Anda di halaman 1dari 20

SOAL UJI KOMPREHENSIF

CP 1
1. Bagaimana kabar saudara? Apakah hari ini saudara siap untuk mengikuti uji
komprehensif?
2. Persiapan apa saja yang sudah saudara lakukan untuk menhgadapi uji komprehensif?
CP 2
1. Jelaskan klasifikasi kognitif menurut Bloom dan Anderson, terkait dengan
representasi kemampuan berpikir HOTS?
Bloom : Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi, Analisis, Sintesis, Evaluasi
direvisi
Anderson : mengingat,memahami, mengaplikasikan/menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi dan mencipta.
Jawab : Yaitu ada 6 ranah kognitif yaitu C1 misalx menuliskan, mengidentifikasi,
C2 misalnya membedakan,mencontohkan, menjelaskan, menguraikan,mengemukakan
C3 misalx menklasifikasikan, menentukan, menerapkan
C4 misalx menganalisis, megelompokkan, mengaitkan,
C5 misalx menyimpulkan
C6 misax membuat, merancang, menampilkan
2. Kata kerja operasional apakah yang biasa digunakan untuk mempresentasikan
kemampuan berpikir HOTs?
C4 misalx menganalisis, mengelompokkan, mengaitkan, menemukan
C5 misalx Membandingkan Menyimpulkan Merangkum Membuktikan
C6 misax membuat Merencanakan Memadukan menyusun
3. Bagaimana cara mengembangkan RPP yang berorientasi pada HOTS, dari aspek
penyusunan indikator? Yaitu dengan cara menyusun indikator menggunakan KKO yang
HOTS, disesuaikan dengan apa yang diinginkan oleh kompetensi dasar
4. Apakah pemberdayaan kemampuan berpikir HOTS hanya terjadi pada bagian evaluasi
saja?
Tidak, RPP (indikator, tujuan pembelajaran, kemudian d masukkan ke dalam langkah2
pembelajaran )kemudian langsung ke evaluasi.LKPD, bahan ajar
5. Bagaimana cara mengembangkan RPP yang berorientasi pada HOTs, dari aspek
penyusunan proses (langkah)?
perumusan indikator kemudian dimasukkan ke dalam tujuan pembelajaran setelah itu
dikaitkan dengan model pembelajaran yang saya gunakan. Kerangka abCd
6. Apakah RPP saudara sudah berorientasi untuk memberdayakan kemampuan berpikir
HOTS? Harap ditunjukkan. Kembali ke rpp masing2 (Keg.inti)
CP 3
1. Bagaimana cara mengembangkan materi ajar dari dokumen kurikulum?
a. Berdasar pada KI dan KD pada kurikulum no 37 tahun 2018
b. Melihat kebutuhan peserta didik kemudian di sesuaikan dengan strategi atau model yang
digunakan
c. Mengembangkan materi ajar dengan melihat sub sub materi dr KD yang sdh d tentukan
2. Bagaimana cara mengajarkan materi yang berkategori sebagai :
a. Fakta : peserta didik membahas isu-isu yang factual dan terbaru seperti dalam rpp yang
saya susun terdapat kegiatan yg menanyakan ke ps pukul berapa kalian bangun tidur ?
(benda kongkrit)
b. Konsep : peserta didik menjelaskan materi yang berhubungan dengan benda kongkrit
yang sudah disebutkan
c. Prosedur : peserta didik menunjukkan atau mendemonstrasikan, menggunakan,
mengilustrasikan fakta dan konsep yang telah diketahui dalam kehidupan sehari-hari
3. Materi ajar memiliki dua kategori yaitu normal (umum) dan advance. Untuk siapa
materi advance itu disusun? Mengapa demikian? Disusun untuk guru, karena untuk di
gunakan dalam proses pembelajaran sebagai perbendaharaan materi ketika ada
peserta didik yang menanyakan materi diluar dari materi yang disajikan.
Di susun untuk peserta didik. Karena materi ini digunakan untuk memperluas pengetahuan
dan sebagai materi tambahan untuk peserta didik.
4. Bagaimanakah saudara menguraikan materi advance material pada RPP yang saudara
kembangkan?
Jawab: Dengan menjelaskan kepada peserta didik tentang materi advanced material dari
materi yang diajarkan (terdapat dalam bahan ajar). Dan menguasai advanced materials
sebagai tambahan untuk dijelaskan kepada peserta didik.
5. Dari 4 unsur keterampilan abad 21 (critical thinking, Creative, communicatif,
Colaboratif) unsur manakah yang menunjang untuk diterapkan dalam pembelajaran?
Apakah alasannya? Bagaimanakah langkah – langkah pembelajarannya?
Critical thinking = bisa apersepsi dengan mengingat pembelajaran sebelumnya dan
mengaitkan pembelajaran saat ini
Creativ = (psikomotor) (membuat karya)
Comunicatif = tanya jawab, presentasi kelompok
Colaboratif = diskusi,
6. Berikan contoh bahwa suatu pembelajaran telah memberdayakan kemampuan
berpikir kreatif.
Misalnya peserta didik membuat diagram gambar berdasarkan data yang telah diperlihatkan
Atau peserta didik menyimpulkan hasil diskusi bersama kelompok (disesuaikan dengan RPP
masing2)
7. Berikan contoh bahwa suatu pembelajaran telah memberdayakan kemampuan
kolaboratif.
Misalnya peserta didik melakukan kerja kelompok atau diskusi dalam melakukan pengamatan
atau melakukan wawancara. Peserta didik menanggapi jawaban dari kelompok lain yang telah
dipaparkan
(disesuaikan dengan RPP masing2)
P4
1. Salah satu teori belajar adalah kontruktivisme, bagaimana teori ini diterapkan
dalam proses pembelajaran? Teori konstruktivistik suatu proses mengasimilasikan dan
mengkaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pngertian yang sudah
dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan dengan pengalaman nyata
peserta didik.
Model pembelajaran mana yang cocok dengan teori kontruktivisme ini? Model PBL dan
Model ConteksTuaL, discovery learning (mencari tahu)
Langkah– langkah dari model tersebut seperti apa? Sintaks dari model PBL ( orientasi
masalah pada peserta didik, mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, melakukan
pembimbingan individu atau kelompok, penyajian masalah atau mengembangkan, evaluasi
atau menganalisis.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan TPACK dan bagaimana implementasinya dalam
penyusunan RPP? TPACK adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang
mencakup tentang Content (materi), cara mengajar (pedagogic), aspek pengetahuan
(knowledge) dan aspek teknology.
Content Knowladge (ilmu pengetahuan yng ingin disampaikan ke peserta didik)
Pedagogic (cara mengajarkan ilmu tersebut)
Teknologi (alat yang digunakan untuk menyampaikan materi tersebut) (seperti video dll)
Cara implementasi dalam penyusunan RPP yaitu
3. Apakah penerapan TPACK hanya pada penggunaan internet dalam pembelajaran
saja?
Tidak, tetapi bisa juga menggunakan video pembelajaran yang dibuat oleh seorang guru
dengan menampilkan wajah sendiri tanpa harus mengambil video dari youtube. Yaitu
kreativitas guru dalam membuat suatu video pembelajaran.
4. Bagaimana cara mengembangkan RPP yang menerapkan TPACK, dari aspek
penyusunan materi dan langkah pembelajaran? Misalnya materi tentang penggunaan
tanda titik, konversi satuan waktu dan membuat karya hiasan dengan bahan buatan.Saya
membuat video pembelajaran dengan mendesain video tersebut pada platform canva
dengan mentematikkan ke mapel tersbut. Kemudian mengaupload pada akun ytube. Lalu
Saya memutarkan kepada peserta didik terlebih dahulu video pembelajaran tentang materi
tersebut kemudian meminta peserta didik untuk mengamati video.
CP 5
1. Harap disipakan dan ditayangkan video pembelajaran saudara (produk dari peerteaching)
berdurasi 6 -10 menit menunjukan praktek pembelajaran inovatif, kreatif dan peserta
didik aktif!
CP 6
1. Bagaimana saudara merancang instrument dan menerapkan evaluasi autentik pada
RPP dan pembelajaran? Penilaian autentik adalah istilah yang diciptakan untuk
menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif yang memungkinkan peserta didik
dapat mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Aspek sikap : berdasar dengan tujuan pembelajaran (degree) misalnya percaya diri, teliti.
(observasi)
Aspek pengetahuan : berdasar dari tujuan pembelajaran dan indikator pembelajaran
(KI3) Pengetahuan : PG = penskoran. Essay = rubrik penilaian (tergantung bobot soal
penskorannya)
Aspek psikomotorik : berdasar dari tujuan pembelajaran atau indicator KI4 atau proses
selama pembelajaran. (unjuk kerja, produk, proyek : menggunakan rubric penilaian)
praktek, unjuk kerja, portofolio.
2. Aspek Evaluasi apa saja yang akan saudara lakukan pada pembelajaran di RPP?sikap,
pengetahuan, psikomotorik
3. Bagaimana melakukan evaluasi dan menyiapkan instrument pada aspek
kemampuan berpikir kritis peserta didik? Aspek pengetahuan (berdasar pada evaluasi)
4. Bagaimana melakukan evaluasi dan menyiapkan instrument pada aspek
kemampuan berpikir kreatif peserta didik? Aspek sikap dan unjuk kerja
5. Bagaimana melakukan evaluasi dan menyiapkan instrument pada aspek
kemampuan berpikir kolaboratif peserta didik? Pada saat melakukan kerja kelompok
(kolaborasi antara peserta didik dgn peserta didik dan peserta didik dgn guru)
6. Bagaimana melakukan evaluasi dan menyiapkan instrument pada aspek
kemampuan berpikir komunikatif peserta didik? Aspek sikap dan psikomotorik
7. Bagaimana melakukan evaluasi dan menyiapkan instrument pada aspek sikap ilmiah
peserta didik?
Sikap ilmiah yang ditunjukkan peserta didik yaitu sikap ingin tahu, sikap respek
terhadap data/fakta, sikap berpikir kritis, sikap berpikir terbuka dan kerjasama,
dan sikap peka terhadap lingkungan sekitar
CP 7
1. Mengapa seorang guru professional diminta menjadi guru yang reflektif? seorang guru
professional diminta menjadi guru yang reflektif penting dilakukan oleh guru karena
dengan melakukan hal tersebut, guru akan bisa melakukan perbaikan dalam pelaksanaan
pembelajaran yang telah dilakukan dan karena guru professional itu adalah guru yang
bersedia menerima masukan atau saran dari orang lain dengan melihat kelebihan dan
kekurangan pada perubahan yang lebih baik lagi dalam proses pembelajaran.
2. Apa makna guru reflektif dalam pembelajaran ? Guru reflektif berarti guru memiliki
kemampuan untuk mengevaluasi diri sendiri terutama saat mengajar, baik kekurangan
untuk perbaikan maupun kelebihan untuk dipertahankan
3. Bagaimana saudara melakukan refleksi atas proses dan hasil pembelajaran yang
akan saudara lakukan? Dengan melihat proses dan hasil pembelajaran sebelumnya, guru
dapat menyusun tindak lanjut untuk melakukan perbaikan pembelajaran selanjutnya.
Misalnya
4. Apakah saudara mempertimbangkan hasil penelitian atau informasi baru dalam
menyusun RPP utamanya dengan cara diajarkan? Tunjukkan contohnya di RPP yang
saudara siapkan. Ya.
5. Mengapa hasil penelitian atau informasi baru perlu dipertimbangkan dalam
menyusun RPP dan dalam pelaksanaan pembelajaran? Agar peserta didik
mendapatkan informasi baru sesuai dengan info terkini, selain itu dapat menambah
pengetahuan peserta didik sesuai Menurut hasil penelitian ice breaking bermanfaat untuk
membuat peserta didik tertarik dalam pembelajaran yang membuat otak peserta didik
untuk siap dan fokus dalam pembelajaran.
Informasi baru : kita buat RPP menggunakan pendekatan TPaCk, ini adalah sesuatu yg
baru bagi saya, jadi sy mengkategorikan ini sebgai informasi baru.
Kemudian menyusun tupel berdasarkan abcd

Inquiri based instruction adalah komponen penting dari instruksi untuk guru yang ingin
mengajar peserta didik bagaimana membuat belajar lebih bermakna. Inquiri based instruction
adalah pendekatan yang berpusat pada peserta didik di mana guru membimbing peserta didik
melalui beragam pertanyaan yang diajukan dan tahapan yang dirancang khusus.
Guru memesona dapat menampilkan hal yang luar biasa didepan peserta didik. Memberikan
penjelasan yang mudah dipahami dengan berbagai cara, menunjukkan kemampuan menguasai
teknologi, saling keterbuakaan antara guru dan peserta didik agar terjadi kedekatan emosiaonal,
selalu berempati atas kondisi peserta didik, dan kita harus mampu menguasai pengelolaan kelas
dalam berbagai situasi. Dan yang paling penting menguasai materi yang akan nantinya dijelaskan
oleh peserta didik.
Langkah langkah model pembelajaran examples non examples di antaranya :
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Gambar yang
digunakan tentunya merupakan gambar yang relevan dengan materi yang di bahas sesuai
dengan Kompetensi Dasar.
2. Guru menempelkan gambar di papan, atau ditayangkan melalui LCD atau OHP, atau dapat
pula menggunakan proyektor. Pada tahapan ini guru juga dapat meminta bantu peserta
didik untuk mempersiapkan gambar yang telah dibuat sekaligus membentuk kelompok
peserta didik.
3. Guru member petunjuk dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
memerhatikan/menganalisis/menganalisis gambar. Biarkan peserta didik melihat dan
menelaah gambar yang disajikan secara saksama agar detail gambarnya dapat dipahami.
Selain itu, guru juga memberikan deskripsi jelas tentang gambar yang sedang diamati
peserta didik.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi dan analisis gambar
tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang digunakan akan lebih baik jika disediakan oleh
guru.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. Peserta didik dilatih
untuk menjelaskan hasil diskusi mereka melalui perwakilan kelompok masing-masing.
6. setelah memahami hasil dari analisis yang dilakukan peserta didik, guru mulai
menjelaskan materi sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
7. Guru dan peserta didik menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Pembelajaran dengan menggunakan model student teams achievement division


(STAD) sesuai dengan fitrah siswa yaitu manusia sebagai makhluk sosial, yang penuh
ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, dan
pembagian tugas serta rasa senasib. Melalui belajar kelompok siswa dilatih dan
dibiasakan untuk saling membantu dan berbagai tanggung jawab, siswa belajar dan
berlatih interaksi (sosialisasi) sesama temannya, berbagai pengalaman dan pengetahuan,
belajar melakukan dan mengatakan, naluri berkompetisi dipupuk, menyadari kelebihan
dan kekurangan masing-masing. Langkah-langkah pembelajaran tipe STAD
a. Penyampaian tujuan dan motivasi. Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
b. Pembagian kelompok. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap
kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas kelas dalam prestasi
akademik, jenis kelamin, ras, atau etnik.

c. Presentasi dari guru. Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu
menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya
pokok bahasan tersebut dipelajari.

d. Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim). Siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk.
Kerja tim merupakan ciri terpenting dari STAD.

e. Kuis (evaluasi). Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis (evaluasi) tentang
materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-
masing kelompok.
PEMBELAJARAN HOTS
Pembelajaran berorientasi HOTS merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan,
membangun representasi, menganalisis, dan membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas
mental yang paling dasar.
Pembelajaran seperti apa yang berorientasi HOTs?
Pembelajaran berbasis HOTS merupakan pembelajaran yang mengembangkan keterampilan
berfikir kritis. Mengembangkan pemikiran kritis menuntut latihan menemukan pola, menyusun
penjelasan, membuat hipotesis, melakukan generalisasi, dan mendokumentasikan temuan-
temuan dengan bukti (Eggen, 2012: 261).
Apa itu HOTs dalam pendidikan?
Guru diharapkan lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan materi pelajaran. Higher Order of
Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan
berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Apa maksud dari pembelajaran berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau
HOTS?
Pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi yaitu
adalah pembelajaran yang melibatkan 3 aspek yaitu; Transfer of knowledge, Critical and Creative,
dan Problem Solving. Keterampilan yang memiliki keinginan kuat untuk dapat memecahkan
masalah muncul pada kehidupan sehari-hari.
Mengapa pembelajaran HOTs perlu diterapkan?
Pembelajaran yang dapat diterapkan adalah pembelajaran dengan memberdayakan untuk
berfikir tingkat tinggi (high order thinking skill). Soal HOTS bukan hanya mengingatkan ataupun
menghitung, tetapi juga soal yang dapat mengembangkan kreativitas dan keterampilan berpikir
kritis siswa.
Bagaimana langkah-langka penyusunan soal HOTs?
langkah-langkah dalam menyusun soal HOTS diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis
KD yang dapat dibuatkan soal HOTS. 2. Menyusun kisi-kisi soal. 3. Memilih stimulus yang
menarik dan kontekstual; 4. Menulis butir pertanyaan pada kartu soal sesuai dengan kisi-
kisi soal.
Apa maksud soal HOTs?
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat
(recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite).
Apa saja yang diperlukan untuk mengembangkan evaluasi pembelajaran yang berorientasi
HOTs?
Dalam menyusun instrumen evaluasi berbasis HOTS diperlukan langkah berikut: 1) Menganalisis
kompetensi dasar (KD). 2) Menyusun kisi-kisi soal. 3) Memillih stimulus yang tepat dan
kontekstual. 4) Menulis butir pertanyaan yang sesuai dengan kisi-kisi soal. 5) Membuat pedoman
penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Apakah soal HOTs arus ada stimulus?
Pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus. Stimulus merupakan dasar
untuk membuat pertanyaan. Dalam konteks HOTS, stimulus yang disajikan hendaknya bersifat
kontekstual dan menarik.
Apa yang harus diperhatikan guru ketika menyusun soal HOTs?
Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan guru dalam mengembangkan soal
HOTS diantaranya guru harus kreatif, tanggap terhadap isu-isu global, mampu memilih
stimulus soal, dan mampu memilih kompetensi yang diuji.
Apa Yang Dimaksud Level Kognitif ?
• Dimensi proses kognitif Bloom dikelompokkan ke dalam tiga level kognitif, yaitu:
• Level 1: mengingat (C1) dan memahami (C2),
• Level 2: mengaplikasikan (C3),
• Level 3: menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6)
Salah satu kemampuan guru yang ditekankan untuk ditingkatkan oleh guru adalah kemampuan
melakukan penilaian hasil belajar yang berorientasi kepada kemampuan berpikir tingkat tingkat
tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) yang meliputi C-4 (analisis), C-5 (evaluasi), dan C-6
(mencipta/mengkreasi).
Apakah soal Hots berarti soal yang sulit?
Soal HOTS tidak identik dengan soal yang sulit. Sebaliknya, soal yang mudah tidak
selamanya soal LOTS. Dengan kata lain, tingkat kesulitan soal dan HOTS adalah dua sisi yang
berbeda sudut pandangnya.
Apa perbedaan soal HOTs dengan soal biasa (LOTS)?
Soal LOTS umumnya mengandalkan kemampuan hafalan, sedangkan soal HOTS lebih banyak
mengandalkan kemampuan berpikir kritis. Soal HOTS Banyak Menanyakan Fenomena Sehari-
hari.
Bagaimana penilaian berbasis HOTs?
Penilaian berorientasi HOTS bukanlah sebuah bentuk penilaian yang baru bagi guru dalam
melakukan penilaian. Tetapi penilaian berorientasi HOTS ini memaksimalkan keterampilan guru
dalam melakukan penilaian. ... Penilaian belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik yang
meliputi aspek: sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Apa arti soal HOTs?
HOTS merupakan salah satu tuntutan keterampilan dalam pembelajaran abad 21, yaitu berpikir
kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. Soal HOTS memungkinkan untuk membuat
jenis soal yang sama, namun dengan pertanyaan yang berbeda.
Soal HOTS adalah model evaluasi pendidikan yang menguji kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Ketimbang ditanya fakta atau definisi, siswa ditanya bagaimana sebuah sistem bekerja. Soal
HOTS akan mengasah logika, pola pikir kritis, dan kreativitas siswa.
Kapan penilaian HOTs dilakukan?
Penilaian HOTs biasanya dilakukan untuk menilai kemampuan siswa pada ranah menganalisis
(C4), mengevaluasi (C5), dan mengkreasi (C6)(Kemdikbud, 2017). ... Bahkan kata kerja
„menentukan‟ dapat digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan
menyusun strategi pemecahan masalah baru.
Bagaimana RPP dikatakan HOTs?
RPP HOTS adalah bagaimana seorang guru dapat merancang proses pembelajaran hingga peserta
didiknya dapat belajar dengan tingkatan berfikir dalam tahapan C4, C5 dan C6 dalam jenjang
materi konseptual, procedural dan metakognitif.
Mengapa kurikulum K-13 diarahkan untuk membuat soal evaluasi berbasis HOTs?
Pada penilaian Kurikulum 2013, guru diharapkan mampu membuat soal-soal HOTS agar peserta
didik tidak hanya menjawab pada level C-1 (mengingat), C-2 (memahami), dan C-3
(mengaplikasikan) saja, tetapi juga pada level C-4 (menganalisis), C-5 (mengevaluasi), dan C-6
(mencipta).

PEMBELAJARAN ABAD 21
Pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang mempersiapkan generasi penerus menjadi
generasi yang memiliki kemampuan kecakapan abad 21.
Aspek apa saja yang dinilai dalam Pembelajaran abad 21?
Terdapat tiga aspek dalam evaluasi pembelajaran, yang oleh Benjamin S. Bloom dinamkan
Taksonomi Bloom, yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif memiliki enam
tingkatan, yakni pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
Pembelajaran abad 21 menekankan kepada hal-hal apa saja?
Paradigma pembelajaran abad 21 menekankan kepada kemampuan siswa untuk berpikir kritis,
mampu menghubungkan ilmu dengan dunia nyata, menguasai teknologi informasi komunikasi,
dan berkolaborasi.

Uraikan apa saja yang termasuk pembelajaran abad 21?


Pembelajaran abad 21 secara sederhana diartikan sebagai pembelajaran yang memberikan
kecakapan abad 21 kepada peserta didik, yaitu 4C yang meliputi: (1) Communication (2)
Collaboration, (3) Critical Thinking and problem solving, dan (4) Creative and Innovative.
ARTI 4C (COMMUNICATION, COLLABORATIVE, CRITICAL THINKING, DAN CREATIVITY)

Keterampilan abad ke-21 atau diistilahkan dengan 4C (Communication, Collaboration, Critical


Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation) merupakan kemampuan
sesungguhnya ingin dituju dengan Kurikulum 2013.
Berikut penjelasan 4C.

1. Communication (komunikasi)
Komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer sebuah informasi baik secara lisan maupun
tulisan. Namun, tidak semua orang mampu melakukan komunikasi dengan baik. Terkadang ada
orang yang mampu menyampaikan semua informasi secara lisan tetapi tidak secara tulisan
ataupun sebaliknya.

