi yang adekuat (Kozier, 2010: 911).
3. Gangguan pertukaran gas merupakan kelebihan atau defisit oksigenasi dan
atau pembuangan karbondioksida pada membran kapiler alveolus (Kozier,
2010: 911).
4. Gangguan ventilasi spontan adalah penurunan cadangan energi yang
mengakibatkan ketidakmampuan individu untuk mempertahankan
pernapasan yang adekuat untuk menyokong kehidupan. ((NANDA,
Diagnosis, 2012. hal. 325).
5. Intoleransi aktivitas merupakan ketidak cukupan energi fisiologis atau
psikologis untuk melakukan atau melengkapi aktivitas sehari-hari yang
dibutuhkan dan diinginkan (Kozier, 2010: 911).
C. Tanda dan Gejala
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Kondisi ketika individu mengalami ancaman pada status pernafasannya
sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif.
 Data Mayor
- Batuk tak efektif atau tidak batuk
- Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi jalan napas
 Data Minor
- Bunyi napas abnormal
- Frekuensi, irama, kedalaman pernapasan abnormal
2. Ketidakefektifan pola nafas
Kondisi ketika individu kehilangan atau berpotensi kehilangan ventilasi
yang adekuat, berhubungan dengan perubahan pola napas.
 Data Mayor
- Perubahan dalam frekuensi atau polapernapasan (dari nilai
dasar)
- Perubahan pada nadi (frekuensi, irama, kualitas)
 Data Minor
- Ortopnea
- Takipnea, hiperpnea, hiperventilasi
- Pernapasandisritmik
- Pernapasansukar/berhati-hati
3. Gangguan Pertukaran gas
Kondisi ketika individu mengalami atau berpotensi mengalami penurunan
aliran gas (oksigen dan kerbondioksida) antara alveoli paru-paru dan
sistem vaskular
 Data Mayor
- Dispnea saat melakukan latihan
 Data Minor
- Konfusi/agitasi
- Kecenderungan untuk mengambil posisi 3titik (duduk, 1
tangan pada setiap lutut, condong kedepan)
- Bernapas dengan bibir dimoyongkan dengan fase ekspirasi
yang lama
- Letargi dan keletihan
- Peningkatantahanan vascular pulmonal
(peningkatan tahanan arteri ventrikel kanan/kiri)
- Penurunan motililitas lambung, pengosongan lambung
lama.
- Penurunan isi oksigen, penurunan saturasi oksigen,
peningkatan PCO2, seperti yang
diperlihatkanolehhasilanalisa gas darah
- Sianosis

4. Gangguan ventilasi spontan


Kondisi ketika individu tidak dapat mempertahankan pernafasan yang
adekuat untuk mendukung kehidupannya.Kondisi ini diukur berdasarkan
penurunan gas darah arteri, peningkatan kerja pernapasan, dan penurunan
energi.

 Data Mayor
- Dispnea
- Peningkatan laju metabolic
 Data Minor
- Peningkatan kegelisahan
- Ketakutan
- Penurunan volume tidal
- Peningkatan frekuensi jantung
- Penurunan kerja sama
- Peningkatan PCO2
- Peningkat meningkatnya
- Penggunaan otot-otot
- Aksesori pernafasan
- Penurunan PO2
- Penurunan SaO2

5. Intoleransi aktivitas
 Data Mayor
- Kelemahan
- Pusing
- Dispnea
- Keletihan akibat aktivitas
- Frekuensi pernapasan > 24 kali/menit
- Frekuensi nadi > 95 denyut/menit

 Data Minor
- Pucat / sianosis
- Konfusi
- Vertigo
D. Pohon Masalah
Udara di atmosfer

Paru-paru memiliki tekanan lebih


randah dan struktur dinding dada Berhubungan dengan:
 Immobilisasi
 Infeksi saluran
Paru mengembang (inspirasi)
pernapasan
 Depresi batuk
Udara masuk melalui hidung ada  Kerusakan
infeksi patogen neuromuskuler
 Obstruksi jalan
napas
 Faring
 Laring Infeks
 Trachea i Hipersekresi mukosa
Berhubungan dengan: VentilasiParu-paru saluran pernafasan
 Kebersihan jalan  Bronkus
napas  Bronkiolus
 Alveoli Lama-lama Batuk tak efektif
 Keutuhan sistem Menumpuk pada atau tidak batuk
saraf pusat dan pusat bronkus
pernapasan
Terjadi pertukaran gas
O2 dan CO2 di alveoli DX:
 Keutuhan Statis secret
karena batuk Ketidakefe
/kemampuan rongga
toraks tidak efektif. ktifan
Terjadi bersihan
penumpu cairan jalan napas
 Keadekuatan dan di alveoli
komplians paru-paru DX:
Ketidakefektifan
pola napas DX: Gangguan
ventilasi
spontan
Mengalami DX:
penurunan
akibat keletihan Gangguan
pertukaran gas

