46
47
yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
Sampai dengan kepemimpinan KH. Encep Ruchiyat sekarang, pondok
pesantren Manba’ul Ulum telah mencetak beberapa ulama yang tersebar
diseluruh pelosok daerah Jawa Barat dan Banten.
2. Profil Yayasan Pondok Pesantren Manba’ul Ulum Tasikmalaya
a. Nama : Yayasan Pondok Pesantren Manba’ul Ulum
b. No. Statistik : 5.0.0.0.32.06.0530
c. Alamat : Kampung Cibunut
Desa : Tanjung Mekar
Kecamatan : Jamanis
Kabupaten : Tasikmalaya
Provinsi : Jawa Barat
d. Telepon : (0265) 421224, 420546
e. Tahun Berdiri : 1918 M
f. Akta Notaris : PP. Manba’ul Ulum
No. 03/1980/ PNAN/ Tanggal 28 Maret 1980
g. Status Tanah : Wakaf Sertifikat
h. Luas Tanah : 1147 Bata (1.680 M2)
i. Nama Pimpinan : KH. Encep Ruchiyat
3. Visi dan Misi
a. Visi
Semata mata untuk ibadah kepada Allah SWT dan mengharap
Ridha-Nya (sikap tunduk dan patuh kepada Allah SWT tanpa reserve)
QS. 51:56. Dan menjadi wadah pembinaan peserta didik terunggul di
Kabupaten Tasikmalaya dalam membentuk siswa yang maslahat
(mandiri, shaleh, terampil, berjiwa islami, berakhlakul karimah dan
cerdas lingkungan serta mengimplementasikan fungsi khalifah Allah di
muka bumi (sikap proaktif, inovatif, dan kreatif)) QS Al-Baqarah : 30.
48
b. Misi
1. Mempesiapkan individu-individu yang unggul dan berkualitas menuju
terbentuknya khairu ummah yang dikeluarkan manusia
2. Mempersiapkan kader-kader ulama dan pemimpin umat yang
berakhlak mulia, baik sebagai ilmuan/teorisi maupun praktisi, yang
mau dan mampu melaksanakan dakwah ilal khair, amar ma’ruf nahi
munkar dan indzarul qoum
3. Melatih peserta didik agar memiliki kemandirian hidup sehari-hari
4. Mengembangkan potensi seni, budaya, keterampilan dan olahraga
berdasarkan syariat islam pada peserta didik sesuai dengan
karakteristik masing-masing
5. Memanfaatkan potensi lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran
c. Motto
“Pondok Pesantren Jamanis berfikir Dinamis, Berakhlaq salaf, Beraqidah
Ahlu Sunnah Wal Jamaah”.
4. Sarana dan Prasarana
Berikut adalah sarana dan prasarana yang tersedia di Pondok
Pesantren Manba’ul Ulum ini adalah sebagai berikut :
a. Lembaga formal dan non formal
1) TK/TPA Al-Qur’an
2) SMP Islam Terpadu Manba’ul Ulum
3) SMK Islam Terpadu Manba’ul Ulum
4) Madrasah Diniyah Salafiyah
5) Dirosah Islamiyah/Kajian islam untuk ibu-ibu dan bapak-bapak dan
remaja
6) LPTQ (Pengajian Tilawatil Qur’an) tiap malam minggu
7) Pengajian bulanan alumni Ponpes, tiap malam minggu terakhir bulan
hijriyah
b. Fasilitas
1) 1 unit bangunan masjid dua lantai
49
2) 1 unit bangunan asrama putra dua lantai (38 ruang kamar, dan 5
ruang belajar)
3) 1 unit bangunan asrama putri 2 lantai (belum selesai)
4) 1 unit mushala putri
5) 1 unit gedung TK dan TPA
6) 1 unit gedung aula 2 unit MCK
7) 1 unit wartel
8) 1 unit ruang kantor yayasan
c. Rencana Pengembangan
Sampai saat ini Pondok pesantren Manba’ul Ulum mempunyai
rencana pengembangan pondok, yaitu :
1) 1 unit gedung madrasah diniyah (6 ruangan)
2) 1 unit gedung SMP Islam Terpadu (4 ruangan, karena sampai saat ini
ruang SMPIT masih menumpang pada ruangan belajar asrama putra)
3) Meneruskan pembangunan lantai 2 gedung TK/TPA
4) Meneruskan pembangunan lantai 2 kantor yayasan
5) Meneruskan pembangunan lantai 2 asrama putri
6) Membuat sumur bor (artesis)
7) Membuat warung serba ada (Kopontren)
8) Membuat Gedung perpustakaan
d. Susunan Pengurus dan Staf Pengajar
1) Ketua : KH. Encep Ruchiyat
2) Wakil Ketua : Drs. Asep Ahmad Yani
3) Sekretaris 1 : Ir.Undang Husni Thamrin, MM
4) Sekertarsi 2 : Ir. Deden Samarqandi
5) Bendahara : KH.Baedin
6) Anggota : Dewan Kyai
7) Staff Pengajar :
KH. Amin Ma’sum Zen - Hj. Yetti H, S.Pd
KH.Asep Dudung - Dra. Imas N
KH. Iing Sholihin - Titin, SHI
50
hari. Tujuan dari nilai kemandirian ini diharapkan para santri setelah
keluar dari pondok pesantren dapat hidup secara mandiri di
masyarakat.
