Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PREMATUR

PADA BAYI NY. S USIA 1 HARI DENGAN HIPOGLIKEMIA


DI RUMAH SAKIT AURA SYIFA KEDIRI

OLEH

AYU WULANDARI

NIM. 30719005

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TAHUN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PREMATUR


PADA BAYI NY. S USIA 1 HARI DENGAN HIPOGLIKEMIA
DI RUMAH SAKIT AURA SYIFA KEDIRI

TANGGAL PENGAMBILAN KASUS

05 MARET 2022

MAHASISWA

AYU WULANDARI

NIM. 30719005

PEMBIMBING INSTITUSI PEMBIMBING KLINIK/CI

.............................................. ..............................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelahiran prematur atau kurang bulan adalah istilah yang digunakan untuk
mendefinisikan bayi yang lahir terlalu dini, yaitu sebelum usia kehamilan ibu 37
minggu (Cuningham, 2012., Fraser, 2013). Prematur merupakan penyumbang penyebab
angka kematian bayi nomor 2. Bayi prematur beresiko menimbulkan masalah-masalah
medis atau bahkan komplikasi kesehatan.
Di negara berkembang, termasuk di Indonesia, angka kejadian persalinan
prematur dan angka kematian bayi prematur masih cukup tinggi. Sebesar 84% kematian
pada bayi yang baru lahir diakibatkan karena bayi lahir secara prematur. Kematian pada
bayi terjadi pada 28 hari pertama semenjak bayi lahir sebesar 50%. Sedangkan bayi
yang meninggal pada usia 7 hingga 27 hari mencapai 11,4% dan bayi meninggal
kurang dari usia 7 hari sebesar 38,2%. (Kemenkes, 2018)

Pada bayi prematur selain umumnya memiliki berat badan yang rendah beresiko
memiliki masalah-masalah atau gangguan medis akibat belum matangnya fungsi tubuh
bayi tersebut. Gangguan medis terjadi akibat belum matangnya fungsi pernafasan,
jantung, saluran cerna, dan fungsi organ lainnya. Sehingga terkadang bayi prematur
harus memerlukan perawatan di ruang intensif. Permasalahan medis bayi prematur
yang mungkin ditemukan antara lain yaitu hipotermia, sindrom gawat nafas,
hipoglikemia, perdarahan intrakranial dan rentan terhadap infeksi (IDAI, 2013).

Di Rumah Sakit penanganan atau perawatan yang dilakukan pada bayi prematur
adalah dengan menggunakan perawatan di dalam inkubator. Bayi Baru Lahir yang
kecil (BB kurang dari 2500 gram atau umur kehamilan kurang dari 37 minggu), oleh
karena itu bayi baru lahir prematur harus tetap mendapatkan perawatan kehangatan agar
tidak kehilangan suhu tubuh atau hipotermia (Muslihatun, 2010).

Akibat dari bayi yang kehilangan suhu tubuh atau hipotermia yaitu dapat terjadi
cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan
mengakibatkan kerusakan otak (Sarwono, 2010). Pada bayi baru lahir keseimbangan
atau mempertahankan kadar glukosa darah adalah hal yang utama yaitu kadar glukosa
harus dipertahankan antara 75- 100 mg/dl sebagai substrat yang adekuat bagi otak.
Kadar glukosa yang rendah akan menyebabkan eksitotoksik asam amino sehingga akan
memperluas infark. Hipoglikemia dapat disebabkan oleh berkurangnya kadar glukosa
karena pelepasan katekolamin atau hiperinsulinisme yang sering dijumpai pada bayi
yang menderita asfiksia (Azlin, 2011).

Angka kejadian bayi prematur dengan hipoglikemia di Indonesia secara umum


belum tercatat karena hipoglikemia bukan merupakan kelainan namun hipoglikemia
merupakan suatu kegawatdaruratan pada neonatus yang harus segera diatasi, kejadian
hipoglikemia biasanya tidak terlihat, bayi biasanya hanya diam atau pasif tidak banyak
bergerak dan disangka tidur, maka dari itu banyak orang yang tidak tahu bahwa bayi
tersebut hipoglikemia.

Meskipun angka kejadian bayi prematur dengan hipoglikemia sangat rendah,


namun jika tidak diatasi atau diberi pertolongan dengan baik dan benar dalam jangka
panjang bisa menyebabkan hasil tes IQ rendah, kelainan gambar EEG, visual, dan
pendengarannya bisa terganggu.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan
kebidanan bayi baru lahir dengan menggunakan standar manajemen kebidanan serta
melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan yang telah dilakukan dengan metode 7
langkah Varney kepada bayi Ny. S usia 1 hari bayi baru lahir prematur dengan
hipoglikemia di Rumah Sakit Aura Syifa Kediri.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan asuhan
kebidanan dan agar mahasiswa dapat secara nyata dalam memberikan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir dengan pendekatan 7 langkah varney.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian bayi baru lahir premature pada bayi Ny. “S” usia 1 hari
dengan hipoglikemia di Rumah Sakit Aura Syifa Kediri.
b. Menyusun diagnosa kebidanan sesuai dengan prioritas bayi baru lahir premature
pada bayi Ny. “S” usia 1 hari dengan hipoglikemia di Rumah Sakit Aura Syifa
Kediri.
c. Menyusun diagnosa dan masalah potensial kebidanan pada bayi baru lahir
premature pada bayi Ny. “S” usia 1 hari dengan hipoglikemia di Rumah Sakit
Aura Syifa Kediri.
d. Melakukan tindakan segera pada bayi baru lahir premature pada bayi Ny. “S”
usia 1 hari dengan hipoglikemia di Rumah Sakit Aura Syifa Kediri.
e. Merencanakan asuhan kebidanan bayi baru lahir fisiologis pada bayi baru lahir
premature pada bayi Ny. “S” usia 1 hari dengan hipoglikemia di Rumah Sakit
Aura Syifa Kediri.
f. Melaksanakan asuhan kebidanan bayi baru lahir premature pada bayi Ny. “S”
usia 1 hari dengan hipoglikemia di Rumah Sakit Aura Syifa Kediri.
g. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan bayi baru lahir premature pada bayi Ny.
“S” usia 1 hari dengan hipoglikemia di Rumah Sakit Aura Syifa Kediri.
h. Mendokumentasikan asuhan kebidanan bayi baru lahir premature pada bayi Ny.
“S” usia 1 hari dengan hipoglikemia di Rumah Sakit Aura Syifa Kediri.

C. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan dalam pengumpulan diperoleh melalui :
A Studi kepustakaan
Dengan mempelajari dan mencari sumber referensi dari buku dan jurnal yang terkait
dengan masalah yang ditulis. Dengan adanya banyak referensi dari buku dan jurnal
tersebut maka mendapatkan data dasar yang bersifat ilmiah dan teoritis.
B Studi kasus
Dengan melihat dan mempelajari kasus dari buku rekam medis di
PMB/Puskesmas/Rumah sakit
C Observasi
Dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap klien tentang keadaan dan
perkembangan kondisi klien secara menyeluruh dengan inspeksi, palpasi, auskultasi,
dan perkusi pada kondisi kehamilan trimester I.
D Wawancara
Melakukan komunikasi yang dilakukan secara langsung bisa dengan sesi tanya
jawab kepada klien dan keluarga terdekat klien tentang hal-hal yang berhubungan
dengan kondisi kesehatan ibu hamil trimester I. Tujuannya yaitu untuk memperoleh
data secara langsung dari klien dan untuk mendapatkan rencana penanganan masalah
yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan klien.

D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Metode penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir Normal


1. Pengertian Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir normal atau neonatus adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan lebih dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat lahir 2500-4000
gram (Ni Wayan dkk, 2017). Neonatus memiliki definisi bayi baru lahir dari
kandungan ibu sampai dengan usia 28 hari pada kehidupannya (Juwita dkk, 2020).

2. Ciri – Ciri Bayi Normal


Menurut Saleha (2012), bayi baru lahir normal memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
a. Berat badan 2500 - 4000 gram.
b. Panjang badan lahir 48 - 52 cm.
c. Lingkar dada 30 - 38 cm.
d. Lingkar kepala 33 - 35 cm.
e. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180×/menit, kemudian
menurun sampai 120-140×/menit.
f. Pernafasan pada menit-menit pertama kira-kira 80x/menit, kemudian menurun
setelah tenang kira-kira 40 x/menit.
g. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
terbentuk dan diliputi vernix caseosa, kuku panjang.
h. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
i. Genitalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan), Testis
sudah turun (pada laki-laki).
j. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
k. Refleks moro sudah baik : bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan
seperti memeluk.
l. Refleks grasping sudah baik : apabila diletakkan suatu benda diatas telapak
tangan, bayi akan menggengam / adanya gerakan refleks.
m. Refleks rooting/mencari puting susu dengan rangsangan tektil pada pipi dan
daerah mulut Sudah terbentuk dengan baik.
n. Eliminasi baik : urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama,mekonium berwarna hitam kecoklatan (Saleha, 2012).

3. Adaptasi Fisiologis
Adaptasi fisiologi pada neonatus perlu diketahui dengan lebih baik oleh
tenaga kesehatan.Saat lahir, bayi harus beradaptasi dengan keadaan yang sangat
bergantung sampai menjadi mandiri. Banyak perubahan yang dialami oleh bayi
yang semula berada dalam lingkungan rahim ke lingkungan luar rahim.
Kemampuan adaptasi fisiologi bayi baru lahir disebut juga homeostasis.
Homeostasis neonatus ditentukan oleh keseimbangan antara maturitas dan status
gizi (Tando, 2016). Adaptasi di luar uterus yang terjadi secara cepat yaitu :
a. Adaptasi sistem pernapasan
Sistem pernapasan adalah sistem yang paling tertentang ketika terjadi perubahan
dari lingkungan di dalam uteri maupun di luar uteri.
b. Adaptasi sistem sirkulasi
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat diklem. Tindakan ini
meniadakan suplai oksigen plasenta dan menyebabkan terjadinya reaksi dalam
paru sebagai respons terhadap tarikan napas pertama.
c. Adaptasi suhu
Neonatus memiliki kecenderungan cepat stress karena perubahan lingkungan
dan bayi harus beradaptasi dengan suhu lingkungan yang cenderung dingin di
luar (Tando, 2016).

4. Kebutuhan BBL
Kebutuhan BBL menurut Wahyuni (2011) dibagi menjadi beberapa hal,yakni :
a. Kebutuhan Nutrisi
ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. ASI diketahui mengandung zat
gizi yang paling banyak sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk pertumbuhan
dan perkembangan bayi. Menyusui secara dini antara lain, bayi harus disusui
sesegera mungkin setelah lahir (terutama dalam 1 jam pertama) dan dilanjutkan
selama 6 bulan pertama kehidupan, colostrum harus diberikan, tidak boleh
dibuang karena untuk menambah kekebalan tubuh bayi, dan bayi harus disusui
kapan saja ia mau (on demand), siang atau malam yang akan merangsang
payudara memproduksi ASI secara adekuat.
b. Kebutuhan Eliminasi
Bayi BAK sebanyak minimal 6 kali sehari.Semakin banyak cairan yang masuk
maka semakin sering bayi miksi. Defekasi pertama berwarna hijau kehitaman.
Pada hari ke 3–5 kotoran berubah warna menjadi kuning kecokelatan. 4–6 hari
kotoran bayi yang biasanya minum susu biasanya cair. Bayi yang mendapat ASI
kotorannya kuning dan agak cair dan berbiji. Bayi yang minum susu botol,
kotorannya cokelat muda, lebih padat dan berbau.
c. Kebutuhan Istirahat
Dalam dua minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur, Neonatus
sampai usia 3 bulan rata–rata tidur sekitar 16 jam sehari. Sediakan selimut dan
ruangan yang hangat pastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin.
Jumlah total tidur bayi akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia bayi

5. Tanda – Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir


a. BBL/Neonatus tidak mau menyusu
b. Bergerak hanya jika dirangsang
c. Frekuensi napas < 30 kali permenit/ > 60 kali permenit
d. Suhu tubuh < 35,30C dan > 37,50C
e. Riwayat kejang
f. Merintih
g. Keluar nanah pada bagian mata
h. Tali pusat kemerahan, berbau busuk dan bengkak
i. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
j. Kulit kuning atau tinja berwarna pucat
k. Berat badan menurut umur rendah
(Maryunani, 2014).

6. Mencegah Kehilangan Panas


Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kehilangan panas dari tubuh
bayi adalah Keringkan bayi secara seksama, Selimuti bayi dengan selimut atau
kain bersih, kering dan hangat, Tutup bagian kepala bayi, Anjurkan ibu untuk
memeluk dan menyusui bayinya, menimbang bayi dengan menggunakan alas kain
yang kering dan bersih, tunda memandikan bayi baru lahir hingga 6 jam setelah
lahir, jika usia bayi sudah berusia lebih dari 6 jam sudah bisa dimandikan, suhu
yang digunakan yakni suhu hangat kuku.

B. Bayi Baru Lahir Prematur


1. Pengertian
Persalinan preterm atau adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 22 - 37
minggu (Sarwono Prawirahardjo, 2014). Bayi prematur adalah bayi yang lahir
sebelum usia kehamilan 37 minggu (WHO, 2017). Terdapat 4 sub kategori usia
kelahiran prematur (dr. Dina, 2017), yaitu :
a. Ekstrem prematur ialah bayi yang lahir dengan umur kehamilan < 28 minggu
b. Sangat prematur ialah bayi yang lahir dengan umur kehamilan< 32 minggu
c. Moderat prematur ialah bayi yang lahir antara umur kehamilan 32 - < 34 minggu
d. Late prematur ialah bayi yang lahir antara umur kehamilan 34 – 36 minggu

2. Etiologi bayi premature


a. Banyak kasus persalinan prematur sebagai akibat proses patogenik yang
merupakan mediator biokimia yang mempunyai dampak terjadinya kontraksi
rahim dan perubahan serviks, yaitu:
1) Aktivasi akses kelenjar hipotalamus - hipofisis - adrenal baik pada ibu maupun
janin, akibat stres pada ibu atau janin.
2) Inflamasi desidua - koriamnion atau sistemik akibat infeksi asenden dari
traktus genitourinaria atau infeksi sistemik.
3) Perdarahan desidua
4) Peregangan uterus patologik
5) Kelainan pada uterus atau serviks
(Maryunani & Puspitasari, 2013)
b. Ada banyak faktor yang menyebabkan bayi lahir prematur (dr. Dina, 2017), yaitu:
1) Faktor Ibu
a) Ibu yang mengalami malnutrisi (kekurangan nutrisi) pada saat hamil
b) Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
c) Hipertensi
d) Infeksi
e) Trauma
f) Diabetes
g) Penyakit kronik
h) Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih 35 tahun
i) Jarak kehamilan dan persalinan yang terlalu dekat
j) Pre-eklampsia berat
k) Eklampsia
2) Faktor Janin
a) Infeksi
b) Kelainan bawaan janin
c) Kelainan kromosom
3) Faktor Plasenta atau Rahim
a) Pembukaan leher rahim yang lebih awal
b) Kelainan bentuk rahim
c) Kelainan plasenta
d) Terlepasnya plasenta dari dalam rahim yang lebih awal

3. Diagnosa bayi prematur


Ada beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan pada bayi prematur, diantaranya
adalah :
a. Pemeriksaan pernapasan dan denyut jantung, dilakukan karena bayi prematur
sering mengalami ketidakteraturan denyut jantung dan pernapasan. Pemeriksaan
ini umunya dilakukan dengan pemasangan monitor di NICU (Neonates Intensive
Care Unit).
b. Pemeriksaan darah, khususnya untuk memeriksa kadar hemoglobin (sel darah
merah), kalsium, gula darah, dan bilirubin.
c. Ekokardiogram, yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai adanya
kebocoran katup jantung dan fungsi pompa jantung bayi.
d. Pemeriksan mata, diperlukan karena mata bayi prematur, khususnya bagian
retina, sangat sering mengalami gangguan yang disebut sebagai retinopathy of
prematurity yaitu gangguan mata yang berpotensi membutakan (dr. Grace
Valantine, 2018)

4. Tanda dan gejala bayi premature


Menurut Pantiawati (2010), tanda dan gejala bayi prematur :
a. Umur kehamilan atau sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari
e. Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas
f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
h. Rambut lanugo masih banyak
i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-
olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
l. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang.
Testis belum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol,
labia minora belum tertutup oleh labia mayora
m. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
n. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mangakibatkan reflek hisap,
menelan dan batuk masih lemah
o. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang

5. Masalah atau kelainan bayi premature


a. Hipotermia
Hipotermia dapat terjadi karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup
memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur
suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat
badan sehingga mudah kehilangan panas.
b. Sindrom gawat nafas
Kesukaran pernafasan pada bayi prematur dapat disebabkan belum sempurnanya
pembentukan membran hialin surfaktan paru yang merupakan suatu zat yang
dapat menurunkan tegangan dinding alveoli paru.
c. Hipoglikemia
Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin. Kecepatan glukosa
yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya
hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya pemberian glukosa.
d. Perdarahan intrakranial
Pada bayi prematur pembuluh darah masih sangat rapuh hingga mudah pecah.
Perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir.
e. Rentan terhadap infeksi
Bayi prematur mudah menderita infeksi karena imunitaas humoral dan seluler
masih kurang hingga bayi mudah menderita infeksi. Selain itu, karena kulit dan
selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan.
f. Kriptorkidismus
Selama pertumbuhannya di dalam rahim, testis seharusnya mulai turun ke
skrotum (buah zakar) jika sudah mendekati waktu kelahirannya. Biasanya
kondisi tidak normal ini terjadi pada 30% anak yang lahir prematur dan sekitar
4% anak yang lahir pada waktu normal. Diperkirakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kondisi ini seperti gangguan hormon pada ibu dan janin yang
dikandung/ adanya suatu penyumbatan di lipat paha (kanalis inguinalis) yang
membuat testis tidak bisa turun ke skrotum (Bararah, 2010).

