Mengabarkan Injil sudah merupakan tanggungjawab setiap
orang percaya baik secara langsung maupun tidak langsung. Hanya saja masih ada pemahaman di antara kita bahwa mengabarkan Injil itu hanya ditugaskan kepada kepada Pelayan Khusus padahal setiap orang percaya atau setiap anggota sidi jemaat diberi tugas untuk mengabarkan injil. Karena itu kita tetap konsisten dalam pelayan tanpa memperhitungkan apa, berapa, bagaimana dan dimana pelayanan itu dilaksanakan, karena yang utama bagi kita adalah mewartakan Injil Yesus Kristus. Kesempatan mewartakan Injil dirasakan sebagai sebuah kehormatan dan sudah merupakan upah baginya dalam pelayanannya.
Saudara-saudara yang diberkati Tuhan
Bacaan kita minggu ini 1 Korintus 9:1-18 dimana Jemaat di Korintus terdiri dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan politik termasuk kepercayaan kerena berada di posisi yang strategis dari aspek geografis. Korintus sebagai kota pelabuhan yang banyak didatangi orang dari berbagai daerah yang mempengaruhi gaya hidup dan pembiayaan kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini dirasakan dalam kehidupan berjemaat, apalagi hadirnya berbagai pemberita Injil yang menuntut penghargaan secara material. Mereka bukan hanya mementingkan keuntungan finansial, tetapi juga mempersoalkan keabsahan kerasulan rasul Paulus. Soal hak-haknya, tanggungjawabnya dan legalitasnya sebagai pemberita Injil. Dalam Pasal ini, Paulus menyampaikan pembelaan dirinya. Bahwa ia adalah seorang rasul dan seorang yang bebas, tidak terikat kepada siapapun; bahwa ia telah melihat Yesus sebagai bukti syarat kerasulan. Sekalipun orang lain tidak mengakuinya sebagai rasul, tapi bagi jemaat Korintus, ia adalah seorang rasul karena adanya jemaat Korintus adalah meterai atau bukti kerja kerasulannya (ayat 1-3) Sebagai pembelaan, Paulus juga berbicara tentang hak-haknya. Bahwa ia mempunyai hak untuk makan dan minum, juga membawa isteri Kristen dalam pelayanannya sama seperti rasul-rasul lain dan saudara-saudara yang lain termasuk Kefas. Paulus mempertanyakan, atau hanya ia dan Barnabas yang tidak mempunyai hak untuk dibebaskan dari pekerjaan tangan, lebih khusus lagi tentang hak memenuhi kebutuhan hidupnya dalam pelayanan. Baginya siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri? Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya? Atau siapakah yang menggembalakan kawanan domba dan yang tidak minum susu domba itu? Hal ini berarti bahwa Paulus berhak mendapatkan pemenuhan kebutuhan dari pelayanannya. Hal-hal ini sudah diatur dalam hukum Taurat. Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: "Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik! " Ini berarti bukan lembu yang Allah perhatikan, yaitu para pembajak bahwa para pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya. Paulus menyampaikan argumentasi atas hak-haknya, apalagi ia telah menaburkan benih rohani sebagaimana orang lain mendapatkan haknya dari mereka. Tapi Paulus tidak menggunakan hak itu, sebaliknya ia menanggung segala sesuatu supaya tidak ada rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus, walaupun Tuhan telah menetapkan haknya sebagai pelayan mezbah dan sebagai pemberita Injil. Malahan ia lebih suka mati daripada menerima hak-haknya. Baginya memberitakan injil adalah tugasnya karena celakalah ia kalau tidak memberitakan injil. Dan bagi Paulus bahwa upahnya adalah bahwa ia boleh memberitakan injil tanpa upah dan tidak menggunakan haknya sebagai pemberita Injil.
Saudara-saudara yang diberkati Tuhan,
Setiap orang termasuk pelayan Tuhan mempunyai kebutuhan
dasar yakni sandang, pangan dan papan. Di samping itu kebutuhan- kebutuhan lainnya yang harus dipenuhi. Itulah sebabnya setiap orang akan berusaha memenuhinya bagaimanapun caranya. Sehingga setiap orang berusaha mendapatkan upahnya dalam setiap melakukakan pekerjaan. Walaupun demikian diharapkan tidak menghalalkan segala cara dan tidak mengabaikan tugas-tugas pekabaran injil. Pekabaran injil adalah tugas semua orang percaya. Oleh sebab itu dalam pekabaran injil perlu memperhatikan etika pelayanan supaya tidak terdapat batu sandungan dalam pelaksanaannya. Misalnya jemaat atau pelayan khusus membeda- bedakan, menonjolkan atau saling menjatuhkan orang atau kelompok pekabar injil lainnya. Atau pelayan pekabaran injil menjadikan pelayanan pekabaran injil semacam “ladang” mencari prestasi dan prestise atau untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan material lainnya. Secara khusus, para pelayan Tuhan, tidak boleh menjadikan upah pekabaran injil menjadi penghalang dalam pekabaran injil supaya injil dapat didengar oleh banyak orang. Misalnya ada pelayan Tuhan yang menghitung untung dan ruginya mengabarkan injil di kota dan desa. Bahkan ada yang tidak mau mengabarkan Injil ke daerah pedalaman termasuk ke pulau-pulau karena fasilitas terbatas dan upah pelayanan yang kecil. Jika hal ini terjadi, maka dapat dipastikan para pelayan Tuhan tidak melayani dengan segenap hati, selain daripada melayani diri mereka sendiri. Yakinlah dengan kita suka memberitakan Injil pasti ada berkat yang Tuhan berikan kepada kita. (Band. Matius 6:33). Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Mengabarkan Injil adalah tugas mulia yang diberikan Tuhan.
Setiap orang percaya yang melaksanakan tugas mulia ini, adalah teman sekerja-Nya. Oleh sebab itu, marilah kita syukuri kepercayaan yang Tuhan berikan bagi kita ini. Dan mari kita mengabarkan injil, mulai dari dalam keluarga kita masing-masing, juga di jemaat, di tengah masyarakat; di darat, di kepulauan, di desa, di kota dan dimanapun kita pergi dan berada sesuai dengan talenta-talenta yang Tuhan anugerahkan bagi kita. Dan nikmatilah pelayanan pekabaran Injil yang kita lakukan sebagai upah yang diberikan Tuhan bagi kita. Amin.