Nilai tanggung jawab yang diajarkan di Pondok Pesantren
Manba’ul Ulum pada dasarnya dapat terlihat dalam setiap kegiatan
santri. Hal tersebut dikarenakan bahwa setiap kegiatan yang ditetapkan
pondok pesantren tersebut wajib dilaksanakan oleh seluruh santri.
Dengan adanya kewajiban tersebut, santri dituntut untuk dapat
bertanggung jawab dalam menjalankan setiap kegiatan dan dapat
menerima segala konsekuensi atas segala sikap dan perilakunya selama
menjalankan kegiatan tersebut. Penanaman nilai tanggung jawab tidak
hanya mengajarkan santri untuk mampu bertanggung jawab pada
dirinya sendiri akan tetapi juga pada orang lain. Beberapa contoh
kegiatan yang dapat menanamkan nilai tanggung jawab tersebut antara
lain kewajiban sholat berjamaah, menyetorkan atau setoran hafalan,
melakukan bersih-bersih di asrama dan olahraga.
Penanaman nilai akhlakul karimah dalam setiap kegiatan santri di
Pondok Pesantren Manba’ul Ulum memiliki banyak manfaat tidak
hanya saat santri belajar di Pondok Pesantren Manba’ul Ulum, tetapi
juga saat mereka hidup bermasyarakat. Biasanya akan terlihat
perbedaan sikap dan perilaku santri ketika sebelum dan sesudah masuk
pondok pesantren. Santri yang semula masih berperilaku buruk, setelah
beberapa bulan mengikuti kegiatan dan pembiasaan di Pondok
Pesantren Manba’ul Ulum hidupnya menjadi lebih terarah dan lebih
rajin beribadah kepada Tuhan. Hal tersebut juga didukung dengan
adanya peraturan yang mewajibkan setiap santri untuk mengikuti
setiap kegiatan di Pondok Pesantren Manba’ul Ulum baik dalam hal
berjamaah, mengaji, ataupun kegiatan lainnya. Bagi santri yang tidak
mengikuti kegiatan tanpa izin ataupun melanggar peraturan akan
dikenakan sanksi yang sesuai dengan pelanggaran yang ia lakukan.
65
tersebut sama halnya dengan salah satu dari lima model pembelajaran
yang dituturkan oleh Stengel dan Tom (dalam Nucci dan Narvaez,
2014), yaitu metode dialog. Metode dialog adalah unsur yang paling
mendasar dari pendidikan moral dari perspektif kepedulian. Semua
bentuk pendidikan moral menggunakan jenis pembicaraan seperti ini
biasanya pernyataan pengetahuan, perintah, kekesalan, pujian,
peringatan, nasehat. Tetapi dialog melibatkan pencarian pemahaman
secara bersama-bersama.
Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing, termasuk dalam penggunaan metode
dialog tersebut. Kelebihan metode dialog adalah menambah kedekatan
antara kyai dan santri. Selain itu dengan menggunakan metode dialog,
santri merasa lebih diperhatikan oleh kyai maka pembelajaran mudah
diserap oleh setiap santri. Sedangkan kekurangannya metode dialog di
Pondok Pesantren Manba’ul Ulum adalah dalam hal evaluasi.
Meskipun begitu, metode dialog digunakan karena dapat menambah
kedekatan antara sang kyai dan santri. Selain itu dengan menggunakan
metode dialog, santri merasa lebih diperhatikan oleh sang kyai dan
dengan cara penyampaian materi yang baik oleh kyai maka
pembelajaran mudah diserap oleh setiap santri.
