Anda di halaman 1dari 37

KEPUTUSAN

PERATURAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PADALARANG


KECAMATAN PADALARANG, KABUPATEN BANDUNG BARAT

NOMOR : 01 TAHUN 2013

TENTANG

TATA-TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PADALARANG


KECAMATAN PADALARANG-KABUPATEN BANDUNG BARAT.

DESA PADALARANG
KECAMATAN PEDALARANG KABUPETEN BANDUNG BARAT
JL. LETKOL G.A.MANULANG NO. 53 TELP. (022) 6809848
PADALARANG 40711

1
KEPUTUSAN

PERATURAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PADALARANG


KECAMATAN PADALARANG, KABUPATEN BANDUNG BARAT
NOMOR : ...............................
TENTANG

TATA-TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PADALARANG


KECAMATAN PADALARANG, KABUPATEN BANDUNG BARAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PADALARANG
KECAMATAN PADALARANG, KABUPATEN BANDUNG BARAT

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Desa sesuai amanat


Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah,
diarahkan untuk mempercepat dapat terwujudnya kesejahteraan dan peran
serta aktif masyarakat dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peme
rataan keadilan dan azas musyawarah mufakat.
b. Bahwa effisiensi dan effektivitas penyelenggaraan pemerintahan Desa perlu di-
tingkatkan, bertumpu kepada upaya memperhatikan aspek hububungan antar
kelembagaan/kemitraan Desa, potensi yang beraneka ragam serta peluang
masyarakat dengan memberi kewenangan yang seluas-luasnya hak dan kewa -
jiban dalam menyelenggarakan penataan atau pengelolaan pengaturan ma-
syarakat dalam kesatuan sistim penyelenggaraan pemerintahan Desa.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Lembaran Negara RI Nomor 125 Tahun
2004, tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2009 tentang perubahan
kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa,Lembaran Negara
RI Nomor 158 Tahun 2005, tambahan lembaran Negara Nomor 4587
3. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 17 Tahun 2009 tentang
Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
4. Peraturan Bupati Bandung Barat Nomor 25 Tahun 2012, tentang petunjuk
pelakasanaan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 17 Tahun
2009 tentang Badan Permusyawaratan Desa(BPD).
5. Peraturan Desa Padalarang Nomor 2 tahun 2012 tentang Badan Permusyawa-
ratan Desa(BPD).
Memperhatikan: 1. Surat keputusan Camat Padalarang, Kabupaten Bandung Barat Nomor:………..
2. Berita Acara Panitia Pemilihan Anggota Badan Permusyawaratan Desa
Padalarang Kecamatan Padalarang-Kabupaten Bandung Barat.
3. Hasil kesepakatan rapat paripurna Badan Permusyawaratan Desa Padalarang
Tanggal…........

2
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
PERTAMA : PERATURAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PADALARANG
KECAMATAN PADALARANG, KABUPATEN BANDUNG BARAT,
TENTANG TATA—TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
PADALARANG

KEDUA : MENGESAHKAN TATA-TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN


DESA PADALARANG, KECAMATAN PADALARANG-KABUPATEN
BANDUNG BARAT, NASKAH LENGKAP TERDAPAT DALAN LAM-
PIRAN DAN MERUPAKAN BAGIAN YANG TIDAK TERPISAHKAN
DARI PERATURAN INI.

KETIGA : PERATURAN INI BERLAKU PADA PADA TANGGAL DITETAPKAN


DAN AKAN DIADAKAN PERBAIKKAN SEPERLUNYA, BILA DI –
KEMUDIAN HARI TERDAPAT KEKELIRUAN DALAM PENETAPAN.

Ditetapkan di : Padalarang
Pada tanggal : .........................
Badan Permusyawaratan Desa Padalarang
Ketua

ASEP SUHARDI S.Ip

3
LAMPIRAN : PERATURAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PADALARANG
KECAMATAN PADALARANG-KABUPATEN BANDUNG BARAT
NOMOR: .................................

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1.
Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :
a. Bupati, adalah Bupati Bandung Barat.
b. Desa atau yang disebut nama lain, selanjutnya disebut Desa Padalarang
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah,
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat serta diakui
dan dihormati dalam system Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia
c. Pemerintahan Desa, adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa Padalarang dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat.
d. Pemerintah Desa, adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa.
e. BPD, adalah Badan Permusyawaratan Desa Padalarang merupakan
perwujudan Demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
f. Lembaga Kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama lain, adalah
lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan
merupakan mitra Pemerintahan Desa dalam pemberdayaan masyarakat.
g. Dusun, adalah bagian wilayah dalam Desa yang merupakan lingkungan
kerja pelaksanaan pemerintahan Desa.
h. Peraturan Desa, adalah peraturan per Undang-Undangan yang dibuat oleh
Badan Permusyawaratan Desa bersama Kepala Desa.
i. Panitia Pemilihan Anggota BPD, adalah panitia yang dibentuk oleh
Pemerintahan Desa disetiap dusun untuk menjaring bakal calon anggota
BPD berdasarkan keterwakilan dari dusun tersebut.
j. Anggota BPD, adalah anggota BPD terpilih dari hasil penyaringan serta
memperoleh suara terbanyak dari hasil pemilihan dan merupakan wakil
dari penduduk Desa Padalarang berdasarkan keterwakilan wilayah.

k. Pimpinan, adalah Ketua dan wakil ketua BPD Padalarang.

4
l. Sekretaris, adalah sekretaris BPD Padalarang.
m. Bidang-bidang, Badan Kehormatan dan Panitia-panitia adalah
kelengkapan BPD Padalarang
n. Rapat, adalah rapat-rapat yang diselenggarakan oleh BPD Padalarang
o. Pimpinan rapat, adalah pimpinan rapat pada rapat-rapat BPD Padalarang
p. Panmus, adalah Panitia Musyawarah BPD Padalarang
q. Pansus, adalah Panitia Khusus BPD Padalarang
r. Kunjungan Kerja, adalah kunjungan kerja BPD Padalarang.
s. Keputusan Pimpinan BPD, adalah keputusan kolektif dari hasil
musyawarah dalam rapat BPD Padalarang.

BAB II

KEDUDUKAN DAN SUSUNAN PENGURUS BPD

Bagian Pertama
Kedudukan BPD

Pasal 2.

Kedudukan BPD adalah sebagai berikut :


1. Kedudukan atau keberadaan Badan Permusyawaratan Desa, adalah suatu
lembaga permusyawaratan di Desa yang merupakan wahana untuk
melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila.
2. BPD, adalah juga lembaga Permusyawaratan Desa berstatus unsure
penyelenggara Pemerintahan Desa.

Bagian Kedua
Susunan Pengurus

Pasal3.

1. Pengurus BPD dipilih dari dan oleh anggota, pemilihannya dipimpin oleh
anggota BPD tertua dibantu oleh anggota BPD yang termuda.
2. Pengurus BPD terdiri dari Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris.

BAB III.

FUNGSI DAN WEWENANG BPD.

Pasal 4.

1. Fungsi BPD.:

5
BPD berfungsi menetapkan peraturan Desa bersama Kepala Desa dan
menampung serta menyalurkan aspirasi masyarakat.
2. Wewenang BPD.:
a). Membahas rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa.
b). Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan
peraturan Kepala Desa.
c). Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa.
d). Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menindak
lanjuti serta menyalurkan aspirasi masyarakat.
e). Membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa(Pilkades).
f). Menyusun Tata-Tertib BPD.

Rancangan peraturan Desa

Pasal 5.

1. Rancangan Peraturan Desa dapat berasal dari BPD maupun atas prakarsa
Kepala Desa.
2. Rancangan Peraturan Desa atas prakarsa anggota BPD berserta
penjelasannya disampaikan secara tertulis kepada pimpinan BPD
selanjutnya diserahkan kepada bidang/panitia yang bersangkutan.
3. Rancangan Peraturan Desa atas usul prakarsa Kepala Desa disampaikan
kepada pimpinan BPD disertai nota pengantar Kepala Desa, selanjutnya
diserahkan kepada bidang/ panitia yang bersangkutan.
4. Yang dimaksud bidang atau panitia sebagaimana tertera pada ayat 2 dan 3
pasal ini adalah salah satu alat kelengkapan BPD yang menangani khusus
peraturan/legilasi dan urusan Pemerintahan pada lembaga Badan
Permusyawaratan Desa, selanjutnya berkaitan dengan Bidang dan Panitia
tersebut diatur/ditetapkan pada bab dan pasal berikutnya dalam tata-
tertib ini

Tahapan Pembahasan Rancangan Peraturan Desa

Pasal 6

1. Pembahasan rancangan Peraturan Desa dilakukan dalam 3 (tiga) tahap:


a). Tahap persiapan.
b). Tahap pembahasan dan
c). Penetapan.
2. Tahap Persiapan meliputi:
a). Bidang/panitia yang bersangkutan mengadakan persiapan menyusun
bentuk rumusan masalah, pertanyaan dan membuat analisa terhadap
usulan rancangan Peraturan Desa.
b). Bidang/panitia yang bersangkutan mengadakan musyawarah terbatas
dengan pimpinan BPD untuk mendapatkan persetujuan bahwasanya
usulan rancangan Peraturan Desa sudah siap di musyawarahkan dalam

6
rapat paripurna BPD.
c). Rapat paripurna BPD adalah rapat anggota BPD bersama Kepala Desa
serta unsur terkait.
3. Tahap Pembahasan :
a). Apabila rancangan Peraturan Desa berasal dari usulan anggota BPD
maka dalam rapat paripurna BPD, Kepala Desa dimintakan pandangan
/pendapat kemudian anggota/bidang/panitia BPD yang bersangkutan
memberikan penjelasan terhadap pandangan/pendapat Kepala Desa.
b). Apabila rancangan Peraturan Desa berasal dari prakarsa Kepala Desa
maka dalam rapat paripurna BPD, agar dimintakan pandangan/penda-
pat umum forum rapat, selanjutnya Kepala Desa agar dapat memberi
kan penjelasan mengenai rancangan Peraturan Desa yang dimaksud.
c). Hasil dari pembahasan rancangan Peraturan Desa tersebut diatas
apabila sudah disepakati, maka pada setiap lembar konsep ranca-
ngan Peraturan Desa agar diparaf oleh seluruh peserta rapat pari-
purna sebagai dasar persetujuan proses awal penetapan rancangan
Peraturan Desa menjadi peraturan desa.
4. Tahap Penetapan :
Keputusan dan penetapan Peraturan Desa dilakukan dalam acara rapat
paripurna BPD, diatur sebagai berikut:
a). Laporan secara kronologis proses pembahasan rancangan Peraturan
Desa oleh sekretaris BPD.
b). Penyampaian kesimpulan proses pembahasan rancangan Peraturan
Desa menjadi peraturan desa dilakukan oleh bidang/panitia yang
bersangkutan.
c). Penetapan rancangan Peraturan Desa menjadi Peraturan Desa dilaku-
kan oleh pimpinan BPD.
d). Sambutan Kepala Desa.
e). Hasil Notulen rapat penetapan rancangan Peraturan Desa menjadi
Peraturan Desa disampaikan kepada pimpinan BPD untuk ditanda -
tangani, sebagai dasar (legal formal) pembuatan berita-acara dan
surat keputusan penetapan Peraturan Desa.

Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Peraturan Desa


Dan Peraturan Kepala Desa

Pasal 7.

BPD mempunyai wewenang untuk mengawasi konsistensi Kepala Desa dalam rangka
melaksanakan/menerapkan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa, sebagai dasar
hukum Kepala Desa membuat/menetapkan kebijakan/keputusan dalam sistim penye-
lenggaraan Pemerintahan Desa.
1. Apabila pada saat penyelenggaraan pemerintahan Desa, Kepala Desa terdapat/
membuat keputusan/kebijakan yang menyimpang dari kaidah dan norma serta
rambu-rambu lainnya yang telah ditetapkan dalam Peraturan Desa maupun pe -
raturan Kepala Desa, maka :

7
a). Pertama, BPD akan memberikan surat resmi pemberitahuan bahwa telah
terjadi adanya penyimpangan kebijakan/keputusan.
b). Kedua, apabila surat resmi pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada hu-
ruf a diatas ayat 1 pasal ini tidak ditanggap baik, maka BPD akan memberikan
surat teguran resmi.
c). Ketiga, dan apabila masih juga tidak dtanggapi surat teguran resmi
sebagaimanadimaksud pada huruf b ayat 1 pasal ini, maka BPD akan
menerbitkan surat pe -ringatan.
2. Tahapan Surat Resmi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a,b dan c pada
pasal ini, sebelum dibuat dan diberikan kepada Kepala Desa terlebih dahulu diada-
kan musyawarah dalam rapat terbatas/rapat paripurna BPD.
3. Kepala Desa diharuskan memberikan tanggapan/klarifikasi dalam bentuk surat
resmi dan menjelaskan langsung dalam rapat paripurna BPD.
4. Keputusan/kebijakan yang menyimpang dari kepala Desa sebagaimana dmaksud
pada ayat 1 pasal ini, apabila menimbulkan dampak negative yang merupakan
kepentingan masyarakat banyak dan pemerintah.

Sanksi bagi Kepala Desa

Pasal 8.

Hal-hal lainnya mengenai sanksi bagi Kepala Desa diatur dala Peraturan Daerah Nomor
---Tahun-----, Bab---- mengenai larangan dan pemberhentian Kepala Desa pasal………

Mengusulkan Pengangkatan dan


Pemberhentian Kepala Desa

Pasal 9.

1. Usulan Pengangkatan Kepala Desa.


BPD mengusulkan calon Kepala Desa terpilih kepada Bupati melalui camat berda -
sarkan Berita Acara hasil Pemilihan Kepala Desa.
2. Pemberhentian Kepala Desa.
a) Pemberhentian sehubungan masa jabatan Kepala Desa telah berakhir diberi-
tahukan oleh BPD secara resmi(surat) kepada Kepala Desa 6 bulan sebelumnya
b) BPD mengusulkan pemberhentian Kepala Desa kepada Bupati melalui camat,
sehubungan :
b.1. Meninggal Dunia
b.2. Permintaan sendiri.
b.3. Diberhentikan.
c) Yang dimaksud diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf b
pasal ini adalah :
c.1. Masa jabatannya sudah berakhir dan telah dilantik pejabat baru.
c.2. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan
tetap berturut-turut selama 6 (enam) bulan.
c.3. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Kepala Desa, sebagaimana diatur
dalam peraturan daerah nomor…tahun…Bab…, mengenai persyaratan

8
pasal…….
c.4. Dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan, sebagaimana diatur dalam
perda nomor….tahun...bab…..,mengenai pelantikan kepala desa pasal…
c.5. Tidak melaksanakan kewajiban sebagai Kepala Desa.
c.6. Melanggar larangan sebagaimana diatur dalam peraturan daerah Nomor
….tahun….bab…, pasal…….
d) Yang dimaksud dengan tidak lagi memenuhi syarat sebagai Kepala Desa
sebagaimana tertera pada ayat 2 huruf c.3 pasal ini, adanya
penyimpangan/pelanggaran ketentuan persyaratan sebagai Kepala Desa
antara lain: Pemalsuan Ijazah, memalsukan usia dan terlibat kasus tindak
pidana korupsi/kriminal.
e) Yang dimaksud dengan tidak melaksanakan kewajiban sebagai Kepala Desa
sebagaimana tertera pada ayat 2, huruf c.5 pasal ini selanjutnya diatur dalam
peraturan daerah nomor….tahun….

Membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa


Dan Panitia Pengawas.

Pasal 10.

1. BPD membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa yang dotetapkan dengan


keputusan BPD.
2. Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini, terdiri dari unsure perangkat
desa, tokoh masyarakat dan pengurus lemabaga kemasyarakatan
3. Susunan Panitia Pemilihan Kepala Desa terdiri dari, Ketua, Sekretaris, Bendahara
dan seksi-seksi yang disesuaikan dengan kebutuhan.
4. Panitia Pemilihan Kepala Desa, sebelum melaksanakan tugasnya wajib
mengangkat sumpah/janji oleh BPD.
5. Panitia Pemilihan Kepala Desa yang terbukti melakukan pelanggaran administrasi
dapat diberhentikan dari kepanitiaan.

Menggali, Menampung, Menghimpun, Merumuskan


Dan menindak lanjuti serta menyalurkan aspirasi masyarakat

Pasal 11.

1. BPD menyusun agenda dalam rangka menggali, menampung dan menyalurkan


aspirasi masyarakat.
2. BPD dapat mengadakan kunjungan kerja kesetiap RT/RW di seluruh wilayah desa
jayamekar untuk menampung aspirasi masyarakat.
3. BPD menghimpun dan merumuskan aspirasi masyarakat, selanjutnya
dibahas/dimusyawarahkan bersama Kepala Desa.

Menyusun Tata-Tertib

Pasal 12

9
1. Tata-Tertib BPD merupakan dasar aturan/acuan disemua aspek kegiatan antara
lain :
a). Dalam rangka membuat kebijakan/keputusan.
b). Pedoman kegiatan/kerja dengan memperhatikan batas-batas kewenangan dan
kewajiban.
c). Larangan dan sanksi.
d). Menyelenggarakan administrasi yang baik, teratur dan tertib.
Tata-Tertib bersumber dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah. Peraturan
Daerah dan Surat Bupati.
2. BPD membentuk tim perumus tata-tertib yang tugasnya membuat konsep
peraturan tata-tertib untuk dibahas pada rapat BPD.
3. Penetapan tata-tertib BPD dilakukan pada rapat dan ditetapkan oleh pimpinan
BPD.
4. Aturan-aturan dalam bab maupun pasala pada peraturan tata-tertib ini dapat
direvisi sesuai dengan perkembangan kondisi.

BAB IV.

HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN

Pasal 13.

Dalam melaksanakan tugasnya BPD dapat meminta keterangan kepada pemerintah


desa maupun warga masyarakat desa, dalam rangka keperluan yang harus diklarifika-
sikan demi kepentingan masyarakat itu sendiri dan kepentingan desa.

Pasal 14.

Hak-hak BPD:
1. Hak BPD dan
2. Hak anggota BPD.
Hak BPD
Pasal 15.

Hak BPD secara kelembagaan adalah hak meminta keterangan kepada Pemerintah
Desa dan hak menyatakan pendapat.
1. Hak meminta keterangan kepada pemerintah desa, hal ini dipertanyakan dikare-
nakan tidak ada keseuaian antara kebijaksanaan/keputusan Kepala Desa dengan
fakta dilapangan.
2. Kerbijaksanaan/keputusan yang dilakukan oleh Kepala Desa menimbulkan dampak
negative, sehingga terjadi reaksi masyarakat berakibat terganggunya pelaksanaan
penyelenggaraan pemerintah desa
3. Dalam rangka upaya untuk meningkatkan pelayanan masyarakat, serta meningkat-
kan kinerja penyelenggaraan pemerintahan desa, BPD selaku lembaga bagian dari

10
penyelenggara pemerintah desa akan memberikan masukan maupun kritikan yang
membangun demi kepentingan desa.

Hak anggota BPD.

Pasal 16.

Hak-hak anggota BPD adalah sebagai berikut :


1. Mengajukan rancangan peraturan desa.
2. Mengajukan pertanyaan.
3. Menyampaikan usul dan pendapat.
4. Memilih dan dipilih dan
5. Memperoleh tunjangan.

Hak Mengajukan Rancangan Peraturan Desa

Pasal 16.

1. Salah satu atau beberapa anggota BPD berhak mengajukan rancangan peraturan
desa mengenai semua aspek urusan desa maupun masyarakat sebagai usulan
prakarsa.
2. Usulan prakarsa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini, disampaikan kepada
pimpinan BPD secara tertulis beserta penjelasannya.
3. Oleh Pimpinan BPD, konsep usulan prakarsa tersebut diatas diserahkan kepada
panitia legislasi/panitia musyawarah bersama bidang yang terkait guna dipelajari
dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk dibahas dalam rapat BPD/rapat
Pleno.
4. Acara pembahasan usulan rancangan peraturan desa pada rapat BPD/rapat
paripurna diatus sebagai berikut:
a). Pemprakarsa usulan diberi kesempatan untuk memberikan penjelasan.
b). Penadapat/pandangan umum forum rapat.
c). Tanya jawab/klarifikasi.
5. Selama usulan prakarsa rancangan peraturan desa belum diputus-resmi menjadi
usulan/produk hukum BPD, pengusul diberi kesempatan untuk mengadakan peru-
bahan dan/atau menariknya kembali.

Hak Mengajukan Pertanyaan.

Pasal 17.

Anggota BPD, berhak mengajukan pertanyaan mengenai semua aspek permasalahan


baik dilingkungan lembaga sendiri maupun dilingkungan penyelenggara pemerintah
desa, selanjutnya pimpinan rapat berkewajiban memberikan jawaban/klarifikasi.

Hak Menyampaikan Usul dan Pendapat.

11
Pasal 18.

1. Setiap usulan dan pendapat para anggota BPD diajukan dalam rapat BPD.
2. Usulan dan pendapat yang dimaksud pada ayat 1 pasal ini, dapat berupa usulan
dan pendapat lisan maupun tulisan.:
a). Usulan dan pendapat lisan dicatat dalam buku notulen rapat oleh sekretaris
BPD.
b). Usulan dan pendapat disampaikan secara tertulis harus ditanda-tangani.
c). Usul dan pendapat lisan maupun tertulis dibahas dalam rapat dengan memberi
kesempatan pada forum rapat untuk menyampaikan pandangannya terhadap
usul dan pendapat tersebut.
3. Keputusan disetujui atau ditolaknya suatu usulan dan pendapat ditetapkan dari
hasil musyawarah mufakat bersama yang merupakan keputusan kolektif dengan
legal-formal berita acara yang ditanda-tangani.

Hak Memilih dan Dipilih

Pasal 19.

Setiap anggota BPD mempunyai hak memilih dan dipilih, untuk dan atas namanya mau-
pun anggota lainnya, demi kebersamaan serta tanggung-jawab, dalam rangkamengem-
ban tugas/amanat masyarakat.

Hak Menerima Tunjangan.

Pasal 20.

1. Pimpinan dan anggota BPD menerima tunjangan disesuaikan dengan kemampuan


desa.
2. Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini, ditetapkan dalam APBDes
serta dari sumber lainnya.

KEWAJIBAN

Pasal 21.

Kewajiban BPD meliputi :


1. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan.
2. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.
3. Mempertahankan dan memelihara hokum nasional serta keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
4. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindak lanjuti aspirasi masyarakat.
5. Membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa.
6. Mendahulukan kepentingan umum diatas segala kepentingan pribadi, kelompok
dan golongan.
7. Menghormati nilai-nilai social budaya dan adat-istiadat masyarakat setempat.

12
8. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan kelembagaan
masyarakat.

Pasal 22.

Dalam menunaikan kewajiban BPD, sebagaimana dimaksud pada pasal 21,


Terdapat beberapa hal pokok yang menunjang keberhasilan diantara lain :
1. Taat pada aturan dan perundang-undangan yang berlaku.
2. Menghormati dan menghargai pandapat orang lain.
3. Tanggap terhadap semua informasi dan pro-aktif menyelesaikan semua
permasalahan.
4. Memiliki rasa kebersamaan.
5. Peduli tertib hokum.
6. Memiliki inisiatif dan inovasi demi lancarnya dan terwujudnya pembangunan serta
kepentingan umum diatas segalanya.
7. Menumbuh-kembangkan norma dan nilai-nilai kehidupan social-budaya, adat -
istiadat.
8. Mencegah adanya perpecahan pada sendi-sendi kehidupan masyarakat.

Larangan

Pasal 23.

1. Pimpinan dan anggota BPD tidak boleh rangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan
perangkat desa.
2. Pimpinan dan anggota BPD dilarang :
a). Sebagai pelaksana proyek.
b). Merugikan kepentingan umum, meresahkan kelompok masyarakat,
mendiskrimanasi warga atau golongan.
c). Korupsi, Kolusi, Nepotisme, menerima uang/barang dan atau jasa dari pihak
lain yang dapat mempengaruhi keputusan/tindakan.
d). Menyalahkan-gunakan wewenang.
e). Melanggar sumpah-janji.
f). Membuat keputusan khusus untuk kepentingan diri-sendiri, anggota keluarga,
kroni/pertemanan dan golongan tertentu.
g). Melakukan provokasi terhadap masyarakat untuk kepentingan pribadi,
kelompok atau golongan.
h). Melanggar norma-norma kehidupan yang berkembang di masyarakat.
i). Lalai melaksanakan tugas dan kewajiban, sehingga merugikan kepentingan
masyarakat.
j). Melakukan tindakan yang dapat merugikan orang lain.
k). Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan martabat dan kehormatan.

BAB V.

SANKSI DAN PENGHARGAAN

Pasal 24.

13
1. Sanksi-sanksi:
a). Pimpinan BPD akan memberikan teguran/peringatan/sanksi resmi berdasarkan
hasil musyawarah mufakat bersama dengan badan kehormatan BPD.
b). Sanksi ringan adalah tindakan administrasi, sedangkan sanksi berat adalah
pemberhentian.
c). Sanksi administrasi/teguran, keputusannya dapat dilakukan langsung oleh pim-
pinan BPD apabila anggota :
c.1. Tidak menghadiri berturut-turut 3(tga) kali rapat BPD.
c.2. Lalai dalam menunaikan tugas dan kewajiban.
d). Sanksi berat/diberhentikan, setelah diabaikannya surat peringatan, hal inidila-
kukan oleh pimpinan BPD berpedoman kepada pasal 23 pada peraturan tata -
tertib ini dan pula atas hasil pertimbangan yang dimufakati bersama pada rapat
khusus BPD.
e). Semua bentuk surat-surat sanksi disimpan/diarsipkan secara baik.
f). Sanksi yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi/criminal, selain diberhenti
kan dari keanggotaan BPD juga diberlakukan ketentuan peraturan dan per-
undang undangan yang berlaku.
g). Pimpinan BPD menyampaikan laporan/tembusan surat kepada Bupati melalui
camat.
h). Sanksi bagi pimpinan BPD diputuskan dalam rapat pleno BPD.
2. Penghargaan.
Anggota BPD yang berakhire masa jabatannya dan tidak lagi menjadi anggota,
diberikan penghargaan oleh pemerintah daerah.

BAB VI.

PEMBERHENTIAN, PENGGANTI ANTAR WAKTU


DAN MASA KEANGGOTAAN.

Pasal 25.

1. Anggota BPD diberhentikan karena:


a). Meninggal Dunia.
b). Mengajukan pengunduran diri secara tertulis kepada pimpinan BPD
c). Bertempat tinggal diluar desa atau diluar wilayah keterwakilan.
d). Tidak lagi memenuhi persyaratan pada saat pencalonan anggota BPD.
e). Telah berakhirnya masa bhakti.
f). Melanggar larangan-larangan sebagai anggota BPD.
h). Tidak dapat melaksanakan tugas dan kewajiban.
2. Anggota BPD antar-waktu, menggantikan posisi yang diberhentikan sesuai
dengan keterwakilan dari wilayahnya(wilayah anggota yang diberhentikan).
3. Anggota BPD antar-waktu dilantik oleh Bupati.

Pasal 26.

Masa-bhakti keanggotaan BPD adalah 6(enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan


kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya

14
BAB VII

MEKANISME KERJA.

Pasal 27.

Dalam melaksanakan tugasnya BPD berpedoman kepada peraturan tata-tertib.

Pasal 28.

Rapat-rapat BPD.
1. Rapat BPD dipimpin oleh Ketua/pimpinan BPD.
2. Apabila Ketua BPD berhalangan melaksanakan tugas, maka rapat dipimpin oleh
wakil Ketua BPD.
3. Sekretaris mencatat semua hasil-hasil rapat BPD dan bertanggung-jawab secara
administratif.
4. Rapat BPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1(satu), dinyatakan sah apabila
dihadiri oleh sekurang-kurangnya1/2 dari jumlah anggota BPD, dan keputusan
ditetapkan dengan suara terbanyak.
5. Dalam hal tertentu rapat BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota BPD, dan keputusan ditetapkan dengan
persetujuan sekurang-kurangnya ½ ditambah 1 dari jumlah anggota BPD yang
hadir.
6. Hasil rapat BPD ditetapkan dengan keputusan BPD dan dilengkapi dengan notulen
rapat yang dibuat sekretaris BPD.
7. BPD melaksanakan rapat/musyawarah minimal tiga kali dalam setahun.

BAB VII.

HUBUNGAN DAN TATA KERJA.

Pasal 29.

1. Sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa, BPD merupakan satu-kesatuan


yang utuh, jalinan kerja yang tak terpisahkan bersama kepala desa dalam rangka
menyelenggarakan pemerintahan desa.
2. Hubungan BPD dengan lembaga kemasyarakatan lainnya bersifat kemitraan,
koordinatif dan konsultatif.
3. Hubungan sebagaimana dimaksud pada ayat 2(dua), adlah sebagai berikut:
a. Bersifat kemitraan yaitu, mempunyai kedudukan dan tanggung-jawab yang
sama sabagai bagian dari pemerintahan desa.
b. Bersifat kordinatif, yaitubagian-bagian tatkala satu sama lain dari gerakan,
kegiatan/pekerjaan dilakukan pada saat yang tepat sehingga dapat
memberikan sumbangan hasil yang optimal secara keseluruhan.

15
c. Bersifat konsultatif< yaitu memberikan pengawasan, arahan serta saran dan
menjadi alat penyampaian aspirasi masyarakat terhadap penyelenggaraan
pemerintahan desa.

BAB VIII.

KEUANGAN DAN ADMINISTRASI

Pasal 30.

1. Didalam melaksanakan kegiatannya, BPD ditunjang dengan biaya operasionil yang


besarnya relative, disesuaikan dengan kemampuan keuangan desa.
2. Administrasi keuangan dikelola oleh sekretaris BPD.
3. Pos-pos keuangan anggaran BPD dibuat sesuai dengan kebutuhan setiap tahun
dan ditetapkan dalam APBDesa.
4. Bendahara adalah bendahara desa.

Pasal 31.

1. Pimpinan dan anggota BPD menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan


keuangan desa.
2. Tunjangan sebagaimana dimaksud ayat 1(satu), ditetapkan setiap tahun dalam
APBDesa.

Pasal 32.

1. Kelengkapan administrasi BPD terdiri dari


a). Buku daftar anggota BPD.
b). Buku agenda surat masuk.
c). Buku agenda surat keluar.
d). Buku agenda rapat.
e). Buku daftar peraturan desa.
f). Buku daftar peraturan Kepala Desa.
g). Buku daftar Keputusan BPD.
h). Buku ekspedisi.
I). Buku tamu.
j). Buku kas.
2. Ketentuan mengenai format buku dan kelengkapan administrasi BPD lainnya
diatur dalam peraturan Bupati tentang pedoman tata naskah dinas dilingkungan
pemerintah desa.

BAB IX.

PEMBINAAN

Pasal 33.

16
1. Pembinaan kepada BPD dilakukan Bupati.
2. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1(satu) berupa pedoman standar,
pelaksanaan, perencanaan, penelitian, pengembangan, bimbingan, pendidikan
dan pelatihan, konsultasi, supervise, monitoring, pengawasan umum serta evaluasi
pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan desa.
3. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1(satu), dapat dilimpahkan kepada
camat.
4. Pelimpahan kewenangan ke[ada camat sebagaimana dimaksud pada ayat 3(tiga),
ditetapkan dengan peraturan bupati.

BAB X.

ALAT KELENGKAPAN BPD.

Pasal 34.

1. Alat kelengkapan BPD terdiri atas:


a). Pimpinan.
b). Bidang.
c). Badan kehormatan.
d). Panitia anggaran.
e). Panitia legislasi.
f). Alat kelengkapan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
2. Bidang sekurang-kurangnya terdiri atas :
a). Bidang pemerintahan.
b). Bidang perekonomian dan pembangunan.
3. Anggota BPD yang tergabung dalam bidang dapat merangkap jabatan dalam
panitia anggaran, panitia legislasi dan badan kehormatan yang rekruitmen keanggo
taannya dapat dipilih atau ditunjuk dengan memperhatikan latar belakang pendidi
kan, kemampuan, wawasan pengetahuan dari masing-masing anggota BPD.

Bagian kesatu
Pimpinan BPD

Pasal 35.

1. Pimpinan BPD terdiri dari 1(satu) orang ketua, 1(satu) orang wakil ketua dan
1(satu) orang sekretaris.
2. Pimpinan BPD adalah sebagai alat kelengkapan BPD merupakan pimpinan bersifat
kolektif.
3. Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1(satu), dipilih dari dan oleh
anggota BPD secara langsung dalam rapat BPD yang diadakan secara khusus dan
diresmikan secara administrasi dengan keputusan Bupati.

Pasal 36.

1. Pimpinan BPD mempunyai tugas:


a). Memimpin jalannya sidang-sidang dan menyimpulkan hasil rapat/siding untuk

17
mengambil keputusan.
b). Menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja antara ketua dan
wakil ketua.
c). Melaksanakan dan mensosialisasikan keputusan BPD.
d). Mengadakan konsultasi dengan kepala desa dan aparat desa lainnya sesuai
dengan keputusan BPD.
e). Mewakili BPD dan/atau alat kelengkapan BPD di pengadilan.
f). Melaksanakan keputusan BPD berkenaan dengan penetapan sanksi atau reha-
bilitasi anggota sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
g). Mempertanggung-jawabkan pelaksanaan tugas dalam rapat paripurna BPD.
2. Memberikan pendapat dan pandangan mengenai masalah-masalah dan kegiatan
BPD kepada masyarakat atau media massa.

Pasal 37

Setiap keputusan pimpinan BPD harus melalui mekanisme pembahasan dalam rapat
BPD untuk menerima masukan dan pertimbangan dari anggota BPD yang lain dan di-
dukung dengan berita acara hasil musyawarah BPD.

Pasal 38.

Pimpinan BPD berhenti atau diberhentikan dari jabatannya karena:


a. Meninggal dunia.
b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis.
c. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
sebagai pimpinan BPD.
d. Melanggar larangan sebagai BPD, melanggar kode etik BPD dengan atau tanpa
berdasarkan hasil pemeriksaan badan kehormatan BPD.
e. Dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
f. Terdaftar sebagai calon legislatif.

Pasal 39.

Sekretaris BPD berkewajiban melaksanakan tugasnya sebagai berikut :


a. Mempersiapkan keperluan rapat.
b. Bersama Ketua atau wakil ketua BPD membuat agenda rapat dan jadwal kegiatan
BPD.
c. Notulasi rapat dan membuat berita-acara rapat.
d. Mengelola kas BPD.
e. Membantu tugas-tugas ketua dan wakil ketua.
f. Penyelenggara keadministrasian BPD.
g. Bertanggung-jawab kepada ketua/wakil ketua.

Bagian kedua
Bidang-bidang

18
Pasal 40.

1. Bidang merupakan alat kelengkapan BPD yang bersifat tetap dibentuk oleh BPD
pada awal masa jabatan keanggotaan BPD.
2. Setiap anggota BPD kecuali pimpinan BPD, menjadi anggota salah satu bidang.
3. Penempatan anggota BPD dalam bidang-bidang dan perpindahan ke bidang-
bidang didasarkan hasil musyawarah dengan memperhatikan latar belakang
pendidikan atau pengalaman dalam tugas dan kompetensinya.
4. Ketua dan sekretaris bidang dipilih dari dan oleh anggota bidang dan dilaporkan
dalam rapat paripurna BPD.
5. Masa tugas sebagai pimpinan/anggota bidang paling lama 3(tiga) tahun, setelah
itu dapat dipilih kembali pada bidang yang sama atau pindah ke bidang yang lain.

Pasal 41.

Bidang mempunyai tugas sebagai berikut:


a. Melakukan pembahasan terhadap rancangan peraturan desa dan rancangan
keputusan BPD.
b. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan, pemerintahan dan
kemasyarakatan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.
c. Membantu pimpinan BPD untuk mengupayakan penyelesaian masalah yang
disampaikan oleh kepala desa dan masyarakat kepada BPD.
d. Menerima, menampung dan membahas serta menindak-lanjuti aspirasi
masyarakat.
e. Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.
f. Melakukan kunjungan kerja bidang yang bersangkutan atas persetujuan pimpinan
BPD.
g. Mengadakan rapat kerja dan dengar pendapat dengan mitra kerja atau perangkat
desa atau dengan lembaga kemasyarakatan.
h. Mengajukan usul kepada pimpinan BPD yang termasuk dalam ruang lingkup
bidang tugas masing-masing.
i. Memberikan laporan tertulis kepada pimpinan BPD tentang hasil pelaksanaan
tugas bidang.

Ruang Lingkup Kerja Bidang

Bidang Pemerintahan

Pasal 42.

Bidang pemerintahan adalah menangani masalah sebagai berikut:


a. Aturan/peraturan, hokum dan perundang-undangan
b. Kependudukan.
c. Komunikasi dan informasi.
d. Keamanan dan ketertiban.
e. Birokrasi.
f. Perijinan.

19
g. Sosial- politik.

Bidang Perekonomian dan Pembangunan


Pasal 43

Bidang perekonomian dan pembangunan manangani masalah :


a. Perekonomian.
a1. Perdagangan dan industry
a2. Pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan.
a3. Pariwisata dan koperasi
b. Pembangunan.
b1. Infra dan supra struktur.
b2. Tata desa.
b3. Pertamanan dan kebersihan
b4. Pertambangan dan energy.
b5. Perumahan dan lingkungan hidup.

Bidang Kesejahteraan

Pasal44

Bidang Kesejahteraan membawahi.:


a. Pendidikan dan ketanaga-kerjaan. Transmigrasi.
b. Kepemudaan/Pramuka dan olah-raga.
c. Agama.
d. Sosial-budaya.
e. Kesehatan dan keluarga berencana
f. Peranan wanita.

Bagian ketiga
Badan Kehormatan BPD

Pasal 45.

1. Badan Kehormatan merupakan alat kelengkapan BPD yang bersifat tetap dan
dibentuk oleh BPD pada awal masa jabatan keanggotaan BPD yang berjumlah
ganjil.
2. Pimpinan badan kehormatan terdiri atas seorang ketua dan seorang wakil ketua
yang dipilih dari dan oleh anggota badan kehormatan.
3. Masa tugas anggota badan kehormatan paling lama 3(tiga) tahun.

Pasal 46.

Badan kehormatan mempunyai tugas sebagai berikut:


a. Mengamati, mengevaluasi disiplin, etika dan moral para anggota BPD dalam
rangka menjaga martabat dan kehormatan sesuai dengan kode-etik BPD.

20
b. Meniliti dugaan pelanggaran yang dilakukan anggota BPD terhadap peraturan tata-
tertib dank ode etik BPD serta larangan sebagai anggota BPD atau melanggar
sumpah sebagai anggota BPD.
c. Melakukan penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi atas pengaduan pimpinan BPD,
masyarakat atau pemilih.
d. Menyampaikan kesimpulan atas hasil penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi
sebagaimana dimaksud pada huruf c, sebagai rekomendasi untuk ditindak-lanjuti
oleh BPD.
e. Menyampaikan rekomendasi kepada pimpinan BPD berupa rehabilitasi nama baik
apabila tidak terbukti adanya pelanggaran yang dilakukan anggota BPD atas
pengaduan pimpinan BPD, masyarakat atau pemilih.

Pasal 47.

Dalam melaksanakan tugasnya, badan kehormatan berwenang:


a. Memanggil anggota BPD yang bersangkutan untuk memberikan penjelasan dan
pembelaan terhadap dugaan pelanggaran yang dilakukan.
b. Meminta keterangan pelapor, saksi dan atau pihak-pihak lain yang terkait
termasuk untuk meminta dokumen atau bukti lain.

Bagian Ke-empat
Panitia Anggaran

Pasal 48.

1. Panitia anggaran merupakan alat kelengkapan BPD yang bersifat tetap dan
dibentuk pada awal masa jabatan keanggotaan BPD.
2. Susunan keanggotaan pasnitia anggaran terdiri atas seorang ketua dan seorang
wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota panitia anggaran dengan
memperhatikan latar belakang pendidikan, kemampuan dan pengalaman dari
masing-masing anggota BPD.
3. Jumlah keanggotaan panitia anggaran sebanyak-banyaknya 5(lima) orang.
4. Masa tugas keanggotaan panitia anggaran adalah 1(satu) tahun dan dapat dipilih
kembali.

Pasal 49.

Panitia Anggaran mempunyai tugas sebagai berikut :


a. Memberikan saran dan pendapat kepada kepala desa dalam mempersiapkan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selambat-lambatnya empat
bulan sebelum ditetapkannya Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa berupa
pokok-pokok pikiran BPD.
b. Memberikan saran dan pendapat kepada kepala desa dalam mempersiapkan
penetapan, perubahan dan pelaksanaan pertanggung-jawabkan APBDesa sebelum
sebelum ditetapkan dalam rapat paripurna.

21
c. Memberikan saran dan pendapat kepada pimpinan BPD mengenai pra Rancangan
APBDesa, Rancangan APBDesa baik penetapan, perubahan dan pertanggung-
jawaban pelaksanaan APBDesa yang telah disampaikan oleh kepala desa.
d. Memberikan saran dan pendapat terhadap rancangan perhitungan anggaran yang
disampaikan oleh kepala desa keapada BPD.
e. Menyusun anggaran belanja BPD dan memberikan saran terhadap penyusunan
anggaran belanja sekretariat BPD.
f. Melakukan kajian dan memberi saran, pendapat kepada kepala desa dan pimpinan
BPD mengenai upaya yang perlu dilakukan dalam penggalian sumber peandapatan
asli desa yang baru dan potensial.
g. Memberikan saran dan pendapat dalm perumusan atau pembahasan peraturan
desa tentang pendapatan asli desa.

Panitia Legislasi

Pasal 50.

1. Panitia legislasi merupakan alat kelengkapan BPD yang bersifat tetap dan dibentuk
oleh BPD pada awal masa jabatan keanggotaan BPD.
2. Susunan keanggotaan panitia legislasi terdiri atas seorang ketua dan seorang wakil
ketua yang dipilih dari dan oleh anggota panitia legislasi dengan memperhatikan
latar belakang pendidikan, kemampuan serta pengalaman dari masing-masing
anggota BPD.
3. Jumlahnya keanggotaan panitia legislasi sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.
4. Masa tugas anggota panitia legislasi paling lama 3(tiga) tahun dan dapat dipilih
kembali.

Pasal 51.

1. Tugas Panitia Legislasi adalah sebagai berikut:


a. Merencanakan program serta menyusun urutan prioritas pembahasan
rancangan peraturan desa.
b. Meng-inventarisasi dan mengkaji setiap peraturan desa.
c. Mengkaji dan menyusun rancangan peraturan desa atas usulan inisiatif BPD
berdasarkan program prioritas yang telah ditetapkan.
d. Melaporkan hasil kegiatannya kepada pimpinan BPD.
2. Panitia legislasi dalam melaksanakan tugasnya dapat:
a. Mengadakan koordinasi dan atau konsultasi dengan pihak kabupaten,
kecamatan atau pihak lain yang dianggap perlu mengenai hal yang
menyangkut ruang lingkup tugasnya.
b. Memberikan rekomendasi kepada bidang yang terkait mengenai penyusunan
program dan urutan prioritas pemnahasan rancangan peraturan desa.
c. Memberikan rekomendasi kepada bidang yang terkait berdasarkan hasil
pemantauan terhadap materi peraturan desa.
d. Mengadakan rapat kerja dan rapat dengar pendapat.
e. Mengadakan kunjungan kerja dan/atau studi banding yang hasilnya dilaporkan
kepada pimpinan BPD.

22
f. Melaporkan hasil kerjanya kepada pimpinan BPD secara berkala 3(tiga) bulan
sekali.

Panitia Musyawarah
Kedudukan, Susunan Panitia dan Tugas

Pasal 52.

1. Kedudukkan dan Susunan Panitia Musyawarah:


a. Panitia musyawarah selanjutnya disebut Panmus, sebagai salah satu alat
kelengkapan BPD.
b. Panitia musyawarah terdiri dari pimpinan BPD, para ketua bidang, ketua ketua
badan kehormatan dan para ketua panitia-panitia lain dari alat kelengkapan
BPD.
c. Ketua atau wakil ketua BPD karena jabatannya adlah ketua panitia
musyawarah.
d. Sekretaris BPD, karena jabatannya adalah sekretaris panitia musyawarah.
2. Tugas panitia musyawarah, adalah memberi saran-pendapat dan pertimbangan
kepada pimpinan BPD dalam rangka untuk membuat kebijakan atau keputusan.

Panitia Khusus
Kedudukkan dan Susunan

Pasal 53.

1. Panitia khusus, selanjutnya disebut Pansus, merupakan alat kelengkapan BPD


bersifat sementara.
2. Pansus, dibentuk oleh pimpinan BPD berdasarkan pertimbangan khusus dari
panitia musyawarah, diputuskan dan ditetapkan pada rapat panitia musyawarah
BPD.
3. Jumlah keanggotaan Pansus disesuaikan dengan kebutuhan.
4. Wakil Ketua BPD sehubungan dengan jabatannya adlah sebagai ketua Pansus,
diputuskan dan ditetapkan dalam rapat panitia musyawarah BPD.

Tugas dan Kewajiban Panitia Khusus

Pasal 54.

1. Karena sifatnya khusus, maka tugasnya menyelesaikan atau membahas masalah-


masalah tertentu dengan waktu tertentu bertanggung-jawab pada ketua BPD
dalam rapat BPD.
2. Pansus dapat menyelenggarakan rapat kerja apabila dipandang perlu
melaksanakan peninjauan dan dengar pendapat langsung di lapangan dengan
senantiasa memperhatikan aspirasi masyarakat.
3. Masa tugas Pansus dapat diperpanjang apabila diperlukan.
4. Pembentukan dan pembubaran Pansus dilakukan oleh ketua BPD dalam rapat
panitia musyawarah BPD.

23
BAB XI.

MEKANISME PENCALONAN PEMILIHAN


PIMPINAN BPD

Pasal 55.

1. Rapat pemilihan pimpinan BPD harus dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota BPD.
2. Apabila jumlah peserta rapat masih belum memenuhi quorum, pimpinan rapat
dapat menunda palaing lama 1(satu) jam, dan seandainya masih juga belum
mencapai quorum pula maka ditunda lago paling lama 1(satu) jam selanjutnya
dapat diselenggarakan pemilihan.
3. Pimpinan rapat pemilihan diketuai oleh salah satu anggota yang tertua dan
pelaksanaannya dibantu oleh anggota BPD yang termuda.
4. Proses pelaksanaan pemilihan pimpinan BPD dapat dilakukan denagn cara:
a. Pertama proses pemilihan ketua, selanjutnya ketua tepilih menunjuk
Wakil ketua dan sekretaris yang memiliki kemampuan dan pengetahuan
sehingga menjadi tim kerja yang sinergik.
b. Kedua proses pemilihan bertahap, masing pemilihan ketua, kemudian wakil
ketua selanjutnya pemilihan sekretarsi.
c. Azas pemilihan, demokrasi, langsung, rahasia, jujur dan adil.
5. Hasil akhir tahapan pemilihan pimpinan BPD diputuskan dan ditetapkan dalam
beriata-acara pemilihan pimpinan BPD.
6. Ketua BPD terpilih menyampaikan sambutan.

Pengisian Kekosongan Pimpinan BPD

Pasal 56.

1. Apabila terjadi kekosongan salah satu jabatan pimpinan BPD, maka akan dilakukan
pemilihan kembali.
2. BPD memberitahukan kepada Bupati melalui camat mengenai adanya kekosongan
jabatan pimpinan BPD dan rencana pemilihan kembali.

BAB XII.

KODE ETIK

Pasal 57.

1. Pengertian kode etik BPD, adalah norma-norma atau aturan-aturan yang


merupakan kesatuan landasan etika atau filosofis dengan pengaturan perilaku

24
maupun ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang atau tidak patut
dilakukan oleh anggota BPD.
2. Tujuan Kode etik BPD, adalah bertujuan untuk menjaga martabat, kehormatan,
citra dan kredibilitas serta akuntabilitas anggota BPD sebagai cermin dan sikap
anggota BPD dalam rangka menjalankan tugas, wewenang serta kewajibannya
untuk kepentingan masyarakat dan Negara.
3. Senantiasa santun berucap, bijak bersikap, tegas bertindak, jujur berperilaku,
menjalin hubungan kerja yang harmonis dengan/atau antar penyelenggara
pemerintahan desa maupun antar anggota BPD dan pihak lain.
4. Menghindari hal-hal yang tidak patut dan layak untuk dilakukan.
5. Menjaga etika dalam penyampaian pendapat, tanggapan dan jawaban sanggahan
dengan menghargai kesempatan hak berbicara.
6. Pelanggaran terhadap kode-etik BPD akan dibahas dalam rapat/ musyawarah
badan kehormatan BPD untuk memutuskan dan menetapkan sanksi.

BAB XIII

RAPAT-RAPAT BPD

Pasal 58.

1. BPD mengadakan rapat sekurang-kurangnya 3(tiga) kali dalam setahun.


2. Seluruh alat kelengkapan maupun anggota BPD masing-masing dapat
mengusulkan rapat pada pimpinan BPD sehubungan dengan permasalahan yang
harus di bahas.
3. Seluruh alat kelengkapan maupun anggota BPD menghadiri rapat atas undangan
pimpinan BPD.

Jenis-jenis Rapat

Pasal 59.

Jenis-jenis rapat terdiri dari :


a. Rapat Paripurna Istimewa.
b. Rapat Paripurna Khusus.
c. Rapat Paripurna.
d. Rapat Pimpinan BPD.
e. Rapat Panitia Musyawarah.
f. Rapat Bidang
g. Rapat gabungan Bidang
h. Rapat Badan Kehormatan.
i. Rapat Panitia
j. Rapat Panitia Khusus.
k. Rapat Kerja dan
l. Rapat Dengar Pendapat.

Rapat Paripurna Istimewa

25
Pasal 60.

Rapat Paripurna Istimewa.


Adalah rapat anggota BPD, dipimpin oleh salah satu ketua BPD untuk melaksanakan
acara tertentu sampai diambilnya suatu keputusan.

Rapat Paripurna

Pasal 61.

Rapat Paripurna, adalah rapat rapat anggota BPD bersam pemerintah desa, dipimpin
oleh pimpinan BPD, merupakan forum rapat tertinggi dalam melaksanakan tugas dan
wewenang diantaranya dalam rangka menetapkan rancangan peraturan desa menjadi
peraturan desa atau menetapkan keputusan desa.

Rapat Paripurna Khusus

Pasal 62.

Rapat Paripurna Khusus, adalah rapat anggota BPD diselenggarakan oleh pimpinan
BPD untuk membahas permasalahan khusus.

Rapat Pimpinan

Pasal 63.

Rapat Pimpinan BPD, adalah rapat unsur pimpinan BPD dalam rangka membahas
rencana kegiatan disekitar tugas dan kewajiban selaku pimpinan BPD.

Rapat Panitia Musyawarah

Pasal 64.

Rapat Panitia Musyawarah, adalah rapat anggota BPD dipimpin oleh Ketua
Panitia musyawarah dalam rangka untuk mengambil kebijakan/keputusan pada
Semua aspek kegiatan atau permasalahan BPD dan lain sebagainya.

Rapat Bidang

Pasal 65.

Rapat Bidang, adalah rapat unsure anggota bidang dipimpin oleh ketua bidang,
membahas permasalahan yang berkaitan dengan tugas dan kewajiban bidang
masing-masing.

26
Rapat Gabungan Bidang

Pasal 66.

Rapat Gabungan Bidang, adalah rapat dari unsur semua bidang alat kelengka-
Pan BPD dalam rangka member laporan kepada pimpinan BPD guna diputuskan
Dan ditetapkan sebagai hasil lembaga, dipimpin oleh ketua BPD.

Rapat Badan Kehormatan

Pasal 67.

Rapat Badan Kehormatan, adalah rapat dari unsure anggota badan kehormatan
dalam rangka membahas terdapatnya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan
anggota BPD, dipimpin oleh ketua badan kehormatan dimana hasilnya akan dila
porkan kepada pimpinan BPD selanjutnya akan diputuskan dan ditetapkan bentuk
sanksi pada rapat khusus.

Rapat Panitia

Pasal 68.

Rapat Panitia, adalah rapat dari unsur anggota panitia dalam rangka membahas
Rencana tugas dan kewajiban, di pimpin oleh masing-masing ketua panitia.

Rapat Panitia Khusus

Pasal 69.

Rapat Panitia Khusus, adalah rapat dari unsur anggota panitia khusus, dipimpin
Oleh ketua pansus dalam hal ini eakil ketua BPD,

Rapat Kerja

Pasal 70.

Rapat Kerja, adalah rapat anggota BPD juga dihadiri oleh pemerintah desa maupun
dari unsur lembaga kemasyarakatan, lembaga kemitraan, serta elemen terkait, da-
lam rangka evaluasi kinerja atau penyampaian sosialisasi mengenai kebijakanpeme-
rintah, rapat kerja ini dipimpin oleh pimpinan BPD.

Rapat Dengar Pendapat

Pasal 71.

Rapat Dengar Pendapat, adalah rapat-rapat yang dapat diselenggarakan oleh pim -

27
pinan BPD, unsur-unsur alat kelengkapan BPD, dalam rangka untuk mencari atau
menampung informasi dari sumber-sumber yang terkait sehubungan dengan tugas
dan kewajiban masing-masing.

Sifat-sifat Rapat

Pasal 72.

Rapat-rapat yang diselenggarakan oleh BPD, pada umumnya bersifat terbuka untuk
umum, terkecuali atas permintaan dari anggota PD dan atau bila dipandang perlu oleh
pimpinan BPD dan dinyatakan sebagai rapat tertutup.

Rapat Terbuka & rapat Tertutup

Pasal 73.

1. Rapat Terbuka:
Rapat yang diselenggarakan oleh BPD dan terbuka untuk dihadiri oleh umum.
2. Rapat Tertutup:
a. Rapat yang diselenggarakan oleh BPD dan dinyatakan tidak diperkenankan
dihadiri oleh umum.
b. Karena sifatnya tertutup/rahasia, maka hasil keputusan rapat harus dijaga
kerahasiaannya oleh seluruh peserta rapat tertutup.
c. Yang dimaksud rahasia sebagaimana dimaksud pada ayat 2huruf b pasal ini
adalah berkaitan dengan hal-hal yang tidak perlu diketahui oleh semua orang
demi kepentingan pemerintah/negaraDokumen hasil rapat tertutup harus
ditulis/dicantumkan tulisan “Rahasia”.
d. Notulen rapat/berita-acara rapat tertutup harus dipelihara dan
dijaga/diamankan secara baik. Rapat-rapat tertutup yang hasilnya perlu
diketahui oleh orang banyak/ umum ialah:
d.1. Pemilihan pimpinan BPD.
d.2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
d.3. Utang-piutang dan beban kepala desa.
d.4. Badan Usaha Milik Desa.
d.5. Penghapusan tagihan sebagian atau keseluruhan.
d.6. Persetujuan penyelesaian perkara perdata secara musyawarah.

Waktu-waktu Rapat

Pasal 74.

1. Jadwal rapat-rapat BPD ditentukan oleh pimpinan setelah mendengar


pertimbangan pelaksana penyelenggara musyawarah/rapat.
2. Rapat-rapat BPD penyelenggaraannya dapat dilakukan pada siang maupun malam
hari atau disesuaikan dengan kondisi.

Tata-Cara Rapat

28
Pasal 75.

1. Pemimpin BPD memberikan undangan kepada para anggota BPD.


2. Peserta rapat, 15(limabelas) menit sebelum acara dimulai harus sudah hadir.
3. Setiap peserta rapat harus menanda-tangani daftar hadir.
4. Bagi peserta bukan anggota BPD disediakan khusus daftar hadir tersendiri.
5. Rapat dapat dimulai apabila kehadiran peserta minimal 50(limapuluh) persen dari
jumlah undangan yang disebar.
6. Bagi anggota BPD/peserta rapat yang berhalangan hadir, agar memberi-
Tahukan kepada penyelenggara rapat sebelum acara rapat dimulai.
7. Rapat belum dapat dilaksanakan apabila peserta rapat yang hadir belum
memenuhi quorum dan waktunya diperpanjang paling lama 1(satu) jam.

Etika Rapat.

Pasal 76.

1. Penyelenggara rapat memberi kesempatan kepada seluruh peserta rapat dengan


mencatat nama pembicara serta menetapkan lama waktu berbicara.
2. Apabila pembicara sudah habis waktunya, penyelenggara atau pimpinan rapat
agar memberitahukan.
3. Penyelenggara atau pimpinan rapat menegur/mengingatkan kepada pembicara
apabila terjadi/terdapat penyimpangan dari pokok permasalahan/bahasan yang
sebenarnya.
4. Hindari munculnya interupsi/pembicaraan sela, hormati pembicara sampai
menyelesaikan pembicaraannya.
5. Pembicara lain agar menunggu sesuai dengan urutan permintaannya.
6. Penyelenggara atau pimpinan rapat dapat menyela/mengakhiri pembicaraan
pembicara, apabila:
a. Menyimpang jauh dari pokok bahasan/permasalahan.
b. Melampui waktu yang sudah ditetapkan.
7. Penyampaian kata atau kalimat pembicara harus mudah dipahami, tertib dan
sopan.
8. Apabila terjadi perbedaan pendapat sehingga terjadi dead-lock/buntu, maka
penyelenggara mangakhiri rapat dan menunda rapat paling lama dalam jangka
waktu 24(duapuluhempat) jam.
9. Diakhir penyelenggaraan rapat, pimpinan rapat membuat kesimpulan dan
membuat keputusan hasil rapat.

Risalah atau Berita-Acara


Catatan Rapat dan Laporan

Pasal 77.

1. Setiap rapat, harus dibuat berita-acara/risalah resmi, ditanda-tangani oleh


sekretaris BPD dan diketahui oleh pimpinan rapat.

29
2. Berita-Acara/Risalah adalah merupakan catatan resmi rapat secara lengkap
memuat secara kronologis jalannya pembicaraan :
a. Jenis dan sifat rapat.
b. Pokok bahasan rapat.
c. Hari dan tanggal pelaksanaan rapat.
d. Tempat rapat.
e. Waktu pembukaan rapat.
f. Pimpinan rapat.
g. Jumlah peserta rapat yang hadir.
h. Jumlah dan keterangan peserta rapat yang tidak hadir.
i. Jumlah undangan lain yang hadir.
j. Proses pengambilan keputusan.
3. Sekretaris BPD segera menyusun rancangan berita-acara/risalah rapat untuk
segera disampaikan kepada para anggota BPD dan peserta rapat lainnya.
4. Apabila terjadi perbedaan pendapat tentang rancangan berita-acara/risalah maka
keputusan diserahkan kepada pimpinan rapat yang bersangkutan.

Pasal 78.

1. Untuk setiap rapat dibuat notulen/catatan rapat yang ditanda-tangani oleh


pimpinan rapat yang bersangkutan.
2. Setiap rapat dibuat laporan tertulis mengenai hasil rapat dan disampaikan kepada
pimpinan BPD.

Perubahan Waktu dan Acara Rapat.

Pasal 79.

1. Acara rapat dapat berubah atas usul sekurang-kurangnya 3(tiga) orang anggota
peserta rapat kepada pimpinan rapat.
2. Usul perubahan dimaksud ayat 1, pasal ini baik yang berupa perubahan waktu
atau pokok pembicaraan maupun yang menghendaki acara baru dimasukan
kedalam agenda rapatdisampaikan melalui pimpinan rapat.
3. Usul perubahan sebagaimana pada ayat 2(dua) pasal ini, diajukan selambat-
lambatnya 2(dua) hari sebelum acara rapat berlangsung.
4. Usulan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat 3(tiga) pasal ini, diputuskan
oleh panitia musyawarah/rapat.
5. Apabila panitia rapat tidak dapat mengadakan rapat sebagaimana dimaksud pada
ayat 4(empat) pasal ini, pimpinan BPD dapat menerapkan jadwal rapat dengan
memperhatikan pendapat para ketua bidang.

Undangan dan Peninjau Rapat

Pasal 80.

1. Undangan ialah :
a. Mereka yang bukan anggota BPD yang hadir atas undangan pimpinan BPD.

30
b. Anggota BPD yang hadir dalam rapat alat kelengkapan BPD, dan yang bukan
anggota alat kelengkapan BPD yang bersangkutan.
2. Peninjau, ialah mereka yang hadir dalam rapat paripurna BPD tanpa undangan
pimpinan BPD.
3. Undangan dan peninjau disediakn tempat tersendiri.
4. Undangan dan peninjau wajib mentaati tata-tertib serta ketentuan lain yang
ditetapkan oleh BPD.
5. Undangan rapat dapat bernicara dalam rapat atas permintaan dan persetujuan
pimpinan rapat, namun tidak mempunyaihak suara.
6. Peninjau tidak mempunyai hak suara, tidak boleh menyatakan sesuatu baik
dengan perkataan maupun dengan cara lain.

Pasal 81.

1. Surat undangan rapat paripurna, rapat paripurna khusus dan rapat paripurna
istimewa ditanda-tangani oleh ketua BPD atau wakil ketua BPD.
2. Surat undangan untuk rapat pimpinan BPD, rapat bidang, rapat gabungan bidang,
rapoat panitia, rapat kerja dan rapat dengar pendapat ditanda-tangani oleh
pimpinan BPD.

Pakaian Rapat BPD

Pasal 82.

Pakaian bebas, rapih digunakan untuk setiap acara rapat-rapat BPD

Tata-Cara Pengambilan Keputusan

Pasal 83.

1. Pengambilan keputusan dalam rapat, pada dasarnya diusahakan dengan cara


musyawarah agar tercapai mufakat, kecuali dalam pemilihan pimpinan BPD.
2. Apabila mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat 1(satu) pasal ini belum
tercapai, maka pimpinan BPD bersama-sama panitia musyawarah berusaha
mendapatkan kata mufakat dengan pihak yang belum menyetujui dan dilandasi
rasa kebersamaan demi kepentingan masyarakat.
3. Apabila upaya sebagaimana dimaksud pada ayat 2(dua) pasal ini, tidak juga
menemui kesepakatan maka keputusan ditetapkan untuk mengambil suara
terbanyak(voting).

BAB XIV

PERESMIAN DAN TATA-CARA PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI

Pasal 84.

1. Peresmian pimpinan dan anggota BPD ditetapkan dengan keputusan Bupati.

31
2. Pimpinan dan anggota BPD diresmikan oleh Bupati paling lama 15(limabelas) hari
terhitung tanggal penerbitan keputusan Bupati.
3. Peresmian pimpinan dan anggota BPD dilaksanakan dia aula desa Jayamekar di
hadapan masyarakat dan atau dilaksanakan ditempat lain.

Pasal 85.

