Pengaruh Pola Pendidikan Guru Sekolah Minggu Untuk Meningkatka Spiritualitas Anak Sekolah Minggu Di Gereja HKBP Hutanabolon
Pengaruh Pola Pendidikan Guru Sekolah Minggu Untuk Meningkatka Spiritualitas Anak Sekolah Minggu Di Gereja HKBP Hutanabolon
OLEH
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................... 1 1.2
Identifikasi Masalah ......................................................................................................... 5 1.3
Batasan Masalah .............................................................................................................. 5 1.4
Rumusan Masalah ............................................................................................................ 6
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................................................. 6
1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................................................... 6
iv
BAB I PENDAHULUAN
harus dimiliki oleh seluruh pelayan gereja. Pelayan harus sepenuhnya melayani dan
bukan untuk dilayani sebagaimana Yesus Kristus sendiri sudah melayani terlebih
dahulu. Sebagai seorang pelayan, maka ia dituntut supaya melayani, mengabdi, atau
menghamba kepada Tuhan dan kepada orang lain, atau pola hidup yang bukan lagi
hidup untuk dirinya sendiri melainkan untuk Tuhan dan orang lain.
umat untuk menjadi duta serta saksi Injil. Atas dasar panggilannya untuk melayani,
gereja.1 Pelayan yang dimaksudkan dalam hal ini tidak hanya ditujukan kepada
pelayan fulltimer saja, melainkan terlebih kepada pelayan sebagai “pengajar anak
sekolah minggu” di tengah-tengah gereja yaitu guru sekolah minggu. Guru sekolah
minggu yang profesional adalah seorang pribadi yang sadar akan tanggungjawabnya
sebagai pelayan yang melayani anak sekolah minggu yang dipercayakan kepadanya.
Menjadi guru sekolah minggu adalah panggilan Allah kepada setiap orang yang
mau memberikan hatinya kepada anak sekolah minggu untuk dipakai Tuhan dan
pemahaman tentang Yesus kepada orang lain khususnya kepada anak sekolah minggu.
Guru sekolah minggu yang terpanggil harus memiliki komitmen dan keteladanan
1 Midian K.H Sirait, Peta Pelayanan HKBP Distrik X Medan Aceh, (Medan: Tried Rogate Printing,
2008), 3.
1
Minggu dengan penuh sukacita.2 Pelayanan yang dilakukan bertujuan untuk
membawa anak sekolah Minggu ke dalam hubungan yang lebih akrab dengan Allah
Tuhan Yesus.
Minggu dalam menjalankan pelayanannya, maka akan semakin baik pula pelayanan
yang akan diterima oleh anak sekolah minggu darinya. Dengan demikian, guru
sekolah Minggu akan selalu berusaha sebaik mungkin untuk mempersiapkan diri
sebagai pelayan yang benar-benar melayani Tuhan dan orang lain. Sebaliknya, jika
Guru yang selalu dinantikan oleh anak-anak adalah guru yang mampu
anak-anak senang dan bersukacita belajar firman Tuhan sangat penting daripada harus
akan berbeda hasilnya dengan membaca karena dipaksa, dimana semakin sukarela
2 Susanto Leo, Kiat Sukses Mengelola dan Mengajar Sekolah Minggu, (Yogyakarta: ANDI, 2008),
176.
3 Igrea Siswanto, Mengajar Dengan Metode 4M, (Jakarta: BPK-GM, 2013), 3.
4 Susanto Leo, Kiat SuksesMengelola dan Mengajar Sekolah Minggu, 177.
2
Jika diperhadapkan dengan keadaan sekarang ini, penulis melihat ada banyak
guru sekolah Minggu yang tidak lagi melakukan tanggungjawabnya sebagai guru
sekolah Minggu. Mereka hanya sekedar sibuk disana-sini dan juga sekedar memberi
ini atau itu tanpa menghidupinya terlebih dahulu. Banyak guru sekolah Minggu justru
mengutamakan kepentingan diri sendiri daripada kepentingan Tuhan dan orang lain.
mereka yakni agar terlihat “eksis” dihadapan orang lain, bahwasannya mereka telah
sesama guru sekolah Minggu sering acuh tak acuh dan saling menghindar jika diminta
untuk memimpin ibadah sekolah Minggu. Guru sekolah Minggu juga sering datang
terlambat dan kurang menghargai waktu dimana hal ini membuat anak sekolah
Minggu menjadi bosan sehingga memilih pulang ke rumahnya dan tidak mengikuti
perilaku anak anak yang terlalu rebut, sering keluar masuk gereja, senang
mengganggu temannya selama pelajaran Firman Tuhan. Tidak jarang mereka menjadi
marah dan kesal terhadap anak sekolah Minggu dan akhirnya kehabisan akal mencari
ide untuk menertibkannya dengan cara membentaknya dengan suara keras, bahkan
menggunakan alat seperti kayu dan memukul anak. Ia menganggap dirinya lebih
sebagai orang yang berkuasa daripada seorang pembimbing yang penuh kasih dan
kelemahlembutan. Di dalam dirinya tidak lagi Roh Kudus yang ditempatkan dan
wewenang Roh Kudus tidak lagi berfungsi sebagai pembimbing yang memberikan
kasih sayang terhadap anak sekolah Minggu yang dilayani. Misalnya, ketika anak
hendak permisi ke toilet, guru sekolah Minggu juga sering sekali marah dan tidak
mengijinkannya, akibatnya anak tersebut merasa tersiksa dan tidak nyaman selama
3
mengikuti kegiatan sekolah Minggu, bahkan menganggap bahwa guru Sekolah
khusus untuk memperlengkapi guru sekolah Minggu. Sermon dilakukan hanya satu
kali sebulan untuk pengajaran 4 Minggu, sehingga membuat guru sekolah Minggu
menjadi lupa dan tidak mempersiapkan diri ketika hendak mengajar pada minggu-
mempersiapkan bahan ajar tentang Firman yang akan disampaikan kepada anak
sekolah Minggu. Dan tentunya hal ini sangat berpengaruh terhadap antusiasme anak
anak sekolah Minggu untuk mengikuti kegiatan sekolah Minggu. Sekolah Minggu
pada akhirnya tidak lagi menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak anak sekolah
Minggu. Selanjutnya, anak anak sekolah Minggu tidak termotivasi lagi mengikuti
pendidikan agama Kristen kepada jemaat sejak dini yang bertujuan untuk
tentang kerajaan Allah yang sudah digenapi kepada anak sekolah Minggu. Kata
“meneruskan” di atas menjelaskan lebih jauh mengenai aktivitas tersebut yang tidak
penghafalan Injil dan ajaran-ajaran moral semata. Akan tetapi untuk menjelaskan
bahwa sekolah Minggu adalah aktivitas-aktivitas dalam relasi dengan Tuhan, sesama,
diri sendiri, lingkungan sosial, dan alam. 5 Namun, Jika yang terjadi adalah demikian,
4
Maka melalui masalah-masalah yang telah diuraikan diatas, membuat penulis
terpanggil dan tertarik dalam melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pola
Berorientasi pada latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
masalah yang perlu diteliti. Namun oleh karena keterbatasan waktu, tenaga serta
sarana dan prasarana yang tersedia, maka batasan penelitian yang penulis lakukan
5
GuruSekolah Minggu Unutk meningkatkan Spiritualitas Anak Sekolah Minggu di
1. Bagi Guru Sekolah Minggu, sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pola
sekolah Minggu, sehingga ke depannya para guru Sekolah Minggu betul betul
2. Sebagai penguatan dan motivasi bagi guru sekolah Minggu dalam membantu
perilakunya.
masukan bagi para guru sekolah Minggu dalam pola pendidikan, agar anak
Tuhan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
6
2.1.1. Pola Pendidikan Guru Sekolah Minggu
Guru sekolah minggu adalah mitra Allah dalam mendidik anak sekolah
Kerajaan Allah.6 Tugas dan tanggungjawab guru sekolah Minggu adalah membagikan
pemahaman tentang Yesus Kristus kepada anak sekolah Minggu. Seorang guru
sekolah Minggu juga turut menfasilitasi tumbuh kembang anak sebagai suatu pola
didik yang demokratis, penuh kasih dengan penghargaan, dan penerimaan yang tulus.
Hal ini tentu hanya dapat dilakukan jika guru sekolah Minggu memahami dunia anak-
anak tersebut, dan dapat memberi dukungan yang tepat. Hanya dalam didikan yang
demokratis, anak akan dapat membentuk diri mereka menjadi orang yang
menghormati hak-hak orang lain, terbuka akan perbedaan serta dapat hidup harmonis
dalam keberagaman.Cara mereka belajar dan memandang dunia, cara mereka menilai,
meniru dan menyerap sesuatu dari berbagai peristiwa serta orang-orang di sekeliling
mereka adalah bernilai, berharga, dan pantas untuk dihormati, dirangkul, dan diterima
Guru sekolah Minggu berperan untuk memotivasi anak sekolah Minggu atau
mengarahkan anak yang usil, nakal, rewel, banyak gerak, dan tingkah laku pengacau
suasana untuk dapat belajar, mengerjakan tugas dan berhasil sesuai dengan yang
sekolah Minggu yang malas, pendiam, penakut, dan rendah diri menjadi percaya diri.
