Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

MASALAH UTAMA KEJANG DEMAN ( FEBRILE CONVULSIONS )

PADA PASIEN AN. A RUANGAN AZALEA KAMAR 5

RSUD BATARA GURU BELOPA

DI SUSUN OELEH

NAMA : MITA NATALIA

NIM : 2020029

KELAS : CARDIO

CI LAHAN CI INSTITUSI

…………… ………………..

MAHASISWA

………………

DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN SAWERIGADING PEMDA LUWU

TAHUN AJARAN 2022 – 2023


LAPORAN PENDAHULUANN

KEJANG DEMAM ( FEBRILE CONVULSIONS )

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi Pengertian
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat
dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan,
(Betz & Sowden, 2002). Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38ºC) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
dijumpai pada anak terutama pada golongan anak berumur 6 bulan sampai 4 tahun.
Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam
(Ngastiyah, 2014). Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan
perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan
sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang.
Kejang Demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering ditemukan
pada anak, hal ini terutama pada rentang usia 4 bulan sampai 4 tahun. Kejang demam
merupakan gangguan transien pada anak-anak yang terjadi bersamaan dengan demam.
Keadaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering dijumpai
pada masa kanak-kanak dan menyerang sekitar 4% anak. Pada setiap anak memiliki
ambang kejang yang berbeda-beda, hal ini tergantung dari tinggi serta rendahnya
ambang kejang seorang anak. Anak dengan kejang rendah, kejang dapat terjadi pada
suhu 38ºC, tetapi pada anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru akan terjadi
pada suhu 40ºC atau bahkan lebih.
2. Etiologi

Penyebab dari kejang demam menurut Wulandari & Erawati (2016) diantaranya
sebagai berikut.

a. Faktor genetika
Faktor keturunan memegang penting untuk terjadinya kejang demam 25-50 %
anak yang mengalami kejang memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami
kejang demam sekurang-kurangnya sekali.

b. Infeksi
1) Bakteri diantaranya penyakit pada traktus respiratorius (pernapasan),
pharyngitis (radang tenggorokan), tonsillitis (amandel), dan otitis media
(infeksi telinga).
2) Virus diantaranya varicella (cacar), morbili (campak), dan dengue (virus
penyebab demam berdarah ).
c. Demam
Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit dengan
demam atau pada waktu demam tinggi.

d. Gangguan Metabolisme
Hipoglikemia, gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengan
riwayat diare sebelumnya.

e. Trauma
Kejang demam dapat terjadi karena trauma lahir dan trauma kepala.

3. Fatofisiologi
Menurut Staff pengajar FKUI (2005: 847) sumber energi otak adalah glukosa
yang melalui proses oksidasi menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran
yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu
ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah

oleh ion kalium (K+) yang sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CL-). Akibatnya konsentrasi kalium dalam
sel neuron tinggi dan konsentrasi natrium rendah, dan di luar sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar
sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran
dari neuron. Untuk menjaga keseinibangan potensial ini diperlukan energi dan
bantuan enzim Na-K-ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisms basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20 %. Pada,
usia 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan
dengan orang dewasa hanya 15%. Sehingga kenaikan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan terjadi difusi ion
kalium maupun natrium melalui membran, akibatnya terjadi lepas muatan listrik.
Lepas muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh
sel maupun ke membran sekitarya dan dengan bantuan neurotransmitter
mengakibatkan terjadinya kejang.
Pathway
4. Klasifikasi

Menurut Prichard dan Mc Greal (Lumbantobing,2001:24) kejang demam


dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Kejang demam sederhana.


Ciri-ciri kejang demam sederhana adalah:
1) Kejang bersifat simetris.
2) Usia penderita antara 6 bulan sampai 4 tahun.
3) Suhu 100°F (37,78°C) atau lebih.
4) Lamanya kejang berlangsung kurang dari 3 menit.
5) Keadaan neurologi (fungsi syaraf) normal dan setelah kejang juga
normal.
6) EEG yang dibuat setelah tidak demam adalah normal.
b. Kejang demam tidak khas.
Kejang demam yang tidak sesuai dengan ciri-ciri tersebut diatas digolongkan
sebagai kejang demam tidak khas.
Menurut Livingston (Lumbantobing,2001:14) mengklasifikasikan kejang
demam sebagai berikut.

a. Kejang demam sederhana.