2. Collaborative (kolaborasi)
Adalah kemampuan berkolaborasi atau bekerja sama, saling bersinergi, beradaptasi dalam
berbagai peran dan tanggungjawab; bekerja secara produktif dengan yang lain; menempatkan
empati pada tempatnya; menghormati perspektif berbeda. Kolaborasi juga memiliki arti mampu
menjalankan tanggung jawab pribadi dan fleksibitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan
hubungan masyarakat; menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri
sendiri dan orang lain; memaklumi kerancuan.

3. Critical thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah).
Adalah kemampuan untuk memahami sebuah masalah yang rumit, mengkoneksikan informasi
satu dengan informasi lain, sehingga akhirnya muncul berbagai perspektif, dan menemukan
solusi dari suatu permasalahan. Critical thinking dimaknai juga kemampuan menalar,
memahami dan membuat pilihan yang rumit; memahami interkoneksi antara sistem, menyusun,
mengungkapkan, menganalisis, dan menyelesaikan masalah.

4. Creativity and Innovation (Kreativitas dan inovasi)


Adalah kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-
gagasan baru kepada yang lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan
berbeda.
Kreativitas juga didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menciptakan penggabungan
baru. Kreativitas akan sangat tergantung kepada pemikiran kreatif seseorang, yakni proses akal
budi seseorang dalam menciptakan gagasan baru. Kreativitas yang bisa menghasilkan
penemuan-penemuan baru (dan biasanya bernilai secara ekonomis) sering disebut sebagai
inovasi.

Langkah-Langkah Metode Ilmiah dalam Pembelajaran Abad 21


1. Melakukan pengamatan terhadap suatu fenomena untuk menemukan masalah. ...
2. Merumuskan pertanyaan. ...
3. Mencoba/mengumpulkan data/informasi dengan berbagai teknik. ...
4. Mengasosiasi/menganalisis data atau informasi untuk menarik kesimpulan. ...
5. Mengkomunikasikan kesimpulan. ...
6. Mencipta.

Bagaimana karakteristik pembelajaran abad 21?

Dalam abad 21 menuntut karakteristik siswa yang memiliki keterampilan belajar dan inovasi,
yaitu yang berkait dengan kemampuan berpikir kritis. Kemampuan ini menuntut kebebasan
berpikir dalam suatu proses pembelajaran. ... Dalam era berkemajuan seperti sekarang ini, maka
siswa harus memiliki karakter kreatif dan inovatif.

Kompetensi apa saja yang perlu dimiliki guru dan siswa di abad 21?
Hal itu sesuai dengan empat kompetensi yang harus dimiliki siswa di abad 21 yang disebut 4C,
yaitu Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah),
Creativity (kreativitas), Communication Skills (kemampuan berkomunikasi), dan Ability to Work
Collaboratively (kemampuan untuk bekerja.
Di Era Digital, Guru Wajib Miliki Keterampilan Abad 21
• Memahami perkembangan iptek. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesat,
hal ini berlaku secara global. ...
• Berpikir kreatif. Seorang guru yang berpikir kreatif akan mampu menemukan inovasi baru dalam
pembelajaran. ...
• Manajemen dunia maya.

Elemen-elemen apa saja yang perlu dimunculkan untuk meningkatkan keterampilan


pembelajaran abad 21?
Tiga keterampilan yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran abad 21 adalah : kreativitas,
komunikasi, dan kolaborasi. Siswa harus mampu menunjukkan keaksaraan digital, melek
teknologi, yang mana harus juga diimbangi dengan tanggung jawab sebagai warga negara yang
baik.
Kenapa keterampilan abad 21 dibutuhkan?
Pendidikan memegang peranan sangat penting dan strategis dalam membangun masyarakat
berpengetahuan yang memiliki keterampilan: (1) melek teknologi dan media; (2) melakukan
komunikasi efektif; (3) berpikir kritis; (4) memecahkan masalah; dan (5) berkolaborasi.

PEMBELAJARAN STEAM
Pembelajaran STEAM adalah suatu pembelajaran secara terintegrasi antara sains, teknologi,
teknik, dan matematika untuk mengembangkan kreativitas siswa melalui proses pemecahan
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Apa yang dimaksud pembelajaran model STEAM?
Science, Technology, Engineering, Arts dan Mathematics (STEAM) merupakan salah satu
pendekatan pendidikan yang menggunakan kelima ilmu (pengetahuan, teknologi, teknik, seni
dan matematika) secara komprehensif sebagai pola pemecahan masalah.
Apa tujuan yang ingin dicapaidalam pembelajaran STEAM?
Melalui pembelajaran STEAM guru akan mengajak anak untuk mengeksplorasi dan menemukan
pengetahuan baru, mengajak anak untuk memecahkan masalah dan mencari
solusi dari permasalahan tersebut, sehingga kemampuan berfikir kritis anak dan keterlibatan
anak dalam proses pembelajaran dapat meningkat.
Mengapa pendekatan STEAM penting dalam pembelajaran?
Kenapa STEAM begitu penting diterapkan dalam pembelajaran? Karena pendekatan ini
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menghadapi permasalahan-permasalahan
yang sebenarnya mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari, dan diminta untuk memberikan
solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut.
Apa manfaat STEAM dalam kehidupan sehari-hari?
Seperti STEAM, yang mengasah keterampilan berkomunikasi dan daya pikir kritis
anak. STEAM sangat penting, karena kehadirannya tidak bisa terlepas dari kehidupan kita sehari-
hari. Siswa yang melek STEAM, akan menjadi seorang inovator dan pemikir kritis.

PEMBELAJARAN TPACK

Pengetahuan tentang teknologi, pedagogi, dan materi (technological, pedagogical, content


knowledge/TPCK) yaitu pengetahuan tentang teknologi digital, pengetahuan tentang proses dan
strategi pembelajaran, pengetahuan tentang bidang studi atau materi pembelajaran.
Pada dasarnya, konsep pendekatan pembelajaran TPACK melibatkan 7 domain pengetahuan.
Pertama, domain pengetahuan materi (content knowledge/CK). Domain ini merupakan
penguasaan yang harus dimiliki guru terkait bidang studi atau materi pembelajaran yang
diampu. Seorang guru matematika harus memahami dengan baik materi-materi pembelajaran
yang ada di Matematika.
Kedua, domain pengetahuan pedagogis (pedagogical knowledge/PK). Pengetahuan ini
merupakan pengetahuan dasar guru terkait proses dan strategi pembelajaran. Secara sederhana,
strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha guru untuk menerapkan dan mengelola
berbagai metode pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Ketiga, domain pengetahuan teknologi (technological knowledge/TK). Domain ini terkait
pengetahuan guru dalam menggunakan teknologi digital baik hardware maupun software.
Pengetahuan teknologi tidak hanya soal bisa mengoperasikan komputer saja. Pengetahuan
tentang software atau aplikasi terbaru juga sangat diperlukan seperti aplikasi-aplikasi web
meeting dan software-software video editor.
Keempat, domain pengetahuan pedagogi dan materi (pedagogical content knowledge/PCK). Ini
merupakan gabungan pengetahuan tentang bidang studi atau materi pembelajaran dengan
proses dan strategi pembelajaran.
Materi pembelajaran tertentu akan dapat dicapai dengan baik jika guru menerapkan strategi
pembelajaran tertentu pula. Dan satu strategi pembelajaran, belum tentu cocok diterapkan untuk
semua materi pembelajaran.
Kelima, domain pengetahuan teknologi dan materi (technological content knowledge/TCK).
Domain ini terkait pengetahuan guru tentang teknologi digital dan pengetahuan bidang studi
atau materi pembelajaran.
Pada materi menggambar grafik di mata pelajaran matematika misalnya, penggunaan Geogebra
akan sangat menolong guru untuk memvisualisasikan grafik secara digital dalam proses
pembelajaran. Keenam, domain pengetahuan tentang teknologi dan pedagogi (technological
paedagogical knowledge/TPK). Domain ini terkait pengetahuan tentang teknologi digital dan
pengetahuan mengenai proses dan strategi pembelajaran.
Untuk keperluan proses evaluasi pembelajaran secara daring misalnya, dimana guru tidak
mungkin melaksanakan penilaian secara langsung. Penggunaan Google Form akan sangat
menolong guru untuk memberikan asesmen secara daring kepada siswa.
Ketujuh, domain pengetahuan tentang teknologi, pedagogi, dan materi (technological,
pedagogical, content knowledge/TPCK).
Domain inilah yang sangat diharapkan terjadi, dimana guru memiliki pengetahuan yang
komprehensif tentang teknologi digital, pengetahuan tentang proses dan strategi pembelajaran,
serta pengetahuan tentang bidang studi atau materi pembelajaran.
Domain terakhir inilah yang merupakan kerangka pengembangan penerapan TPACK. Dimana
guru dapat mengintegrasikan teknologi ke dalam proses pembelajaran yang melibatkan paket-
paket pengatahuan tentang teknologi, materi, dan proses atau strategi pembelajaran.