Motivasi juga berarti menggali dan mengembangkan potensi (minat dan bakat). Untuk
seluruh kemampuan anak sekolah Minggu dengan berbagai tugas dan kegiatan yang
terbimbing. Dari berbagai hasil kerja anak sekolah Minggu, guru sekolah Minggu
6 Mary Go Setiawan, Menerobos Dunia Anak, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004), 16.
7
Ibid.,176.
7
mulai dapat menyimpulkan bahwa anak sekolah Minggu tersebut berpotensi dalam
bidang tertentu.7
Seorang guru yang baik adalah guru yang tidak dikuasai dan berada di bawah
situasi. Hal ini berlaku baik untuk formal maupun untuk guru sekolah minggu.Guru
yang tidak berada di bawah situasi yaitu ia yang dapat mencari posisi yang baik untuk
mengajar dan selalu akan berada di atas situasi. Jika ia sibuk sendiri mengatur anak-
anak didiknya untuk diam, maka akhirnya guru itu sendiri yang paling tidak bisa
diam. Guru yang baik akan memberikan perintah ataupun mengajar tidak dengan
suara keras, tetapi justru dengan wibawa yang lebih kuat dari suaranya. Pada saat
mengajar, mata perlu bisa melihat seluruh pendengar, dan menggunakan sorotan mata
untuk bisa menguasai setiap pendengar, sehingga jiwa-jiwa itu terpaku kepadanya
Sebagai seorang guru sekolah Minggu, maka harus memiliki hati yang berani,
yang sadar, dan yang penuh dengan kasih. Melalui itu, guru sekolah Minggu harus
dilandasi satu kesadaran bahwa dirinya sebagai seorang guru yang sedang berhadapan
dengan jiwa-jiwa yang berpotensi untuk membangun atau justru merusak masyarakat,
dan sekaligus menyadari betapa pentingnya jiwa anak-anak. Dengan kesadaran akan
pentingnya hal tersebut, maka dengan sendirinya akan mengubah cara seorang guru
untuk mengajar anak-anak didiknya. Hal ini disebut the existential encounter caused
anakanak. Itu merupakan suatu kesadaran akan nilai yang berbeda dan kesadaran itu
menanamkan konsep nilai yang baru dimana pernah memandang anak didik sebagai
anak-anak nakal yang selalu akan mengganggu. Tetapi melalui kesadaran itu, guru
7 Ibid., 138.
8 Stephen Tong, Arsitek Jiwa I Guru Sekolah Minggu dan Guru Agama Kristen, (Surabaya:
Momentum Christian Literature, 2009), 53-54.
8
sekolah Minggu justru melihat mereka sebagai jiwa-jiwa berharga yang masih Tuhan
Perasaan dan kesadaran sedemikian mengubah guru itu sendiri menjadi “air
hidup” yang tidak akan pernah merasa kekeringan, sehingga dari hidup seorang guru
akan mengalir cinta kasih yang tidak pernah habis. Guru sekolah Minggu yang sadar
akan melihat seorang anak sebagai satu oknum yang memiliki satu unsur yang disebut
“diri”. Diri ini ada di dalam dia, seperti juga diri ini ada di dalam guru sekolah
Minggu itu sendiri, sehingga mereka mampu mengasihi anak sekolah Minggunya
seperti mengasihi dirinya sendiri. Guru sekolah Minggu tampil sebagai pribadi yang
memberikan berkat dan kebenaran kepada mereka bukan sebagai hal yang mengikat
menjadi suatu aktivitas yang hidup karena guru sekolah Minggu mampu menjadi
pribadi yang mengontak pribadi yang lainnya.10 Kepribadian seorang guru sekolah
Minggu yang demokratis dapat membuatnya menjadi tokoh yang dikagumi anak,
sehingga timbul hasrat untuk meniru gurunya tersebut. Di sisi lain, rasa tidak senang
dan tidak menghargai yang ditunjukkan oleh seorang guru sekolah Minggu dapat
penilaianpenilaian negatif terhadap tokoh guru sekolah minggu pada umumnya atau
terhadap orang lain. Hubungan yang baik antara guru sekolah Minggu dan anak
9 Ibid., 54.
10 Ibid., 54-55.
11 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Libri-BPK-GM, 2012), 42.
9
peserta didik seperti membangun etika, nilai dan karakter peserta didik harus
dipegang. Akan tetapi perlu dilakukan dengan cara yang berbeda atau kreatif sehingga
komitmen yang kuat dalam melaksanakan pendidikan secara holistik yang berpusat
pada potensi dan kebutuhan anak sekolah Minggu. Anak sekolah Minggu harus
diarahkan agar mampu mengembangkan dirinya, tetapi ia juga harus diajarkan untuk
memiliki beban atau panggilan hidup menjadi bagian dari pemecahan persoalan-
bukan hanya bersifat intelektual tetapi yang memiliki kemampuan secara emosi dan
spiritual, namun harus mampu membuka mata hati anak sekolah Minggu untuk belajar
hidup dengan baik di tengah-tengah keluarga maupun masyarakat. Sosok guru sekolah
Minggu yang bertanggungjawab memiliki kompetensi utama yang harus melekat pada
cerdas.12
sekolah
Minggu milik kita bersama. “Jadilah teladan bagi orang-orang percaya (1 Tim. 4:12).”
12 M. Furqon Hidayatullah, Guru Sejati, Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas, (Surakarta:
Yuma Pustaka, 2009), 2-4.
10
Sekolah Minggu diselenggarakan di semua gereja di Indonesia, namun pengembangan
Minggu sebagai wadah persemaian, bukan hanya pengetahuan tentang iman Kristen,
sesama, keadilan dan perdamaian. Menyadari dampak kemajuan zaman dengan diikuti
menjadi pergumulan yang tidak mudah bagi anak sekolah Minggu untuk mendapatkan
guru-guru yang memiliki hati dan motivasi yang kuat sehingga dapat mendidik anak
mencerdaskan anak sekolah Minggu di dalam Tuhan. Sebagai guru sekolah Minggu,
maka mereka harus melaksanakan tugas panggilannya serta memahami hakikat dan
sekolah Minggu yang akan menolong mereka dalam pembelajaran di sekolah Minggu.
Setiap guru sekolah Minggu harus memahami bahwa gaya belajar anak-anak sangat
berbeda dengan orang dewasa. Robert Clark berpendapat “children are not miniature
adult, and we should not expect adult behavior from them” (anak-anak bukanlah
miniatur orang dewasa, dan kita seharusnya tidak berharap orang dewasa
memperlakukan mereka demikian). Setiap guru sekolah Minggu harus sadar bahwa
Allah menciptakan anak-anak begitu rupa dan unik. Mereka memiliki kekhasan
khusus (Mzm. 139: 13-16). Oleh karena itu, guru sekolah Minggu tidak boleh asal
mengajar atau membelajarkan anak-anak sama seperti orang dewasa. Guru sekolah
13 Bahan Pembinaan Guru Sekolah Minggu HKBP (Distrik X Medan Aceh Angkatan ke-2, Tahun
2005) Lantai 3 Kantor Distrik Jln Uskup Agung Sugiopranoto 6 Medan.
11
minggu perlu memahami sungguh-sungguh bahwa anak-anak adalah leaner (pelajar)
Nya merupakan salah satu hal yang menunjukkan bahwa seorang pelayan tersebut
memiliki spiritualitas dimana telah mewujudkan penghayatan iman yang baik kepada
diartikan dengan manusia yang masih kecil ataupun manusia yang belum
dewasa.16Secara biologis masa anak-anak yaitu berumur 0-12 tahun.18 Pada usia balita,
anak berada dibawah pengasuhan dan kuasa orang tua atau wakil mereka. Pendidikan
Pendidikan menjangkau pembentukan sikap, pola dan irama hidup, terutama dalam
hal meletakkan keyakinan dasar yang akan mengarahkan anak untuk dapat
menghadapi tantangan hidup yang nyata. Pendidikan anak yang terbaik dalam
Usia 5 tahun sampai dengan 12 tahun juga merupakan waktu yang paling penting
dalam pembentukan iman dan kepribadian anak baik itu dalam keluarga maupun
gereja.17
14 Junihot Simanjuntak, Setiap Anak Bisa Pintar, Prinsip dan Metode Pembelajaran Terarah bagi
Anak Berkesulitan Belajar, (Yogyakarta: Andi, 2012), 9-10.
