Anda di halaman 1dari 11

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

SIKLUS MENSTRUASI
(untuk memenuhi tugas
biologi Bu Shinta)

Nama Kelompok :
• Adinda Putri Salsabila (01)
• Amellya Auriel Damayanti (02)
• Nadhiva Zayyan Kamila (28)
• Naila Khoiruniswah Sugandi (29)
• Syalwa Zerlinda Zahri (35)
• Ulul Azmi Septiani (36)
Kelas : XI IPA 3
Petunjuk : Diskusikanlah jawaban dari pertanyaan dibawah ini dengan
teman kelompokmu, lalu tuliskan jawaban tersebut dibuku catatan masing-masing
anggota.

Tujuan Pembelajaran:
Peserta didik dapat menjelaskan siklus menstruasi melalui bagan serta dapat menganalisis
kelainan dan gangguan sistem reproduksi melalui wacana yang disediakan.
Bagian : Adinda Putri Salsabila (01)
1. Perhatikan gambar siklus menstruasi dibawah ini!

a. Berdasarkan gambar siklus menstruasi tersebut, deskripsikan bagaimana


mekanisme menstruasi?
Jawab :
1. Fase Menstruasi (Flow Phase)
Fase menstruasi umumnya berlangsung selama 5 hari dimulai dari hari pertama sampai
hari ke-5. Pada fase menstruasi, hormon FSH memicu berkembangnya folikel dalam
ovarium. Pada fase menstruasi, dinding rahim luruh dan terjadi menstruasi.
2. Fase Proliferasi (Follicular Phase)
Fase poliferasi umumnya berlangsung selama 9 hari dimulai dari hari ke-6 sampai hari ke-
14. Folikel yang berkembang menghasilkan hormon estrogen dan hormon progesteron.
Hormon estrogen dan hormon progresteron tersebut akan memicu dinding rahim menebal.
Tujuan dari penebalan dinding rahim adalah untuk mempersiapkan tempat melekatnya
embrio apabila sel telur dibuahi oleh sperma.

Selain itu, hormon estrogen dan hormon progesteron juga memicu peningkatan kelenjar
pituaitari untuk menghasilkan hormon FSH dan LH. Meningkatnya hormon LH akan
memicu terjadinya ovulasi, yaitu pengeluaran sel telur dari folikel yang telah matang.
3. Fase Sekretori (Luteal Phase)
Fase sekretori umumnya berlangsung selama 14 hari dimulai dari hari ke-15 sampai hari
ke-28. Folikel yang telah meluruhkan sel telur akan berubah menjadi korpus luteum.
Apabila sel telur tidak dibuahi oleh sperma maka akan dikirimkan sinyal kepada korpus
luteum untuk tidak memproduksi hormon estrogen dan hormon progesteron. Karena
hormon estrogen dan progesteron sudah tidak diproduksi lagi, maka jumlahnya akan
semakin berkurang dan menyebabkan kerusakan jaringan penyusun dinding rahim dan
pembuluh darah yang ada pada dinding rahim pecah, sehingga perempuan akan mengalami
menstruasi
Bagian : Amellya Auriel Damayanti (02)

b. Hormon apa saja yang berperan dalam proses menstruasi? Apa fungsi hormon
tersebut dalam proses menstruasi?
Jawab :
Hormon yang mengontrol siklus menstruasi adalah sebagai berikut:

• Gonadotropin-releasing hormone (GnRH): hormon yang diproduksi oleh kelenjar


hipofisis. Hormon ini berfungsi untuk memicu sintesis hormon FSH dan LH,

• Follicle-stimulating hormone (FSH): hormon glikoprotein yang berfungsi untuk


pematangan folikel selama fase folikuler, meragsang pembentukan folikel de graaf
dalam ovarium, memacu pembentukan estrogen.

• Luteinizing-hormone (LH): adalah hormon yang dilepaskan oleh otak dan


bertanggung jawab atas pelepasan sel telur dari ovarium, atau ovulasi. Hormon yang
berfungsi untuk merangsang ovulasi dan perkembangan korpus luteum, merangsang
ovarium untuk memproduksi progesteron.

• Progesteron: adalah hormon yang diproduksi selama pertengahan akhir siklus


menstruasi.. Dan juga hormon yang dihasilkan oleh korpus luteum setelah terjadinya
ovulasi. Fungsi progesteron adalah untuk mempengaruhi pertumbuhan kelenjar
endometrium dan mendukung kehamilan, memacu pembentukan edometrium uterus
sehingga siap untuk implantasi embrio, menghambat produksi FSH oleh hipofisi,
menghambat produksi LH.

• Estrogen: adalah hormon yang secara terus menerus meningkat sepanjang dua minggu
pertama siklus menstruasi. Hormon yang berfungsi mempengaruhi pertumbuhan
endometrium, merangsang kelenjar hipofisis untuk memproduksi LH, menghambat
produksi FSH
c. Sebutkan fase apa saja yang terjadi saat proses menstruasi dan jelaskan!
Jawab :
Menstruasi terdiri dari tiga fase yaitu fase folikuler (sebelum telur dilepaskan), fase ovulasi
(pelepasan telur) dan fase luteal (setelah sel telur dilepaskan). Menstruasi sangat
berhubungan dengan faktor-faktor yang memengaruhi ovulasi, jika proses ovulasi teratur
maka siklus menstruasi akan teratur. Fase-fase yang terjadi selama siklus menstruasi:

➢ A. Fase folikuler
yang dimulai pada hari pertama periode menstruasi. Berikut ini hal-hal yang terjadi selama
fase folikuler:
1) Follicle stimulating hormone (FSH, hormon perangsang folikel) dan luteinizing
hormone (LH, hormon pelutein) dilepaskan oleh otak menuju ke ovarium untuk
merangsang perkembangan sekitar 15-20 sel telur di dalam ovarium. Telur-telur itu berada
di dalam kantungnya masing-masing yang disebut folikel.
2) Hormon FSH dan LH juga memicu peningkatan produksi estrogen.
3) Peningkatan level estrogen menghentikan produksi FSH. Keseimbangan hormon ini
membuat tubuh bisa membatasi jumlah folikel yang matang. 4) Saat fase folikuler
berkembang, satu buah folikel di dalam salah satu ovarim menjadi dominan dan terus
matang. Folikel dominan ini menekan seluruh folikel lain kelompoknya sehingga yang lain
berhenti tumbuh dan mati. Folikel dominan akan terus memproduksi estrogen.

➢ B. Fase ovulasi
biasanya dimulai sekitar 14 hari setelah fase folikuler. Fase ini adalah titik tengah dari
siklus menstruasi, dengan periode menstruasi berikutnya akan dimulai sekitar 2 minggu
kemudian. Peristiwa di bawah ini terjadi di fase ovulasi:
1) Peningkatan estrogen dari folikel dominan memicu lonjakan jumlah LH yang diproduksi
oleh otak sehingga memyebabkan folikel dominan melepaskan sel telur dari dalam
ovarium.
2) Sel telur dilepaskan (proses ini disebut sebagai ovulasi) dan ditangkap oleh ujung-ujung
tuba fallopi yang mirip dengan tangan (fimbria). Fimbria kemudian menyapu telur masuk
ke dalam tuba fallopi. Sel telur akan melewati tuba Fallopi selama 2-3 hari setelah ovulasi.
3) Selama tahap ini terjadi pula peningkatan jumlah dan kekentalan lendir serviks. Jika
seorang wanita melakukan hubungan intim pada masa ini, lendir yang kental akan
menangkap sperma pria, memeliharanya, dan membantunya bergerak ke atas menuju sel
telur untuk melakukan fertilisasi.

➢ C.Fase luteal
dimulai tepat setelah ovulasi dan melibatkan proses-proses di bawah ini:
1) Setelah sel telur dilepaskan, folikel yang kosong berkembang menjadi struktur baru
yang disebut dengan corpus luteum.
2) Corpus luteum mengeluarkan hormon progesteron. Hormon inilah yang mempersiapkan
uterus agar siap ditempati oleh embrio.
3) Jika sperma telah memfertilisasi sel telur (proses pembuahan), telur yang telah dibuahi
(embrio) akan melewati tuba fallopi kemudian turun ke uterus untuk melakukan proses
implantasi. Pada tahap ini, si wanita sudah dianggap hamil.
4) Jika pembuahan tidak terjadi, sel telur akan melewati uterus, mengering, dan
meninggalkan tubuh sekitar 2 minggu kemudian melalui vagina.
Oleh karena dinding uterus tidak dibutuhkan untuk menopang kehamilan, maka lapisannya
rusak dan luruh. Darah dan jaringan dari dinding uterus pun (endometrium) bergabung
untuk memebentuk aliran menstruasi yang umumnya berlangsung selama 4-7 hari .
Selama menstruasi, arteri yang memasok dinding uterus mengerut dan kapilernya
melemah. Darah mengalir dari pembuluh yang rusak, melepaskan lapisan-lapisan dinding
uterus. Pelepasan bagian-bagian ini tidak semuanya sekaligus, tapi secara acak. Lendir
endometrium dan darah turun dari uterus berupa cairan .
2.Bacalah wacana dibawah ini!
Ibu Rina berusia 47 tahun dan sudah menikah, suatu hari ia merasakan pendarahan
dibagian vagina yang tidak normal saat sedang berhubungan seksual, ia juga merasakan
nyeri saat berhubungan intim, mudah lelah, terdapat bercak darah pada urin, serta keluar
urine/feses dari vagina. Akhirnya Ibu Rina dan suaminya pergi kedokter untuk
memeriksa keadaanya.
Bagian :Nadhiva Zayyan Kamila (28)

A. Identifikasi Masalah!
Berdasarkan wacana tersebut buatlah daftar pertanyaan kalian:
1) Apakah gejala dan penyakit yang dialami Bu Rina disebabkan karena faktor
turunan?
2) Apabila misalnya Bu Rina sudah mengalami menopause, apakah masih bisa
mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas?
3) Mengapa bisa terjadi kebocoran urine dan feses yang keluar dari vagina? Apa
penyebabnya?
4) Ada vaksin yang bisa diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit yang dialami
seperti Bu Rina. Apakah nama vaksin tersebut?
5) Apa yang akan terjadi kalau semisalnya Bu Rina tidak segera memeriksakan diri ke
dokter dan penyakit yang dialaminya terlambat terdeteksi?

Bagian :Naila Khoiruniswah Sugandi (29)

B. Jawablah pertanyaan yang sudah kalian buat dipoint a!


1) Gejala dan penyakit yang dialami Bu Rina tidak disebabkan keturunan atau genetik.
Faktor terbesar penyebab nya adalah akibat infeksi HPV, penyakit yang dialami Bu
Rina hanya ditularkan melalui hubungan seksual. Sehingga memang tidak ada
keterkaitan dengan genetik ataupun keturunan.
2) Meskipun telah menopause Bu Rina harus selalu menjaga kesehatan nya. Semua
wanita mempunyai risiko terkena gejala atau penyakit tersebut, karena infeksi HPV
bisa menyerang perempuan dalam kelompok usia berapa pun, termasuk pada
perempuan yang sudah menopause. Semakin tua seorang wanita, resiko terjadinya
keganasan ini semakin tinggi. Penyebabnya bisa disebabkan oleh keadaan hormon
estrogen yang rendah dimana hormon ini merupakan salah satu hormon pelindung
bagi wanita.
3) Gejala yang dialami Bu Rina dapat memengaruhi fungsi vagina. Saat sudah
memasuki stadium lanjut, kanker serviks dapat menimbulkan kebocoran urine atau
keluarnya tinja dari vagina. Kebocoran urine dan feses tersebut bisa terjadi akibat
terbentuknya fistula antara vagina dan saluran kemih atau fistula ani antara vagina
dan anus, sehingga urine dan fases dapat melewati vagina.
4) Ada, yaitu vaksin kanker serviks. Pemberian vaksin kanker serviks merupakan salah
satu upaya untuk mencegah penularan virus HPV, sekaligus mencegah terjadinya
kanker serviks yang disebabkan oleh virus tersebut. Saat ini, vaksin kanker serviks
sudah masuk dalam program vaksinasi wajib pemerintah. Vaksinasi HPV wajib ini
akan diberikan setiap bulan Agustus secara gratis untuk mereka yang masuk sasaran
kelompok vaksinasi wajib. Dosis vaksin yang diberikan tentu berbeda (sesuai
rentang usia) yang mana diyakini dapat memberi perlindungan jangka panjang dari
infeksi HPV. Jika seorang wanita belum sepenuhnya mendapatkan vaksin kanker
serviks hingga usia 26 tahun, ia tetap bisa mendapatkan vaksin tersebut secara
lengkap. Namun, pemberian vaksin harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan
dokter.
5) Jika Bu Rina tidak segera memeriksakan diri, tentu nya ia akan mengalami gejala-
gejala tersebut semakin buruk. Gejala-gejala yang dialami Bu Rina mengarah pada
penyakit kanker serviks, yang mana sangat mempengaruhi fungsi vagina.
Perkembangan virus tersebut memang memakan waktu antara 5-20 tahun, mulai
dari tahap infeksi, lesi pra-kanker hingga positif menjadi kanker serviks. Tetapi jika
diketahui lebih cepat, kita dapat lebih cepat melakukan pengobatan untuk penyakit
tersebut. Dan jika dibiarkan, komplikasi kanker serviks ini akan merusak jaringan
sel-sel vagina, merusak kandung kemih atau usus sehingga terjadi kebocoran, dan
infeksi bakteri pada organ vagina. Bahkan yang paling buruk adalah kematian.

Bagian : Syalwa Zerlinda Zahri (35)

C. Penyakit apa yang dialami bu Rina? Bagaimanakah cara pencegahan penyakit yang
dialami Ibu Rina?
Penyakit yang diderita adalah kanker serviks, cara mencegahnya yaitu:
1. Melakukan vaksin HPV
Vaksin HPV bertujuan untuk pencegahan kanker serviks yang paling ideal diberikan
pada mereka yang memang belum aktif secara seksual. Namun, semua orang dewasa
yang aktif secara seksual dan belum pernah mendapatkan vaksin pencegahan kanker
serviks disarankan untuk segera melakukan vaksinasi. Vaksinasi dilakukan terutama
untuk mencegah infeksi virus HPV yang paling banyak menyebabkan kanker, seperti
HPV-16 dan HPV-18.

