Anda di halaman 1dari 11

Lufi Wahidati, Eska Nia Sarinastiti - Perkembangan Wisata Halal di Jepang

PERKEMBANGAN WISATA HALAL DI JEPANG

Lufi Wahidati1, Eska Nia Sarinastiti2


1
Program Studi DIII Bahasa Jepang/Departemen Bahasa, Seni, dan Manajemen Budaya/
Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
E-mail: 1lufi.wahidati@ugm.ac.id
2
Program Studi Kepariwisataan/Departemen Bahasa Seni dan Manajemen Budaya/
Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
Email: 2eskanias@ugm.ac.id

ABSTRAK
Jepang adalah salah satu destinasi wisata yang menarik wisatawan Muslim dari Indonesia,
Malaysia, dan negara-negara lain di Timur Tengah. Akhir-akhir ini, tingginya jumlah wisatawan Muslim
membuat Jepang menjadi sangat gencar mengembangkan fasilitas ramah Muslim untuk meningkatkan
jumlah kunjungan wisatawan asing. Jepang adalah negara non-Muslim dengan penduduk mayoritas
beragama Budha dan Shinto sehingga pemahaman masyarakatnya terhadap konsep halal dan wisata
halal tentunya sangat terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah fasilitas
ramah Muslim yang mereka kembangkan sebagai bentuk omotenashi telah sesuai dengan standar wisata
halal yang diharapkan oleh wisatawan Muslim. Penelitian ini difokuskan pada karakteristik pelayanan
berbasis omotenashi, kebutuhan pengembangan wisata halal di Jepang, serta perkembangan fasilitas
ramah Muslim di Jepang. Data penelitian ini diambil dari jurnal dan website yang relevan dengan tema
penelitian. Setelah dianalisis, dapat disimpulkan bahwa dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, jumlah
fasilitas ramah Muslim semakin meningkat. Dari enam kebutuhan (faith-based needs) wisatawan Muslim,
empat di antaranya telah terpenuhi, yakni kebutuhan akan makanan halal, tempat ibadah, kamar kecil
dengan air, serta pelayanan rekreasional dengan privasi. Namun, masih terdapat beberapa masalah yang
perlu diperhatikan oleh Jepang, yaitu 1) masih terdapat aktifitas non-halal di banyak restoran, 2) belum
ada pelayanan makan sahur bagi wisatawan yang berpuasa khususnya di bulan Ramadan, 3) terbatasnya
jumlah restoran halal di kota kecil,4) belum terdapat badan sertifikasi halal yang ditunjuk secara resmi
oleh pemerintah Jepang, dan 5) terbatasnya jumlah musala yang menyediakan fasilitas wudu.

Kata kunci : fasilitas ramah muslim, industri halal, omotenashi, pariwisata Jepang, wisata halal

PENDAHULUAN negara. Sebagai salah satu negara maju di Asia,


Jepang merupakan salah satu destinasi wisata bahkan di dunia, Jepang menawarkan perpaduan
luar negeri favorit para wisatawan Indonesia. Pada antara kemajuan teknologi dengan keunikan budaya
awal tahun 2017, dua kota di Jepang, yaitu Tokyo tradisional. Produk-produk elektronik canggih
dan Osaka, masuk ke dalam daftar 10 destinasi wisata seperti kamera atau komputer dapat dibeli wisatawan
yang paling banyak dicari di situs pencari perjalanan dengan harga yang relatif murah. Sistem transportasi
Skyscanner Indonesia 1. Selain itu, berdasarkan yang maju dan menjangkau seluruh wilayahnya
penelusuran data penggunaan kartu kredit di luar juga membuat wisatawan mudah untuk berpindah
negeri, di samping Malaysia, Singapura, Australia, dari satu kota ke kota lain. Di sisi lain, wisatawan
dan Korea Selatan, Jepang juga menjadi salah satu dapat melihat arsitektur bangunan khas Jepang dan
negara yang paling banyak dikunjungi oleh orang pertunjukan budaya atau seni tradisional, terutama di
Indonesia2. kota bersejarah seperti Kyoto.
Jepang memang memiliki potensi wisata Perpaduan ini semakin diperkuat oleh potensi
yang menarik minat para pelancong dari berbagai keindahan alamnya. Jepang memiliki 20 objek wisata
yang terdaftar dalam world heritage UNESCO.
Objek wisaya yang masuk dalam daftar tersebut
1 https://www.skyscanner.co.id/berita/10-destinasi-terpopuler-
di-2017-bagi-orang-indonesia sangat beragam dari objek wisata alam seperti
2 http://travel.kompas.com/read/2017/03/26/120600227/ini. pulau Ogasawara, objek wisata yang sarat dengan
negara.tujuan.wisata.favorit.turis.indonesia nilai budaya seperti gunung Fujisan (atau yang

