Anda di halaman 1dari 21

a.

Glikolisis Anaerobik (Sistem Asam Laktat)


Glikolisis diartikan sebagai pemecahan glukosa, oleh karena itu
glikolisis Anaerobik dapat diartikan sebagai pemecahan sebagian dari
glukosa dalam kondisi tanpa menggunakan oksigen.
Sistem energi Anaerobik dalam resintesis ATP dalam otot
lainnya adalah Anaerobik Glycolysis (Glikolisis Anaerobik) yang
meliputi proses pemecahan salah satu zat makanan yang tidak
sempurna seperti karbohidrat (glukosa) menjadi asam laktat (untuk
itulah sistem ini dikenal juga sebagai sistem asam laktat). Dalam tubuh
semua karbohidrat akan diubah menjadi gula sederhana (glukosa)
yang bisa langsung digunakan dan disimpan pada liver/hati serta di
otot dalam bentuk glikogen yang dapat digunakan nantinya. Disini
istilah karbohidrat, gula, glukosa maupun glikogen akan disamaartikan
untuk kepentingan penyederhanaan istilah yang digunakan dalam
proses metabolisme. Konsekuensi yang terjadi saat atau sebagai hasil
akhir yang diperoleh dari Metabolisme Anaerobik adalah lactid acid
(Asam Laktat).

Holoszy menyatakan bahwa ada batas tertinggi dari jumlah asam


laktat yang bisa ditolerir sebelum kegiatan itu dihentikan karena
kelelahan yang luar biasa. Salah satu yang dapat dijelaskan tentang
keterbatasan tersebut adalah pH interselular menurun apabila asam
laktat sudah mulai menumpuk pada otot, penumpukan mengakibatkan
terhambatanya kecepatan penentrasi enzim phosphofructokinase
(PFK).
Dari pandangan kimiawi, glikolisis Anaerobik lebih rumit
dibandingkan dengan sistem phosphagen karena memerlukan 12
rangkaian reaksi kimia secara terpisah tetapi berurutan sampai proses
metabolisme itu benar-benar sempurna. Rangkaian reaksi ini
ditemukan oleh dua orang ilmuwan Jerman pada tahun 1930an yaitu
Gustav Embden dan Otto Meyerhof. Berdasarkan alasan ini maka
glikolisis Anaerobik sering disebut sebagai siklus Embden-Meyerhof,
tetapi lebih sering disebut dengan Glikolisis Anaerobik karena lebih
sederhana dan mudah dihafalkan.

Bagaimana glikogen dipakai untuk resintesis ATP? Seperti yang


sudah dijelaskan sebelumnya, glikogen akan dipecah menjadi asam
laktat melalui serangkaian reaksi kimia. Sewaktu pemecahan ini,
energi dilepaskan dan melalui reaksi ganda/berpasangan (coupled
reaction), energi ini digunakan untuk meresintesis ATP.

Perlu ditekankan sekali lagi bahwa rangkaian reaksi tersebut


masih gambaran sederhana dan hanya menggambarkan sedikit dari
masing-masing 12 reaksi yang terlibat dalam glikolisis. Selain itu,
setiap reaksi yang terjadi membutuhkan enzim khusus untuk
memberikan efek percepatan reaksinya. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, bahwa salah satu enzim yang penting adalah
phosphofructokinase (PFK). Sedangkan enzim lainnya yang turut
mengendalikan reaksi tersebut diantaranya hexokinase, pyruvatkinase
dan lactic dehydrogenase.

Dengan rangkaian reaksi yang relatif lebih sederhana, maka


hanya beberapa mol ATP saja yang mampu dirensintesis dari glikogen
dihasilkan dari reaksi glikolisis anaerobik ini, apabila dibandingkan
dengan hasil yang diperoleh dari reaksi dengan menggunakan
oksigen.Beberapa langkah tersebut dapat dilihat pada gambar 5
skema berikut ini

Glikogen
(dari Otot)

Glukosa darah
Gkukosa atau

Rangkaian glikolitik ADP + Pi


ATP

Asam Piruvat Asam Laktat

Gambar 5. Glikolisis Anaerobik. Glikogen dipecah secara kimiawi melalui


serangkaian reaksi kimia menjadi asam laktat. Pada saat pemecahan energi
dilepaskan dan melalui reaksi ganda yang dipakai untuk meresintesis ATP

Sewaktu melakukan latihan, manfaat resintesis ATP dari


Glikolisis Anaerobik pada kenyataannya kurang dari 3 mol saja (3ATP)
seperti yang terlihat dari persamaan di atas. Alasannya adalah bahwa
selama latihan yang sangat melelahkan, otot maupun darah hanya
mampu mentolerir penumpukan sekitar 60 sampai 70 gram atau 2
sampai 2.5 ons asam laktat sebelum munculnya kelelahan. Apabila
180 gram glikogen dipecah melalui proses anaerobik selama latihan,
maka akan dihasilkan juga asam laktat sebanyak 180 gram (2C 3H6O3).
Namun secara praktis, hanya sekitar 1 dan 1.5 mol ATP yang dapat
diresintesis dari glikolisis anaerobik selama latihan berat, sebelum
asam laktat dalam darah dan otot mencapai tingkat kelelahannya.
Seperti pada Sistem Phosphagen, Glikolisis Anaerobik dalam
latihan merupakan reaksi kimia yang sangat penting, karena mampu
mensuplai ATP dengan relatif cepat. Sebagai contoh; Karakteristik
kegiatan yang bersifat Glikolisis Anaerobik adalah kegiatan yang
berintensitas tinggi dan dilakukan pada jarak yang pendek seperti pada
lari 400 dan 800 meter Sprint dengan waktu berkisar 3 menit, benar-
benar sangat tergantung dari sistem phosphagen dan glikolisis
anaerobik untuk membentuk ATP.
Jumlah keseluruhan energi ATP di dalam tubuh mlalui glikolisis
anaerobik dapat diperkirakan seperti pada tabel berikut ini:
Tabel. 2 Perkiraan ketersediaan energi dalam tubuh melalui Glikolisis
Anaerobik (Sistem Asam Laktat)

Per kg Otot Total massa


otot
1 Toleransi maksimal asam 2.0-2.3 60-70
laktat (dalam gram)
2 Pembentukan ATP (mM) 33-38 1000-12000

3 Energi yang dapat digunakan 0.33-0.38 10.0-1.0

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, apabila otot mampu


mentolerir 2.0 sampai 2.3 gram asam laktat per kilogram otot atau 60
sampai 70 gram dari total massa otot, maka secara maksimal ATP
dapat dihasilkan melalui glikolisis sebesar 1.0 sampai 1.2 mole saja
(1000 sampai 1200 mM). Dalam kondisi seperti ini, maka ATP yang
dihasilkan dari sistem ini hanya dua kali lipat dari ATP yang dihasilkan
dari ATP-PC atau Sistem Phosphagen.
Dapat disimpulkan, bahwa melalui Glikolisis Anaerobik akan;
1. Mengakibatkan pembentukan asam laktat yang dikaitkan dengan
kelelahan otot.
2. Tidak membutuhkan keberadaan oksigen.
3. Hanya menggunakan karbohidrat sebagai bahan bakar (glikogen
dan glukosa) dan
Hanya mampu menghasilkan energi untuk meresisntesis
beberapa mol ATP saja.
b. Sumber Energi Glikosis Anaerobik

Sumber energi glikolisis anaerobic adalah sebuah system yang


komplek tentang pemecahan molekul-molekul karbohidrat dengan
menggunakan enzim-enzim khusus. Hasil proses glikolisis anaerobik
ini adalah energy dalam bentuk ATP, panas dan asam laktat.

Glikolisis anaerobic dapat menghasilkan ATP secara cepat dan


relative besar, tanpa energy ini kemampuan untuk kegiatan-kegiatan
cepat dan berat tidak adapt dilaksanakan. Namun demikian energy ini
jumlahnya terbatas. Dukungan terbesar dari ATP glikolisis anaerobic
adalah pada latihan keras pada periode waktu 40 – 70 detik.
Sungguhpun pemakaian energi glikolisis anaerobic bergerak seirama
dengan transport oksigen dalam tubuh, tetapi periode ini adalah
pendek dan bercirikan tekanan terhadap pelaku.

c. Sumber Energi Glikosis Anaerobik

Sumber energi glikolisis anaerobic adalah sebuah system yang


komplek tentang pemecahan molekul-molekul karbohidrat dengan
menggunakan enzim-enzim khusus. Hasil proses glikolisis anaerobic
ini adalah energy dalam bentuk ATP, panas dan asam laktat.