Kendala yang muncul dalam penerapan metode dialog ialah santri
menjadi mudah bosen dalam mengikuti kegiatan tersebut. Untuk
mengatasi hal tersebut, kyai biasanya tidak terlalu baku dalam
menyampaikan materi, serta memaparkan materi-materi yang menarik
agar santri tidak mudah bosan bahkan terkadang kyai menyampaikan
materi tersebut menggunakan bahasa asing seperti bahasa inggris dan
bahasa arab.
Selain metode dialog, Pondok Pesantren Manba’ul Ulum juga
menerapkan beberapa macam metode yang bervariasi. Metode-metode
tersebut antara lain, sorogan, wetonan/bandongan, halaqoh,
hafalan/tahfidz, hiwar/musyawarah, bahtsul masa’il (mudzakaroh),
68
Aliyuddin
3) Rois Santri : Maman
Wakil : Fajar
4) Bendahara Santri : Aji Ridwan
Wakil : Randi
5) Sekretaris Santri : Hadi
Wakil : Fajar
6) Koordinator Pengajian : Nanang
Wakil : Mubin
7) Keamanan Pondok : Ahmad
Wakil : Hendra
f. Data Dewan Pengajar Yayasan, Santri dan Siswa
1) Pimpinan Pesantren : 1 orang
2) Dewan Kyai : 5 orang
3) Santri Putra : 35 orang
4) Santri Putri : 20 orang
berkah serta amal yang berkah untuk kehidupan di dunia dan akhirat.
Dan juga dapat mengamalkan ilmunya tidak hanya untuk dirinya sendiri
dan keluarganya, tetapi untuk semua elemen masyarakat yang ada
dilingkungan dimana para santri itu tinggal.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Pondok Pesantren Al-Idhhar
Kabupaten Tasikmalaya melaksanakan pendidikan menggunakan
metode klasikal/salafiyah. Dalam praktiknya para santri dituntut untuk
melaksanakan setiap perintah yang diperintahkan oleh kyai. Misalnya
para santri disuruh untuk bekerja bakti di lingkungan Pondok Pesantren
Al-Idhhar, mengurus rumah kyai, mengasuh putra kyai dan lain-lain.
Karena menurut pimpinan Pondok Pesantren Al-Idhhar untuk mendidik
para santri supaya menjadi santri yang shalih dan berkah tidak hanya
dibutuhkan sebuah kurikulum, tetapi yang paling pokok adalah
pengabdian santri kepada Pondok Pesantren Al-Idhhar terutama kepada
kyai dan para ustadz.
Dalam proses pembinaan akhlakul karimah santri pimpinan
Pondok Pesantren Al-Idhhar memerintahkan untuk bekerja bakti di
lingkungan pondok setiap hari jumat. Selain itu juga pimpinan Pondok
Pesantren Al-Idhhar menugaskan para santrinya untuk mengurus
rumahnya. Hal ini dimaksudkan supaya para santri terbiasa
mengerjakan pekerjaan rumah yang nantinya diharapkan setelah
berumah tangga para santri bisa merawat rumahnya dengan baik. Dalam
pelaksanaan mengurus rumah ini tidak semua santri melaksanakannya
setiap hari, para santri mendapat jadwal piket satu minggu sekali. Dan
dalam hal mengurus rumah ini hanya santri yang sudah lebih dewasa
saja yang ditugaskan melaksanakan tugas ini. Jadi pada intinya untuk
mendidik para santri Pondok Pesantren Al-Idhhar ini yang diutamakan
adalah ta’dzim (mengagungkan) kepada kyai dan para ustadz.
88
ihya ulumuddin, dan juga tafsir ada mughnil labib, ushul fiqih, jam’ul
jawame dan ‘uqudul juman juga kitab mantik yaitu syamsiyyah.
Dalam pelaksanaan evaluasi ini Pondok Pesantren Al-Idhhar selalu
mengundang wali santri untuk menyaksikan secara langsung putra dan
putrinya membaca kitab kuning dalam ujian akhir baca kitab kuning di
Pondok Pesantren Al-Idhhar. Ujian ini dilaksanakan setiap tiga bulan
sekali, biasanya lebih dari 95% wali santri bisa menghadiri undangan
tersebut. Hal ini menunjukkan antusiasme mereka saat melihat langsung
putra-putri mereka diuji membaca kitab. Dan untuk para penguji
merupakan ustadz yang ada di Pondok Pesantren Al-Idhhar. Selain
membaca para santri juga diwajibkan untuk menerangkan isi kandungan
kitab, serta dalil-dalil bacaan nahwu shorofnya ketika membaca kitab
kuning.
Menurut pimpinan Pondok Pesantren Al-Idhhar program ini
merupakan program unggulan, dimana para santri harus mampu
membaca kitab kuning, dengan disaksikan oleh orang tua masing-
masing.
Tidak hanya itu dalam melaksanakan evaluasi, Pondok Pesantren
Al-Idhhar juga melaksanakan tes lisan/setoran. Yang dilakukan
seminggu sekali kepada para ustadz/ustadzah yang ada di Pondok
Pesantren Al-Idhhar. Sedangkan untuk kitab yang disetorkan adalah,
jurumiyah, alfiyah, imriti, matan bina, tasrifan dan lain lain
Dari deskripsi diatas sangat tidak berlebihan jika pesantren salah
satu lembaga yang mempunyai peran signifikan dan kontribusi besar
dalam pelaksanaan penanaman akhlakul karimah santri yang islami.
Karena dalam penerapan pendidikannya, pesantren lebih
mengedepankan sikap (attitides), perilaku (behaviors), motivasi
(motivations) dan keterampilan (skills).
93
d. Fathul Mu’in,
e. I’anatut thalibin,
f. Qalyubi wa ‘Amirah,
g. Fathul Wahab,
h. Syarah Muhadzdza,
i. Al-Ummi.
4. Tauhid.
a. Tijan al-dararari,
b. Matan Assanusi,
c. Kifayatul awam,
d. Jauhar tauhid,
e. Ummul Barahin,
5. Mantik.
a. Matan sulam muraunaq,
b. Idhahul Mubham,
c. Syamsiyah.
6. Balahgah.
a. Majmu’khomsir Rasail,
b. Samar Qandi,
c. Jauhar Maknun,
d. Ukudul juman.
7. Tasawuf/ Akhlak.
a. Maraghil al-Ubudiyah,
b. Is’adur- rafiq,
c. Tanbuhul ghafilin,
d. Al-Hikam,
e. Ihya ‘Ulumuddin.
8. Hadis dam Mushthalah hadis.
a. Arbaiina
b. Tanqihul qaol,
c. Mukhtaral hadis,
97
d. Bulghul maram,
e. Riyadhushshalihin,
f. Bukhari,
g. Nasai’ Inbnu Majah,
h. Fathul bari,
i. Qusthalani.
9. Tafsir dan Ulum Tafsir.
a. Tafsir Jalalain
b. Tafsir Jamal
c. Tafsir Sawi
d. Tafsir Ibnu Abbas
e. Tafsi Ibnu Katsir
f. Tafsir Ruhul Bayan
g. Tafsir Al-Maraghi
h. Tafsir qurthubi
i. Tafsir Yasin.
10. Ushul Fikih.
a. Waraqat
b. Jam’ul jawami
11. Ilmu Tajwid.
a. Tuhfatu al- Athfal,
b. Hidayatu al-Mustafazd,
c. Jazariayah,
d. Qaulu al-Mufizd.
12. Ilmu falak.
a. Takribul makshad,
b. Sulamunairen,
c. Ma’arif al-Robaniyyah
98
1. Bagian Ubudiyah.
2. Ta’lim Wa tahfidz al-Qur’an (TTQ).
3. Kuliah Syariah.
4. Pendalaman Fikih.
5. Pendalaman Ilmu Agama selain Fikih.
6. Penguasaan Nahwu Sharaf.
7. Pengajian Kitab Kuning.
Dan tidak kalah pentingnya cacarakan dari mulai Tashrifan,
Shegatan, Ngias, Ngabina, Ngawukuan, Ngerab, Narkib.
Mubtada : م Khobar: خ Fa,il Ghoer A,qil: فا Fa,il/A,qil: ف Naibul
Fa,il: نبMaf’ul Bih: مف Maf;ul Ma’ah: معMaf;ul Li’ajlih: ملMaf;ul
Muthlaq: مط Dhorof zaman: ظزDhorof makan: ظم Na’at: ناSilah: ص
Bayan: بBadal: بدHal: حاSyarthiyah: شJawab: ج Sababiyah: س
Ta;lil: عGhoyah: غ Lilmilki: ل Ikhtishosh: ما Mashdariyah: مظ
Tamyiz: تمMufadhol Alaih: مع Jama’: جNafyi: نفNahyi: نهKhobar
Muthlaq: خمghaer ‘Aqil: بDhomir Sya’an: ... Lam Ibtida: ىLa’alla
Ta;kid: سف Syarthiyah: سما Mashdar: مص Mushonnif: ص Sya;ir: شا
Syarih: شNazhim: نا Du’a: د Athaf Bayan: اى Allah أ
Muhammad: مSyakhshun: شخ Nisbat: باIntaha: اه Ila Akhirihi: الخ
Shalla Allahu Alaihi: صم