9
Jurnal Gama Societa, Vol. 1 No. 1, Januari 2018, 9-19

lebih dikenal dengan nama Fujiyama di Indonesia), Berdasarkan latar belakang tersebut,
bangunan/arsitektur, hingga objek wisata bersejarah perkembangan Jepang menjadi destinasi wisata
seperti Genbaku Dome (Hiroshima Peace Memorial)3. halal sangat menarik untuk dikaji lebih dalam. Seperti
Oleh karena itu, bukan hal yang aneh apabila Jepang yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu bahwa
menjadi magnet yang menarik para wisatawan dari Jepang adalah negara non-Muslim sehingga dapat
penjuru dunia. dikatakan bahwa pemahaman masyarakat Jepang
Jumlah wisatawan asing di Jepang terus terhadap konsep halal maupun wisata halal tentunya
menerus mengalami peningkatan setelah Jepang sangat terbatas. Oleh karena itu, perlu dilakukan
melakukan kampanye promosi wisata bertajuk “Visit penelitian untuk melihat apakah fasilitas wisata
Japan” sejak tahun 2003. Terdapat 14 negara yang halal di sana telah sesuai dengan standar wisata
menjadi target promosi ini, yaitu Korea, Taiwan, halal dalam pandangan wisatawan Muslim. Dalam
China, Amerika, Hongkong, Inggris, Prancis, Jerman, tulisan ini, pembahasan akan difokuskan pada tiga hal
Australia, Kanada, Singapura, Thailand, Malaysia, yakni 1) ciri khas konsep omotenashi yang dianggap
dan Indonesia (Yamazaki et al, 2015). Lonjakan yang menjadi dasar pola pikir masyarakat Jepang untuk
signifikan terjadi pada tahun 2013, yaitu saat pertama meningkatkan bisnis pelayanan, termasuk di industri
kalinya jumlah wisatawan asing menembus angka di wisata halal, 2) kebutuhan pengembangan wisata
atas 10 juta orang. Di antaranya, diperkirakan sekitar halal di Jepang, dan 3) fasilitas yang disediakan
300.000 orang adalah wisatawan Muslim. Jumlah untuk memenuhi kebutuhan orang Islam di Jepang
wisatawan Muslim diprediksi akan meningkat hingga serta permasalahan-permasalahan yang berkaitan
1.000.000 orang pada tahun 20204. dengan fasilitas-fasilitas tersebut. Hasil pembahasan
Peningkatan jumlah wisatawan Muslim ini ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
memicu tumbuhnya bisnis pa riwisata halal di Jepang. perkembangan industri wisata halal di Jepang.
Secara geografis, letak Jepang jauh dari negara- Akhir-akhir ini, wisata halal, atau yang biasa
negara Islam. Selain itu, jumlah penduduk Jepang disebut halal tourism memang sedang menjadi tren
yang menganut agama Islam pun sangat sedikit. di industri pariwisata internasional. Wisata halal
Di Jepang, 51.2% penduduknya beragama Shinto, dibedakan dari wisata religi (religious tourism)
43% beragama Budha, 1.0% beragama Kristen, ataupun wisata Islami (Islamic tourism atau biasa
sementara agama Islam belum lama dikenal oleh disebut wisata syari’ah di Indonesia/Malaysia).
sebagian besar masyarakat Jepang (Sugiyama, 2014). Beberapa contoh wisata religi, misalnya wisata umat
Meskipun demikian, sebagai negara dengan jumlah Kristiani ke tanah suci Palestina, ibadah Haji dan
penganut Islam yang sedikit, Jepang bisa dikatakan umroh ke Mekah, atau kunjungan kaum Yahudi ke
sangat serius dalam mengembangkan wisata halal. makam suci di Israel (El-Gohary, 2016). Dari contoh
Keseriusan ini dirasakan oleh para wisatawan Muslim tersebut, dapat disimpulkan bahwa istilah wisata religi
yang berkunjung ke Jepang sampai-sampai Jepang tidak identik dengan kegiatan wisata yang dilakukan
berhasil meraih penghargaan sebagai “World Best oleh umat Islam saja.
Non OIC5 Emerging Halal Destination” pada World Sementara itu, Islamic tourism oleh Islamic
Halal Tourism Award 2016 yang diselenggarakan di Tourism Centre Malaysia didefinisakan sebagai
Abu Dhabi, UEA6. “any activity, event and experience undertaken in
a state of travel that is in accordance with Islam”7.
3 http://whc.unesco.org/en/list Henderson (2010) memandang bahwa konsep wisata
4 https://cresentrating.com/magazine/press-releases/3835/ Islami meliputi semua perjalanan yang dilakukan oleh
muslim-visitor-arrivals-to-japan-to-reach-1-million-
orang-orang Islam yang menjadikan agama sebagai
by-2020.html
5 OIC (Organization of Islamic Conference) pertimbangan penting, meskipun bukan sebagai
6 World Halal Tourism Award merupakan penghargaan yang
diberikan kepada penyedia jasa pariwisata dan negara yang tahun 2016, Indonesia berhasil memenangi 12 penghargaan
dinilai memberikan pelayanan, produk serta prestasi terbaik dari total 16 jenis penghargaan di ajang tersebut. (sumber:
di sektor wisata halal terutama di sektor yang ramah keluarga website resmi World Halal Tourism Award, itwabudhabi.com
di level internasional. Pemenang ditentukan melalui voting (diakses pada 13 Juni 2017 pukul 14.30))
yang diikuti oleh partisipan yang tersebar di 116 negara. Pada 7 http://www.itc.gov.my/corporate/

10
Lufi Wahidati, Eska Nia Sarinastiti - Perkembangan Wisata Halal di Jepang

motivasi utama. Dari kedua definisi tersebut, dapat Komponen ketiga adalah fasilitas serta
ditarik persamaannya, yaitu bahwa wisata Islami pelayanan penerimaan tamu dan perjalanan (supply
merupakan wisata yang dilakukan sesuai side key themes). Komonen ini berkaitan dengan
dengan syariat atau ketentuan dalam agama Islam. penyediaan pelayanan dan fasilitas untuk memenuhi
Halal tourism memiliki definisi yang berbeda kebutuhan dasar wisatawan muslim sesuai
jika dibandingkan dengan kedua konsep yang telah dengan motivasi atau alasan wisatawan Muslim
disebutkan sebelumnya. Halal tourism berakar dari melakukan perjalanan ke sebuah objek wisata.
konsep “halal”. Kata halal berasal dari bahasa Arab Fasilitas tersebut meliputi layanan sarana
yang berarti “diijinkan” atau ”dibolehkan”. Dalam transportasi, akomodasi, sarana objek wisata,
Islam, konsep halal tidak hanya berkaitan dengan agen perjalanan, dan sumber daya manusia.
produk makanan/minuman, melainkan semua aspek Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
dalam kehidupan orang Islam baik laki-laki maupun sejauh mana perkembangan wisata halal di Jepang.
perempuan. Konsep ini mengharuskan umat Islam untuk Penelitian dibatasi pada perjalalan liburan (demand
hanya mengonsumsi produk yang diijinkan/dibolehkan side) dengan menganalisis apakah fasilitas dan
sesuai dengan ajaran agama, termasuk produk makanan/ pelayanan wisata halal yang ditawarkan oleh Jepang
minuman, perbankan dan finansial, pariwisata, kosmetik, (supply side) telah memenuhi kebutuhan dasar
pekerjaan, dan lain-lain (El-Gohary, 2016). wisatawan Muslim (needs) sesuai dengan konsep
Wisata halal dapat dikatakan sebagai konsep wisata halal yang telah digagas oleh COMCEC
baru di industri pariwisata yang menawarkan paket dan tersebut.
tujuan wisata yang didesain untuk melayani kebutuhan
wisatawan Muslim (Asazuma, 2015). Komite Tetap METODE PENELITIAN
Kerjasama Ekonomi dan Komersial Organisasi Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
Kerjasama Islam (COMCEC) (2016) menyebut halal dengan metode studi kasus. Data mengenai wisata
tourism dengan istilah Muslim Friendly Tourims halal, perkembangan wisata halal di Jepang, dan
(MFT) dan mendefinisikannya sebagai “Muslim informasi pendukung lainnya didapatkan melalui
trevelers who do not wish to compromise their basic studi kepustakaan. Informasi mengenai fasilitas
faith-based needs while treveling for a purpose, bagi orang Islam di Jepang diperoleh dari internet
which is permissible”, or it also be defined as “halal (terutama dari situs halalmediajapan.jp). Informasi
conscious travelers, traveling for any purposes, which pendukung lainnya dikumpulkan dengan membaca
is halal (permissible)”. jurnal dan artikel di internet yang temanya terkait
COMCEC menyebutkan bahawa kerangka dengan penelitian ini.
konseptual MFT terdiri dari tiga komponen. Selanjutnya, proses analisis data dimulai dengan
Pertama, kebutuhan berdasarkan kepercayaan mengkategorikan data ke dalam beberapa tema
para wisatawan Muslim (key faith-based needs). sesuai kajian yang telah ditentukan, yaitu ciri khas
COMCEC mengidentifikasi sedikitnya terdapat enam omotenashi, kebutuhan pengembangan wisata halal
kebutuhan yang didasari kepercayaan para wisatawan di Jepang, dan perkembangan fasilitas terkait wisata
Muslim. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan akan halal di negara tersebut. Setelah itu, data dianalisis
makanan halal, fasilitas ibadah salat, pelayanan pada sesuai dengan kerangka konseptual wisata halal yang
bulan Ramadan, ketersediaan air di kamar kecil, tidak direkomendasikan oleh COMCEC.
ada aktifitas non-halal, serta pelayanan dan fasilitas
rekreasional dengan privasi. HASIL DAN PEMBAHASAN
Komponen kedua adalah motivasi dan alasan Konsep Omotenashi
wisatawan Muslim berwisata/bepergian (demand side Aspek terpenting dalam industri pelayanan
key themes). Berdasarkan pada motivasi dan alasan Jepang terdapat pada konsep omotenashi. Konsep
melakukan perjalanan, COMCEC mengelompokkan ini merujuk pada aktifitas menerima pelanggan/
empat jenis perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan tamu dengan keramahtamahan dan membantu
Muslim, yaitu perjalanan religi, perjalanan liburan, mereka dengan berbagai cara. Adanya omotenashi,
perjalanan bisnis, dan perjalanan kesehatan. membuat kualitas pelayanan terhadap wisatawan

11
Jurnal Gama Societa, Vol. 1 No. 1, Januari 2018, 9-19

meningkat dari waktu ke waktu, termasuk ekonomi dalam membangun pelayanan yang prima
pelayanan terhadap wisatawan Muslim. The Japan kepada tamunya.
Productivity Center mendefinisikan omotenashi Sementara itu, budaya memberikan tip kepada
sebagai “work to provide special service from the staf hotel tidak ada di Jepang. Meskipun demikian,
heart while valuing the prespective of customers pelanggan tetap dapat menikmati pelayanan terbaik
and/or residents”. Omotenashi adalah sebuah dari para stafnya. Omotenashi terjadi di antara staf
bentuk pelayanan khas Jepang yang memberi dan pelanggan yang saling terkesan satu sama lain.
arti pentingnya touchpoint (interaksi) dengan Dalam hal ini, motivasi pelayanan prima mereka tidak
pelanggan. Ini adalah sebuah motode asli Jepang berdasarkan pada konsep rasionalitas ekonomi (Sato
dalam memberikan pelayanan berkualitas tinggi dan Al-alseikh, 2014).
dari hati yang didasari komunikasi antara penyedia Lebih jauh lagi, Sato dan Al-alseikh (2014)
jasa dan pelanggan (Ota et al, 2016). menjelaskan mengenai bagaimana omotenashi dalam
Konsep ini sering diidentikkan dengan istilah diri seseorang terbentuk. Omotenashi bermula pada
hospitality, tetapi akhir-akhir ini kata omotenashi tata cara upacara minum teh (cha no yu). Semua orang
dikenal secara internasional sebagai “a form of yang menguasai cara membuat dan menyajikan teh
welcoming” yang berakar pada tradisi dan budaya pada upacara ini telah mempelajari tata caranya dalam
Jepang (Ota et al, 2016). Bahkan, Sato dan Al-alsheikh waktu yang cukup panjang di bawah petunjuk seorang
(2014) menyatakan bahwa omotenashi dan hospitality guru. Seseorang harus mengikuti apa yang diajarkan
Barat adalah dua konsep yang berbeda. Persamaan gurunya untuk waktu tertentu hingga dia menguasai
keduanya hanya terdapat di level permukaan saja. ‘bentuk’ (kata), yaitu ketentuan-ketentuan tentang
Setelah membandingkan hospitality yang diterapkan cara melakukan sesuatu. Setelah berhasil melakukan
di hotel Ritz-Carlton Hotel & Company dengan itu, tahap berikutnya adalah ‘mengalahkan’ bentuk
pelayanan berbasis omotenashi di Hoshino Resort, itu untuk mengekspresikan diri sendiri. Tahap ketiga
Sato dan Al-alsheikh melihat terdapat tiga persamaan yaitu yang terakhir adalah berpisah dari gurunya untuk
pada pelayanan mereka. menjadi guru dan mengajarkan ilmunya.
Pertama, keduanya menganggap staf hotel Ketiga tahap tersebut disebut dengan istilah
dan tamu hotel adalah sederajat, melebihi pelayanan shu/ha/ri, istilah yang juga digunakan untuk
yang berkaitan dengan bisnis. Persamaan kedua menyebut aturan fundamental latihan di Jepang,
adalah keduanya memiliki staf yang dapat membaca misalnya dalam berbagai cabang seni, seperti
kebutuhan tamu tepat sebelum tamu mengatakannya. seni merangkai bunga (ikebana) dan seni kaligrafi
Persamaan ketiga, keduanya melakukan inspeksi dan (shodo) (Sato dan Al-alseikh, 2014). Oleh karena
pemeliharaan instalasi secara detail. Akan tetapi, itu, omotenashi merupakan sebuah ‘bentuk’ yang
seperti yang sudah disebutkan di atas, persaman telah mendarah daging pada diri seseorang sebagai
tersebut hanyalah terdapat di level permukaan saja. hasil bertapa dalam latihan jangka panjang. Begitu
Pada sisi dalam, omotenashi memiliki ciri khas pun omotenashi yang diterapkan oleh para pelaku
yang tidak ditemukan pada konsep hospitality di Barat. bisnis pariwisata. Pelayanan yang seseorang
Menurut Sato dan Al-alseikh (2014), perbedaan antara berikan merupakan sebuah ‘bentuk’ yang telah
keduanya tercermin pada motivasi para stafnya saat dipelajari dan diasah selama bertahun-tahun hingga
melayani tamu hotel. Staf di hotel Ritz-Carlton tak menjadi karakter orang itu.
jarang mendapatkan tip besar dari para tamu yang puas Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya,
dengan pelayanan mereka. Terlebih lagi, pendidikan konsep omotenashi ini layaknya ruh dari industri
yang diterapkan pada staf hotel ini menekankan jasa yang menempatkan pelanggan sebagai poin
bahwa kepuasan pelanggan akan menguntungkan baik penting. Dalam konsep omotenashi, hubungan antara
pihak perusahaan maupun pihak staf. Perusahaan juga motenasu gawa (tuan rumah/host) dan motenasareru
menerapkan berbagai sistem penghargaan yang menjadi gawa (tamu) lebih dari sekedar hubungan antara tuan
mekanisme pendidikan dan motivasi untuk membuat rumah dengan tamu. Tuan rumah memperlakukan
para stafnya menampilkan pelayanan superior. Dengan seorang tamu sebagai manusia dan ingin agar
kata lain, Ritz-Carlton menerapkan konsep rasionalitas tuan rumah mauapun tamu sama-sama merasa

12
Lufi Wahidati, Eska Nia Sarinastiti - Perkembangan Wisata Halal di Jepang

bahagia dengan berbagi keramahan, kegembiraan, Permasalahan mendasar berikutnya yang


kesenangan, bahkan terkadang kesediahan bersama. dirasakan oleh wisatawan yang berkunjung ke Jepang
Tuan rumah menganggap tamu seperti keluarga atau adalah minimnya tempat untuk beribadah salat.
teman dan diharapkan hubungan kedua belah pihak Penganut agama Islam menjalankan salat wajib 5
dapat terjalin dengan baik dan berlangsung lama. kali dalam satu hari. Di negara dengan mayoritas
Lebih dari itu, dalam konsep omotenashi, pihak tuan penduduk beragama Islam seperti di Indonesia,
rumah berusaha untuk memberikan pelayanan yang fasilitas menjalankan ibadah ini sangat memadahi.
lebih baik dari pada yang diharapkan oleh tamu8. Di restoran, di hotel, di berbagai objek wisata, pasti
Di industri pariwisata, konsep inilah yang tersedia tempat khusus untuk salat. Lain halnya
dipercaya menjadi dasar bagi Jepang untuk terus dengan di Jepang, selama bepergian wisatawan
meningkatkan pelayanan terhadap wisatawan, mungkin terpaksa harus menunda salat hingga mereka
termasuk pelayanan bagi wisatawan Muslim. Kenaikan kembali ke penginapan. Bagi wisatawan Muslim
jumlah wisatawan Muslim tentunya mendorong yang tidak suka menunda ibadah salat, tentunya
pelaku bisnis pariwisata untuk memberikan pelayanan kurangnya fasilitas tempat ibadah akan menimbulkan
berbasis omotenashi yang sesuai agar wisatawan ketidaknyamanan selama berada di Jepang.
Muslim sebagai tamu dapat merasakan kebahagiaan, Oleh karena itu, jika Jepang ingin mengaktifkan
kegembiraan, dan kesenangan selama berada di sektor pariwisatanya dan menarik lebih banyak
Jepang. wisatawan Muslim, maka mau tidak mau negara ini
harus memperhatikan kebutuhan mereka. Hal tersebut
Kebutuhan Pengembangan Wisata Halal di Jepang disadari oleh pemerintah Jepang karena pasar utama
Masalah umum yang dialami wisatawan Muslim Jepang saat ini adalah negara-negara Timur Tengah
saat berkunjung ke negara non-Muslim sering kali dan Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Indonesia
berkaitan dengan sulitnya mencari makanan halal, tidak yang berpenduduk mayoritas Muslim. Terlebih
tersedianya tempat sholat, serta sulitnya menemukan lagi, pemerintah Jepang menargetkan peningkatan
penginapan yang ramah Muslim. Dengan demikian, wisatawan asing hingga 20 juta orang di tahun 2020,
apabila sebuah penyedia jasa menawarkan jasa wisata bertepatan dengan diselenggarakannya olimpiade
halal, maka mereka setidaknya harus menyediakan musim panas dan paralimpiade di Tokyo (Ota et al,
produk makanan dan minuman halal, fasilitas penginapan 2016). Untuk itu, Jepang dengan gencar membangun
yang sesuai, serta fasilitas untuk beribadah sholat. fasilitas bagi wisatawan asing, terutama fasilitas untuk
Shazlinda dan Shutto (2014) menyatakan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mendasar wisatawan
bahwa selama ini permasalahan besar yang dirasakan Muslim.
oleh wisatawan Muslim yang berkunjung ke Jepang
bersumber dari keterbatasan bahasa. Misalnya, pada Perkembangan Fasilitas untuk Wisatawan Muslim
kemasan produk makanan, bahan-bahannya hanya di Jepang
ditulis dalam bahasa Jepang, sehingga wisatawan Sebagai bentuk omotenashi terhadap wisatawan
yang tidak menguasai bahasa Jepang tidak dapat Muslim, Jepang mengembangkan fasilitasnya
menentukan apakah produk tersebut dapat dikonsumsi di berbagai sektor. Pada bagian ini akan dibahas
atau tidak. Akhirnya banyak wisatawan yang mengenai gambaran perkembangan fasilitas yang
membawa bekal makanan sendiri dan melewatkan dapat membantu wisatawan Muslim untuk lebih
kesempatan untuk mencicipi atau membeli makanan menikmati waktunya dengan nyaman selama
khas Jepang. Terlebih lagi jika seorang Muslim berada di Jepang. Akan dianalisis pula apakah enam
berkunjung ke sana pada bulan Ramadan. Hotel-hotel kebutuhan utama wisatawan Muslim (faith-based
tentunya hanya menyediakan makan pagi pada waktu needs) telah terpenuhi dengan fasilitas dan pelayanan
biasanya dan tidak menyediakan makanan sahur untuk yang disediakan.
para tamu Muslim.
Makanan halal
Bagi orang Islam, makanan yang dikonsumsi
8 https://www.shinnihon.or.jp/shinnihon-library/publications/
harus memenuhi persyaratan dua hal, yaitu yang
issue/eyi/issue/2015-08-vol04-02.html