6. Penatalaksanaan bayi premature


Menurut Arief (2009), penatalaksanaan bayi baru lahir dengan
prematur yaitu antara lain :
a. Membersihkan jalan nafas
b. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat
c. Membersihkan badan bayi dengan kapas dan baby oil/ minyak
d. Memberikan obat mata
e. Membungkus bayi denga kain hangat
f. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara :
1) Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang dihangatkan
terlebih dahulu
2) Menidurkan bayi di dalam inkubator buatan yaitu dapat dibuat dari
keranjang yang pinggirnya diberi penghangat dari buli-buli panas atau botol
yang diisi air panas. Buli-buli panas atau botol-botol ini disimpan dalam
keadaan berdiri. Buli-buli juga harus dalam keadaan terbungkus, dapat
menggunakan handuk atau kain yang tebal. Bila air panasnya sudah dingin,
ganti airnya dengan air panas kembali
3) Suhu lingkungan bayi harus dijaga :
a) Kamar dapat masuk sinar matahari
b) Jendela atau pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi hilangnya
panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi dan konveksi
4) Badan bayi harus dalam keadaan kering untuk mencegah terjadinya
evaporasi
g. Pemberian nutrisi yang adekuat
1) Apabila daya hisap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi
sedikit
2) Apabila bayi belum bisa menetek, pemberian ASI diberikan melalui sendok
atau pipet
3) Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus dipasang
selang penduga/ sounde fooding

Menurut Saifuddin (2010), penatalaksanaan bayi baru lahir dengan prematur yaitu
antara lain :
1. Keringkan secepatnya dengan handuk hangat
2. Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering dan hangat
3. Kepala bayi ditutup topi
4. Beri oksigen sesuai kebutuhan
5. Beri infus Dekstrose 10% dan Bicarbonas Natricus 1,5% = 4:1, hari I : 60
cc/kg/hari, hari II : 70 cc/kg/hari dan berikan antibiotik
6. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat dengan dimasukkan ke dalam
inkubator
7. Mencegah infeksi dengan ketat, dengan memperhatikan prinsip-prinsip
pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi dan tali
pusat dalam keadaan bersih
8. Pengawasan nutrisi/ ASI untuk bayi baru lahir sesuai kebutuhan, beri minum
dengan sonde/ tetesi ASI
9. Penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat, karena perubahan berat
badan mencerminkan kondisi gizi/ nutrisi bayi yang berhubungan dengan daya
tahan tubuh Menurut Wiknjosastro (2006), bila bayi dirawat di dalam
inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah
35°C dan untuk bayi dengan berat badan 2 – 2,5 kg adalah 34°C.

C. Hipoglikemia
1. Definisi Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah secara
abnormal rendah yaitu <50 mg/dl atau bahkan <40 mg/dl (Rahardjo, 2012 dan
Maryam, 2009).

2. Etiologi hipoglikemia
Hipoglikemia biasanya terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan memiliki
cadangan glukosa yang rendah yang disimpan dalam bentuk glikogen (Novyana,
2010). Hipoglikemia disebabkan oleh ketidakseimbangan asupan makanan, insulin,
dan aktivitas (Wong, 2005). Penyebab hipoglikemia pada neonatus berbeda sedikit
dari pada bayi yang lebih tua dan anak-anak. Menurut Judarwanto (2012), etiologi
hipoglikemia pada neonatus meliputi berikut :

a. Perubahan sekresi hormon.

b. Berkurangnya substrat cadangan dalam bentuk glikogen hati.

c. Berkurangnya cadangan otot sumber asam amino untuk glukoneogenesis.

d. Berkurangnya cadangan lipid untuk pelepasan asam lemak.

3. Faktor Resiko Hipoglikemia


Umumnya hipoglikemia terjadi pada neonatus berumur 1-2 jam. Hal ini disebabkan
oleh karena bayi tidak lagi mendapatkan glukosa dari ibu, sedangkan insulin
plasma masih tinggi dengan kadar glukosa darah yang menurun (Iswanto, 2012).
Menurut Iswanto (2012), terdapat 4 kelompok besar bayi neonatal yang secara
patofisiologik mempunyai resiko tinggi mengalami hipoglikemia yaitu :
a. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita diabetes melitus atau menderita
diabetes selama kehamilan dan bayi yang menderita penyakit eritroblastosis
fetalis berat, bayi demikian cenderung menderita hiperinsulinisme.
b. Bayi dengan berat badan lahir rendah yang mungkin mengalami malnutrisi
intrauterin, yang mengakibatkan cadangan glikogen hati dan lemak tubuh total
menurun. BBLR yang termasuk rawan adalah bayi kecil menurut usia
kehamilan, salah satu bayi kembar yang lebih kecil berat badan berbeda 25%
atau lebih, berat badan lahir kurang 2000 gr bayi yang menderita polisitemia,
bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita toksemia dan bayi dengan
plasenta yang abnormal, terutama sangat peka dan mudah terkena gangguan ini.
Faktor-faktor lain yang juga berperan akan timbulnya hipoglikemia pada
kelompok ini mencakup respon insulin yang tidak normal, gangguan
glikoneogenesis, asam lemak bebas yang rendah, rasio berat otak atau hati yang
meningkat, kecepatan produksi kortisol yang rendah dan mungkin kadar insulin
yang meningkat serta respon keluaran epinefrin yang menuru.
c. Bayi yang sangat imatur (kecil) atau yang sedang sakit berat dapat menderita
hipoglikemia karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi
cadangan kalori, dan bayi dengan berat badan lahir rendah yang menderita
sindrom gawat nafas, asfiksia perinatal, polisitemia, hipotermia dan infeksi
sistemik dan bayi yang mengalami kelainan jantung bawaan sianotik yang
menderita gagal jantung.
d. Pada bayi yang menderita kelainan genetik atau gangguan metabolisme primer
(jarang terjadi) seperti galaktosemia, penyakit penyimpanan glikogen,
intoleransi fruktosa, propionat asidemia, metilmalonat asidemia, tirosinemia,
penyakit sirop mapel, sensitivitas leusin, insulinoma, nesidioblastosis sel beta,
hiperplasia fungsional sel beta fungsional, panhipopituitarisme dan sindrom
beckwit serta bayi raksasa.

4. Tanda Dan Gejala Hipoglikemia


Gejala hipoglikemia dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok besar, yaitu gejala
yang berasal dari sistem saraf autonomi dan gejala yang berhubungan dengan
kurangnya suplai glukosa pada otak. Pada neonatus gejala hipoglikemia tidak
spesifik, antara lain tremor, peka rangsang, apnea dan sianosis, hipotonia, iritabel,
sulit minum, kejang, koma, tangisan nada tinggi, nafas cepat dan pucat
(Sihombing, 2013).
D. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah suatu pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam memecahkan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian data, interpretasi
data, identifikasi diagnosa dan masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera,
intervensi, implementasi, dan evaluasi. Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi
peran dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan
kepada klien yang memiliki kebutuhan atau masalah di bidang kesehatan ibu dan anak
meliputi masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, neonates, keluarga
berencana, serta kesehatan reproduksi (Yuliani, 2017).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan pasien,
data ini termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan
meliputi data subjektif dan objektif serta data penunjang.
2. Interpretasi data dasar
Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah interpretasi yang benar atas
data yang telah dikumpulkan, dalam langkah ini data yang telah di interpretasikan
menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa
masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan
yang dituangkan dalam asuhan terhadap pasien.
3. Diagnosa potensial
Mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial yang mungkin akan terjadi
langkah ini memberikan antisipasi bila kemungkinan dilakukan pencegahan sambil
mengamati.
4. Antisipasi masalah dan rencana tindakan
Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang dilakukan secara mandiri,
secara kolaborasi atau bersifat rujukan.
5. Intervensi
Pada langkah ini direncanakan yang untuk dilakukan oleh langkah sebelumnya,
langkah ini merupakan kebijakan terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasikan serta antisipasi.
6. Implementasi
Rencana asuhan yang menyeluruh dilaksanakan dengan efisien dan aman.
Pelaksaan atau implementasi ini dapat sepenuhnya dilakukan oleh bidan atau
sebagian lagi oleh tenaga kesehatan lain atau klien dan keluarga. Jika bidan tidak
melakukannya sendiri, bidan tetap bertanggung jawab penuh untuk mengarahkan
pelaksanaan dan memastikan langkah – langkah tersebut benar – benar terlaksana.
Implementasi mengacu pada intervensi.
7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan. Ada
kemungkinan sebagian rencana lebih efektif, sebagian yang lain belum efektif.
Manajemen asuhan kebidanan merupakan hasil pola pikir bidan yang
berkesinambungan, sehingga jika ada proses manajemen yang kurang efektif atau
tidak efektif, proses manajemen dapat diulang lagi dari awal. Evaluasi mengacu
pada implementasi dan kriteria hasil (Yuliani, 2017).
BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMAT ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR

Nama Mahasiswa : Ayu Wulandari


NIM : 30719005
Tempat Praktek : RS Aura Syifa Kediri (Ruang Bayi)
Tanggal/Jam Pengkajian : 05 Maret 2022/16.30 WIB

I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
a. Bayi
Nama Bayi : Bayi Ny. “S”
Umur : 1 hari
Agama : Islam
Ruangan : Ruang Bayi
Tanggal MRS : 04 Maret 2022
Tanggal KRS :
Dx Medis : BBL prematur dengan hipoglikemia
Tanggal / Jam Lahir : 04 Maret 2022/16.23 WIB
Jenis Kelamin : Laki-laki

b. Ibu
Nama : Ny. “S”
Umur : 21 Tahun
Suku / Bangsa : Jawa /Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : ± 1.500.000
Alamat Kantor :-
Alamat Rumah : Katang RT 4/RW 2, Kec. Ngasem, Kab. Kediri

c. Bapak
Nama : Tn. “T”
Umur : 21 Tahun
Suku / Bangsa : Jawa / WNI
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : ± 2.000.000
Alamat Kantor :-
Alamat Rumah : Katang RT 4/RW 2, Kec. Ngasem, Kab. Kediri

2. Anamnesa
Sumber informasi : ( √ ) Keluarga ( ) Lain – lain
Keluhan utama : Tidak ada
Riw. Penyakit sekarang : Tidak ada
Jenis persalinan : Spontan pervaginam
APGAR SCORE : 1 Menit skor 6 5 Menit skor 8
Berat badan : 2550 Gram
Panjang badan : 46 Cm
Usia kehamilan : 34-35 Minggu

Ketuban :
() Pecah Dini Jam : 06.00 WIB Warna : Jernih
( ) Tidak Pecah Dini
( ) Lain – lain

Riwayat kehamilan dan kelahiran :


ANTENATAL :
( √ ) Dokter ( √ ) Bidan ( √ ) Puskesmas
( ) Rumah sakit ( ) Lain – lain
Berapa kali :11 x
Tempat kelahiran
( ) Dokter ( ) Bidan ( ) Puskesmas
() Rumah sakit ( ) Lain – lain

NATAL : Bayi lahir spontan, tgl 4 Maret 2022 pukul 16.23 WIB.
Jenis kelamin laki-laki, BB : 2550 Kg, TB : 46 cm, LK : 32 cm menangis
kuat, kulit kemerahan.

POST NATAL : Reflek bayi normal, TTV normal (N: 140x/menit, RR:
40x/menit, S: 36,50C) Bayi melakukan IMD, sudah diberikan salep mata,
suntik Vit.K.
Imunisasi : Hb-0 (4 Maret 2022)

Riwayat kesehatan keluarga (contreng di kolom yang sesuai)

YA TIDA YA TIDA SEBUTKAN


K K

DM √ HIPERTENSI √ Lain

lain

TB √ HEPATITIS √
C

B. DATA SUBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : cukup / baik / lemah
Suhu : suhu axilar 36,5 0C
Nadi : 140 x/menit
Pernapasan : 40 x/menit
Berat badan : 2550 gram
Panjang badan : 46 cm
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar lengan : Tidak Dikaji
Lingkar perut : Tidak Dikaji
Lingkar dada : Tidak Dikaji

b. Kesadaran
( √ ) Gerak aktif ( √ ) Menangis kuat ( ) Lethargi ( )
Merintih
( ) Coma ( ) Lain – lain

c. Kepala
I. Rambut
Tipis : Ya / Tidak Kering : Ya / Tidak
Kotor : Ya / Tidak Jarang : Ya / Tidak
II. Mata
Konjungtiva anemis : Ya / Tidak
Konjungtiva merah : Ya / Tidak
Sklera icterus : Ya / Tidak
Lain – lain : Ya / Tidak
III. Wajah
Icterus : Ya / Tidak Grimace : Ya / Tidak
Pucat : Ya / Tidak Cyanosis : Ya / Tidak
IV. Telinga
Simetris : Ya / Tidak Radang : Ya / Tidak
Sekret : Ada / Tidak Perdarahan : Ya / Tidak
Tulang rawan : + Lain – lain : Tidak ada
V. Hidung
Pernapasan cuping hidung : Ya / Tidak
Lain – lain : Tidak ada
VI. Mulut
Bibir kering : Ya / Tidak Trismus : Ya / Tidak
Lidah kotor : Ya / Tidak Lain – lain : Tidak Ada
VII. Leher
Pembesaran vena : Ada / Tidak
Kaku kuduk : Ada / Tidak
d. Thorak
Gerak nafas : Relaksasi otot dada : Normal / Tidak
Bentuk : ( √ ) Normal chest ( ) Barel chest
Irama nafas : ( √ ) Reguler ( ) Irreguler ( ) Stidor
Payudara : Ronchi : Ada / Tidak Whezing : Ada / Tidak
Jantung : ( √ ) Reguler ( ) Irreguler
( ) Murmur ( ) Irama galop
e. Abdomen
Inspeksi : Bentuk : Buncit / Tegang / Normal
Acites : Ada / Tidak
Tali pusar : Kering, Belum terputus
Palpasi : Massa : Ada / Tidak
Felacit : Ada / Tidak
Distensi : Ada / Tidak
Pembesaran hepar : Ada / Tidak
Perkusi : ( √ ) Thyampany ( ) Hypertimpany
( ) Dulnes ( ) Lain – lain
Perkusi : Peristaltik usus 6 x/menit

f. Genetalia
Labia : Oedema : Ya / Tidak
Perdarahan : Ya / Tidak
Labia mayor menutup labia minor / Tidak
Scrotum : Oedema : Ya / Tidak
Sudah turun / Belum

g. Anus
Berlubang : Ya/ Tidak
Perdarahan : Ya / Tidak
Lain – lain : Tidak Ada

h. Ekstremitas
Atas : Polidactili : Ya / Tidak
Syndactili : Ya / Tidak
Gerak aktif : Ya / Tidak
Fraktur : Ya / Tidak
Bawah : Polidactili : Ya / Tidak
Syndactili : Ya / Tidak
CTEV : Ya / Tidak
Genovalgus : Ya / Tidak

i. Neurologi

YA TIDAK YA TIDAK

Kaku kuduk √ Kejang √

Muntah √ Panas √

j. Reflek Bayi
Moro reflek : Ya / Tidak
Rooting reflek : Ya / Tidak
Sucking reflek : Ya / Tidak
Babynski reflek : Ya / Tidak
Grappe reflek : Ya / Tidak
Swallowwing reflek : Ya / Tidak

k. Pemeriksaan Penunjang
Laborat :

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Darah Lengkap
HB 12,6 11,0-16,5 g/dl
Lekosit 10.500 3500-10.000 sel/cmm
Hematrokit 37,1 35,0-50,0 %
Trombosit 314.000 150.000-450.000 sel/cmm
Foto : Tidak dilakukan pengkajian
Lain – lain : Tidak dilakukan pengkajian

II. INTERPRETASI DATA DASAR (17 November 2021, Pukul 05.40 WIB)

Data Dasar Diagnosa


Ds :
 Ibu mengatakan bayinya lahir
prematur usia kehamilan 34-35
minggu
 Ibu mengatakan bayinya lahir 1 hari
yang lalu (04 Maret 2022 pukul
16.23 WIB)
Do :
 Suhu : 36,5 0C
 Nadi : 140x/menit
 Pernapasan : 40 x/menit
 Berat badan : 2550 gram
 Panjang badan : 46 cm
 Lingkar kepala : 32 cm
 Mata :
Bayi Ny. “S” Usia 1 hari Bayi Baru
Konjungtiva anemis :tidak ada
Lahir Prematur Dengan Hipoglikemia
Konjungtiva merah :tidak ada
Sklera icterus :tidak ada
 Wajah
Tidak Icterus, Tidak Pucat
 Telinga : tulang rawan sudah
terbentuk, tidak ada perdarahan
 Hidung : Tidak ada pernafasan
cuping hidung
 Dada : Normal chest, tidak ada
rongki wizing, bunyi jantung
reguller
 Genetalia : scrotum sudah turun
 Anus : berlubang
 Reflek bayi normal

III. DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Terjadinya syok sepsis

IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA


1. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak
2. Perawatan dalam inkubator

V. INTERVENSI (05 Maret 2022, Pukul 16.30 WIB)

No Diagnosa Intervensi Rasional


Bayi Ny. “S” Tujuan :
Usia 1 hari Bayi 1. Bayi tetap dalam keadaan normal
Baru Lahir 2. Bayi tidak mengalami infeksi dan
Prematur hipotermi
Dengan Kriteria hasil :
Hipoglikemia 1. Keadaan umum baik
2. TTV dalam batas normal
Berat badan : 2500 – 4000 gr
Panjang badan : 45 – 52 cm
Lingkar dada : 30 – 38 cm
Lingkar lengan atas : 9,5 – 11 cm
Lingkar kepala : 32 – 33 cm
3. Reflek pada bayi positif
1. Lakukan komunikasi terapeutik Komunikasi
dengan ibu/keluarga terapeutik dapat
membangun
kepercayaan antara
bidan dan ibu
sehingga asuhan
dapat dilakukan
dengan baik dan ibu
lebih kooperatif
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah Tangan yang kotor
melakukan tindakan dapat menjadi
tempat
berkembangbiaknya
mikroorganisme
dimana apabila
menyentuh pasien
dapat membuat
kontaminasi silang
3. Berikan bolus IV cairan dextrose Pemberian cairan
dextrose secara IV
pada bayi dapat
mengatasi
hipoglikemia atau
kondisi kadar gula
darah terlalu
rendah.
4. Berikan perawatan dalam inkubator Perawatan dalam
inkubator dapat
membantu bayi
menstabilkan suhu
tubuh serta
mencegah
terjadinya
kehilagan panas
pada tubuh bayi.
5. Jaga kebersihan bayi dan ligkunagan Menjaga kebersihan
bayi dan
lingkungan dapat
mencegah
terjadinya infeksi
yang timbul karena
bakteri/virus yang
akan menyerang
bayi.
6. Berikan nutrisi pada bayi Pemberian nutrisi
pada bayi bertujuan
untuk pemenuhan
kebutuhan nutrisi
pada bayi serta
mencegah
terjadinya
malnutrisi.
7. Observasi TTV bayi setiap 4 jam Melakukan
observasi tanda-
tanda vital bayi
setiap 4 jam dapat
mendeteksi dini
adanya kelainan
pada bayi serta
tetap menjaga bayi
dalam keadaan
normal.
8. Observasi pola eliminasi pada bayi Pola eliminasi pada
bayi yakni BAK
dan BAB, mampu
BAK
mengindikasikan
bahwa saluran
kemih pada bayi
tidak terdapat
gangguan/kelainan,
dan bayi mampu
BAB menandakan
bahwa tidak ada
gangguan pada anus
dan saluran
pencernaan
9. Ganti pakaian/popok bayi setiap Pakaian bayi yang
BAK, BAB, dan basah basah akan
mempengaruhi
suhu badan yang
dapat menyebabkan
evaporasi, serta
BAK/BAB pada
popok bayi yang
penuh akan
mempengaruhi
tingkat kenyamanan
pada bayi sehingga
bayi rewel.
10. Kolaborasi dengan dokter spesialis Kolaborasi dengan
anak untuk pemberian terapi lanjutan dokter spesialis
anak bertujuan
untuk bayi
mendapatkan
penanganan serta
terapi yang tepat
pada masalah
kesehatannya.

VI. IMPLEMENTASI (05 Maret 2022, Pukul 16.30 WIB)

No Diagnosa Implementasi
Bayi Ny. “S”
Usia 1 hari Bayi
Baru Lahir
Prematur
Dengan
Hipoglikemia
1. Melakukan informed consent dengan ibu dan keluarga
merupakan langkah awal bagi bidan dalam melakukan
tindakan, sehingga dapat membuat rasa aman dalam
melakukan tindakan medis pada pasien
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
merupakan langkah untuk menghindari terjadinya
kontaminasi silang antara bidan dan pasien
3. Memberikan bolus IV cairan dextrose. Pemberian cairan
dextrose secara IV pada bayi dapat mengatasi hipoglikemia
atau kondisi kadar gula darah terlalu rendah.
4. Memberikan perawatan dalam inkubator dapat membantu
bayi menstabilkan suhu tubuh serta mencegah terjadinya
kehilagan panas pada tubuh bayi.
5. Mememberikan nutrisi pada bayi bertujuan untuk
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada bayi serta mencegah
terjadinya malnutrisi.
6. Menjaga kebersihan bayi dan lingkungan dapat mencegah
terjadinya infeksi yang timbul karena bakteri/virus yang
akan menyerang bayi.
7. Melakukan observasi tanda-tanda vital bayi setiap 4 jam
dapat mendeteksi dini adanya kelainan pada bayi serta tetap
menjaga bayi dalam keadaan normal.

8. Mengobservasi pola eliminasi pada bayi yakni BAK dan


BAB, mampu BAK mengindikasikan bahwa saluran kemih
pada bayi tidak terdapat gangguan/kelainan, dan bayi
mampu BAB menandakan bahwa tidak ada gangguan pada
anus dan saluran pencernaan
9. Mengganti pakaian bayi yang basah akan mempengaruhi
suhu badan yang dapat menyebabkan evaporasi, serta
BAK/BAB pada popok bayi yang penuh akan
mempengaruhi tingkat kenyamanan pada bayi sehingga
bayi rewel

10. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak bertujuan untuk


bayi mendapatkan penanganan serta terapi yang tepat pada
masalah kesehatannya

VII. EVALUASI (05 Maret 2022, Pukul 21.00 WIB)


Subyektif : By Ny.”S” dalam keadaan stabil, BAK 3-4x/hari dan BAB 2-
3x/hari

Obyektif :
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Composmentis
 Suhu : 36,7 oC
 RR : 43 x/menit
 Nadi : 145 x/menit
 Berat badan : 2550 gram
 Panjang badan : 46 cm
 Lingkar kepala : 32 cm

Refleks pada BBL:


 Reflek Moro : Positif
 Reflek Rooting : Positif
 Reflek Sucking : Positif
 Reflek Swallowing : Positif
 Reflek Babynski : Positif
 Reflek grape : Positif
Assessment : Bayi Ny. “S” Usia 1 Hari Bayi Baru Lahir Prematur Dengan
Hipoglikemia

Penatalaksanaan :
1. Ibu dan keluarga telah menyetujui dan kooperatif
2. Petugas sudah mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
3. Petugas telah memasangkan infus dextrose
4. Petugas melakukan perawatan bayi dalam inkubator
5. Petugas memberikan nutrisi pada bayi dengan memberikan susu formula 60
cc sesui dengan kemauan bayi.
6. Petugas telah menjaga kebersihan bayi serta lingkungan
7. Petugas telah melakukan observasi setiap 4 jam sekali yaitu pada pukul 12.00
WIB, 16.00 WIB, 20.00 WIB, dan 24.00 WIB.
8. Petugas telah melakukan observasi eliminasi pada bayi
9. Petugas telah mengganti pakaian/popok bayi setiap basah atau bayi BAB dan
BAK
10. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak
BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan bertujuan untuk merumuskan kesenjangan antara teori dan kasus


nyata pada asuhan kebidanan secara komprehensif Asuhan kebidanan pada Bayi Ny.
“S” Usia 1 hari bayi baru lahir prematur dengan hipoglikemia, yang dilakukan pada
tanggal 05 Maret 2022 di RS Aura Syifa Kediri dengan menggunakan standart asuhan
kebidanan yang terdiri dari pengkajian, merumuskan diagnosa kebidanan,
melaksanakan asuhan kebidanan dan melakukan evaluasi serta pendokumentasian
asuhan kebidanan dengan metode 7 langkah Varney.