PEMBELAJARAN ABCD
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan harus memuat beberapa hal yang biasa dikenal dengan istilah ABCD.
A = Audience, B = Behavior, C = Condition, D = Degree.
• Audience
Pengertian Audience yaitu pendengar atau peserta, nah yang dimaksud Audience dalam tujuan
pembelajaran adalah peserta didik.
Dalam hal ini, peserta didik merupakan pihak peserta yang berperan sebagai subjek dan objek
dalam pembelajaran.
Maka dari itu, ketika merumuskan tujuan pembelajaran, tempatkan peserta didik sebagai subjek
sekaligus objek yang diharapkan.
Contoh : “… peserta didik dapat…”
• Behavior
Behavior adalah kemampuan yang diharapkan tercapai oleh peserta didik setelah mengikuti
proses pembelajaran.
Penulisan Behavior dalam tujuan pembelajaran biasanya ditulis dalam bentuk kata kerja.
Misalnya menyusun, menyajikan, menyebutkan, menjelaskan, menyimak dan lain sebagainya.
Contoh : “… mendeskripsikan pengertian dinamika, menyusun dan menyajikan hasil telaah
tentang dinamika perwujudan Pancasila sebagai dasar Negara…”
• Condition
Condition adalah sebuah keadaan atau kondisi yang terjadi dalam proses pembelajaran.
Dalam perumusannya, condition memuat aktivitas yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk
memperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
Contoh : “Melalui penggunaan model PaIIM SEHATI, …”
• Degree
Degree adalah sebuah tingkatan pencapaian peserta didik yang diharapkan setelah mengikuti
serangkaian proses pembelajaran. Tingkatan ini bergantung pada bobot minimal dari materi
yang disampaikan.
Contoh : “… dengan benar.”

JENIS-JENIS TEORI BELAJAR


A) TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya
interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan). Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan pada tingkah
lakunya.
B. TEORI BELAJAR KOGNITIF
Berbeda dengan teori behavioristik, teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari
pada hasil belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Beberapa pandangan tentang teori kognitif, diantaranya:
1. Teori perkembangan Piaget
Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu:
- Tahap sensorimotorik (umur 0-2 tahun)
Ciri pokok perkembangan berdasarkan tindakan, dan dilakukan selangkah demi selangkah.
- Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah penggunanaan symbol atau tanda bahasa,
dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif.
- Tahap operasional konkret (umur 7/8-11/12 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah sudah mulai menggunakan aturan-aturan
yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan.
- Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan
logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”.

2. Teori belajar menurut Bruner


Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan
terhadap tingkah laku seseorang.
Perkembangan kognitif di bagi dalam tiga tahap yaitu enactive, iconic, symbolic.
Enaktif yaitu tahap jika seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk
emmahami lingkungan sekitaanya. (gigitan, sentuhan, pegangan)
Ikonik, yaitu tahap seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar
dan visualisasi verbal (anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan
Simbolik yaitu tahap seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang
sangat dipengaruhi oleh kemampuan dalam berbahasa dan logika.( anak belajar melalui
simbol bahasa, logika, matematika). Model pemahaman dan penemuan konsep
Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan memlalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai pada kesimpulan (discovery learning). Siswa diberi kekebasan
untuk belajar sendiri melalui aktivitas menemukan (discovery)

3. Teori belajar bermakna Ausubel


Menurut Ausubel, belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi
yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengtahuan yang telah dimiliki siswa
dalam bentuk strukur kognitif. Teori ini banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi
bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang
telah dimiliki siswa.
Hakikat belajar menurut teori kognitif merupakan suatu aktivitas belajar yang berkaitan
dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses internal.
C. TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK
Konstruktivistik merupakan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada proses dan
kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman atau
dengan kata lain teori ini memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan
sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri. Dalam proses belajarnya pun, memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir tentang
pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif.
D. TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan
memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih
abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari
pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang
dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri serta lebih banyak berbiacara tentang konsep-
konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses
belajar dalam bentuk yang paling ideal.
E. TEORI BELAJAR SIBERNETIK
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan teori-
teori yang sudah dibahas sebelumnya. Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi.
Proses belajar memang penting dalam teori ini, namun yang lebih penting adalah system
informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa. Asumsi lain adalah bahwa tidak ada satu
proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab
cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.

Macam Macam Model Pembelajaran


1. Model Pembelajaran Inquiry
Model inquiry (inkuiri) menggunakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
proses berpikir secara kritis serta analitis kepada peserta didik agar mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan secara mandiri melalui penyelidikan
ilmiah.

Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut :


-Merumuskan masalah
-Mengamati atau melakukan observasi
-Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya
lainnya
-Mengkomunikasikan atau mnyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, audiens
yang lainnya

2. Model Pembelajaran Kontekstual (CTL)


Merupakan model dengan konsep belajar yang membuat guru untuk mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah
aktivitas peserta didik, peserta didik melakukan dan mengalami, tidak hanya monoton dan
mencatat.
Model mengajar ini juga dapat mengembangkan kemampuan sosial peserta didik karena
dihadapkan pada situasi dunia nyata.

Langkah-langkah pada penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching And


Learning):
1.Guru mengarahkan siswa untuk sedemikian rupa dapat mengembangkan pemikirannya
untuk melakukan kegiatan belajar yang bermakna, berkesan, baik dengan cara meminta
siswa untuk bekerja sendiri dan mencari serta menemukan sendiri jawabannya, kemudian
memfasilitasi siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan keterampilannya
yang baru saja ditemuinya.
2.Dengan bimbingan guru, siswa di ajak untuk menemukan suatu fakta dari permasalahan
yang disajikan guru/dari materi yang diberikan guru.
3.Memancing reaksi siswa untuk melakukan pertanyaan-pertanyaan dengan tujuan untuk
mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
4.Guru membentuk kelas menjadi beberapa kelompok umtuk melakukan diskusi, dan tanya
jawab.
5.Guru mendemonstrasikan ilustrasi/gambaran materi dengan model atau media yang
sebenarnya.
6.Guru bersama siswa melakukan refleksi atas kegiatan yang telah dilakukan.
7.Guru melakukan evaluasi, yaitu menilai kemampuan siswa yang sebenarnya.

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PROBLEM-BASED LEARNING)


Nama lainnya dalam bahasa inggris adalah Problem based learning yang dapat diartikan
sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan para proses penyelesaian
masalah yang dihadapi secara ilmiah. Pemecahan masalah menjadi langkah utama dalam
model ini.