13
Jurnal Gama Societa, Vol. 1 No. 1, Januari 2018, 9-19

Tabel 1. Jumlah restoran yang menyediakan menu halal per Oktober 2017
No Prefektur Menyediakan menu halal Berserti-fikasi halal
1 Tokyo 362 73
2 Osaka 52 14
3 Hokkaido 45 -
4 Kyoto 39 23
5 Aichi 37 5
6 Kanagawa 36 1
7 Hyogo 33 7
8 Chiba 26 10
9 Fukuoka 20 2
10 Saitama 17 2
11 lokasi lain 121 24
Total 788 161
Sumber. www.halalgourmet.jp

baik secara kesehatan dan halal (diijinkan untuk menyajikan masakan Malaysia, Turki, atau masakan
dimakan) sesuai dengan petunjuk yang tertulis dalam dari negara lain yang mayoritas penduduknya
kitab suci agama Islam, Al-Quran. Konsep makanan beragama Islam, namun saat itu sudah tercatat
halal tidak dikenal oleh sebagian besar masyarakat beberapa restoran yang menawarkan menu masakan
Jepang hingga beberapa tahun yang lalu. Hingga Jepang (Asazuma, 2015).
tahun 2010, perusahaan makanan dan kuliner di Bisnis halal food terus berkembang dengan
Jepang seolah tidak tertarik untuk memroduksi pesat di Jepang hingga saat ini. Sampai awal bulan
makanan halal untuk pasar domestik. Penyebabnya Oktober 2017, di website www.halalgourmet.
di antaranya adalah karena bagi mereka produk jp (situs yang dapat digunakan untuk membantu
halal merupakan isu sensitif yang berkaitan dengan mencari restoran dengan menu halal di Jepang)
agama yang aturan-aturannya terlalu kompleks terdaftar sebanyak 788 restoran9 yang menyediakan
untuk diterapkan di Jepang. Selain itu, sebagian makanan yang dapat dikonsumsi oleh Muslim,
besar masakan khas Jepang menggunakan bahan tetapi di antaranya yang memiliki sertifikat halal
dasar non-halal seperti mirin (alkohol) dan daging hanya 161 tempat (20.4%). Sementara itu, restoran
babi. Tanpa pengetahuan yang mendalam mengenai yang menggunakan daging halal dalam produknya
konsep halal, memasuki pasar halal merupakan terdapat sebanyak 456 tempat. Dengan kata lain,
tantangan tersendiri bagi perusahaan-perusahaan meskipun tidak bersertifikat halal, sebagian besar dari
Jepang. Kemudian, kebanyakan konsumen di Jepang restoran-restoran tersebut menggunakan bahan baku
tidak mengenal konsep halal dan tidak tertarik untuk yang halal. Sebanyak 313 restoran bahkan menjamin
mempelajarinya. Akan tetapi, karena menyusutnya peralatan dapur dan peralatan makannya benar-benar
pasar lokal, perusahaan-perusahaan Jepang saat ini halal dan dipisahkan dari yang non-halal.
mulai mencari alternatif di luar pasar tradisional dan
memasuki pasar global (Shazlinda dan Shutto, 2014). 9 Jumlah ini hanya berdasarkan yang terdaftar pada situs
Peningkatan jumlah wisatawan Muslim telah www.halalgourmet.jp sampai bulan Oktober 2017. Mungkin
terdapat restoran halal yang tidak atau belum masuk dalam
mendesak Jepang untuk menyediakan makanan
daftar. Misalnya di prefektur Akita, tak satupun restoran
halal. Pada tahun 2015, terdapat 52 restoran halal di bermenu halal tercatat dalam daftar di situs ini meskipun
Jepang yang tercatat dalam buku panduan wisata yang menurut Md Salleh dan Md Nor (2015) terdapat satu
diterbitkan oleh Japan National Tourism Organization restoran halal yag dikelola oleh seorang warga Pakistan yang
(JNTO) untuk para wisatawan Muslim. Dahulu beristerikan orang Jepang. Akan tetapi, melalui daftar ini,
restoran halal hanya terbatas pada restoran yang kita dapat melihat gambaran tingkat ketersediaan makanan
halal di berbagai wilayah di Jepang.

14
Lufi Wahidati, Eska Nia Sarinastiti - Perkembangan Wisata Halal di Jepang

Ada tidaknya sertifikat halal sangat berpengaruh restoran yang tidak menjual minuman beralkohol dan
pada penerimaan konsumen Muslim terhadap produk 45% restoran yang tidak menggunakan alkoloh dalam
makanan halal (COMCEC, 2016). Lonjakan jumlah masakannya. El-Gohary (2010) mempermasalah-
restoran yang bersertifikasi halal cukup signifikan kan apakah restoran yang bersertifikat halal namun
di Jepang. Naha (Nipon Asia Halal Association), menyediakan minuman beralkohol benar-benar dapat
salah satu dari tiga badan sertifikasi halal di Jepang dikatakan halal. Menurutnya, dalam syariat Islam
yang terdaftar di situs Zabihah (situs yang memuat memperjualbelikan minuman beralkohol adalah suatu
informasi produk halal dari seluruh dunia), pada tindakan yang dilarang.
tahun 2011 dan 2012 hanya mengeluarkan sertifikat Sertifikasi halal menjadi problem tersendiri
halal untuk lima perusahaan, namun sejak tahun di kalangan umat Islam. Masing-masing negara
2013 hingga 2016, terdapat 110 perusahaan yang Islam atau negara dengan mayoritas berpenduduk
mendapatkan sertifikat halal dari asosiasi ini (Smith, Islam memiliki badan sertifikasi halal. Kebanyakan
2016). badan sertifikasi halal tidak menerbitkan sertifikat
Dengan semakin bertambahnya restoran halal bagi perusahaan yang menjual alkohol, namun
masakan Jepang bersertifikat halal, wisatawan Muslim ada juga badan sertifikasi yang mau (COMCEC,
kini dapat menikmati masakan khas Jepang dengan 2016). Arab Saudi tercatat sebagai negara yang
tenang. Jika dulu para Muslim tidak dapat menikmati memberikan persyaratan yang sangat ketat untuk
mie ramen karena selalu menggunakan kandungan mengeluarkan sertifikat halal. Pembuatan, penjualan,
babi untuk membuat kuahnya, saat ini telah terdaftar dan pendistribusian makanan dan minuman non halal
12 restoran ramen yang bersertifikat halal, seperti dilarang. Sementara itu, karena Jepang tidak memiliki
Halal Ramen Naritaya Gion (Kyoto), Naramachi badan sertifikasi halal sendiri, perusahaan-perusahaan
Jinniyah (Nara), dan Shinjuku Gyoen Ramen Ouka Jepang bekerja sama dengan JAKIM (Jabatan
(Tokyo). Pada bulan September 2017 restoran kare Kemajuan Islam Malaysia), JMA (Japan Muslim
terbesar di Jepang, CocoIchibanya, juga membuka Association), Islamic Center Japan, JHA (Japan Halal
outlet bersertifikat halal di Akihabara, Tokyo. Association), atau organisasi lain demi mendapatkan
Hanya s aja , ma sih te rdapat beberap a sertifikat halal untuk produknya (Sugiyama, 2014).
permasalahan yang masih dirasakan oleh wisatawan Pemerintah Jepang belum menetapkan
Muslim. Restoran yang menyediakan makanan halal badan sertifikasi halal tertentu. Saat ini terdapat
dan bersertifikat halal sebagian besar berlokasi di sekitar 20 badan (termasuk masjid, asosiasi orang
kota-kota besar seperti Tokyo (46%), Osaka (6.6%), Islam di Jepang, dan organisasi non-profit) yang
Hokkaido (5.7%), dan Kyoto (5%), dan 15% sisanya mengelurakan sertifikat halal di Jepang. Banyaknya
tersebar di prefektur lainnya seperti yang dapat dilihat jumlah ini membuat perusahaan tidak tahu sebaiknya
pada tabel 1. Oleh karena itu, masih banyak orang mendaftarkan produknya kepada siapa. Selain itu,
merasa kesulitan untuk menemukan makanan halal ada badan yang disinyalir mengeluarkan sertifikat
di kota-kota kecil. Padalah terdapat fakta bahwa halal dengan mudah tanpa melakukan akreditasi dan
kebanyakan wisatawan Indonesia dan Malaysia penilaian dengan benar. Hal ini tentunya berakibat
memiliki tujuan untuk memperkaya pengetahuan buruk bagi bisnis makanan halal dan membuat para
sekaligus menikmati kekayaan budaya tradisional konsumen mengonsumsi makanan yang kehalalannya
Jepang, sehingga kunjungan ke kota kecil menjadi diragukan (Smith, 2016).
lebih popular dewasa ini karena kota-kota kecil di
Jepang dikenal dengan budaya tradisionalnya yang Tempat ibadah
masih lestari dan keindahan alam yang masih terjaga Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya,
(Samori et al, 2016). menemukan tempat untuk menjalankan ibadah salat
Permasalahan berikutnya yaitu, masih banyak merupakan kesulitan utama wisatawa Muslim saat
restoran yang menjual minuman beralkohol atau berkunjung ke negara non-Muslim. Seorang Muslim
menggunakan alkohol dalam masakannya, tak diwajibkan untuk menjalankan salat sebanyak lima
terkecuali restoran yang telah memiliki sertifikat halal. kali dalam satu hari. Oleh karena itu, seorang Muslim
Dalam daftar situs halalgourmet.jp, tercatat hanya 15% biasanya berharap ada tempat salat di sekitar tempatnya

15
Jurnal Gama Societa, Vol. 1 No. 1, Januari 2018, 9-19

melakukan kegiatan, terutama saat siang (waktu dhuhur) 38% di antaranya belum memiliki tempat wudu
dan sore hari (waktu ashar). yang memadai. Sedangkan di tempat lain, seperti di
Setelah dilakukan penelusuran di situs masjid- mall, restoran, stasiun, atau bandara, baru 20% yang
finder.jp, saat ini terdapat sekitar 241 tempat yang menyediakan tempat wudu.
dapat digunakan untuk beribadah salat yang tersebar Selain itu, di Jepang, tidak ada bak mandi
di seluruh penjuru Jepang seperti yang dapat dilihat di atau keran yang dapat digunakan untuk membasuh
tabel 2. Terdapat dua jenis tempat ibadah, yaitu masjid kaki layaknya di Indonesia. Toilet umum di Jepang
dan non-masjid (musala). Tokyo memiliki tempat umumnya adalah toilet kering. Yang tersedia hanya
salat terbanyak (20.7%), diikuti Hokkaido (8.7%) dan westafel untuk mencuci tangan. Ketika hendak salat,
Osaka (6.6%). Masjid tertua di Jepang terdapat di kota seseorang terpaksa harus berwudu di westafel jika
Kobe, prefektur Hyogo. Banyaknya tempat wisata di tempat tersebut tidak memiliki fasilitas wudu.
yang menyediakan fasilitas musala menjadi kabar Hal ini sulit dilakukan sehingga seseorang tidak
menyenangkan untuk wisatawan Muslim. Di tempat- dapat berwudu dengan leluasa terutama saat ingin
tempat strategis, seperti stasiun Tokyo dan stasiun membasuh kaki.
Osaka, bandara internasional Kansai, bandara Narita COMCEC (2016) mengatakan bahwa pada
kini menyediakan ruang khusus untuk salat. Cafe, fasilitas salat, perlu disediakan pula tempat wudu
mall, restoran, bahkan objek wisata seperti Istana dengan fasilitas untuk membasuh kaki. Bedasarkan
Nijo di Kyoto juga telah menyiapkan musala agar pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
jika sudah tiba waktu salat, wisatawan Muslim dapat kebutuhan wisatawan Muslim akan tempat ibadah
segera melakukan ibadah salat ketika berkunjung ke salat sudah terpenuhi, namun belum maksimal.
tempat-tempat itu.
Jumlah tempat salat memang mengalami Kamar kecil dengan ketersediaan air
peningkatan, tetapi masih tersisa masalah yang Bagi umat Islam, air memainkan peran penting
dirasakan oleh para Muslim di sana, yaitu tidak adanya dalam kemurnian dan kebersihan, yang keduanya
tempat untuk berwudu (bersuci sebelum salat) di merupakan aspek inti dari iman. Kebersihan fisik
sebagian besar musala tersebut. Dari total 98 masjid, ditekankan sebagai komponen penting untuk menjadi

Table 2. Jumlah tempat ibadah salat per Oktober 2017


No Prefektur non-masjid masjid total tempat salat
1 Tokyo 33 17 50
2 Hokkaido 18 3 21
3 Osaka 14 2 16
4 Aichi 5 9 14
5 Kyoto 11 1 12
6 Chiba 7 5 12
7 Saitama 2 9 11
8 Tochigi 7 4 11
9 Kanagawa 5 3 8
10 Nara 7 - 7
11 Ibaraki - 7 7
12 Okinawa 6 1 7
13 Hyogo 4 1 5
14 Gunma - 5 5
15 Shizuoka 2 3 5
16 lokasi lain 21 29 50
Total 142 99 241
Sumber. www.masjid-finder.jp