Ciri-ciri kejang demam sederhana adalah:
1) Kejang bersifat umum.
2) Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit).
3) Usia waktu kejang pertama muncul kurang dari 6 tahun.
4) Frekuensi bangkitan kejang 1-4 kali dalam 1 tahun.
5) EEG normal.
b. Epilepsi yang dicetuskan oleh kejang.
Kejang demam yang tidak sesuai dengan ciri-ciri tersebut diatas disebut
oleh Livingston sebagai epilepsi yang dicetuskan kejang.
Menurut Fukuyama (Lumbantobing, 2001:25) menggolongkan kejang demam
sebagai berikut.

a. Kejang demam sederhana


Kejang demam sederhana harus memenuhi semua kriteria berikut.
1) Keluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi.
2) Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun.
3) Serangan kejang yang pertama terjadi antara usia 6 bulan sampai 6
tahun.
4) Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit. e. Kejang tidak
bersifat lokal.
5) Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang.
6) Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologic atau
abnormalitas perkembangan.
7) Kejang tidak berulang dalam waktu singkat.
b. Kejang demam kompleks
Bila ciri-ciri kejang demam tidak memenuhi kriteria diatas maka
digolongkan kejang demam kompleks.

5. Pemeriksaan Diagnostic

Pemeriksaan minimum untuk kejang tanpa demam pada anak menurut


Ngastiyah (2000: 233) meliputi:

a. Glukosa puasa: Batas normalnya lebih dari 10 g/dl. Hipoglikemia dapat


menjadi faktor presipitasi kejang.
b. Kalium: Batas normal kalium laki-laki 1,0 - 1,2 mmol/ L. Bila ada kerusakan
jaringan, kalium akan keluar dari sel dan masuk ke dalam cairan ekstraseluler.
Jika penurunan kalium dalam urine dapat menunjukan hiperkalemia (serum
kalium meningkat) dan sebaliknya.
c. Natrium : Batas normal natrium laki-laki 135 - 145 mmol/ L. Pada cairan
ekstraseluler kadar natrium urine biasanya rendah dan kadar natrium serum
rendah tidak normal / normal akibat memodilusi atau kadar meningkat.
d. EEG (Elektroensefalografi) adalah suatu cara untuk melokalisasi daerah
serebral yang tidak berfungsi dengan baik, mengukur aktivitas otak.
Gelombang otak untuk menentukan karakteristik dari gelombang pada masing-
masing tipe dari aktifitas kejang.
Pemeriksaan scan CT adalah suatu prosedur yang digunakan untuk
mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak
dan

6. Gelaja Klinis

Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,


berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, klonik, fokal,
atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti, anak tidak
memberi reaksi apapun sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun
dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti oleh hemiparesis
sementara (Hemiparesis Todd) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari.
Kejang unilateral yang lama diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang
yang berlangsung lama sering terjadi pada kejang demam yang pertama.
Durasi kejang bervariasi, dapat berlangsung beberapa menit sampai lebih dari 30
menit, tergantung pada jenis kejang demam tersebut. Sedangkan frekuensinya dapat
kurang dari 4 kali dalam 1 tahun sampai lebih dari 2 kali sehari. Pada kejang demam
kompleks, frekuensi dapat sampai lebih dari 4 kali sehari dan kejangnya berlangsung
lebih dari 30 menit. 
Adapun gejala kejang demam diantaranya sebagai berikut.
a. Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang tejradi secara
tiba-tiba)
b. Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada
anak-anak yang mengalami kejang demam)
c. Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung
selama 10-20 detik)
d. Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya
berlangsung selama 1-2 menit)
e. Lidah atau pipinya tergigit
f. Gigi atau rahangnya terkatup rapat
g. Inkontinensia (mengompol)
h. Gangguan pernafasan
i. Apneu (henti nafas)
j. Kulitnya kebiruan
Setelah mengalami kejang, biasanya akan terjadi beberapa hal diantaranya sebagai
berikut :
a. Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama 1 jam atau
lebih
b. Terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi)-sakit kepala
c. Mengantuk
d. Linglung (sementara dan sifatnya ringan)
7. Komplikasi
a. Aspirasi
b. Asfiksi
c. Retardasi mental
d. Komplikasi tergantung pada :
1) Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.
2) Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita
demam kejang.
3) Kejang berlangsung lama atau kejang tikal.
B. KONSEP ASUHANN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk
mengenal masalah klien agar dapat memberi arahan kepada tindakan keperawatan
tahap pengkajian terjadi dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data pengelompokan
data dan perumusan diagnosa keperawatan
a. Riwayat keperawatan
 Identitas
Nama : An. A
Usia : 1 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Suku bangsa : Indonesia
Alamat : marinding

 Keluhan utama
Demam, BAB encer

 Riwayat penyakit sekarang


Kejang demam ( febrile convulsions )

 Riwayat penyakit keluerga


Ibu klien mengatakan tidak ada keluarga memiliki penyakit yang sama

b. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali. Adakah dispersi bentuk kepala.
Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar
cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum.

2. Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut.
Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang,
kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan
rasa sakit pada pasien.

3. Muka/ Wajah.
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis
tertinggal bila anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi
sehat. Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, strimus. Apakah ada
gangguan nervus cranial.

4. Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan
ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva.

5. Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya
infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar
cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.

6. Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung. Polip yang menyumbat jalan
napas. Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya.

7. Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus. Adakah cynosis. Bagaimana keadaan lidah.
Adakah stomatitis. Berapa jumlah gigi yang tumbuh. Apakah ada caries
gigi .

8. Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil. Adakah tanda-tanda infeksi
faring, cairan eksudat.

9. Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid. Adakah
pembesaran vena jugulans.

10. Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale. Pada
auskultasi, adakah suara napas tambahan.
11. Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya. Adakah bunyi
tambahan . Adakah bradicardi atau tachycardia.

12. Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen .
Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus. Adakah tanda meteorismus.
Adakah pembesaran lien dan hepar.

13. Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya. Apakah
terdapat oedema, hemangioma. Bagaimana keadaan turgor kulit.

14. Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang.
Bagaimana suhunya pada daerah akral.

15 Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-
tanda infeksi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA 1 ( HIPERTERMIA )
A. Definisi
Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh diatas rentangnormal tubuh.

B. Gejala dan tanda mayor


- Data subjektif
( tidak tersedia )
- Data objektif
1. Suhu tubuh diatas nilai normal

Gejala dan tanda minor

- Data subjektif
( tidak tersedia )
- Data objektif
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat

C. Kondisi klinis terkait


1. Proses infeksi
2. Stroke
3. Dehidrasi
4. Trauma
5. Prematurutas

DIAGNOSA 2 HIPOVOLEMIA

a. Definisi
Penurunan volume cairan indravaskuler, interstial, dan indrasaluler

b. Penyebab
1. Kehilangan cairan aktif
2. Kegagalan mekanisme regulasi
3. Peningkatan permeabilitas kapiler
4. Kekurangan intake cairan
5. Evaporasi
c. Gejala dan tanda mayor
- Data subjektif
( tidak tersedia )
- Data objektif
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan darah menurun
4. Turgo kulit menurun
5. Membrane mukosa kering
6. Volume uren menurun
7. Hematocrit meningkat

Gejala dan dan minor

- Data subjektif
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus
-Data objektif
1. Pengisian vena menurun
2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin meningkat
5. Berat badan turun tiba-tiba
d. Kondisi klinis terkait
1. Penyakit Addison
2. Trauma/pendarahan
3. Lika bakart
4. AIDS
5. Penyakit crohn
6. Muntah
7. Diare
8. Colitis ulseratf
9. hipoalbuminemia
C. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA 1 ( HIPERTERMIA )

TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI KEPERAWATAN


HASIL ( SIKI )
( SLKI )
Setelah dilakukan asuhan MANAJEMEN HIPERTERMIA
keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
jam diharapkan Hipertermia - Identifikasi peyebab hipertermia (mis,
membaik dengan kriteria hasil dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
- Suhu tubuh membaik penggunaan inkibator)
- Kejang menurun - Monitor suhu tubuh
Terapeutik :
- sediakan lingkungan yang dingin
- basahi dan kipasi permukaan tubuh
- lakukan pendinginan sksternal (mis, selimut
hipotemia atau kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen, asila)
Kolaborasi :
- kolaborasi pemberian cairan dan eletrolit
intravena,jika perlu.

TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI KEPERAWATAN


HASIL ( SIKI )
( SLKI )

Setelah dilakukan asuhan Manajemen hipovolemia


keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
jam diharapkan hipovolemia - Periksa tanda dan gejala hipovolemia ( mis,
membaik dengan kriteria hasil frekuensi nadi meningkat, jnadi teraba lemah,
: membrane mukosa kering, turgor kulit menurun,
- Intake cairan membaik volume urin menurun, lemah)
- Turgor kulit Terapeutik
meningkat - berikan asupan cairan oral
- Membran mukosa -
membaik Kolaborasi
- Perasaan lemah - kolaborasi pemberian cairan IV isotanis ( mis,
menurun NaCl, RL )
DIAGNOSA 2 ( HIPOVOLEMIA )

Anda mungkin juga menyukai