2. Melakukan pemeriksaan pap smear


Pap smear merupakan salah satu cara terbaik sebagai lini pertahanan pertama untuk
cegah kanker serviks. Pap smear bertujuan untuk melihat keberadaan sel-sel yang
mungkin dapat berkembang menjadi kanker. Tes ini dilakukan dengan mengambil
sampel sel di serviks (leher rahim). Berikut adalah rekomendasi jadwal pemeriksaan
pap smear berdasarkan usia:
• Wanita usia 25–49 tahun: setiap 3 tahun
• Wanita usia 50–64 tahun: setiap 5 tahun
• Wanita usia di atas 65 tahun: hanya jika ada keluhan tertentu pada serviks
dan area sekitarnya atau belum pernah melakukan Pap smear sejak usia 50
tahun.
3. Hindari merokok
Ketika seseorang merokok, orang orang disekitar kita banyak yang terpapar akibat
bahan kimia penyebab kanker yang mempengaruhi organ selain paru-paru. Zat ini
dipercaya dapat merusak DNA sel leher rahim dan dapat berkontribusi pada
perkembangan kanker serviks.
4. Jaga kebersihan vagina
Menjaga kebersihan vagina juga penting sebagai bagian dari cara mencegah kanker
serviks. Terutama saat sedang menstruasi dan keputihan.
5. Menghindari seks berisiko
Penularan virus HPV bisa ditularkan melalui hubungan seks yang tidak aman,
misalnya tidak menggunakan kondom. Virus HPV tidak hanya dapat ditularkan
melalui penetrasi semata. Melakukan seks yang aman dengan menggunakan
kondom dapat mengurangi risiko terinfeksi HPV. Hindari pula hubungan seksual
dengan berganti-ganti pasangan sehingga risiko terkena infeksi HPV bisa
diminimalisir.
6. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang
Menerapkan pola makan yang sehat juga bisa menjadi langkah untuk mengurangi
risiko terkena kanker, tak terkecuali kanker serviks. Konsumsi makanan sehat dapat
dimulai dengan makan banyak buah dan sayuran setiap harinya. Selain itu hindari
pula makanan olahan yang kebanyakan tinggi kalori tapi rendah nutrisi.
7. Menjaga berat badan ideal
Menjaga berat badan juga dapat menurunkan risiko terkena macam-macam jenis
kanker salah satunya kanker serviks. Menjaga berat badan ideal dapat dilakukan
dengan membiasakan diri melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

Bagian : Ulul Azmi Septiani (36)

3.Sebutkan dan jelaskan minimal 5 gangguan pada sitem reproduksi manusia


1. Gonore

Gonore atau kencing nanah adalah suatu penyakit menular seksual yang dapat
terjadi pada pria maupun wanita. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri bernama
Neisseria Gonorrhoeae atau Gonococcus yang terbilang sangat menular. Bakteri
tersebut berbahaya karena dapat menyerang bagian dubur, serviks (leher rahim),
uretra (saluran kencing dan sperma), mata, dan tenggorokan. Pengobatan utama
penyakit gonore adalah dengan pemberian antibiotik.
.

2. Kanker Serviks

Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim. Kanker ini
umumnya berkembang perlahan dan baru menunjukkan gejala ketika sudah memasuki
stadium lanjut. Kanker serviks terjadi ketika sel-sel yang sehat mengalami perubahan
atau mutasi. Mutasi ini menyebabkan sel-sel tersebut tumbuh tidak normal dan tidak
terkendali sehingga membentuk sel kanker. Pengobatan kanker serviks tergantung
pada stadium kanker yang dialami pasien dan kondisi kesehatannya. Tindakan yang
dilakukan dokter meliputi kemoterapi, radioterapi, bedah, atau kombinasi dari
ketiganya.
3. Fibroid Rahim

Fibroid Rahim adalah tumor yang terdiri dari jaringan dan sel otot yang tumbuh di
dalam dan di sekitar dinding rahim. Fibroid Rahim, sebagian besar, bersifat jinak.
Tidak ada yang tahu apa pemicu fibroids, tetapi bisa karena Faktor hormonal (dipicu
fluktuasi kadar estrogen dan progesteron) dan Faktor genetik (berdasarkan garis
keturunan). Kebanyakan fibroid tidak membutuhkan pengobatan, hanya perlu
melakukan pemeriksaan secara rutin untuk memastikan fibroid tidak berkembang
terlalu besar atau menimbulkan masalah lain. Obat-obatan dapat digunakan sebagai
penghambat kinerja hormon.
4. Sindrom polikistik ovarium atau polycystic ovarian syndrome (PCOS)