12
Pada umumnya setiap anak mempunyai keinginan-keinginan untuk
Rasa ingin tahu pada diri anak-anak sangat besar dan ia ingin melakukan segala
Setiap anak perlu diberikan pengalaman dan belajar dengan tujuan supaya
dorongan yang diberikan kepada anak yaitu supaya giat belajar, dan harus sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri. Dorongan tersebut antara
lain untuk membangkitkan daya berpikir, daya menganalisa, daya kemauan dan daya-
daya lainnya yang masih terpendam dan belum berkembang. 21Anak adalah pribadi
yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari
lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu anak sangat membutuhkan didikan, ajaran,
binaan dari orang terdekat maupun orang dewasa dimana hal tersebut sangat
yang positif karena anak akan mengamati dan meniru apa yang dilakukan oleh orang
tuanya maupun orang-orang terdekat. Keluarga, gereja dan lingkungan sekitar menjadi
kunci utama sebagai pembentuk budi pekerti anak agar dapat berakhlak baik.
Setiap anak merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada keluarga.
Anak adalah yang masih kecil ataupun manusia yang belum dewasa. Anak sekolah
17 W. Stanley Heath, Teologi Pendidikan Dasar Pelayanan Kepada Anak, (Bandung: Yayasan Kalam
Kudus, 2010), 19-120.
18 Soerjono Soekanto, Anak dan Pola Perilakuannya, (Jakarta: BPK-GM, 1985), 20-21.
21
Thamrin Nasution dan Nurhalijah Nasution, Peranan Orangtua Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Anak, (Jakarta: BPK-GM, 1985), 11-12.
19 Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, (Jakarta, BPK-GM, 2005), 16.
13
minggu adalah anak yang masih kecil yaitu berusia 0-12 tahun yang melakukan
kegiatan bersekolah di hari Minggu. Kegiatan tersebut adalah kebaktian khusus bagi
gereja oleh guru-guru sekolah Minggu. Anak sekolah Minggu mendapat pemahaman
dan mengenal Yesus dalam persekutuan di sekolah Minggu. Anak-anak berhak dan
dituntun dengan penuh kasih sayang oleh guru sekolah minggu. Selain di dalam
keluarga, anak sekolah Minggu mendapat pendidikan dari gereja melalui sekolah
Minggu karena merupakan sebuah kebutuhan hidup secara teologis dan psikologis.
Secara teologis, anak sekolah Minggu diperkenalkan dengan kerajaan Allah yang
merupakan kebutuhan inti dari kehidupan manusia dan dunia sehingga manusia
pengembangan diri dan kepribadian melalui pendidikan agama Kristen. Anak sekolah
Minggu membutuhkan bimbingan dari guru sekolah Minggu dalam cara berpikir, cara
berperilaku, pengetahuan, emosi, dan mental yang sehat karena hal itu dikehendaki
Allah. Oleh karena itu, sekolah Minggu harus berkualitas baik agar dapat menjadi
suatu lingkungan belajar yang kondusif bagi perkembangan anak sekolah Minggu.20
20 Novelina Laheba, Guruku Sahabatku, Panduan Mengajar Kreatif untuk Guru Sekolah Minggu,
(Yogyakarta: Andi, 2007), 12.
14
Meningkatkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti menaikkan
derajat maupun taraf, mempertinggi atau mengangkat diri dari kehidupan sebelumnya
tindakan maupun keberadaan. Meningkatkan juga tidak terlepas dari proses, usaha
maupun dorongan untuk berada dititik yang lebih baik dari sebelumnya.
keteladanan dan kualitas dari seorang guru sekolah Minggu dalam menjalankan
pelayanannya kepada anak sekolah Minggu di tengah gereja. Pelayanan firman Tuhan
melalui kegiatan belajar yang diberikan oleh guru sekolah minggu merupakan cara
berperilaku dari guru sekolah Minggu juga merupakan contoh yang baik kepada anak
sekolah Minggu agar juga berperilaku baik. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai cara
artinya roh,jiwa atau semangat. Kata ini memiliki padanan arti dengan bahasa Ibrani
“Ruah” atau dalam bahasa Yunani “Pneuma” yang artinya angin atau nafas, dan
kehidupan.Dari arti kata itu sendiri, spiritualitas dapat dipahami sebagai sumber
semangat untuk hidup, bertumbuh, dan berkembang, baik secara pribadi maupun
bersama orang lain, yang diperoleh di dalam perjumpaan dengan Allah, sesama dan
dengan diri sendiri.23Spirit tersebut mempengaruhi dan mengalir dalam seluruh aspek
21 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2008), 950.
15
kehidupan manusia dan memampukan manusia untuk hidup dan berjuang di
tengahtengah kenyataan.27
dengan kehidupan iman yakni apa yang mendorong dan memotivasi dan apa yang
spiritualitas juga menyangkut apa yang memberi semangat terhadap kehidupan orang-
apa yang baru saja dimulai. 24Spiritualitas menyangkut cara bagaimana kehidupan
refleksi atas seluruh upaya orang Kristen untuk meraih hasilnya dalam kehidupan
Roh manusia aktif belajar untuk pertumbuhan imannya. Ketika roh manusia
didiami, dipenuhi, dan dipimpin Roh Allah, ia semakin memahami kebenaran dan
hidup sesuai kebenaran Tuhan. Roh Kudus memampukan roh manusia untuk mengerti
berbagai perkara iman. Roh Kudus menumbuhkan akhlak moral (Gal. 5:22-23).31
sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam
melihat makna yang ada dibalik sebuah kenyataan atau kejadian tertentu. Spiritualitas
adalah salah satu bentuk kecerdasan tertinggi yang memadukan kedua bentuk yakni
karena erat kaitannya dengan kesadaran seseorang untuk bisa memaknai segala
Banawiratma, Pelayan, Spiritualitas dan Pelayanan, (Yogyakarta:Taman Pustaka Kristen, 2012), 7-8.
27
Widi Artanto, Gereja dan Misi-Nya, Mewujudkan Kehadiran Gereja dan Misi-Nya di Indonesia,
(Yogyakarta: Yayasan Taman Pusaka Kristen Indonesia,2015), 111.
24 Alister E. McGrath, Spiritualitas Kristen, (Medan: Bina Media Perintis, 2007), 2.
25 Ibid., 2.
26 Sanerya Hendrawan, Spiritual Managent, (Bandung: Mirzan Pustaka Anggota IKAPI, 2009), 18-19.
31
Junihot Simanjuntak, 36.
16
sesuatu dan merupakan jalan untuk bisa merasakan sebuah kebahagiaan. Seseorang
dalam kehidupan.27
mencari keutuhan kepribadiannya. Itu berarti bahwa harus ada kesesuaian antara
perkataan dan perbuatan. Spiritualitas Kristen merupakan suatu sikap batin yang
berjuang untuk mengahayati iman sesuai dengan firman Allah yang hidup. Maka dari
itu, seseorang yang memiliki spiritualitas harus mengikuti Yesus Kristus dalam
kehidupan sehari-hari dan menghayati kabar damai sejahterah di dunia ini dimana
Yesus Kristus telah memanggil kita secara menyeluruh lahir dan batin. Spiritualitas
menghayati iman dari cara berpikir dan bertindak, maka Allah sendiri yang hadir di
Anak-anak sekolah minggu sebagai kaum muda perlu dibimbing agar memiliki
spiritualitas yang baik. Anak-anak sangat perlu dikenalkan dengan agama semenjak
usias dini yaitu melalui sekolah Minggu. Meskipun ketika masih kecil anak- anak
belum bisa memahami agama dengan baik, pembiasaan ini sangat penting agar jiwa
anak-anak dekat dengan Tuhan. Seiring dengan bertambahnya usia anak tersebut,
pengertian dan pemahaman agama yang diberikan kepada anak akan dipahami oleh
anak-anak tersebut.29 Demikian juga dalam sekolah Minggu, anak sekolah Minggu
17
diperkenalkan dengan pendidikan agama Kristen untuk menuntun mereka dapat
Kristen kepada jemaat muda (anak-anak muda) yang berfungsi untuk ‘meneruskan’
pemberitaan (kerygma) dan pengajaran (didache) kabar baik (injil) tentang kerajaan
Allah yang sudah digenapi. Kata ‘meneruskan’ di atas berarti untuk menjelaskan lebih
jauh mengenai aktivitas tersebut. Ini dilakukan agar istilah tersebut tidak
serta penghafalan injil dan ajaran-ajaran gereja semata. Akan tetapi untuk menjelaskan
bahwa melalui sekolah Minggu ada aktivitas -aktivitas sekolah aktifitas pembelajaran
Selain itu, sekolah Minggu juga merupakan kegiatan gereja untuk menjangkau
dan membawa setiap anak-anak kepada Tuhan Yesus serta mengajarkan Alkitab untuk
diperoleh dengan mengimani atau mempercayai Tuhan Yesus yang telah diajarkan
anak Sekolah Minggu mampu berinterkasi dengan sesamanya dalam tindakan yang
18
Berdirinya sekolah Minggu menjadi salah satu jawaban sederhana terhadap
dampak negatif dari revolusi industri atas diri kaum buruh yang dimulai di Inggris,
khususnya para buruh yang masih muda sekali. Orang tua, muda-mudi, dan anak kecil
hidup melarat dalam keadaan yang sangat buruk. Mereka putus asa, karena tidak
melihat jalan keluar dari lingkaran perbudakan akibat revolusi industri tersebut. Orang
tua juga tidak bisa berharap akan masa depan yang menguntungkan bagi anak-anak
mereka, sebab tidak ada sekolah bagi mereka. Keadaan demikian mendorong kaum
buruh untuk berontak terhadap masyarakat yang memperoleh keuntungan dari sistem
mabukan, mencuri dan mengancam gaya hidup kelas menengah dan atas. Pada saat
itu, kehidupan anak-anak miskin sedang terlibat dalam kegiatan yang merusak
anak-anak dibebaskan dari pekerjaannya, karena tidak ada kegiatan yang teratur
keributan, bermain di jalan, sering memaki orang lain dan menganggap bahwa mereka
hidup di neraka.31
untuk mendidik anak-anak itu pada hari Minggu dengan mendirikan sekolah Minggu
yang dimulai pada tahun 1780 di Gloucester, Inggris. Awalnya, Raikes meminta
pertolongan dari seorang ibu yang juga mendidik beberapa anak di rumahnya pada
hari-hari biasa. Raikes meminta supaya ia rela dalam mendidik anak-anak yang
dibawa ke rumahnya pada hari Minggu. Tetapi karena kenakalan anak-anak tersebut,
ibu tersebut tidak mampu mengajar anak yang tidak mau belajar. Guru kedua bernama
ibu Critchley dimana ia lebih pintar dan jabatannya adalah sebagai guru secara turun
temurun sampai tahun 1863. Hal pertama yang diajarkan kepada anak-anak adalah
31 Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen,
(Jakarta: BPK-GM, 2016), 375-384.
