Anda di halaman 1dari 7

KISI-KISI

1. prosedur K3 pengambilan air bolier,


2. Skema pengolahan air pengisi boiler.
3. Prosedure K3 pengambilan sampel uji bahan ketel 35 tahun dg tinggi ketel 3 meter.
4. Langkah2 pengurusan dokumen uji bahan sd keluar surat dari Kemenaker.

1. Prosedur K3 Pengambilan air Boiler

2. Skema pengolahan air pengisi boiler

Cara Kerja Sistem Pengolahan Air Umpan Boiler


Proses Pengolahan Air Umpan Boiler bervariasi tergantung pada persyaratan boiler dan kualitas / kimia air
umpan dan makeup, tetapi Sistem Pengolahan Air Umpan Boiler biasanya akan mencakup langkah-langkah
berikut :
1. Makeup Water Inteke
Air make-up, atau air yang menggantikan air yang diuapkan atau bocor dari boiler, pertama-tama diambil dari
sumbernya, baik air baku atau air limbah yang diolah dari cooling tower, air sumur, atau sumber air permukaan
lainnya.

2. Koagulasi dan Kimia


Setelah semua molekul besar dikeluarkan dari sumber air, berbagai bahan kimia ditambahkan ke tangki reaksi
untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan berbagai kontaminan lainnya. Proses ini dimulai dengan
bermacam-macam reaktor pencampuran, biasanya satu atau dua reaktor yang menambahkan bahan kimia
tertentu untuk mengeluarkan semua partikel yang lebih halus di dalam air dengan menggabungkannya menjadi
partikel yang lebih berat yang mengendap. Koagulata yang paling banyak digunakan adalah berbahan dasar
aluminium seperti tawas dan polialuminum klorida. Kadang-kadang sedikit penyesuaian pH akan membantu
membekukan partikel.

3. Filtrasi dan Ultrafiltrasi


Langkah selanjutnya umumnya berjalan melalui beberapa jenis filtrasi untuk menghilangkan partikel tersuspensi
seperti sedimen, kekeruhan, dan beberapa jenis bahan organik. Hal ini dilakukan pada proses awal treatment,
untuk menghilangkan padatan tersuspensi di hulu dan dapat membantu melindungi membran dan resin
penukar ion dari pengotoran di kemudian hari dalam proses pretreatment. Tergantung pada jenis filtrasi yang
digunakan, partikel tersuspensi dapat dihilangkan hingga di bawah satu mikron.
3. Water Softener
Jika ada tingkat hardness yang tinggi dan kompleks berupa kontaminan bikarbonat, sulfat, klorida, atau nitrat,
metode Water Softener dapat digunakan. Metode ini menggunakan proses pertukaran kation asam yang kuat,
di mana resin diisi dengan ion natrium, dan ketika hardness terjadi, maka metode ini memiliki afinitas yang
lebih tinggi untuk pencegahan kalsium, magnesium, dan zat besi sehingga akan mengambil molekul itu dan
melepaskan molekul natrium ke dalam air.

4. Dealkalisasi
Setelah proses pelunakan, beberapa sistem pengolahan air umpan boiler akan menggunakan dealkalisasi untuk
mengurangi alkalinitas/pH, ketidakmurnian dalam air umpan boiler yang dapat menyebabkan busa, korosi, dan
embrittlement. Dealkalisasi natrium klorida menggunakan resin penukar anion yang kuat untuk menggantikan
bikarbonat, sulfat, dan nitrat untuk anion klorida. Ini adalah proses pelunakan parsial yang juga ekonomis untuk
menyesuaikan pH air umpan boiler.

5. Reverse Osmosis (RO)


Reverse Osmosis (RO) sering digunakan pada proses Sistem Pengolahan Air Umpan Boiler sehingga sebagian
besar kotoran berbahaya yang dapat mengotori dan menyumbat membran RO telah dihilangkan. Proses ini
memaksa air bertekanan melalui membran semipermeabel, menjebak kontaminan seperti bakteri, garam,
organik, silika, dan hardness, sambil membiarkan air murni dan pekat terkonsentrasi. Reverse Osmosis ini
digunakan sebagian besar dengan boiler bertekanan tinggi di mana konsentrasi padatan tersuspensi dan
terlarut harus sangat rendah.

6. Deaeration atau Degasifikasi


Pada titik ini dalam proses pengolahan air umpan boiler, setiap kondensat yang dikembalikan ke sistem akan
bercampur dengan air makeup yang diolah dan memasuki proses deaerasi atau degasifikasi. Jumlah gas seperti
oksigen dan karbon dioksida dapat sangat korosif terhadap peralatan boiler dan perpipaan ketika mereka
melekat padanya, membentuk oksida dan menyebabkan karat. Oleh karena itu, melepaskan gas-gas ini ke
tingkat yang dapat diterima (hampir 100%) dapat menjadi sangat penting untuk masa pakai dan keamanan
sistem boiler. Ada beberapa jenis perangkat deaeration dalam berbagai konfigurasi tergantung pada
pabrikannya.
-

3. Menurut ketentuan yang berlaku, ketel uap yang sudah berusia 35 tahun terhitung sejak
tahun pembuatan yg tertera di Name Platenya, disebut dengen “Ketel Uap Tua”. Ketel
Uap Tua wajib dilakukan PB (Penelitian bahan) sesuai dengan prosedur yaitu sbb;
Langkah1 :
Atas petunjuk Pengawas Ketenagakerjaan spesialis PUBT, pelat pada posisi tertentu
dipotong “dingin” , ukuran diameter 100-120 mm dalam bentuk lingkaran.
Langkah 2 :
Potongan pelat Ketel yang merupakan sampel dari pelat ketel ybs dengan Surat
Pengantar Kepala Disnaker Prop setempat dikirim ke B4T Bandung untuk diuji.

Langkah 3 :
Lembar hasil uji diterbitkan oleh B4T Bandung, dikirim ke Ditjen Binwasnaker & K3
Kemnaker RI.
Langkah 4 :
Kemudian Tim yang berwenang pada Ditjen Binwasnaker & K3 Kemnaker RI, melakukan
analisis atas laporan hasil pengujian bahan tersebut dan menyimpulkan berapa tahun lagi
Ketel masih dapat digunakan, dengan persuaratan tertentu.
Langkah 5 :
Berdasarkan hasil analisis Tim tersebut, Dirjen Binwasnaker & K3 atau pejabat yang
ditunjuknya menerbitkan “Surat Keputusan” yang pada intinya menyatakan bahwa “ Ketel
Uap dapat digunakan lagi selama …. tahun dengan syarat syarat sbb…..?”
Langkah 6 :
Surat Keputusan tersebut dikirimkan ke Kadisnaker Propinsi ybs, Untuk tindak lanjutnya.

CATATAN : Dari beberapa fakta yang ada, ada beberapa keputusan dari Ditjen Binwasnake &
K3 terkait dengan penentuan umur Ketel Tua yaitu sbb;
1) Ada yang langsung harus di afkir
2) Ada yang boleh digunakan 5 tahun lagi kemudian afkir
3) Ada yang boleh digunakan 15 tahun lagi dan diperkenankan dilakukan PB ke II.
4) Dst
4. Langkah2 pengurusan dokumen uji bahan sampe dgn keluar surat dari Kemnaker
- AJukan uji bahan ke Pengawas Tenaga Kerja spesialis PUBT
- SAmpel dari pelat Ketel YBS dengan surat pengantar dari kepala disnaker prop setempat
dikirim Ke B4T Bandung Utk diuji
- Lembar Hasil Uji dikeluarkan Oleh B4T Bandung , dikirim ke Ditjen Binwasnaker dan K3
Kemnaker RI
- Kemudian Tim yang berwenang pada Ditjen Binwasnaker & K3 Kemnaker RI, melakukan
analisis atas laporan hasil pengujian bahan tersebut
- Berdasarkan hasil analisis Tim tersebut, Dirjen Binwasnaker & K3 atau pejabat yang
ditunjuknya menerbitkan “Surat Keputusan”
- Terbit Surat Keputusan dari Kemnaker RI dikirim ke kadisnaker Prov. Setempat.

Anda mungkin juga menyukai