Sindrom polikistik ovarium atau polycystic ovarian syndrome (PCOS) adalah


gangguan hormon yang terjadi pada wanita di usia subur. PCOS ditandai dengan
gangguan menstruasi dan kadar hormon maskulin (hormon androgen) yang berlebihan.
Hormon androgen yang berlebihan pada penderita PCOS dapat mengakibatkan
ovarium atau indung telur memproduksi banyak kantong-kantong berisi cairan.
Kondisi ini menyebabkan sel-sel telur tidak berkembang dengan sempurna dan gagal
dilepaskan secara teratur. Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti apa yang
menyebabkan PCOS. Namun, ada beberapa faktor yang diduga terkait dengan PCOS,
yaitu kelebihan hormon insulin dan faktor genetik. Pengobatan PCOS tergantung pada
gejala yang dialami pasien, dapat berupa obat-obatan, melakukan perubahan gaya
hidup, dan melakukan electrolysis untuk menghilangkan rambut di tubuh.
5. Kanker prostat

Kanker prostat adalah kanker pada pria yang berkembang di dalam kelenjar prostat,
dan umumnya ditandai dengan gangguan buang air kecil. Sebagian besar penderita
kanker prostat berusia di atas 65 tahun. Kanker ini tidak bersifat agresif dan
berkembang secara perlahan. Penyebab kanker prostat adalah mutasi atau perubahan
genetik pada sel-sel di kelenjar prostat. Namun, penyebab mutasi itu sendiri belum
diketahui secara pasti. Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya kanker prostat, antara lain pertambahan usia, menderita obesitas, Pola
makan kurang serat, dan faktor genetik. Metode pengobatan yang dapat dilakukan
adalah operasi, radioterapi, terapi hormon, kemoterapi, dan krioterapi berdasarkan
dengan tingkat keparahan kanker dan kondisi pasien secara keseluruhan.
6. Kriptorkismus

Kriptorkismus adalah kondisi ketika salah satu atau kedua testis tidak terlihat akibat
tidak terjadi penurunan testis ke tempat seharusnya. Kriptorkismus merupakan
kelainan bawaan sejak lahir yang umumnya banyak dialami pada bayi yang lahir secara
prematur, faktor genetik yang diturunkan, kesehatan ibu, faktor lingkungan seperti
paparan terhadap pestisida dan menjadi perokok pasif. Selain itu, berat badan lahir
rendah, riwayat keluarga dengan kriptorkismus atau masalah dengan pertumbuhan
genitalia lainnya, mengonsumsi alkohol selama kehamilan dan kondisi pada janin yang
dapat menghambat pertumbuhan seperti Down syndrome dan defek pada dinding perut
serta otot pada selangkangan anak yang tidak meregang juga dapat ikut serta menjadi
penyebab kriptorkismus. Pengobatannya dapat dilakukan dengan cara Orkidopeksi
karena menjadi salah satu operasi yang efektif dalam menangani kriptorkismus, selain
itu dapat menyuntikan HCG (Human Chorionic Gonadotropin)
7. Balanitis

Balanitis adalah peradangan kelenjar atau kepala penis. Kondisi ini umumnya
disebabkan oleh infeksi jamur namun dapat juga terjadi akibat infeksi bakteri maupun
virus. Kondisi ini umum terjadi pada anak laki-laki di bawah 4 tahun atau pada pria
yang tidak disunat. Balanitis biasanya terjadi karena infeksi jamur, meski dapat juga
disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus (termasuk virus yang menyebabkan PMS
seperti gonore). Balanitis bisa diatasi dengan berbagai cara, mulai dai penggunaan krim
anti jamur, konsumsi antibiotik, hingga penyunatan.
8. Endometriosis

Endometriosis adalah gangguan di mana jaringan yang mirip dengan jaringan yang
membentuk lapisan rahim tumbuh di luar rongga rahim. Lapisan rahim ini disebut juga
endometrium. Hingga kini endometriosis adalah salah satu penyakit yang belum
diketahui dengan pasti penyebabnya. Tetapi ada beberapa kondisi yang dapat
menyebabkan penyakit tersebut diantaranya Retrograde Menstruation, masalah
dengan sistem kekebalan, dan Transformation of Peritoneal Cells. Endometriosis
belum bisa disembuhkan dengan obat, namun dapat mengelola gejalanya dengan cara
pengobatan alternatif dan komplementer seperti akupunktur chiropractic, dan obat
herbal.

Anda mungkin juga menyukai