19
tentang kedisiplinan. Hasilnya sangat berkembang, sehingga Raikes membuka sekolah
Crypt.Demikian pula, seorang pendeta jemaat Saint John the Baptist bernama Thomas
Stock menjalin usaha kerja sama dengan Raikes dalam pendirian sekolah Minggu.
Dengan adanya sekolah Minggu, Raikes menolong ribuan anak di Inggris yang
menjadi korban dari peralihan sosial yang mengubah masyarakat pertanian menjadi
moral anak-anak tersebut dimana kepada mereka diajarkan tentang Injil maupun
pengaruh besar, sehingga sebagai guru sekolah Minggu harus sedini mungkin
Alkitab, agar benih Injil dapat berakar ke bawah dan berbuah ke atas. Guru sekolah
Minggu yang bijak harus memanfaatkan kesempatan untuk mengajar firman Allah
dengan setia.33
Sekolah minggu memiliki empat peran dimana yang pertama adalah sebagai
pusat pendidikan non-formal yang berfungsi untuk mengubah sikap dan tingkah laku
anak sekolah minggu. Perubahan terjadi secara bertahap dalam proses belajar
anak-anak sekolah minggu untuk menjadikan semua bangsa murid Yesus (Mat.
28:19a). Peran ketiga adalah sebagai alat penjangkau dimana setiap individu yang
belum maupun yang sudah mengenal Yesus dan yang belum atau sudah percaya
kepada Yesus. Alat penjangkau yang efektif berupaya menciptakan kegiatan yang
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan untuk menarik target individu yang akan
32 Ibid.,385-386.
33 Mary Go Setiawan, Menerobos Dunia Anak, 15.
20
dijangkau. Peran keempat adalah penyalur berkat dimana kepedulian gereja terhadap
disalurkan kepada sesama umat manusia dapat berupa doa, daya, pemikiran, dan dana.
Berkat yang bersumber dari Tuhan Yesus adalah kasih tulus yang diberikan kepada
orang lain.34
setiap anak-anak kepada Tuhan Yesus serta mengajarkan Alkitab untuk mengubah
kehidupan mereka menjadi murid Yesus yang penuh pengharapan. Harapan yang
nilai kebenaraan dan juga nilai moral kristiani. Anak sekolah minggu dididik tidak
hanya memahami nilai-nilai kerajaan Allah, tetapi juga menjadikan nilai-nilai itu
sebagai prinsip-prinsip pribadi, gaya hidup, karakter, cara membawa diri, dan
tindakan-tindakan logis.36
ke Jalan yang Benar tentang tanggung jawab utama sebagai pelayan sekolah Minggu
34 Susanto Leo, Kiat Sukses Mengelola Dan Mengajar Sekolah Minggu, 12-22.
35 Ibid., 2.
36 Novelina Laheba, Guruku Sahabatku, Panduan Mengajar Kreatif untuk Guru Sekolah Minggu,
(Yogyakarta: ANDI, 2007), 11.
21
1. Mengkomunikasikan hal yang benar
kebenaran dan keadilan, termasuk kepada orang-orang dewasa dalam mendidik anak-
anak yaitu agar anak-anak mulai diajarkan tentang jalan hidup yang benar melalui
memunculkan rasa sukacita. Perasaan sukacita besar itu menyakinkan setiap pelayan
sekolah minggu bahwa dirinya telah dipakai Tuhan menjadi saluran berkat Allah bagi
anak-anak tersebut. Menjadi pelayan sekolah Minggu berarti menyerahkan diri sendiri
untuk dipakai Tuhan menjadi alat dalam memberitakan cinta kasih dan kebenaran-
sekolah Minggu, seorang hamba Tuhan yang hidup, dimana perkataan dan
talenta dan kemampuannya masing masing. Melalui kemampuan yang berbeda ini
setiap orang diharapkan dapat bekerja dan melayani sebaik mungkin. Maka sebagai
guru sekolah Minggu, hendaknya ia melayani dengan baik (Roma 12:6-7). Dengan
menemukan kemampuan apa saja yang ada dalam dirinya. Kemampuan yang berbeda-
beda itu akan dipakai untuk melakukan berbagai kegiatan dan saling melengkapi di
sekolah Minggu. Melalui kemampuan dan talenta yang berbeda setiap orang
terpanggil untuk saling melengkapi, dan tidak ada seorangpun yang memegahkan diri,
22
namun melakukan tugas bersama-sama dan secara bersama-sama pula mengucap
syukur kepada Tuhan karena semua guru sekolah Minggu dipakai untuk menjadi
saluran berkat-Nya.37
Minggu harus mampu menguasai materi yang diajarkan berkaitan dengan nilai
kehidupan kristiani serta menyadari bahwa materi ajar tersebut bersumber dari firman
Tuhan yang tidak pernah bisa habis atau tamat dipelajari. Selain itu, pengelolaan
dalam kegiatan sekolah Minggu berupa pendanaan dan pengadaan sarana serta
prasarana dalam kegiatan sekolah Minggu haruslah bertujuan untuk menunjang dan
meningkatkan kinerja para guru sekolah Minggu. Pengelola memerlukan bantuan dan
kerja sama dengan pengajar karena adanya murid yang perlu belajar. Di sisi lain,
mengajar, mendidik anak sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Pengajar
pengelolaan dan pengajaran akan selalu ada, tetapi dengan kepedulian dan dukungan
semua anggota tubuh Kristus di gereja, masalah akan semakin ringan dan dapat
Dalam buku Purnawan Kristanto yang berjudul Cara Jitu Bikin Seru Di
37 Ruth S. Kadarmanto, Tuntunlah ke Jalan yang Benar, Panduan Mengajar Anak di Jemaat, (Jakarta:
BPK-GM, 2012), 9-10.
38 Susanto Leo, Kiat Sukses Mengelola Dan Mengajar Sekolah Minggu, 10.
23
meningkatkan spiritualitas anak-anak sekolah Minggu, mengharuskan seorang guru
sekolah Minggu untuk mengenali dan memahami jenis kecerdasan yang dimiliki oleh
anak-anak sekolah Minggu. Maka guru sekolah Minggu harus memahami bahwa ada
delapan jenis yang bisa dikenali dan dikembangkan oleh guru sekolah Minggu dalam
1. Kecerdasan Linguistik
lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata,
urutan kata, suara, ritme, dan intonasi dari kata yang diucapkan. Misalnya adalah
memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk
akal) dan menyukai angka, urutan, logika, dan keteraturan. Tidak menutup
Dimana menggunakan alat bantu visual, gambar, warna, garis, bentuk, dan segala
aktivitas yang terkait dengan bangun ruang serta melibatkan kemampuan untuk
24
berkhayal, membuat penemuan, memberi ilustrasi, mewarnai, menggambar mesin,
4. Kecerdasan Kinestetik
tarian.49
5. Kecerdasan Musikal
ilmu sains dalam diri seseorang maupun anak sekolah minggu. Misalnya
6. Kecerdasan Interpersonal
Yakni melibatkan anak-anak dalam proses berbagi (sharing) antar teman atau
7. Kecerdasan Intrapersonal
41 Ibid.,hlm.48-49.
49
Ibid.,hlm.57.