16
Lufi Wahidati, Eska Nia Sarinastiti - Perkembangan Wisata Halal di Jepang

Gambar 1. Fasilitas bidets pada toilet Jepang


Sumber: www.estelia.com

seorang Muslim. Dengan demikian, kebersihan Banyak wisatawan Muslim yang ingin merasakan
di kamar kecil memerlukan perhatian khusus. berendam di onsen, tetapi pengelola onsen biasanya
Penggunaan air di toilet menjadi hal yang mutlak. mengharuskan seseorang melepaskan seluruh
Bagi wisatawan Muslim, tidak tersedianya air di pakaiannya ketika berendam. Pada umumnya
kamar kecil adalah hal yang tidak menyenangkan onsen digunakan bersama-sama dengan orang lain
(COMCEC, 2016). meskipun dipisahkan antara onsen untuk laki-laki
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, dan onsen untuk perempuan. Bagi seorang Muslim,
kamar kecil di Jepang umumnya adalah toilet kering. berendam bersama orang lain tanpa sehelai pakaian
Akan tetapi, toiletnya memiliki teknologi bidet yang pun merupakan hal yang sulit dilakukan, mengingat
memungkinkan seorang Muslim untuk membersihkan adanya konsep aurat dalam ajaran Islam. Adanya
diri dengan air setelah menggunakan toilet. Sehingga fasilitas privat onsen ini memenuhi kebutuhan
kebutuhan akan kamar kecil dengan air dapat dipenuhi wisatawan Muslim akan fasilitas rekreasional dengan
hampir di seluruh panjuru Jepang. privasi.
Beberapa hotel juga menyiapkan paket khusus
Penginapan bagi wisatawan Muslim, misalnya hotel Mapple
Selain fasilitas makanan halal, wisatawan Inn Makuhari. Hotel ini menyediakan paket praktek
M us lim di J epa ng saa t ini da pa t me m i l i h membuat futomaki sushi, praktek membuat mie soba,
penginapan yang ramah Muslim. Kini hotel-hotel dan praktek aizome (teknik pewarnaan kain dengan
yang menyediakan menu bersertifikat halal mulai bahan alami khas Jepang). Paket-paket tersebut dapat
bermunculan, misalnya Richmond Hotel (Osaka dinikmati dalam grup minimal lima orang.
dan Tokyo) dan Kyoto Century Hotel (Kyoto). Sejauh penelusuran peneliti, hingga saat
Hotel-hotel yang menyediakan tempat untuk salat ini belum ditemukan hotel yang menyediakan
lengkap dengan peralatan salat seperti sajadah makan sahur saat bulan puasa Ramadan di Jepang.
dan al-Quran juga semakin bertambah. Sedikitnya Karena tidak menutup kemungkinan wisatawan
terdapat 31 penginapan yang pernah diulas di situs Muslim berkujung ke Jepang di bulan puasa, para
halalmediajapan.jp (hingga bulan Oktober 2017) telah pengelola penginapan perlu mengkaji dan memikirkan
berusaha memenuhi kebutuhan standar wisatawan kebutuhan tamu yang berpuasa.
Muslim.
Sebuah penginapan berarsitektur khas Jepang, Produk-produk halal lainnya
Satoyu Mukashibanashi Yuzanso di danau Biwa, Di samping fasilitas pemenuhan kebutuhan
prefektur Shiga, berusaha menarik wisatawan utama wisatawan Muslim, perusahaan di luar
Muslim bukan hanya dengan menyediakan makanan sektor pelayanan juga mulai memasuki pasar halal.
bersertifikat halal, tetapi juga dengan menyediakan Terdapat beberapa perusahaan fashion yang telah
onsen (pemandian air panas) untuk perorangan. memproduksi pakaian Islami. Perusahaan fashion

17
Jurnal Gama Societa, Vol. 1 No. 1, Januari 2018, 9-19

Uniqlo berkolaborasi dengan Hana Tajima (seorang kecil dengan air, serta pelayanan rekreasional dengan
desainer Muslim Jepang) meluncurkan pakaian untuk privasi.
perempuan Muslim sejak bulan Juli 2017. Ada juga Sementara itu, sejauh pengamatan peneliti, dua
perusahaan bernama Watashi Japan LLC. Perusahaan kebutuhan lainnya belum terpenuhi. Kebutuhan akan
ini memproduksi penutup kepala wanita Muslim tidak adanya kegiatan non-halal belum terpenuhi
(jilbab) dan kardigan dari bahan kimono, sehingga secara maksimal karena masih banyak restoran
produk-produk ini memiliki motif khas Jepang. bersertifikat halal yang masih memperjualbelikan
Selain produk fashion, ada juga kosmetik alkohol. Kebutuhan akan pelayanan makan sahur
halal yang telah diproduksi. Perusahaan Greato di hotel bagi wisatawan Muslim yang berpuasa
Corporation meluncurkan produk kosmetik dengan juga belum terpenuhi karena sejauh penelusuran
merk berbahasa Indonesia, yaitu Melati. Produknya peneliti, belum ditemukan hotel yang menyediakan
mendapatkan sertifikat halal dari Japan Islamic fasilitas ini.
Trust (JIT) pada tahun 2017. Di tahun ini juga, JIT Selain itu, masih terdapat beberapa masalah
sebelumnya telah mengeluarkan sertifikat halal untuk yang perlu diperhatikan oleh Jepang, yaitu pertama,
merk kosmetik Blanc Elena. terbatasnya jumlah restoran halal di kota kecil padahal
Produk halal lainnya yang telah tersedia di wisatawan Muslim juga tertarik untuk mengunjungi
Jepang adalah bumbu masak masakan Jepang, kota-kota kecil di Jepang. Kedua, belum terdapat
misalnya miso dan saus sukiyaki. Sebuah toko badan sertifikasi halal yang ditunjuk secara resmi oleh
oleh-oleh kini juga memroduksi oleh-oleh halal, pemerintah Jepang. Banyaknya jumlah lembaga yang
seperti yang dilakukan oleh Yamadaya, sebuah toko mengeluarkan sertifikat halal dan adanya lembaga
sovenir di Miyajima, Hiroshima. Kue momiji manju yang dengan mudah mengeluarkan sertifikat halal
yang mereka buat telah mendapat sertifikat halal membingungkan perusahaan Jepang. Pemerintah
dari JIT. Peningkatan jumlah wisatawan Malaysia Jepang sebaiknya menentukan lembaga sertifikasi
dan Indonesia di sana mendorong perodusen untuk halal mana saja yang dapat mengelurakan sertifikat
mendapatkan sertifikat halal untuk produknya. halal untuk perusahan-perusahaan Jepang dengan
menjalankan prosedur yang semestinya. Langkah
KESIMPULAN ini akan membantu perusahaan-perusahaan Jepang
Kenyamanan para wisatawan ketika yang saat ini kesulitan menentukan kemana harus
mengunjungi suatu objek wisata merupakan hal paling mendaftarakan produknya.
utama yang akan meningkatkan jumlah kunjungan Ketiga, terbatasnya jumlah musala yang
atau jumlah repeater. Tingginya jumlah wisatawan menyediakan fasilitas wudu. Adanya fasilitas
Muslim mendorong Jepang untuk mengembangkan berwudu akan memudahkan wisatawan Muslim dalam
wisata halal di sana. Sebagai negara non-Muslim, menjalankan ibadah salat.
masyarakat Jepang memiliki pemahaman yang sangat Karena keterbatasan waktu, masih terdapat
terbatas mengenai konsep halal maupun wisata halal. beberapa hal yang belum dibahas dalam penelitian
Akan tetapi, Jepang terbukti mampu meningkatkan ini terutama dari sisi supply side key themes seperti
fasilitas-fasilitas ramah Muslim untuk memenuhi fasilitas trasnportasi, fasilitas di objek wisata, agen
kebutuhan dasar wisatawan Muslim sebagai bentuk perjalanan, dan sumber daya manusia yang terlibat
omotenashi. Negara ini bersinergi dengan berbagai dalam bisnis pariwisata di Jepang. Oleh karena itu,
lembaga Islam di dalam Jepang maupun di luar Jepang penelitian selanjutnya akan difokuskan pada hal-hal
misalnya untuk mendapatkan sertifikat halal bagi tersebut.
produk-produknya.
Setelah dianalisis, dapat disimpulkan bahwa DAFTAR PUSTAKA
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, jumlah
Asazuma, Takumi. (2015). Halal Tourism Activates
fasilitas ramah Muslim semakin meningkat. Dari
Japanese Tourism Market. Plus I, 11, 27-
enam kebutuhan (faith-based needs) wisatawan
30. Retrieved June 11, 2017 from http://
Muslim, empat di antaranya telah terpenuhi, yakni
human.kanagawa-u.ac.jp/gakkai/student/pdf/
kebutuhan akan makanan halal, tempat ibadah, kamar
i11/110320.pdf