Langkah-langkah pembelajaran problem based learning:


•Orientasi terhadap masalah
•Organisasi belajar
•Penyelidikan individual maupun kelompok
•Pengembangan dan penyajian hasil penyelesaian masalah
•Analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalah

4. Model Pembelajaran Ekspositori


Ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara
verbal dari seorang guru kepada kelompok peserta didik supaya peserta didik dapat
menguasai materi secara optimal.
Dalam model pengajaran ekspositori seorang pendidik harus memberikan penjelasan atau
menerangkan kepada peserta didik dengan cara berceramah. Sehingga menyebabkan arah
pembelajarannya monoton karena sangat ditentukan oleh kepiawaian ceramah guru.

5. Model Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif adalah kerangka konseptual rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Kelompok-kelompok tersebut bekerja sama untuk
mencapai tujuan pembelajaran.

6. Model Pembelajaran Project Based Learning


Model pembelajaran project based learning atau pembelajaran berbasis proyek adalah model
pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan nyata sebagai inti pembelajaran.
Dalam pembelajaran project based learning peserta didik akan melakukan eksplorasi,
penilaian, interpretasi, sintetis, dan pengolahan informasi lainnya untuk menghasilkan
berbagai bentuk belajar yang beragam.
Project based learning adalah salah satu model pembelajaran yang paling kuat, karena akan
meningkatkan kompetensi siswa secara holistik, baik dari sikap, pengetahuan, maupun
keterampilan, melalui pendekatan kontekstual yang dekat dengan pekerjaan nyata di
lapangan.
7. Model Pembelajaran PAIKEM
Merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan.
Pembelajaran ini dirancang agar membuat anak lebih aktif mengembangkan kreativitas
sehingga pembelajaran bisa berlangsung secara efektif, optimal, dan pada akhirnya terasa
lebih menyenangkan.
8. Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning)
Kerangka perencanaan dalam pembelajaran kuantum adalah TANDUR (Tumbuhkan, Alami,
Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan). Komponen utama pembelajaran kuantum
dapat berupa:
1. peta konsep sebagai teknik belajar efektif;
2. teknik memori, adalah teknik memasukkan informasi ke dalam otak sesuai dengan cara
kerja otak;
3. sistem pasak lokasi;
4. teknik akrostik, teknik menghafal dengan cara mengambil huruf depan dari materi yang
ingin diingat kemudian menggabungkannya. Intinya metode pembelajaran ini
menggunakan berbagai cara untuk membuat pembelajaran menerap dan dipahami
dengan mudah oleh peserta didik. Caranya bisa sangat interaktif dan melibatkan peserta
didik dalam kegiatan langsung untuk mendemonstrasikan materi diiringi perayaan seperti
yel motivasi.
9. Model Pembelajaran Terpadu
Merupakan model yang dapat melibatkan beberapa mata pelajaran sekaligus agar
memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna pada peserta didik.
10. Model Pembelajaran Kelas Rangkap
Pembelajaran kelas rangkap menekankan dua hal utama, yakni penggabungan kelas secara
integrative dan pembelajaran terpusat pada peserta didik, sehingga Guru tidak harus
mengulang kembali untuk mengajar pada dua kelas yang berbeda dengan program yang
berbeda pula.
Efisiensi adalah kunci dari model pembelajaran ini. Merangkapkan beberapa rombongan
belajar dapat meningkan efisiensi pembelajaran.
Macam-macam model pembelajaran kelas rangkap atau biasa disingkat PKR meliputi:
1. Model PKR 221: dua kelas, dua mata pelajaran, satu ruangan;
2. Model PKR 222 : berarti memiliki dua kelas dan dua mata pelajaran, pada dua ruangan;
3. Model PKR 333 : tiga kelas, tiga mata pelajaran, tiga ruangan.
11. Model Pembelajaran Tugas Terstruktur
Pembelajaran ini menekankan pada penyusunan tugas terstruktur yang wajib diselesaikan
oleh peserta didik guna mendalami dan memperluas penguasaan materi yang sesuai dengan
materi pembelajaran yang sudah dikaji.
Bentuk tugas terstruktur meliputi laporan ilmiah, portofolio (produk ciptaan peserta didik),
makalah individu, makalah kelompok, dsb.
12. Model Pembelajaran Portofolio
Model pembelajaran portofolio menitikberatkan pada pengumpulan karya terpilih dari satu
kelas secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan untuk
memecahkan masalah.
Prinsip dasar model pembelajaran portofolio, yaitu prinsip belajar peserta didik aktif dan
kelompok belajar kooperatif untuk menghasilkan produk portofolio secara bersama.
13. Model Pembelajaran Tematik
Merupakan pembelajaran dengan suatu kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan
materi beberapa pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan sesuai dengan kebutuhan
lingkungan peserta didik yang akan menjadi lahan dunia nyata bagi dirinya.
Pembelajaran tematik mempunyai beberapa prinsip dasar, yaitu:
1. Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan;
2. Bentuk belajar dirancang agar peserta didik menemukan tema;
3. Efisiensi (terdiri dari beberapa pelajaran sekaligus).
14. Model pembelajaran Picture and Picture
Suatu model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi
urutan logis. Model pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses
pembelajaran.
Langkah-langkah Pembelajaran Picture and picture.
- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai .
- Menyajikan materi sebagai pengantar.
- Guru menunjukan / memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan
materi.
- Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-
gambar menjadi urutan yang logis.
- Guru menanyakan alasan / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai.
- Kesimpulan / rangkuman

Pengertian Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah kerangka kerja yang memberikan gambaran sistematis untuk
melaksanakan pembelajaran agar membantu belajar siswa dalam tujuan tertentu yang ingin
dicapai. Artinya, model pembelajaran merupakan gambaran umum namun tetap mengerucut
pada tujuan khusus.
Ciri Ciri Model Pembelajaran
Menurut Kardi & Nur dalam Ngalimun (2016, hlm. 7-8) model pembelajaran mempunyai empat
ciri khusus yang membedakan dengan strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut antara
lain:
1. Model pembelajaran merupakan rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
2. Berupa landasan pemikiran mengenai apa dan bagaimana peserta didik akan belajar (memiliki
tujuan belajar dan pembelajaran yang ingin dicapai).
3. Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil; dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Fungsi Model Pembelajaran


Fungsi model pembelajaran adalah pedoman dalam perancangan hingga pelaksanaan
pembelajaran. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Trianto (2015, hlm. 53) yang
mengemukakan bahwa fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang
pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Perbedaan Model, Strategi dan Metode Pembelajaran yaitu;

• Model merupakan bagian terluas dari praktek pembelajaran dan merupakan orientasi filosofi
dari pembelajaran.
• Dalam masing-masing model, terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan
• Metode digunakan guru untuk menciptakan lingkungan belajar dan menentukan kegiatan
dimana siswa dan guru akan dilibatkan selama pembelajaran.
• Keterampilan merupakan perilaku pembelajaran yang paling spesifik.

INDIKATOR PENCAPAIAN KOPETENSI dan TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Apa yang dimaksud dengan indikator pencapaian kompetensi?


Menurut Standar Proses pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor
41 Tahun 2007, indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau
diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan
penilaian mata pelajaran.Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Ini berarti indikator pencapaian kompetensi merupakan rumusan kemampuan
yang harus dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk menunjukkan ketercapaian
kompetensi dasar (KD). Dengan demikian indikator pencapaian kompetensi merupakan tolok
ukur ketercapaian suatu KD. Hal ini sesuai dengan maksud bahwa indikator pencapaian
kompetensi menjadi acuan penilaian mata pelajaran.
2. Apa yang dimaksud dengan tujuan pembelajaran?
Menurut Standar Proses pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, tujuan pembelajaran
menggambarkan proses dan hasil belajara yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai
dengan kompetensi dasar. Ini berarti kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran mencakup kemampuan yang akan dicapai siswa selama proses belajar dan hasil
akhir belajar pada suatu KD.