1. Pengkajian
Pada data obyektif, Pemeriksaan umum didapatkan hasil keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, suhu : 36,5°C, nadi : 140 x/m, respirasi : 40 x/m, BB : 2550
gram, TB : 46 cm, Lingkar kepala : 32 cm, dan pada pemeriksaan fisik didapatkan
hasil bahwa semua normal. Pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan
antara teori dan praktek yang ada dilapangan.

2. Interpretasi data dasar


Dari data yang diperoleh saat melakukan pengkajian dapat ditegakkan
diagnosa kebidanan yaitu bayi Ny. “S” usia 1 hari bayi baru lahir prematur dengan
hipoglikemia, tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.

3. Identifikasi diagnosa potensial


Dapat diketahui bahwa pada pengkajian data dasar dan interpretasi data dasar
hipoglikemia pada bayi dapat menyebabkan syok sepsis. Pada tahap ini penulis tidak
menemukan kesenjangan antara teori dan praktek yang ada dilapangan.

4. Identifikasi tindakan segera


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi bayi. Pada kasus bayi Ny.”S” memerlukan perawatan dalam
inkubator serta berkolaborasi dengan dokter spesialis anak. Pada tahap ini penulis
tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek yang ada dilapangan.
5. Intervensi
Rencana asuhan yang akan diberikan pada bayi Ny. “S” yaitu lakukan
komunikasi terapeutik dengan ibu, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan, berikan bolus IV dextrose, lakukan perawatan dalam inkubator, berikan
nutrisi pada bayi, jaga kebersihan bayi serta lingkungan, lakukan observasi TTV
setiap 4 jam sekali, lakukan observasi pola eliminas pada bayi, ganti popok/pakaian
bayi jika basah/BAK/BAB. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak. Pada
perencanaan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.

6. Implementasi
Rencana asuhan dilakukan secara menyeluruh seperti yang diuraikan pada
langkah kelima, dilaksanakan secara efisien dan aman. Pada kasus pelaksanaan
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Pada tahap ini penulis tidak
menemukan kesenjangan antara teori dan praktek yang ada dilapangan.

7. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara sistematis untuk melihat keefektifan dari asuhan
dan tidak ditemukan kesenjangan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada bayi Ny.
“S” Usia 1 hari bayi baru lahir premature dengan hipoglikemia, yang telah dilakukan
pada tanggal 05 Maret 2022 di RS Aura Syifa Kediri, menjelaskan teori dan
membandingan dengan kasus sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pengkajian pada bayi Ny. “S” Usia 1 hari bayi baru lahir premature
dengan hipoglikemia tidak terdapat kesenjangan antara kasus/fakta di lahan
praktik dan teori.
2. Pelaksanaan penyusunan diagnosa kebidanan pada bayi Ny. “S” Usia 1 hari bayi
baru lahir premature dengan hipoglikemia, tidak terdapat kesenjangan antara
kasus/fakta di lahan praktik dan teori.
3. Pada kasus bayi Ny. “S” Usia 1 hari bayi baru lahir premature dengan
hipoglikemia tersebut tidak terdapat diagnosa potensial.
4. Pada kasus bayi Ny. “S” Usia 1 hari bayi baru lahir premature dengan
hipoglikemia, tidak terdapat diagnosa potensial maka tidak diperlukan tindakan
segera.
5. Pelaksanaan intervensi pada bayi Ny. “S” Usia 1 hari bayi baru lahir premature
dengan hipoglikemia, tidak terdapat kesenjangan antara kasus/fakta di lahan
praktik dan teori.
6. Pelaksanaan implementasi pada bayi Ny. “S” Usia 1 hari bayi baru lahir
premature dengan hipoglikemia, tidak terdapat kesenjangan antara kasus/fakta di
lahan praktik dan teori.
7. Pelaksanaan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada bayi Ny. “S”
Usia 1 hari bayi baru lahir premature dengan hipoglikemia, tidak terdapat
kesenjangan antara kasus/fakta di lahan praktik dan teori.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis akan menyampaikan
saran yang diharapkan dapat berguna bagi pembaca antara lain :
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan yang lebih dan keterampilan
dengan perkembangan zaman yang semakin maju serta meningkatkan mutu
asuhan kebidanan yang diberikan kepada pasien langsung dalam asuhan
kebidanan komprehensif.
2. Institusi pelayanan kesehatan
Diharapkan pada institusi pelayanan kesehatan khususnya puskesmas, polindes
dan PMB (Praktek Mandiri Bidan) dapat menyediakan sarana yang memadai
dalam upaya memberikan pelayanan yang bermutu dan berkualitas sesuai dengan
standar.
3. Bagi masyarakat
Diharapkan untuk masyarakat khususnya ibu hamil hendaknya dapat
memeriksakan kehamilannya secara rutin dan sedini mungkin, sehingga dapat
mendeteksi dini kelainan dan komplikasi pada kehamilan yang mungkin dapat
terjadi sehingga dapat segera dilaksanakan tindakan.
DAFTAR PUSTAKA

Rahardjo, K dan Marmi. 2015. Asuhan Neonatus Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: PustakaPelajar.
Fraser, DM dan Cooper, MA. 2012. Buku Saku Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta :Buku
Kedokteran EGC.
Indrayani, D. 2013. Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Trans Info Media.
Kemenkes, RI. 2013. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012. Badan Pusat
Statistik, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kemenkes RI.
Jakarta.
Wahyuni,S. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita: Penuntun Belajar Praktik Klinik.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Saleha, S. 2012. Asuhan Kebidanan Neonates, Bayi Dan Balita. Makassar: Alauddin
University Press.
Tando, Naomy Marie. 2016. ASUHAN KEBIDANAN Neonatus, Bayi dan Anak Balita.Jakarta
: EGC.
Wahyuni, Sari. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi & Balita.Jakarta : EGC
Maryunani, Anik. 2014. ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA dan ANAK PRA–SEKOLAH.
Jakarta : EGC
Armini, N. W., Sriasih, N. G. K., & Marhaeni, G. A. 2017. Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi, Balita & Anak Prasekolah. Yogyakarta : CV Andi Offset
Sinta, L. E., dkk. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi dan Balita.
Sidoarjo : Indomedia Pustaka

Anda mungkin juga menyukai