42 Ibid.,hlm.85-86.
43 Ibid.,hlm.91-92.
25
Dimana guru sekolah Minggu berusaha untuk membangkitkan perasaan,
ini sangat menghargai nilai (aturan-aturan), etika (sopan santun) dan moral.
8. Kecerdasan Naturalis
Rousseau yang mengatakan bahwa alam merupakan guru dasariah bagi anak, namun
kehadiran guru insani juga penting dimana yang akan mengembangkan tugas belajar
secara teratur yang selaras dengan alam. Apabila pendidikan tidak demikian, maka
tidak ada pendidikan yang membimbing murid untuk hidup beradap. Seorang guru
kekuatan dari pembawaan anak serta harus mengetahui saat untuk campur tangan
dalam kehidupannya dan saat menunggu sabar sampai anak itu sendiri memecahkan
adalah usahanya sendiri. Guru juga perlu bertindak adil terhadap anak didiknya serta
menghormati kepribadiannya. Dalam hal ini ada disiplin dan hukuman, tetapi
hukuman yang terjadi secara wajar sesuai dengan sifat kesalahan yang dibuat anak
didik itu sendiri dan bukan yang dijatuhkan secara sewenang-wenang oleh guru.
44 Ibid.,hlm.109-110.
45 Ibid.,hlm.116-117.
26
Pemikiran Rousseau tentang sifat dan peranan guru itu dapat diwujudkan dalam gaya
didik sebagaimana ia ada menurut empat tahapan perkembangan yakni dari kelahiran
sampai akhir umur 4 tahun (balita), masa kanak-kanak dari umur 5 tahun sampai
dengan 11 tahun, remaja muda dari umur 12 tahun sampai dengan 14 tahun, remaja
tua/ pemuda kira-kira dari umur 15 tahun sampai dengan 21 tahun. Masa kanak-kanak
hendaknya dinikmati oleh si anak sebagai waktu peka untuk tertawa, bermain,
bertambah dalam dirinya dan hidup bebas dari banyak hambatan yang didirikan secara
salah oleh orang dewasa. Bila perlu ada hukuman, maka itu harus dijatuhkan sesuai
dengan hukum alam, dan bukan dengan kehendak sewenang-wenang dari pihak orang
dewasa. Misalnya, anak yang mengganggu anjing sehingga ia digigit sebagai tanda ia
menerima hukuman alami adalah sesuatu yang berhasil sekali, karena hal itu terjadi
lepas dari campur tangan orang dewasa. Anak akan menjadi sadar bahwa tindakan
yang ia lakukan adalah salah dan dapat melukai dirinya sendiri, sehingga anak tidak
dongeng terhadap anak, walaupun anak dapat menghafalkan banyak data, namun ia
tidak mampu memahami gagasan abstrak. Ia berpikir secara realistis dan harafiah. Jadi
sejarah pun tidak sesuai dengan gaya berpikirnya. Singkatnya, kesempatan bertindak
saja.47
46 Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, 145-146.
47 Ibid, 176-177.
56
Ibid., 177-178.
27
Guru sekolah Minggu juga perlu memahami asas-asas pendidikan khusus pada
anak dimana berporos pada pembahasan tujuan pendidikan yang dijabarkan menjadi
a. Anak balita: memupuk sifat alami untuk bergerak dan mencari perubahan dalam
berhubungan dengan dunia sekitarnya, bersaingan dengan dirinya saja dan yang
c. Masa anak yang berumur 12 sampai dengan 14 tahun, melibatkan anak yang
berumur 12 sampai dengan empat belas tahun dalam pelbagai tugas belajar yang
berporos pada penggunaan peralatan yang dipakai orang untuk mencari rezeki.
menolong anak menentukan mana yang benar dan lebih berharga, daripada yang
Pestalozzi yang mengatakan bahwa perlu memahami dua pengajar utama bagi anak
yaitu sang ibu dan guru, selain itu disamping kedua pengajar tersebut, Pestalozzi
28
mengaruniakan perasaan kasih terhadap anak kepada ibu. Ibu dapat membimbing anak
secara wajar mulai dari hal-hal kecil hingga kepada pengalaman yang membawa anak
dapat menunjuk kepada Tuhan melalui berdoa, beribadah maka anak akan mulai
mengasihi-Nya. Sebaliknya guru sebagai pengajar yang baik juga dikenal karena
memiliki sifat roh kasih, hikmat dan kemurnian. Anak akan rela menerima bimbingan
yang akan melatih keterampilan, pikiran dan kelakuan. Guru yang baik juga harus
berusaha menemukan bakat yang tersembunyi dalam diri setiap anak dengan
mengembangkan rencana belajar sesuai dengan bakat tersebut. Dengan demikian anak
a) Menambahkan pengetahuan baru dalam diri anak apabila anak sudah mengetahui
c) Mempersiapkan tugas belajar yang berporos pada panca indera dalam arti anak
belajar dari benda nyata yang kelihatan daripada kata-kata yang dihafalkan secara
49 Ibid., 244-245.
29
g) Memancing jawaban spontan dan bebas dari anak agar anak belajar berpikir
Pandangan Frederich W.A. Froebel juga dikutip dalam buku Robert Boehlke
hidupnya sebagai seorang guru, karena peranan itu dapat mengantar anak untuk
nalar anak didik, melainkan mengembangkan bakat yang sudah ada. Seorang guru
dengan sifat ingin tahu anak dan kapan ia perlu mengijinkan anak menemukan atau
pengalaman belajar yang dipersiapkan itu harus menolong anak berkembang secara
berimbang baik jasmani, nalar, emosi dan rohaninya. Perkembangan yang diharapkan
dalam diri anak perlu juga dialami guru. Panggilan hidup sebagai guru itu lebih
bermakna apabila diingat bahwa perkembangan yang tidak terjadi tepat pada
waktunya dalam diri anak tidak kunjung diatasi di kemudian hari. Oleh karena itu
guru harus berbakat serta mampu mengembangkan bakat mengajar dan mampu
Dalam hal ini Froebel juga mengatakan bahwa dasar pendidikan adalah ilmu
jiwa atau lebih tepat tinjauannya terhadap gaya bertindak anak. Hakikat tinjauan itu
dapat diuraikan dalam dalil pokok: 1) anak berhak diperlakukan sebagai anak dan
bukan sebagai orang dewasa yang bertubuh pendek dan kecil; 2) orang tua ataupun
guru wajib memberi bimbingan kepada anak untuk menolongnya mencapai prestasi
50 Ibid.,. 260-263.
30
yang sesuai dengan setiap tahap perkembangannya. Prestasi dalam perkembangan
anak yang tidak dicapai tepat pada waktunya akan menghalangi pengalaman belajar
anak di kemudian hari, bahkan menghalangi ia mencapai jati diri yang tersirat dalam
dengan Allah.
sesuai dengan jati dirinya sebagai makhluk yang belum lengkap sebelum ia
a) Benih yang kelak menghasilkan kedewasaan sudah ada dalam diri anak. Jadi,
guru perlu mengembangkan bakat yang tersembunyi di dalam gen setiap anak.
b) Hubungan dari bagian dengan keutuhan, dalam arti guru memperhatikan anak
sebagai pribadi yang unik tetapi yang perlu memperoleh tempat yang sehat
dalam kelompok.
c) Batiniah didorong menjadi lahiriah, dalam arti mendidik itu mencakup usaha
imannya yang telah ada secara batin, agar menjadi kelihatan (lahiriah) berupa
buah nalar seperti pikiran, perasaan dalam bentuk seni, kekuatan anak sekolah
minggu melalui pelbagai keterampilan dan iman melalui tindakan bermoral dan
3. Penyampaian arti melalui bahasa lambang berupa obyek seperti bola, kubus,
tulisan, lagu, gambar, karena simbol tersebut mencerminkan intisari ilahi dari
31
4. Belajar dengan berbuat artinya membangun tugas belajar berarti anak dididik
bukanlah bejana pasif yang menerima apa saja dari guru, melainkan ia adalah
pendidikan anak dimana peranan guru memainkan peranan penting, bukan sebagai
seorang yang memberi jawaban, melainkan sebagai penolong yang membimbing anak
untuk memupuk kemampuannya. Oleh karena itu, seorang bakal guru yang berbakat
Minggu yang kreatif, bahwa guru sekolah minggu harus memiliki sikap atau mental
a. Menjadi teladan dimana dalam memimpin anak sekolah minggu dan mengajar,
mereka haruslah memiliki sikap yang pantas untuk ditiru, kendati pun memiliki
bakat tetapi jika tidak memiliki perilaku yang baik sebagai guru sekolah minggu
tidak akan layak disebut sebagai guru. Perlulah menjadi teladan agar bisa ditiru
b. Friendly formula: feelfriedly, sound friendly and look friendly. Guru sekolah
c. Guru sekolah minggu adalah pemimpin rohani, Pemimpin rohani harus sadar,
bahwa ia bukan aktor/ aktris atau guru biasa, melainkan ia adalah “alat”. Alat
kecil.52
32
2.5. Perspektif Alkitab Dalam Melayani Anak
Perjanjian Lama adalah firman Allah yang merupakan dasar dan otoritas
tertinggi bagi konsep, prinsip dan perilaku manusia, secara khusus pentingnya
diberikan Allah sendiri sejak zaman Abraham (Kej. 18:19), dilanjutkan pada zaman
Musa (Kel. 12:26-27) dan dipertegas kembali dalam Ulangan 4:9 ; 6:1-9; 11:18-21
yang selanjutnya juga menjadi perhatian orang-orang bijak (Ams. 1:8; 22:6; 29:17;
Pkh. 12:1).