DX:

Intoleransi
aktivitas
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi jantung.
Pemeriksaan ini mencangkup permeriksaan dengan menggunakan
elektrokardiogram, monitor holter, pemeriksaan stress latihan, dan
pemeriksaan elektrofisiologi.
a. Elektrokardiogram (EKG) menghasilkan rekaman grafik aktivitas
listrik jantung, mendeteksi transmisi impuls,dan posisi listrik
jantung ( aksis jantung).
b. Monitor holter merupakan peralatan yang dapat dibawa (portabel)
dan berfungsi merekam aktivitas listrik jantung dan meghasilkan
EKG yang terus menerus selama priode tertentu, misalnya selama
12 jam atau lebih lama.
c. Pemeriksaan stress latihan digunakan untuk mengevaluasi respon
jantung terhadap stress fisik.
d. Pemeriksaan elektrofisiologis (PEF) merupakan pengukuran
invasif aktivitas listrik.
2. Rongen Thoraks

Merupakan pemeriksaan yang dilakukan misalnya untuk melihat lesi


paru pada penyakit TB, adanya tumor, benda asing, pembengkakan
paru, penyakit jantung dan untuk melihat struktur abnormal.

3. Fluoroskopi , pemeriksaan ini dilakukan untuk untuk mengetahui


mekanisme kardiopulmonum, misalnya kerja jantung, diagfragma, dan
kontraksi paru.
4. Bronkografi, pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat secara visual
bronkus sampai dengan cabang bronkus pada penyakit gangguan
bronkus atau kasus displacement dari bronkus.
5. Endoskkopi, pemeriksaan ini untuk melakukan diagnostik dengan cara
mengambil sekret untuk pemeriksaan, melihat lokasi kerusakan, biopsi
jaringan, untuk pemeriksaan sitologi, mengetahui adanya tumor,
melihat letak terjadinya pendarahan; untuk terapeutik, misalnya
mengambil benda asing dan menghilangkan sekret yang menutupi lesi.
F. Penatalaksanaan Medis
- Kolaborasi perawat dengan dokter dalam pemberian oksigen.
- Monitoring kebutuhan oksigenasi pasien oleh perawat.
- Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter,
misal: nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian
oksigen jika diperluka
- Aktivitas independen perawat dalam mempertahankan keefektifan
jalan napas.
1. Latihan batuk efektif

Merupakan cara untuk melihat pasien yang tdak memiliki kemampuan


batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring, trakea, dan
bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan nafas.

2. Pemberian oksigen

Pemberian oksigen pada pasien merupakan tindakan keperawatan dengan


cara memberikan oksigen kedalam paru, melalui saluran pernafasan
dengan menggunakan alat bantu oksigen.

3. Fisioterapi dada

Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan


cara postural drinase, clapping dan vibrating pada pasien dengan gangguan
system pernafasan.

G. Pengkajian Keperawatan

1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)


Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik
secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu
dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap
terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu
oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang
riwayat keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST
(Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital
menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang
mengalami masalah / penyakit yang sama.
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya :
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor
alergen dll.
6. Riwayat Keperawatan
Pengkajain riwayat keperawatan pada masalh kebutuhan oksigen
meliputi; ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan
( gangguan hidung dan tenggorokan), seperti epistaksis ( kondisi
akibat luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut,
hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah dan kanker),
obstruksi nasal ( akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor, dan
influenza), dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan
pernapasan. Pada tahap pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah keadaan infeksi kronis dari hidung,
sakit pada daerah sinus, otitis media, keluhan nyeri pada
tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga sekitar 38,5 0 C, sakit
kepala, lemas, sakit perut hingga muntah-muntah (pada anak-
anak), faring berwarna merah, dan adanya edema.
7. Pola batuk dan Produksi sputum
Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami

- batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi,


- non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi
- hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
Tahap pengkajian pla batuk dilakukan dengan cara menilai apakah
batuk termasuk batuk kering, keras, dan kuat dengan suara
mendesing, berat dan berubah-ubah seperti kondisi pasien yang
mengalami penyakit kanker. Juga dilakukan pengkajian apakah
pasien mengalami sakit pada bagian tenggorokan saat batuk kronis
dan produktif serta saat dimana pasien sedang makan, merokok,
atau saat malam hari. Pengkajian terhadap lingkungan tempat
tinggal pasien ( apakah berdebu,penuh asap, dan adanya
kecenderungan mengakibatkan alergi) perlu dilakukan. Pengkajian
sputum dilakukan dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan
apakah bercampur darah terhadap sputum yang dikeluarkan oleh
pasien.
8. Sakit Dada
Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian
yang sakit, luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit,
perubahan nyeri dada apabila posisi pasien berubah, serta ada atau
tidaknya hubungan antara waktu inspirasi dan ekspirasi dengan
rasa sakit.
9. Pengkajian Fisik
- Inspeksi, pengkajian ini meliputi:
1. Penentuan tipe jalan napas, seperti menilai apakah napas spotan
melalui hidung, mulut, oral, nasal, atau menggunakan selang
endotrakeal atau trachcostomi, kemudian menentukan status
kondisi seperti kebersihan, ada atau tidaknya sekret, pendarahan,
bengkak, atau obstruksi mekanik;
2. Perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit
( umumnya wanita bernapas lebih cepat) yaitu 20 kali permenit
orang dewasa, kurang dari 30 kali permenit pada anak-anak,
pada bayi pernapasan kurang dari 50 kali per menit.
3. Pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal, abdominal dan
kombinasi dari keduanya.
4. Pengkajian irama pernapasan, yaitu menelaah masa inspirasi
dan ekspirasi. Pada keadaan normal ekspirasi lebih lama dari
inspirasi yaitu 2:1 pada orang sesak napas ekspirasi lebih
cepat. Dalam keadaan normal perbandingan frekuensi
pernapasan dan prekuensi nadi adalah 1:1 sedangkan pada
orang yang keracunan barbiturat perbandinganya adalah 1:6.
Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler
atau irreguler,
 cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian
menjadi lambat dan kadang diselingi apnea.
 kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau
pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun
amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
5. Pengkajian terhadap dalam/ dangkalnya pernapasan. Pada
pernapasan dangkal dinding toraks hampir kelihatan tidak
bergerak ini biasanya dijumpai pada pasien penderita
emfisema.
- Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri
tekan yang dapat timbul akibat luka, peradangan setempat, metastasis
tumor ganas, pleuritis, atau pembengkakan dan benjolan pada dada.
Melalui palpasi dapat diteliti gerakan dinding toraks pada saat
ekspirasi dan inspirasi terjadi. Kelainan pada paru, seperti getaran
suara atau fremitus vokal, dapat dideteksi bila terdapat getaran
sewaktu pemeriksa meletakkan tangannya sewaktu pasien berbicara.
Getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa dapat juga ditimbulkan
oleh dahak dalam bronkus yang bergetar pada waktu inspirasi dan
ekspirasi atau oleh pergeseran antara membran pleura pada pleuritis.
- Perkusi

Pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji suara normalnya suara


perkusi paru. Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi
pulmoner, organ yang ada di sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi)
diafragma. Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu:

a) Suara perkusi normal

1) Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru dan


normalnya bergaung dan bersuara rendah.

2) Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru

3) Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya


bersifat musical.

b) Suara perkusi abnormal

1) Hiperresonan: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan


resonan dan timbul pada bagian paru-paru yang abnormal berisi
udara.

2) Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar


pada perkusi daerah paha, dimana seluruh areanya berisi
jaringan.

- Auskultasi

Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna


mencangkup mendengar suara napas normal dan suara tambahan
(abnormal).Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika
melalui jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.
a) Jenis suara napas normal adalah:

1) Bronchial: sering juga disebut tubular sound karena suara ini


dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya
terdngar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase
ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi dan tidak ada
jeda di antara kedua fase tersebut (E > I). Normal terdengar di
atas trachea atau daerah lekuk suprasternal.

2) Bronkovesikular: merupakan gabungan dari suara napas


bronkhial dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dengan
intensitas sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi (E
= I). Suara ini terdengar di daerah dada dimana bronkus
tertutupoleh dinding dada.

3) Vesikular: terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi.


Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar
seperti tiupan (E < I).

b) Jenis suara napas tambahan adalah:

1) Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan


karakter suara nyaring, musical, suara terus-menerus yang
disebabkan aliran udara melalui jalan napas yang menyempit.

2) Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi,


karakter suara terdengar perlahan, nyaring, dan suara
mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi kental
dan peningkatan produksi sputum.

3) Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi.


Karakter suara kasar, berciut, dan suara seperti gesekan
akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering kali pasien
mengalami nyeri saat bernapas dalam.
4) Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu:

1. Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat


inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat
udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau
bronkhiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
2. Coarse crackles: lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter
suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat
terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan napas yang
besar. Mungkin akan berubah ketika pasien batuk.