18
Lufi Wahidati, Eska Nia Sarinastiti - Perkembangan Wisata Halal di Jepang

COMCEC. (2016). Muslim Friendly Tourism (MFT): Prefecture. Journal of the Institute for Asia
Understanding the Supply and Demand Sides in Studies and Regional Collaboration, 1, 63-85.
tne OIC Member Countries. Retrieved November
Ota, Tomoko et al. (2016). The difference in movement
17, 2017 from http://www.comcec.org/wp-
of experienced and in experienced persons in
content/uploads/2016/05/7-TUR-AN.pdf
Japanese bowing. Energy Procedia, 89, 45-54.
Crescent Rating. Muslim Visitor Arrivals to Japan to
Samori, Z., et al. (2016). Current trends on Halal tourism:
Reach 1 Million by 2010. (2014). Retrieved
Cases on selected Asian Countries. Tourism
June 29, 2017 from https://crescentrating.com/
Management Perspectives, 19, 131-136.
magazine/press-releases/3835/muslim-visitor-
arrivals-to-japan-to-reach-1-million-by-2020. Sato, Yoshinobu dan Al-alsheikh, Abdulelah.
html (2014). Comparative Analysis of the Western
Hospitality and the Japanese Omotenashi: Case
El-Gohary, H. (2010). Halal tourism, is it really
Study Research of the Hotel Industry. Business
Halal? Tourism Management Perspectives,
& Accounting Review, (14), 1-15.
19, 124-130.
Shazlinda, M.Y. dan Shutto, Noriyuki. (2014). The
EY Institute. (2014). Tokushuu Omotenashi 2.0
Development of Halal Food Market in Japan:
Shihyou ni yoru Atarashii Jidai e Muketa
An Exploratory Study. Procedia - Social and
Kigyou Keiei. EY Sooken Insaito, Vol. 4,
Behavorial Sciences, 121, 253-261.
August 2015. Retrieved June 29, 2017 from
https://www.shinnihon.or.jp/shinnihon-library/ Skyscanner. 10 Destinasi terpopuler di 2017 bagi
publications/issue/eyi/issue/2015-08-vol04- orang Indonesia. (2017). Retrieved June 11,
summary.html (in Japanese) 2017 from https://www.skyscanner.co.id/
berita/10-destinasi-terpopuler-di-2017-bagi-
Halal Gourmet Japan. Restaurant list. (2017).
orang-indonesia
Retrieved October 1, 2017 from https://www.
halalgourmet.jp/ Smith, Richard. Halal food certification proving a
problem in Japan. (2016). Retrieved October
Halal Media Japan-Halal and Muslim Friendly
1, 2017 from https://www.thenational.ae/
Information. (2017). Retrieved August 3, 2017
business/halal-food-certification-proving-a-
from http://www.halalmedia.jp/
problem-in-japan-1.145277
Henderson, J.C. (2010). Sharia-compliant hotels.
Sugiyama, Shigehiko. (2014). Consideration of the
Tourism and Hospitality Research, 10 (3),
nature of halal and food safety: In order to
246-254.
greet the tourist from ASEAN countries. JAFIT
Islamic Tourism Centre. Islamic Tourism. (2017). International Tourism Review, 21, 129-136.
Retrieved July 25, 2017 from http://www.itc. (in Japanese)
gov.my/corporate/
UNESCO World Heritage Centre. World heritage list.
Japan Masjid Finder. Prayer space list. (2017). (2017). Retrieved June 13, 2017 from http://
Retrieved October 1, 2017 from http://www. whc.unesco.org/en/list
masjid-finder.jp/
World Halal Tourism Awards. “The World Halal
Kompas. “Ini Negara Tujuan Favorit Turis Tourism Awards 2016 winners”. (2016).
Indonesia”. (2017). Retrieved June Retrieved June 13, 2017 from http://
11, 2017 from http://travel.kompas.com/ itwabudhabi.com/halal-awards/2016-winners.
read/2017/03/26/120600227/ini.negara.tujuan. html
wisata.favorit.turis.indonesia
Yamazaki, Yuki et al. (2015). “OMOTENASHI”
Md Salleh, Nor Zafir dan Md Nor, Roshazlizwati. toward Muslim Visitors to Japan. AIBS Jaanaru,
(2015). Exploring Challenges in Providing 9, 72-86. Retrieved June 11, 2017 from http://
Muslim Friendly Tourism Services in Akita ci.nii.ac.jp/naid/120005775624 (in Japanese)

19

Anda mungkin juga menyukai