Allah ingin agar anak-anak mengenal Penciptanya, bertemu dengan Dia dan
diubahkan menjadi ciptaan baru. Pelayanan anak sekolah Minggu tidak semata-mata
dibentuk untuk mendidik anak-anak menjadi anak- anak yang manis yang mempunyai
sikap baik budi. Itu bukan tujuan utama Tuhan bagi anak-anak. Tujuan mengajar anak
sekolah minggu ialah supaya mereka berjumpa secara pribadi dengan-Nya. Sebab apa
Pendidikan melalui pelayanan anak sekolah Minggu akan menjadi dasar pertumbuhan
rohani seorang anak untuk dapat mengenal kebenaran Alkitab, menyembah Tuhan dan
maka berarti generasi selanjutnya juga telah dimenangkan, karena mereka adalah
penerus dan pemimpin generasi yang akan datang. Dan tidak bisa disangkal bahwa
jika kita memenangkan anak-anak maka kita tahu gereja memiliki masa depan.53
sumber utama dalam mengajar. Memberikan pengajaran yang sesuai dengan Alkitab
sangat penting supaya anak belajar mengenal Allah dengan benar. Guru harus belajar
53 Bahan Pembinaan Guru Sekolah Minggu HKBP, (Distrik X Medan Aceh Angkatan ke-2, Tahun
2005) Lantai 3 Kantor Distrik Jln Uskup Agung Sugiopranoto 6 Medan.
33
untuk senantiasa setia kepada Alkitab, biasakan untuk menjadikan Alkitab sebagai
buku sumber yang paling utama dalam mengajar. Pokok-pokok kebenaran yang
diajarkan guru sekolah Minggu harus didukung oleh kebenaran dari ayat-ayat firman
Tuhan. Berikut ini adalah beberapa materi dasar yang perlu pelajari oleh guru yaitu:
penting yang tercakup di dalamnya yaitu sifat-sifat Allah, karya Allah, firman
manusia dalam dosa, hukuman Allah atas manusia berdosa, rencana keselamatan
Allah untuk manusia, serta manusia sebagai ciptaan baru yang lahir dari Allah.
penciptaan alam semesta, pemeliharaan Allah atas alam, dan kutukan Allah atas
Dalam Perjanjian Baru digambarkan bahwa Yesus adalah seorang guru yang
karismatik, dimana Ia sendiri menyebut diri-Nya guru (Mat. 23:8; Yoh. 13:13-
mereka "sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat yang biasa
mengajar mereka"(Mat 7:29). Yesus memperhatikan anak-anak kecil, suatu sifat yang
34
empunya kerajaan Allah” (Mrk. 10:14). Pengajaran yang ditampilkan oleh Yesus
merupakan warisan terbaik yang pernah ada dalam dunia pengajaran sebab Ia
Tuhan Yesus dalam pengajaran-Nya tidak terikat pula pada waktu tertentu.
Siang hingga malam, bahkan setiap saat Ia bersedia menerangkan jalan keselamatan
dan kerajaan sorga yang telah datang itu kepada siapa saja yang ingin belajar kepada-
Nya. Gaya mengajar yang dipakai Yesus antara lain ceramah, bimbingan,
lain sebagainya. Segala metode yang dipakai Yesus,masih penting dan perlu dipelajari
oleh segala guru agama masa kini. Adakalanya Tuhan Yesus bercerita dan Ia sering
berkembang menjadi pengajaran yang indah. Tetapi bukan dengan perkataan-Nya saja
menjadi teguran pada murid-murid-Nya, atau ketika Ia membasuh kaki mereka untuk
mengajar mereka supaya rendah hati.57Hal terpenting yang diperlihatkan Yesus dalam
pelayanan-Nya adalah Ia menjadi teladan bagi semua orang, sehingga setiap orang
56 Johanes Waldes Hasugian, Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Agama Kristen yang Efeketif,
(Medan: STT Sumatera Timur, 2016), 73-74.
57 Ibid.,63-69.
35
2.6. Tanggung Jawab Guru Sekolah Minggu Dalam Meningkatkan
Berdasarkan Tata Dasar dan Tata Laksana HKBP 2002 setelah amandemen
kedua (2016-2026) menguraikan syarat –syarat menjadi guru sekolah minggu serta
tugas dan tanggung jawab guru sekolah minggupada bagian ketiga Tata Laksana Bab
I pasal 5 yaitu:
Minggu jemaat.
2. Berperilaku yang pantas ditiru, tidak bercela, rajin mengikuti kebaktian atau
perkembangan pikiran, emosi, dan fisik anak-anak sekolah minggu dan proses
belajar.
6. Dipilih dalam rapat gabungan dewan koinonia dan majelis tahbisan dari antara
warga jemaat,dan ditetapkan oleh pimpinan jemaat dengan surat keputusan, serta
1. Menyusun bahan ajar tentang Firman Allah, kehidupan kekristenan dan jemaat,
58 HKBP, Tata Dasar dan Tata Laksana HKBP 2002 Setelah Amandemen Kedua HKBP 2016-2026,
(Pearaja Tarutung: Kantor Pusat HKBP, 2015), 45-46.
36
2. Menyajikan bahan ajar yang telah direncanakan kepada sekolah Minggu sesuai
dengan kelasnya.
sekolah Minggu.
berkala dan menyampaikannya kepada ketua seksi sekolah Minggu untuk dibahas
dalam rapat seksi sekolah Minggu dan selanjutnya disampaikan kepada ketua
Dalam buku E.G. Homrighausen dan I.H. Enklaar yang berjudul Pendidikan
Agama Kristen mengatakan bahwa syarat yang terutama menjadi guru sekolah
Minggu adalah mempunyai pengalaman rohani dan harus mengenal Yesus Kristus.
Batinnya harus dijamah dan diterangi oleh Roh Kudus. Guru yang paling baik
biasanya paling rendah hati meskipun pekerjaan seorang guru yang paling cakap
harus mempunyai hasrat sejati untuk menyampaikan Injil kepada anak sekolah
Minggu. Harus ada dorongan yang kuat untuk mengantar anak-anak kepada Yesus
Kristus. Ketiga, seorang guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang isi
iman Kristen. Ia harus mengenalkan Alkitab dengan baik. Untuk itu guru sekolah
Minggu perlu dididik dan dilatih sebelum mengajar anak sekolah Minggu. Keempat,
Seorang guru sekolah Minggu perlu mengetahui bagaimana iman bertumbuh dalam
59 Ibid.,46.
37
batin anak sekolah Minggu dan bagaimana iman itu berkembang dalam seluruh hidup
anak sekolah Minggu, sehingga perlu mempelajari ilmu jiwa yang berhubungan
dengan pendidikan agama Kristen. Kelima, seorang guru sekolah Minggu harus
menunjukkan kesetiaan yang sungguh kepada gerejanya. Ia sendiri harus rajin dalam
mengikuti kebaktian dan pekerjaan gereja umumnya dan tidak hanya menaruh minat
terhadap tugasnya sendiri. Terakhir adalah seorang guru harus mempunyai pribadi
Sementara tugas dan tanggung jawab guru sekolah Minggu harus menjadi
penafsir iman Kristen, menjadi seorang gembala bagi anak sekolah Minggu. Ia
menjaga dan memelihara kehidupan rohani mereka. Sebab itu adalah Perintah Yesus
segala domba-Ku”. Seorang guru sekolah Minggu harus mengenal tiap-tiap anak
sekolah Minggunya, bukan hanya namanya saja melainkan latar belakang dan
Guru sekolah Minggu harus pula menjadi seorang pedoman dan pemimpin. Ia
tidak boleh menuntun anak sekolah Minggu ke dalam kepercayaan Kristen dengan
Juruselamat dunia. Sebab itu hendaknya ia menjadi teladan yang menarik orang
penyerahan diri setiap anak sekolah Minggu kepada Yesus Kristus, agar menjadi
murud murid yang penuh kasih setia serta bertanggung jawab dalam kehidupannya
60 E.G. Homrighausen dan I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, 165-166.
71
Ibid.,164.
38
sehari hari. Hal ini jugalah sebagai indikator peningkatan spiritualitas anak anak
Sekolah Minggu.61
Adapun misi tugas Gereja yaitu “Menjadikan segala bangsa murid-Ku” (Mat.
28:19) merupakan amanat agung Tuhan Yesus bagi guru Sekolah Minggu untuk
keadilan, dan kesempurnaan, terlebih dalam memahami perintah untuk mengajar anak
anak melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat. 28:20).
Hal ini menekankan bahwa seorang guru harus mampu memahami misi-Nya kepada
Nya.62
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
61 Ibid., 164-165.
62 David J. Bosch, Transformasi Misi Kristen, Suatu Teologi Misi yang Mengubah dan Berubah,
(Jakarta: BPK-GM, 1997), 113.
39
diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel
melakukan penelitian terhadap anak anak sekolah Minggu yang dilayani oleh guru
3.3.1. Populasi
3.3.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah anak anak sekolah Minggu gereja HKBP
Hutanabolon Ressort Tukka Sibolga, berjumlah 22 orang atau disebut dengan sampel
total.
3.4. Variabel Penelitian
perubahannya atau timbulnya variable lain. Dalam penelitian ini sebagai variable
40
Variabel terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena adanya variable bebas. Dalam penelitian ini sebagai variable terikat adalah
yang dimaksud di sini adalah, anak anak sekolah Minggu gereja HKBP Hutanabolon
Pola pendidikan guru sekolah Minggu adalah pola perbuatan yang dilakukan
Meningkatnya spiritualitas anak anak sekolah Minggu tidak terlepas dari hasil
pendidikan dan pengajaran para guru Sekolah Minggu yang menghasilkan perubahan
perilaku anak. Perubahan ini terlihat dari beberapa indikator di bawah ini, antara lain:
(1) adanya hasrat dan keinginan datang ke gereja (2) adanya dorongan untuk
mempelajari Firman Tuhan (3) adanya sikap kemandirian dan kedewasaan dalam
perilaku (4) adanya sikap saling mengasihi dan menyayangi satu sama lain, terhadap
guru sekolah Minggu dan orang tua (5) adanya keseriusan dan ketekunan dalam
mendengar pengajaran dari guru sekolah Minggu (6) adanya perobahan sikap yang
terlihat dari semakin rajin berdoa dan menyanyikan nyanyian rohani (7) adanya
mengerjakan dengan baik tugas tugas yang diberikan oleh guru Sekolah Minggu.
41
a. Angket disediakan sesuai dengan jumlah anak sekolah Minggu yang akan
menjadi sampel.
d. Peneliti menjelaskan cara mengisi angket, yakni dengan mengisi data anak
sekolah Minggu (nama, usia, kelas di sekolah, jenis kelamin, anak ke, jumlah
saudara, metode pengajaran yang paling disukai dari guru sekolah Minggu)
terlebih dahulu.
mengenai angket yang telah dijelaskan oleh peneliti. Dalam angket tersebut
anak sekolah Minggu hanya diperbolehkan memilih salah satu jawaban pada
f. Bagi anak sekolah Minggu yang belum bisa membaca / kurang mengerti
selanjutnya bias dijawab dengan benar oleh anak sekolah Minggu tersebut.
sebagai berikut:
42
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah anak sekolah Minggu gereja
narasumber. Dan yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Pendeta
Tabel 3.2. Pedoman Penyekoran Angket Pola Pendidikan Guru Sekolah Minggu
43
Alternatif Pilihan Jenis Pilihan
Positif Negatif
Setuju (S) 4 2
Keterangan:
Skor jawaban tertinggi diperoleh pada anak sekolah Minggu yang memiliki sikap
skor jawaban terendah diperoleh pada anak yang memiliki sikap penerimaan positif
44
Positif Negatif
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Kurang Setuju (KS) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
Keterangan:
Skor jawaban tertinggi diperoleh pada anak yang memiliki sikap penerimaan
jawaban terendah diperoleh pada anak yang memiliki sikap penerimaan positif pada
a. Uji Validitas
atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas
rendah. Peneliti menggunakan teknik product moment (Arikunto, 2013 : 213) dengan
rumus: rxy N ∑ 𝑋𝑌 - (∑ 𝑋) (∑ 𝑌)
45
√{𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2}{𝑁 ∑ 𝑌2 − ( ∑ 𝑌)2
b. Uji Reliabilitas
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. Untuk mencari reliabilitas angket peneliti menggunakan rumus
𝐾 ∑𝜕2
R
Keterangan:
= vartans total
a. Uji Korelasi
Kiala interval, untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pemantapan pola
Rxy = N∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
46
Keterangan:
b. Uji Signifikansi
Nilai hitung kemudian dibandingkan dengan nilai tabel dengan taraf nyata
tertentu dan derajat kebebasan n - 2. Kedua variabel dikatakan atau dianggap memiliki
47
BAB IV
Pada bagian ini akan dideskripsikan gambaran tentang lokasi dan keadaan
Sumatera Utara. Gereja ini dilayani oleh Seorang Pendeta Ressort, 10 orang Penatua,
dan memiliki jemaat sebanyak 183 kepala keluarga (KK). Gereja ini memiliki luas
orang, yang mengajar anak sesuai dengan kelompok umur. Usia Balita sampai SD
belajar, terlebih dahulu dilaksanakan Ibadah bersama di dalam gereja yang dipimpin
oleh Penatua Gereja sesuai dengan Roster yang telah ditetapkan Pendeta Ressort.
Setelah Ibadah bersama, setiap guru sekolah Minggu memandu anak memasuki
melalui metode bercerita dengan topik yang telah ditentukan dari buku panduan
Gereja HKBP Hutanabolon memiliki kondisi yang aman, tentram dan nyaman
dikarenakan letaknya yang strategis, jauh dari keramaian kota. Bangunan gereja
berbentuk permanen, bersih , lantai berkeramik dan memiliki kamar mandi di samping
Pola pendidikan yang di terapkan oleh Guru Sekolah Minggu Gereja HKBP
48
demokratis. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana cara guru memberikan perhatian
penuh tanpa mengekang kebebasan anak, walaupun terkadang ada saatnya mereka
memiliki keterbatasan melihat perilaku anak yang suka ribut dan sering keluar masuk
kelas. Namun guru sekolah Minggu telah mencoba memotivasi anak dengan
pemberian hadiah bagi anak yang duduk dengan tertib selama mengikuti
pembelajaran. Namun ketika masih ada anak sekolah Minggu yang sulit diatur,
ditertibkan, maka guru sekolah Minggu akan memberi sanksi seperti membersihkan
ruangan gedung sekolah Minggu setelah ibadah selesai. Bahkan terkadang ada
beberapa guru sekolah Minggu yang melakukan pola asuh otoriter bagi anak Sekolah
Minggu kelompok 3 (SMP) yang sedang mengalami masa pubertas, sehingga sulit
diatur dan suka bertingkah, sehingga guru Sekolah Minggu membentak dan memukul
si anak tersebut karena sudah mengganggu orang lain yang serius mengikuti pelajaran
dari guru..
Berdasarkan data penelitian yang didapat dari hasil penyebaran angket tentang
pola pendidikan guru sekolah Minggu diperoleh skor tertinggi 59 dan skor terendah
32. Hasil perhitungan pada lampiran 8, diperoleh skor rata — rata ( 𝑋̅ ) = 47,04.
1. Data Pola Pendidikan Guru Sekolah Minggu pada Sub Variabel Pola
Pendidikan Demokratis
demokratis diperoleh skor tertinggi 20 dan skor terendah 10 dengan skor rata — rata
(𝑋̅) = 15, 90 .
2.Data Pola Pendidilkan Guru Sekolah Minggu Pada Sub Variabel Pola
Pendidikan Permisif
diperoleh skor tertinggi 20 dan skor terendah 9 dengan skor rata — rata (𝑋̅) = 15, 27.
49
3.Data Pola Pendidikan Guru Sekolah Minggu Pada Sub Variabel Pola
Pendidikan Otoriter
Berdasarkan hasil perhitungan data dan penelitian tentang pola pendidikan otoriter
diperoleh skor tertinggi 20 dan skor terendah 9 dengan skor rata - rata (𝑋̅) = 14.
sebagai berikut , rajin ke gereja, tekun berdoa, hormat terhadap guru dan orang tua
lebih mandiri dan bertanggung jawab dalam menghadapi masalah, lebih senang
bekerjasama dalam mengerjakan tugas, lebih berani memimpin doa dalam kegiatan
ibadah, lebih patuh terhadap perintah guru dan orangtua Meningkatnya spiritualitas
anak sekolah Minggu HKBP Hutanabolon Ressort Tukka Sibolga cenderung tinggi
atau baik hal ini dapat dilihat dengan bagaimana anak semangat dalam mengikuti
proses pembelajaran di gereja , berperan aktif dan antusias dalam mengerjakan soal
skor tertinggi 63 dan skor terendah 64. Hasil perhitungan statistik dasar pada lampiran
Dalam penelitian ini ada dua hipotesis yang akan diuji yaitu pengujian
hipotesis dengan teknik analisis koefisien korelasi Product Moment dan pengujian
hipotesis dengan uji - t. Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 9 dan 10,
diperoleh koefisien korelasi antara pola asuh guru sekolah Minggu ( X ) dengan
jumlah responden sebanyak 22 orang sebesar 0,423 pada taraf signifikan a = 0,05.