H. Diagnosis
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan:
- Produksi sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit
infeksi
- Immobilisasi, statis sekresi, batuk tidak efektif akibat penyakit
sistem saraf, depresi susunan saraf pusat, dan CVA
- Efek sedatif dari obat, pembedahan ( bedah toraks), trauma,
nyeri, kelelahan, gangguan kognitif dan persepsi.
- Depresi refleks batuk
- Penurunan oksigen dalam udara inspirasi
- Berkurangnya mekanisme pembersihan silia
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan:
- Penyakit infeksi pada paru-paru.
- Depresi pusat pernapasan.
- Lemahnya otot pernapasan.
- Turunnya ekspansi paru-paru.
- Obstruksi trakea.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan:
- Perubahan suplai oksigen
- Obstruksi saluran pernapasan
- Adanya penumpukan cairan dalam paru
- Atelektaksis
- Ada edema paru
- Tindakan pembedahan paru
4. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan :
- Faktor metabolik
- Keletihan otot pernapasan
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan:
- Gangguan sistem transpor oksigen sekunder
- Peningkatan kebutuhan metabolik sekunder
- Ketidakadekuatan sumber energi sekunder
- Penurunan transpor oksigen sekunder
- Peningkatan kebutuhan metabolik sekunder
- Ketidakaktifan sekunder akibat depresi, kurang motivasi dan
gaya hidup monoton
- Penurunan ketersediaan oksigen sekunder akibat tekenan
atmosfer

I. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan/ Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan yang hasil
mungkin muncul

1 Kebersihan jalan Setelah diberikan Intervensi NIC


napas tidak asuhan keperawatan
1) Pemantauan 1) Untuk memastikan
efektif berhubungan 3x24 jam diharapkan
pernapasan pasien , kepatenasn jalan
dengan …….. bersihan jalan napas
mengumpulkan dan napas dan
ditandai dengan klien efektif dengan
menganalisis data pertukaran gas yang
…………. kriteria hasil :
pasien ( tanda vital ) adekuat
-Menunjukan
pembersihan jalan 2) Manajemen jalan 2)Memfasilitasi
napas yang efektif, napas dengan kepatenan jalan napas
yang dibuktikan mengatur posisi klien
oleh pencegahan
aspirasi,; status
pernapasan;
kepatenan jalan
3)Berikan 3)Membantu jalan
napas,; dan status
udara/oksigen napas dan suplai
pernapasan:
oksigen tetap adekuat
ventilasi tidak
terganggu.
4)Instrusikan kepada
Indicator:
pasien tentang batuk
4)Memudahkan
-Kemudahan
dan teknik nafas dalam
pengeluaran sekret
bernapas
-Frekuensi dan
irama 5)Kolaborasi
pernapasan baik pemberian obat
-Pergerakan
sputum keluar 5)Untuk perawatan

dari jalan napas paru

-Pergerakan
sumbatan keluar
dari jalan napas

2 Pola napas tidak Setelah diberikan Intervensi NIC


efektif asuhan keperawatan
1)Memfasilitasi
berhubungan 3x24 jam diharapkan 1) Manajemen jalan
kepatenan jalan napas
dengan ………….. pola napas klien napas
ditandai dengan efektif dengan
2)Untuk menentukan
………. kriteria hasil : 2) Pemantauan tanda
dan mencegah
vital
Hasil NOC komplikasi

3)Pantau pola 3)Mengetahui


-Menunjukan pola
pernapasan, tindakan selanjutnya
pernapasan efektif ,
auskultasi suara yang akan dilakukan
yang dibuktikan
napas serta mengetahui
oleh status
pernapasan ; status
adanya suara
pentilasi pernapasan
tambahan
tidak terganggu ,
kepatenan jalan 4) Ajarkan teknik
4)Untuk
napas, tidak ada relaksasi
memperbaiki pola
penyimpangan
pernapasan
tanda vital dari
5) Ajarkan teknik
rentang normal. 5) Mengeluarkan
batuk efektif
-Perubahan status sekret
6) Berikan terapi
pernapasan :
nebulizer ultrasonik 6) Untuk membantu
ventilasi tidak
dan udara atau oksigen pola pernapasan
terganggu yang
dibuktikan oleh :
a. kedalaman 7).Mengoptimalkan
7) Atur posisi pasien
inspirasi dan ( fowler) pernapasan
kemudahan nafas
b. ekspansi dada
simetris 8) Kolaborasi 8) Mengoptimalkan
-Menunjukan tidak pemberian obat
pola pernapasan
ada gangguan status
pernapasan ;
a.penggunaan otot
aksesorius
b. suara napas
tambahan
c. pendek napas

DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz.2015. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika

Alimul, Aziz.2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.

Jakarta:EGC

Kozier. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.

Jakarta: EGC

Potter, Perry.2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Wilkonson, Judith M. Nanci R Ahern. 2009.Diagnosa Keperawatan Edisi 9.


Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai