Anda di halaman 1dari 3

KHOTBAH UNTUK MINGGU 8 SD 14 MEI 2022

Tema : “Mengabarkan Injil Adalah Upahku”

1 Korintus 9:1-18

Saudara-saudara yang diberkati Tuhan.

Mengabarkan Injil sudah merupakan tanggungjawab setiap


orang percaya baik secara langsung maupun tidak langsung. Hanya
saja masih ada pemahaman di antara kita bahwa mengabarkan Injil itu
hanya ditugaskan kepada kepada Pelayan Khusus padahal setiap
orang percaya atau setiap anggota sidi jemaat diberi tugas untuk
mengabarkan injil. Karena itu kita tetap konsisten dalam pelayan
tanpa memperhitungkan apa, berapa, bagaimana dan dimana
pelayanan itu dilaksanakan, karena yang utama bagi kita adalah
mewartakan Injil Yesus Kristus. Kesempatan mewartakan Injil
dirasakan sebagai sebuah kehormatan dan sudah merupakan upah
baginya dalam pelayanannya.

Saudara-saudara yang diberkati Tuhan


Bacaan kita minggu ini 1 Korintus 9:1-18 dimana Jemaat di
Korintus terdiri dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, budaya
dan politik termasuk kepercayaan kerena berada di posisi yang
strategis dari aspek geografis. Korintus sebagai kota pelabuhan yang
banyak didatangi orang dari berbagai daerah yang mempengaruhi
gaya hidup dan pembiayaan kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini
dirasakan dalam kehidupan berjemaat, apalagi hadirnya berbagai
pemberita Injil yang menuntut penghargaan secara material. Mereka
bukan hanya mementingkan keuntungan finansial, tetapi juga
mempersoalkan keabsahan kerasulan rasul Paulus. Soal hak-haknya,
tanggungjawabnya dan legalitasnya sebagai pemberita Injil. Dalam
Pasal ini, Paulus menyampaikan pembelaan dirinya. Bahwa ia adalah
seorang rasul dan seorang yang bebas, tidak terikat kepada
siapapun; bahwa ia telah melihat Yesus sebagai bukti syarat
kerasulan. Sekalipun orang lain tidak mengakuinya sebagai rasul, tapi
bagi jemaat Korintus, ia adalah seorang rasul karena adanya jemaat
Korintus adalah meterai atau bukti kerja kerasulannya (ayat 1-3)
Sebagai pembelaan, Paulus juga berbicara tentang hak-haknya.
Bahwa ia mempunyai hak untuk makan dan minum, juga membawa
isteri Kristen dalam pelayanannya sama seperti rasul-rasul lain dan
saudara-saudara yang lain termasuk Kefas. Paulus mempertanyakan,
atau hanya ia dan Barnabas yang tidak mempunyai hak untuk
dibebaskan dari pekerjaan tangan, lebih khusus lagi tentang hak
memenuhi kebutuhan hidupnya dalam pelayanan. Baginya siapakah
yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri? Siapakah
yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya? Atau
siapakah yang menggembalakan kawanan domba dan yang tidak
minum susu domba itu? Hal ini berarti bahwa Paulus berhak
mendapatkan pemenuhan kebutuhan dari pelayanannya. Hal-hal ini
sudah diatur dalam hukum Taurat. Sebab dalam hukum Musa ada
tertulis: "Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang
mengirik! " Ini berarti bukan lembu yang Allah perhatikan, yaitu para
pembajak bahwa para pembajak harus membajak dalam pengharapan
dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh
bagiannya. Paulus menyampaikan argumentasi atas hak-haknya,
apalagi ia telah menaburkan benih rohani sebagaimana orang lain
mendapatkan haknya dari mereka. Tapi Paulus tidak menggunakan
hak itu, sebaliknya ia menanggung segala sesuatu supaya tidak ada
rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus, walaupun Tuhan telah
menetapkan haknya sebagai pelayan mezbah dan sebagai pemberita
Injil. Malahan ia lebih suka mati daripada menerima hak-haknya.
Baginya memberitakan injil adalah tugasnya karena celakalah ia kalau
tidak memberitakan injil. Dan bagi Paulus bahwa upahnya adalah
bahwa ia boleh memberitakan injil tanpa upah dan tidak
menggunakan haknya sebagai pemberita Injil.

Saudara-saudara yang diberkati Tuhan,

Setiap orang termasuk pelayan Tuhan mempunyai kebutuhan


dasar yakni sandang, pangan dan papan. Di samping itu kebutuhan-
kebutuhan lainnya yang harus dipenuhi. Itulah sebabnya setiap orang
akan berusaha memenuhinya bagaimanapun caranya. Sehingga
setiap orang berusaha mendapatkan upahnya dalam setiap
melakukakan pekerjaan. Walaupun demikian diharapkan tidak
menghalalkan segala cara dan tidak mengabaikan tugas-tugas
pekabaran injil. Pekabaran injil adalah tugas semua orang percaya.
Oleh sebab itu dalam pekabaran injil perlu memperhatikan etika
pelayanan supaya tidak terdapat batu sandungan dalam
pelaksanaannya. Misalnya jemaat atau pelayan khusus membeda-
bedakan, menonjolkan atau saling menjatuhkan orang atau kelompok
pekabar injil lainnya. Atau pelayan pekabaran injil menjadikan
pelayanan pekabaran injil semacam “ladang” mencari prestasi dan
prestise atau untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan material
lainnya. Secara khusus, para pelayan Tuhan, tidak boleh menjadikan
upah pekabaran injil menjadi penghalang dalam pekabaran injil
supaya injil dapat didengar oleh banyak orang. Misalnya ada pelayan
Tuhan yang menghitung untung dan ruginya mengabarkan injil di
kota dan desa. Bahkan ada yang tidak mau mengabarkan Injil ke
daerah pedalaman termasuk ke pulau-pulau karena fasilitas terbatas
dan upah pelayanan yang kecil. Jika hal ini terjadi, maka dapat
dipastikan para pelayan Tuhan tidak melayani dengan segenap hati,
selain daripada melayani diri mereka sendiri. Yakinlah dengan kita
suka memberitakan Injil pasti ada berkat yang Tuhan berikan kepada
kita. (Band. Matius 6:33). Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan
kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,

Mengabarkan Injil adalah tugas mulia yang diberikan Tuhan.


Setiap orang percaya yang melaksanakan tugas mulia ini, adalah
teman sekerja-Nya. Oleh sebab itu, marilah kita syukuri kepercayaan
yang Tuhan berikan bagi kita ini. Dan mari kita mengabarkan injil,
mulai dari dalam keluarga kita masing-masing, juga di jemaat, di
tengah masyarakat; di darat, di kepulauan, di desa, di kota dan
dimanapun kita pergi dan berada sesuai dengan talenta-talenta yang
Tuhan anugerahkan bagi kita. Dan nikmatilah pelayanan pekabaran
Injil yang kita lakukan sebagai upah yang diberikan Tuhan bagi kita.
Amin.

Anda mungkin juga menyukai