Dengan demikian jumlah rxy > r tabel yaitu = 0,823 > 0, 423 selanjutnya dilakukan
50
uji keberartian koefisien korelasi antara pola pendidikan guru sekolah Minggu ( X )
2,086 . ini berarti thitung > ttabel yaitu ( 6,678 > 2,086 ). Sesuai dengan kriteria
penerimaan dan penolakan hipotesis, maka hipotesis yang diajukan dapat diterima
Ressort Tukka Sibolga dan dalam kriteria korelasi termasuk kedalam korelasi tinggi.
a.Data pola pendidikan guru sekolah Minggu demokratis yang ada di gereja HKBP
Hutanabolon Ressort Tukka Sibolga rata — rata sebesar 15,90 atau tergolong baik
ditinjau dari bagaimana cara guru guru Sekolah Minggu mendidik anak sekolah
b. Data pola pendidikan guru sekolah Minggu permisif yang ada di HKBP
Hutanabolon Ressort Tukka Sibolga rata - rata sebesar 15,27 atau tergolong baik
ditinjau dari bagaimana cara guru sekolah Minggu mendidik anak sekolah Minggu.
Sikap guru sekolah Minggu memberikan kebebasan pada anak untuk berprilaku
sesuai dengan apa yang diinginkan serta memberi penghargaan terhadap anak yang
tertib, rajin dan displin membuat anak sekolah Minggu semakin berperilaku baik
dan displin.
c. Data pola pendidikan guru sekolah Minggu yang otoriter yang ada di HKBP
Hutanabolon Ressort Tukka Sibolga rata - rata sebesar 14 atau tergolong baik
ditinjau dari bagaimana cara guru sekolah Minggu mendidik anak sekolah Minggu
51
tidak terlalu menekan anak serta memberikan kebebasan berpendapat terhadap
anak.
d. Data motivasi belajar siswa yang dikumpulkan menggunakan angket diperoleh rata
— rata skor sebesar 54, 18 atau tergolong baik, hal ini dapat dilihat dengan bagaimana
anak sekolah Minggu semangat dalam mengikuti proses pembelajaran, berperan aktif
dan antusias dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru sekolah Minggu..
e. Hasil pengujian hipotesis diperoleh rxy > r tabel yaitu 0,823 > 0, 423 dan thitung >
ttabel yaitu 6,678 > 2,086 sehingga dapat disimpulkan bahwa pola asuh guru
Hal ini memberikan makna bahwa semakin baik pola pendidikan guru sekolah
Minggu yang diterapkan terhadap anak sekolah Minggu maka semakin baik pula
spiritualitas anak sekolah Minggu . Hasil penelitian yang dilakukan, yaitu guru
pola asuh guru sekolah Minggu yang dijadikan responden tergolong baik dengan rata
-- rata skor 47,04. Hasil analisis jawaban angket guru sekolah Minggu tampak bahwa
guru sekolah Minggu mendidik anak sekolah Minggu mereka dengan pola pendidikan
yang demokratis. Dimana guru sekolah Minggu selatu melibatkan anak sekolah
Demikian halnya dengan spiritualitas anak sekolah Minggu dari hasil analisis
angket diperoleh rata — rata sebesar 54,18 atau tergolong baik. Ini terlihat dari
pembelajaran, berperan aktif dan antusias dalam mengerjakan soal yang diberikan
oleh guru. Hasil penelitian yang telah dilakukan mengungkapkan bahwa pemantapan
pola pendidikan guru sekolah Minggu memiliki hubungan yang signifikan dengan
52
Sibolga.. Hal ini dibuktikan dari hasil perhitungan korelasi product moment, untuk rxy
> r tabel yaitu 0,823 > 0, 423 dan thitung > ttabel yaitu 6,678 > 2,086.
Kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan sekaligus Monks, dkk
(dalam Ilahi 2013 : 134) "memberikan pengertian pola asuh sebagai guru sekolah
Minggu harus senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayang sehingga anak
sekolah Minggu semakin memiliki iman dan spiritualitas yang tinggi, berkarakter
lingkungannya.
peningkatan spiritualitas anak sekolah Minggu.. Dimana guru sekolah Minggu yang
menerapkan pola asuh demokratis mendorong anak sekolah Minggu lebih beriman
berprestasi, anak menjadi percaya diri, mandiri, imajinatif, mudah beradaptasi, kreatif,
dan disukai banyak orang serta responsif'. Pola pendidikan yang diterapkan guru
peningkatan soiritualitas anak sekolah Minggu. Karena itu, pola pendidikan guru
sekolah Minggu.
dan teori yang ada, terbukti bahwa pemantapan pola asuh guru sekolah Minggu
Minggu.
BAB V
5.1. Kesimpulan
53
Setelah membahas topik di atas melalui hasil penelitian yang telah dilakukan
serta dari temuan-temuan dan data-data yang diperoleh, maka penulis membat
Minggu.
sekolah Minggu
(Y) terdapat hubungan yang signifikan antara penetapa pola asuh guru sekolah
HKBP Hutanabolon Ressort Tukka Sibolga dengan rxy > r table yaitu 0,823>
0,423.
ʈ Dengan analisa data uj ʈ kedua variable diperoleh harga ʈhitung > ʈtabel
54
yaitu 6,678 > 2,086, sehingga diperoleh hasil hipotesa alternative (Ha)
diterima.
pembekalan bagi para guru sekolah Minggu, melalui sermon yang terjadwal
pendampingan bagi anak sekolah Minggu menjadi sebuah motivasi anak untuk
3. Bagi Orangtua anak sekolah Minggu yang ada di HKBP Hutanabolon Ressort
memotivasi anak lebih rajin dan semangat mengikuti ibadah sekolah Minggu,,
demi membangun karakter unggul, kreatif dan takut akan Tuhan, serta hormat
dan taat kepada guru dan Orang tua dalam kasih dan sayang.
5. Sebagai bahan masukan pagi peneliti agar diperoleh hasil yang lebih
menyeluruh dan akurat sebagai kontribusi yang dapat mengobah objek yang
DAFTAR PUSTAKA
55
Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 10.
Bahan Pembinaan Guru Sekolah Minggu HKBP, (Distrik X Medan Aceh Angkatan
ke-2, Tahun 2005) Lantai 3 Kantor Distrik Jln Uskup Agung Sugiopranoto 6
Medan.
David J. Bosch, Transformasi Misi Kristen, Suatu Teologi Misi yang Mengubah dan
Berubah, (Jakarta: BPK-GM, 1997), 113.
HKBP, Tata Dasar dan Tata Laksana HKBP 2002 Setelah Amandemen Kedua HKBP
2016-2026, (Pearaja Tarutung: Kantor Pusat HKBP, 2015), 45-46.
Julianus Mojau, Apa Itu Teologi, Pengantar Dalam Ilmu Teologi, (Jakarta: BPK-GM,
2007), 29.
Junihot Simanjuntak, 36.
56
Junihot Simanjuntak, Setiap Anak Bisa Pintar, Prinsip dan Metode Pembelajaran
Terarah bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Yogyakarta: Andi, 2012), 9-10.
Midian K.H Sirait, Peta Pelayanan HKBP Distrik X Medan Aceh, (Medan: Tried
Rogate Printing, 2008), 3.
Novelina Laheba, Guruku Sahabatku, Panduan Mengajar Kreatif untuk Guru Sekolah
Minggu, (Yogyakarta: Andi, 2007), 12.
Novelina Laheba, Guruku Sahabatku, Panduan Mengajar Kreatif untuk Guru Sekolah
Minggu, (Yogyakarta: ANDI, 2007), 11.
Palulus lie, Mengajar Sekolah Minggu yang kreatif, (Yogyakarta: ANDI, 1997 ), 108.
Purnawan Kristanto, Cara Jitu Bikin Seru Di Sekolah Minggu Kumpulan Permainan
Untuk Anak-Anak Berdasarkan Pendekatan Multiple Intelligence,
(Yogyakarta: Gloria Graffa, 2011), hlm.10-11.
57
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Libri-BPK-GM, 2012), 42.
Siswanto, Mengajar Dengan Metode 4M, (Jakarta: BPK-GM, 2013), 3.
Soerjono Soekanto, Anak dan Pola Perilakuannya, (Jakarta: BPK-GM, 1985), 20-21.
Stephen Tong, Arsitek Jiwa I Guru Sekolah Minggu dan Guru Agama Kristen,
(Surabaya: Momentum Christian Literature, 2009), 53-54.
Susanto Leo, Kiat Sukses Mengelola dan Mengajar Sekolah Minggu, (Yogyakarta:
ANDI, 2008), 176.
Widi Artanto, Gereja dan Misi-Nya, Mewujudkan Kehadiran Gereja dan Misi-Nya di
Indonesia, (Yogyakarta: Yayasan Taman Pusaka Kristen Indonesia,2015), 111.
58