3. Apa persamaan indikator pencapaian kompetensi dengan tujuan pembelajaran?


Merujuk pada pengertiannya, tujuan pembelajaran mencerminkan arah yang akan dituju
selama pembelajaran berlangsung. Dengan demikian arah proses pembelajaran harus
mengacu pada tujuan pembelajaran. Namun perlu diingat pula bahwa proses pembelajaran
dikelola dalam rangka memfasilitasi siswa agar dapat mencapai kompetensi dasar. Pencapaian
itu diukur dengan tolok ukur kemampuan yang dirumuskan dalam indikator pencapaian
kompetensi. Agar kegiatan memfasilitasi berhasil optimal maka arah pembelajaran hendaknya
mengacu pada indikator pencapaian kompetensi. Dengan demikian persamaan dari indikator
pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran adalah pada fungsi keduanya sebagai acuan
arah proses dan hasil pembelajaran.
4. Apa perbedaan indikator pencapaian kompetensi dengan tujuan pembelajaran?
Dalam pembelajaran, setiap siswa akan diukur pencapaian kompetensinya. Bagi siswa yang
pencapaian kompetensinya belum mencapai kriteria yang ditetapkan (kriteria itu populer
dengan nama KKM atau Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal) maka ia akan mendapat
pelayanan pembelajaran remidi untuk memperbaiki kemampuannya yang didahului dengan
analisis kesulitan atau kelemahannya dan diakhiri dengan penilaian kemajuan belajarnya.
Mengingat bahwa tolok ukur yang digunakan dalam pengukuran itu adalah kemampuan pada
indikator pencapaian kompetensi maka dapat diartikan bahwa indikator pencapaian
kompetensi merupakan target kemampuan yang harus dikuasai siswa secara individu atau
dengan kata lain bahwa indikator pencapaian kompetensi adalah target pencapaian
kemampuan individu siswa.
Merujuk pada pengertiannya, maka tujuan pembelajaran adalah gambaran dari proses dan
hasil belajar yang akan diraih selama pembelajaran berlangsung. Ini berarti tujuan
pembelajaran adalah target kemampuan yang akan dicapai oleh seluruh siswa. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa perbedaan dari indikator pencapaian kompetensi dan tujuan
pembelajaran adalah bahwa kemampuan yang dirumuskan pada indikator pencapaian
kompetensi merupakan target pencapaian kemampuan individu siswa sedangkan kemampuan
yang dirumuskan pada tujuan pembelajaran merupakan target pencapaian kemampuan siswa
secara kolektif.
5. Apakah rumusan kemampuan pada tujuan pembelajaran dan indikator pencapaian
kompetensi selalu sama ataukah dapat berbeda?
Dengan mencermati persamaan dan perbedaan dari indikator pencapaian kompetensi dan
tujuan pembelajaran, dapat terjadi keseluruhan rumusan kemampuan pada tujuan
pembelajaran sama dengan keseluruhan rumusan kemampuan pada indikator pencapaian
kompetensi. Namun dapat pula terjadi sebagian rumusan tujuan pembelajaran tidak sama
dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. Mengapa?.
Merujuk pada pengertian indikator pencapaian kompetensi sebagai tolok ukur dalam
penilaian dan tujuan pembelajaran yang menggambarkan proses dan hasil belajar, maka dapat
terjadi kemampuan yang akan diraih siswa selama pembelajaran berlangsung targetnya sama
dengan kemampuan tolok ukur. Jika ini yang terjadi berarti keseluruhan rumusan tujuan
pembelajaran sama dengan keseluruhan rumusan indikator pencapaian kompetensi. Dapat
pula terjadi target pencapaian kemampuan selama pembelajaran berlangsung tidak sama
persis dengan kemampuan tolok ukur. Hal itu disebabkan antara lain diperlukannya proses
belajar pendukung agar siswa dapat mencapai kemampuan tolok ukur dengan baik. Dalam hal
ini maka keseluruhan rumusan tujuan pembelajaran tidak sama persis dengan keseluruhan
rumusan indikator pencapaian kompetensi, karena ada tujuan pembelajaran lain yang
mendukung.
Untuk melengkapi pembahasan di atas, berikut ini diberikan ilustrasi persamaan dan
perbedaan indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran.
Misalkan dipilih KD 3.1 Kelas VIII, yaitu ”menggunakan teorema Pythagoras untuk
menghitung panjang sisi-sisi segitiga siku-siku”. Misalkan dikembangkan 2 indikator
pencapaian kompetensi pada KD 3.1, yaitu siswa mampu: (a) menuliskan teorema Pythagoras,
(b) menentukan panjang sisi-sisi segitiga siku-siku dengan Teorema Pythagoras. Posisi
indikator (a) adalah indikator pendukung atau jembatan yaitu indikator yang tuntutan
kemampuannya harus ditunjukkan sebelum kemampun yang dituntut KD-nya dicapai. Posisi
indikator (b) adalah sebagai indikator kunci. Indikator kunci adalah penanda pencapaian
suatu KD dengan target minimal. Tuntutan kemampuan pada indikator kunci mewakili
tuntutan kemampuan KD-nya.
Untuk mengukur pencapaian kemampuan dengan tolok ukur indikator (a) maka perlu
dilakukan penilaian dengan cara antara lain memberikan kepada siswa beberapa gambar
segitiga siku-siku kemudian meminta siswa menuliskan Teorema Pythagoras yang berlaku
pada gambar segitiga-segitiga tersebut. Untuk mengukur pencapaian kemampuan melalui
indikator (b) maka perlu dilakukan penilaian dengan cara antara lain memberikan kepada
siswa beberapa segitiga siku-siku yang sebagian sisinya sudah diketahui panjangnya,
selanjutnya siswa diminta menghitung panjang sisi segitiga siku-siku yang panjangnya belum
diketahui. Penilaian dilakukan setelah guru memfasilitasi pembelajaran yang relevan.
Pada proses pembelajaran, mengingat bahwa di Kelas VII maupun di Sekolah Dasar (SD)
siswa belum pernah belajar tentang Teorema Pythagoras maka guru perlu memfasilitasi siswa
agar terlebih dahulu belajar ’menemukan’ Teorema Pythagoras. Setelah itu siswa diminta
menjelaskan apa yang ditemukan, diikuti dengan berlatih menuliskan Teorema Pythagoras
pada beberapa segitiga siku-siku. Nama dan posisi gambar segitiga-segitiga siku-siku yang
diberikan kepada siswa hendaknya bervariasi. Berikutnya siswa berlatih menerapkan
Teorema Pythagoras untuk menghitung panjang sisi yang belum diketahui pada segitiga siku-
siku. Segitiga siku-siku yang diberikan kepada siswa hendaknya dengan berbagai nama dan
posisi gambar, dikemas sendiri-sendiri dan terintegrasi dalam gambar segitiga lancip atau
segitiga tumpul. Untuk kepentingan itu maka perlu dirumuskan 3 tujuan pembelajaran yaitu
setelah mengikuti pembelajaran diharapkan siswa mampu: (a) menemukan Teorema
Pythagoras , (b) menuliskan teorema Pythagoras dan (c) menentukan panjang sisi segitiga
siku-siku dengan Teorema Pythagoras.
Untuk mencapai tujuan (a) dan (b) guru antara lain dapat meminta siswa agar bekerja dalam
kelompok yang difasilitasi alat peraga atau LKS dan mempresentasikan hasil ’temuannya’
kemudian berlatih menuliskan Teorema Pythagoras yang berlaku pada segitiga-segitiga siku-
siku dalam berbagai nama dan posisi gambar. Untuk mencapai tujuan (c) siswa dapat
difasilitasi belajarnya secara individual, kelompok atau klasikal, tergantung strategi
pembelajaran yang dipilih guru.
Mengapa rumusan tujuan (a) tidak ada pada rumusan indikator pencapaian kompetensi?
Menemukan Teorema Pythagoras adalah target pencapaian kemampuan secara kolektif,
bukan individu. Kecuali itu kemampuan menemukan Teorema Pythagoras itu mencerminkan
kemampuan dalam proses, belum sebagai hasil belajar, sehingga walaupun dikembangkan
tujuan pembelajaran (a) namun tidak perlu tujuan pembelajaran (a) itu tercermin pada
indikator pencapaian kompetensi.
Mengapa rumusan tujuan pembelajaran (b) sama dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi (a)? Target hasil belajar sesuai KD 3.1 adalah siswa mampu menggunakan
Teorema Pythagoras untuk menghitung panjang sisi-sisi segitiga siku-siku. Kemampuan itu
akan dicapai dengan baik oleh siswa bila mereka benar-benar paham apa yang dimaksud
dengan Teorema Pythagoras yang ditunjukkan dengan mampu menuliskan Teorema
Pythagoras pada berbagai nama dan posisi gambar segitiga siku-siku. Jadi, menuliskan
Teorema Pythagoras pada berbagai nama dan posisi gambar segitiga siku-siku merupakan
hasil belajar yang seharusnya dikuasai setiap siswa. Bila kita tidak yakin bahwa secara
individu sebagian besar siswa mampu memahami maksud Teorema Pythagoras, sehingga
mampu menuliskan Teorema Pythagoras pada berbagai nama dan posisi gambar segitiga siku-
siku, maka kita perlu menuliskannya sebagai indikator pencapaian kompetensi. Posisi
indikator tersebut sebagai indikator pendukung atau jembatan. Karena dirumuskan sebagai
indikator, berarti menjadi tolok ukur pencapaian kemampuan siswa secara individu, sehingga
setiap siswa harus diukur pencapaian kemampuannya pada indikator itu. Dalam hal ini maka
perlu dikembangkan tujuan pembelajaran yang sesuai atau searah dengan indikatornya. Oleh
karenanya tujuan pembelajaran (b) sama dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi
(a).
Mengapa rumusan tujuan pembelajaran (c) sama dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi (b)? Karena target hasil belajar pada KD 3.1 adalah siswa mampu menggunakan
Teorema Pythagoras untuk menghitung panjang sisi-sisi segitiga siku-siku maka pada
indikator pencapaian kompetensi harus dirumuskan kemampuan itu. Dalam hal ini maka
perlu dikembangkan tujuan pembelajaran yang sesuai atau searah dengan indikatornya. Oleh
karenanya tujuan pembelajaran (c) sama dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi
(b).
6. Bagaimana ruang lingkup kemampuan yang dirumuskan pada tujuan pembelajaran dan
indikator pencapaian kompetensi?
Mengingat tujuan pembelajaran merupakan target pencapaian kolektif, maka rumusannya
dapat dipengaruhi oleh desain kegiatan dan strategi pembelajaran yang disusun guru untuk
siswanya. Sementara rumusan indikator pencapaian kompetensi tidak terpengaruh oleh
apapun desain atau strategi kegiatan pembelajaran yang disusun guru karena rumusannya
lebih bergantung kepada karakteristik KD yang akan dicapai siswa. Perlu diingat pula bahwa
indikator pencapaian kompetensi menjadi acuan penilaian, yaitu sebagai tolok ukur
pencapaian KD, sehingga tujuan pembelajaran harus searah dengan tolok ukurnya dan
hendaknya dapat memfasilitasi siswa agar dapat mencapai kemampuan yang dirumuskan oleh
tolok ukurnya. Dengan demikian berarti ruang lingkup kemampuan pada tujuan pembelajaran
dapat lebih luas atau sama dengan ruang lingkup kemampuan pada indikator pencapaian
kompetensi. Hal itu sesuai dengan target kemampuan yang akan dicapai pada tujuan
pembelajaran, yaitu mencakup proses dan hasil belajar, sementara target kemampuan pada
indikator pencapaian kompetensi adalah target hasil belajar. Dan tidak logis bila ruang lingkup
kemampuan pada tujuan pembelajaran lebih sempit dari ruang lingkup kemampuan pada
indikator pencapaian kompetensi. Mengapa? Bila ruang lingkup kemampuan pada tujuan
pembelajaran lebih sempit dari ruang lingkup kemampuan pada indikator pencapaian
kompetensi, maka proses fasilitasi pembelajaran cenderung tidak lengkap atau tidak memadai
untuk mengantarkan siswa mampu mencapai kemampuan sesuai tolok ukur.
7. Bagaimana cara merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)?

Langkah-langkah merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK):


- Tentukan kedudukan KD dari KI-3 dan KD dari KI-4 berdasarkan gradasinya dan tuntutan KI.
- Tentukan dimensi pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural, metakognitif).
- Tentukan bentuk keterampilan, apakah keterampilan abstrak atau keterampilan konkret.

8. Mengapa menggunakan IPK pada proses pembelajaran?

Karena dirumuskan sebagai indikator, berarti menjadi tolok ukur pencapaian kemampuan
siswa secara individu, sehingga setiap siswa harus diukur pencapaian kemampuannya pada
indikator itu. Dalam hal ini maka perlu dikembangkan tujuan pembelajaran yang sesuai atau
searah dengan indikatornya.

9. Penilaian Autentik, Penilaian Sikap, Penilaian Pengetahuan dan Penilaian Keterampilan

1. Pengertian Penilaian Autentik


Penilaian Autentik adalah pengukuran atas proses dan hasil belajar peserta didik untuk ranah
sikap (afektif), keterampilan (psikomotor), dan Pengetahuan (kognitif).
Penilaian autentik adalah istilah yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode
penilaian alternatif yang memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya
dalam menyelesaikan tugas-tugas dan menyelesaikan masalah. Sekaligus, mengekspresikan
pengetahuan dan keterampilannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di
dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah. Ketika menerapkan penilaian Autentik untuk
mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan
dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar
sekolah.

2. Penilaian Sikap
Pendidik melakukan penilaian sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat
(peer evaluation) oleh peserta didik.

a. Observasi
Merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan
indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengn menggunakan pedoman observasi
yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.

b. Penilaian diri
Merupakan teknik menilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan
kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang
digunakan berupa lembar penilaian diri.

c. Penilaian antar peserta didik atau teman


Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait
dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar
peserta didik.

d. Jurnal atau catatan guru


Merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil
pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan
perilaku.
3. Penilaian Pengetahuan
a. Instrumen tes tertulis
Berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.
Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran dan kelemahan peserta didik yang
berkaitan dengan sikap dan perilaku.

b. Instrumen tes lisan


Berupa daftar pertanyaan yang diberikan oleh guru secara ucap atau lisan, sehungga peserta
didik merespon pertanyaan tersebut, sehingga menimbulkan keberanian dari siswa.(Jawaban
dapat berupa kata, frase, kalimat atau paragraf yang di ucapkan).

c. Instrumen Penugasan
Berupa pekerjaan rumah atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai
dengan karakteristik tugas.

4. Penilaian Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang
menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan
menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian porto polio. Instrumen yang digunakan
merupakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

a. Tes praktik atau kinerja atau performance.


Yaitu penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktifitas atau
perilaku sesuatu tuntutan kompetensi.

b. Penilaian projek.
Yaitu tugas-tugas belajar (learning task) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan,
dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.

c. Penilaian porto folio.


Yaitu penilaian yang dilakukan dengan cara penilai kumpulan seluruh karya peserta didik
dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif integratif untuk mengetahui minat,
perkembangan, prestasi, dan kreatifitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. karya
tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik
terhadap lingkungannya.

Anda mungkin juga menyukai