1. Anggota BPD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara


bersama-sama menurut agamanya dan dipandu oleh camat serta dihadiri oleh
kepala desa dan di saksikan oleh pemuka masyarakat dalam wilaya desa
jayamekar.
2. Susunan kata-kata janji/sumpah dimaksud adalah sebagai berikut:
“DEMI ALLOH(TUHAN) SAYA BERSUMPAH DAN BERJANJI BAHWA SAYA AKAN
MEMENUHI KEWAJIBAN SAYA SELAKU PIMPINAN DAN ANGGOTA BPD DENGAN
SEBAIK-BAIKNYA, SEJUJUR-JUJURNYA DAN SEADIL-ADILNYA, BAHWA SAYA AKAN
SELALU TAAT DALAM MENGAMALKAN DAN MEMPERTAHANKAN PANCASILA
SEBAGAI DASAR NEGARA, BAHWA SAYA AKAN MENEGAKAN KEHIDUPAN
DEMOKRASI DAN UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
SERETA MELAKSANAKAN SEGALA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
DENGAN SELURUS-LURUSNYA YANG BERLAKU BAGI DESA, DAERAH,
PEMERINTAH DAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

Pasal 86.

Apabila pelaksanaan peresmian pimpinan dan anggota BPD jatuh pada hari libur, maka
peresmian dilakukan/dilaksanakan pada hari kerja berikutnya atau sehari sebelum hari
libur.

BAB XV.

SEKRETARIAT BPD
Kedudukan dan tugas

Pasal 87.

1. Sekretariat BPD berkedudukan dikantor desa untuk melaksanakan


penyelenggaraan administrasi BPD.
2. Sekretaris BPD, adalah penanggun-jawab penyelenggara administrasi BPD.
3. Biaya operasianil sekretariat BPD ditetapkan dengan keputusan BPD dan
dicantumkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Surat Masuk dan Surat Keluar

Pasal 88.

Tata-cara pencatatan surat masuk dan surat keluarserta pengelolaannya diatur oleh
sekretaris BPD dengan berpedoman kepada ketentuan yang berlaku.

32
BAB XVI

KUNJUNGAN KERJA
Pasal 89.

1. Dalam rangka melaksanakan tugas dan kewajibannya, BPD dapat melakukan


kunjungan kerja keseluruh wilayah desa, lembaga atau organisasi lain yang berada
dilingkungan desa Jayamekar.
2. Kunjungan kerja dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya.
3. Hasil dari kunjungan kerja wajib dilaporkan kepada pimpinan BPD.

BAB XVII

PENGANGKATAN PENJABAT KEPALA DESA

Pasal 90.

1. Penjabat Kepala Desa, adalah sekretaris desa yang bersangkutan atau perangkat
desa lainnya yang ditunjuk/dipilih oleh BPD, pengangkatannya ditetapkan dengan
keputusan BPD.
2. Masa jabatan Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1(satu)
pada pasal ini, terhitung tanggal pelantikannya sampai dengan dilantiknya Kepala
Desa baru hasil pemilihan.
3. Penjabat Kepala Desa diambil sunpah/janji dan dilantik oleh pejabat yang
berwenang.
4. Hak, wewenang dan kewajiban penjabat kepala desa adalah sama dengan hak,
wewenang dan kewajiban kepala desa sebagaimana diatur dalam peraturan
daerah kabupaten Bandung Barat Nomor……….tahun……… pada pasal……

BAB XVIII

PELAPORAN DAN PERTANGGUNG-JAWABAN


BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

Pasal 91.

1. BPD wajib menyampaikan laporan administrasi keuangan BPD yang bersumber


dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa kepada Kepala Desa selaku pemegang
kekuasaan pengelolaan keuangan desa.
2. Laporan administrasi keuangan BPD sebagaimana dimaksud dalam ayat 1(satu)
disampaikan secara tertulis.
3. Bentuk pelaporan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2(dua) adalah sebagai
berikut:
a. Laporan berkala, yaitu laporan mengenai pelaksanaan penggunaan biaya
operasionil yang diterima BPD, dibuat secara rutin setiap bulannya.

33
b. Laporan akhir tahun anggaran dari penggunaan biaya operasionil mencakup
perkembangan pelaksanaan dan penyerapan biaya operasionil BPD.
4. Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat 3(tiga) disampaikan oleh
BPD kepada Kepala Desa

Pasal 92.

1. BPD menyampaikan laporan kegiatan selama satu tahun, dan permasalahan atau
kendala yang dihadapi, menjelang akhir tahun Anggaran dalam rapat musyawarah
BPD dapat dengan mengundang perwakilan masyarakat yang menjadi asal
keterwakilan.
2. Mekanisme rapat musyawarah BPD, sebagaimana ayat 1(satu) diatur dalam
pertaturan tata-tertib ini.

BAB XIX

PERUBAHAN PERATURAN TATA-TERTIB

Pasal 93.

1. Perubahan terhadap perturan tata-tertib, hanya dapat diajukan oleh sekurang-


kurangnya setengah dari jumlah anggota BPD.
2. Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1(satu) pasal ini, dilaksanakan dalam
rapat paripurna yang khusus diselenggarakan untuk keperluan tersebut dan
harusdihadiri oleh sekurang-kurangnya duapertiga jumlah anggota BPD.
3. Keputusan yang diambil dengan persetujuan suara terbanyak untuk penetapan
perubahannya, yaitu sekurang-kurangnya duapertiga julah yang hadir.

BAB XX

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 94.

1. Dalam hal pembentukan keanggotaan BPD tidak dapat dilaksanakan tepat waktu
karena alas an-alasan yang dapat dipertanggung-jawabkan, pembentukan
keanggotaan BPD dapat ditangguhkan/ditunda untuk paling lama 1(satu) tahun.
2. Usulan penundaan pelaksanaan pembentukan keanggotaan BPD, sebagaimana
dimaksud pada ayat 1(satu) disampaikan oleh kepala desa kepada Bupati melalui
camat berdasarkan musyawarah desa.
3. Dalam hal adanya penundaan pelaksanaan pembentukan keanggotaan BPD
sebagaimana dimaksud pada ayat 1(satu), susunan keanggotaan BPD masih diisi
oleh anggota lama.

BAB XXI

KETENTUAN PERALIHAN

34
Pasal 95.

Masa keanggotaan BPD desa masih tetap berlaku sampai berakhirnya masa jabatan
BPD.

BAB XXII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 96.

1. Mengenai hal-hal yang belum diatur dalam peraturan tata-tertib ini, akan
ditetapkan dan diatur lebih lanjut oleh pimpinan BPD setelah dilakukan
pembahasan dalam rapat panitia musyawarah.
2. Rancangan tata-tertib ini ditanda-tangani pada setiap lembarnya sebagai
persetujuan mufakat dari seluruh anggota BPD.

Pasal 97.

Peraturan tata-tertib ini mulai berlaku pada tanggal diterbitkan.

Ditetapkan di : P a d a l a r a n g
Pada tanggal : -------------------
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
PADALARANG

ASEP SUHARDI. S.iP.

35
DALAM MENTERJAMHKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 20011, TENTANG
PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM, PERLU TERBENTUKNYA KPU, PPK, PPS DAN KELOMPOK
PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA, BAPAK IBU YANG MANA TADI TELAH DISASSIKAN OLEH YANG
HADIR DISINI DAN TELAH SAYA I LANTIK YANG MANA SUDAH TERWUJUDLAH SEBAGAI KETUA, DAN
ANGGOTA KPPS DESA PADALARANG YANG AKAN MELAKSANAKAN TAHAPAN PROSES PEMILIHAN
UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBENUR JAWA BARAT TAHUN 2013, YANG AKAN KITA LAKSANAKAN
PADA TANGGAL 24 PEBRUARI 2013,
BAPA IBU YANG KAMI HORMATI PADA PELAKSANAAN PEMILIHAN SAYA MOHON UNTUK TUNDUK
PADA ATURAN YANG TELAH DITETAPKAN SESUAI DENGAN APA YANG TERTERA DAN JANJI APA YANG
TELAH DIUCAPKAN TADI SAYA UCAPKAN TADI OLEH KARNA ITULAH MARI BERSAMA UNTUK
MENSUKSESKAN PELAKSANAAN PEMILI INI DENGAN JURDIL , KARENA HARUSLAH KITA INGAT
TBERAPA BESARNYA BIAYA YANG DIKELUARKAN OLEH PEMERINTAH , PIKIRAN DAN TENAGA YANG
HARUS KITA SATUKAN UNTUK SUKSESNYA PEMILIHAN INI. BAPA IBU YANG KAMI HORMATI
PENGHARGAAN YANG SANGAT TINGGI BAGI BAPA DAN IBU YAG TELAH IKUT DALAM KEANGGOTAAN
KPPS, DAN SAYA UCAPKAN KEPADA PERSONIL PPDP, PARA KETUA RT, DAN RW, YANG TELAH
MEMBANTU DALAN PROSES TAHAPAN PENDATAAN HAK PILIH DARI MULAI DPS SAMPAI DENGAN DPT,
MUDAH-MUDAHAN APA YANG SUDAH KITA LAKSANAKAN DAN YANG BELUM KITA LAKSANAKAN
MENDAPAT LINDUNGAN DARI ALLOH SUHANAWATAALLA. AMIN.

36
37

Anda mungkin juga menyukai