Anda di halaman 1dari 1

Bahan Sermon GKPI Sei.

Pagar 05 Februari 2021


1 Korintus 9 : 16 - 23

I. Pendahuluan
Banyak yang terjadi di kalangan kita, orang Kristen suka menilai, mengukur atau membanding-bandingkan
hamba Tuhan yang melayani di gereja masing-masing. Berbagai faktor digunakan untuk menilai siapakah di
antara mereka yang layak disebut sebagai hamba Tuhan yang berhasil, hebat, berpengaruh, banyak karunia,
terkenal dan sebagainya.

II. Pembahasan
Paulus menyadari kebenaran yang menggetarkan hati ini: tidak menginjil berarti mendatangkan celaka
atas dirinya sendiri. Menginjil bukanlah tindakan yang mendatangkan pahala, tidak perlu banggakan diri, karena
itu cuma menjalankan kewajiban (keharusan). Tidak menginjil itulah yang celaka, karena berarti mengabaikan
kewajiban. Sementara kita berpikir menginjil adalah melepaskan orang lain dari murka Allah, kita lupa bahwa
menginjil sebenarnya juga melepaskan diri sendiri dari “murka” Allah yang lain.

Mengapa celaka jika kita tidak memberitakan Injil ?

Pertama Karena memberitakan Injil adalah kewajiban setiap orang Kristen (1 Kor 9:16).
Paulus memakai frase ‘Itu (Pekabaran Injil) adalah keharusan bagiku.’ Istilah ‘keharusan’ menekankan
suatu kewajiban yang mutlak dan ahrus dilakukan. Jika tidak, hanya ada dua kemungkinan, yaitu kita taat kepada
Allah atau melawan Allah. Itu berarti memberitakan Injil bukan suatu pilihan yang keputusannya ditentukan diri
sendiri. Artinya Anda suka atau tidak, mau atau tidak, senang atau tidak, itu merupakan kewajiban yang harus
dilakukan. Alkitab mengatakan jika tidak memberitakan Injil, maka celakalah kita. Ada ancaman hukuman Allah
yang sangat serius ditujukan kepada setiap orang Kristen jika tidak memberitakan Injil. Mengapa Paulus
berkata,”Celakalah aku jika tidak memberitakan Injil”? Karena ia menyadari bahwa tugas itu adalah Amanat Agung
Yesus Kristus (Mat 28:19-20; Mrk 16:15-16; Luk 24:47-48; Yoh 20:21; Kis 1:8). Amanat tersebut diterimanya pada
saat terjadinya perjumpaan pribadinya dengan Kristus (Kis 9:3-6, 15). Sejak saat itu ia selalu setia, taat, dan rela
memberitakan Injil dan menderita demi Kristus. Selain itu, ia juga merasa berhutang (Injil) kepada orang Yunani
dan non-Yunani, itu sebabnya ia memberitakan Injil di Roma (Rom 1:14). Jadi penginjilan adalah suatu kewajiban
yang mesti dilakukan dan ibarat hutang yang harus dibayar. Jika tidak, maka ada ancaman konsekuensi hukuman
Allah.

Kedua Karena semua manusia membutuhkan keselamatan (1 Kor 9:19-23).


Tujuan Paulus memberitakan Injil adalah supaya boleh memenangkan sebanyak mungkin orang berdosa
bagi Kristus. Istilah ‘supaya aku dapat memenangkan/ menyelamatkan’ diulang sebanyak enam kali (ay. 19-23)
merupakan penekanan Paulus tentang tujuan dari penginjilan. Mengapa? Karena semua manusia telah berbuat
dosa dan upah dosa adalah maut. Tetapi karunia Allah adalah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus (Rom 3:23;
6:23). Selain itu, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya (Rom 1:16-17).
Dengan kata lain, semua manusia membutuhkan anugerah pengampunan dosa dan keselamatan, dan itu hanya
dapat diperoleh di dalam nama dan melalui karya penebusan Kristus Yesus (Kis 4:12; 1 Petr 2:24). Bagi Paulus,
sebesar apapun harganya, ia rela membayarnya, agar Injil diberitakan dan orang berdosa diselamatkan, karena
kasih Kristus yang menggerakkan hatinya (2 Kor 5:14; 11:23-28). Karena tujuan Kristus datang ke dunia adalah
untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (Luk 19:10). Menurut Hudson Taylor, satu-satunya motivasi yang
membuat kita mampu bertahan hingga akhir dalam pelayanan misi adalah jika kasih Kristus yang menggerakkan
hati kita untuk memberitakan Injil. Semoga kasih Kristus yang menguasai dan menggerakkan hati dan pikiran kita
untuk menginjili. Motivasi ini yang membuat kita mampu bertahan terhadap segala situasi, kondisi, dan ujian
zaman.

III. Aplikasi
Ketika Paulus berbicara tentang kewajiban memberitakan Injil, yang ia sadari adalah adanya penghakiman
terakhir atas setiap aspek hidupnya (1 Kor 3_13-15; 2 Kor 5:9-10). Pada waktu itu setiap orang percaya harus
mempertanggungjawabkan semua perbuatannya, termasuk kesetiaan dalam menginjili. Istilah yang Paulus
gunakan untuk melukiskan penghakiman tersebut adalah olahraga atletik dan tinju, di mana setiap peserta harus
melatih dirinya, aktif berlari dan meninju, dan mengikuti aturan main yang ditentukan. Karena ada wasit yang
akan menilai siapa yang menang dan kalah. Tentu yang berhak menerima penghargaan/ mahkota adalah para
pemenang, bukan yang kalah. Dalam konteks demikianlah Paulus menegaskan bahwa ia tidak sembarangan berlari
dan meninju, tetapi ia menguasai diri, supaya setelah menginjili jangan ia sendiri ditolak, dalam pengertian tidak
memperoleh penghargaan/ mahkota. Jika Yesus datang kembali nanti, apakah kita didapati tetap setia, taat
menginjili dan tekun melayani Tuhan? Semoga Tuhan menolong kita.

Anda mungkin juga menyukai