Glikolisis anaerobic dapat menghasilkan ATP secara cepat dan


relative besar, tanpa energy ini kemampuan untuk kegiatan-kegiatan
cepat dan berat tidak adapt dilaksanakan. Namun demikian energy ini
jumlahnya terbatas. Dukungan terbesar dari ATP glikolisis anaerobic
adalah pada latihan keras pada periode waktu 40 – 70 detik.
Sungguhpun pemakaian energi glikolisis anaerobic bergerak seirama
dengan transport oksigen dalam tubuh, tetapi periode ini adalah
pendek dan bercirikan tekanan terhadap pelaku

d. Sumber ATP Aerobik – Metabolisme Aerobik


Untuk memahami bagaimana sistem aerobik ini bekerja,
sebelumnya perlu difahami terlebih dahulu beberapa istilah-istilah yang
digunakan dalam reaksi kimia seperti kelompok acetyl, NAD +, NADH,
FAD+ dan FADH2.

Sesuai dengan tujuan dalam pembahasan berikut, kelompok


acetyl secara sederhana dapat diartikan sebagai molekul yang
memiliki dua karbon, umpamanya asam piruvat (molekul tiga karbon)
melepaskan CO2 menjadi kelompok acetyl sebelum masuk ke Siklus
Kreb. Seperti halnya juga pada metabolismee asam lemak, dua
kelompok karbon dibentuk dulu sebelum memasuki Siklus Kreb.

NAD+ (nicotinamide adenine dinucleotide) dan FAD + (flavor


adenine dinucleotide) berfungsi sebagai akseptor hydrogen. H +
dipisahkan dari karbohidrat sewaktu proses glikolisis dan Kreb Siklus
terjadi. Pelepasan ion H+ dari ikatan tertentu merupakan bentuk dari
proses oksidasi. Apabila salah satu ikatan menerima ion H + dapat
dikatakan sebagai “pengurangan wujud”. Jadi NADH dan FADH 2
merupakan bentuk pengurangan wujud dari NAD + dan FAD+. Fungsi
NADH dan FADH2 ini adalah membawa electron ke Sistem
Transportasi Elektron.

Apabila oksigen tersedia, 1 mol glikogen akan dipecah secara


sempurna menjadi karbon dioksida (CO 2) dan air (H2O) dan
melepaskan enrgi yang cukup untuk resintesis 39 mol ATP. Sejauh ini
sistem aerobik merupakan penghasil terbesar ATP. Bagaimanapun
juga proses yang berlangsung selama metabolisme ini lebih rumit
dibandingkan dua jenis metabolismee sebelumnya. Seperti halnya
sistem anaerobik, reaksi sistem oksigen juga terjadi di dalam sel otot,
tetapi tidak sama dengan sebelumnya, sistem ini memiliki kekhususan
lain yaitu terdapatnya bagian subseluler yang disebut dengan
Mitochondria. Bagian subseluler ini berisikan sejumlah sistem
membrane yang terdiri dari serangkaian lipatan-lipatan yang saling
melilit satu sama lain yang disebut dengan Cristae. Cristae ini memiliki
sejumlah sistem enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme aerobik.
Mitokondria inilah yang akan memicu perkembangan dari otot-otot
rangka.

Rangkaian reaksi kimia dari sistem aerobik dapat dibagi menjadi


tiga bagian rangkaian reaksi utama, yaitu (1) Glikolisis Aerobik, (2)
Siklus Kreb dan (3) Sistem Tranportasi Elektron.

e. Glikolisis Aerobik.
Rangkaian reaksi pertama meliputi pemecahan glikogen menjadi
CO2 dan H2O. Sebelumnya kita mengenal adanya Glikolisis Anaerobik
dan dalam reaksi ini juga dikenal Glikolisis Aerobik, tetapi
perbedaannya hanya pada proses yang sedang berlangsung yaitu
dengan dan tanpa oksigen saja. Jadi Anaerobik diartikan tanpa
oksigen dan Aerobik dengan oksigen. Perlu difahami bahwa “selama
oksigen cukup tersedia, akumulasi asam laktat tidak akan terjadi”.
Dengan adanya oksigen dapat menghambat akumulasi asam laktat,
namun demikian tidak mengakibatkan terjadinya resintesis ATP.

Yang dilakukan oleh oksigen disini adalah mengalihkan sebagian


besar prekursor (sifat awal) asam laktat ke dalam sistem aerobik
setelah resintesis ATP. Seperti terlihat pada gambar berikut ini Jadi
selama glikolisis aerobik, 1 mol glikogen akan dipecah menjadi dua
asam piruvat dan melepaskan enrgi yang cukup untuk meresintesis 3
mol ATP. Reaksi berpasangan ini digambarkan pada model
persamaan berikut. Tambahan lain adalah 2 NAD + akan berubah
bentuk menjadi 2 NADH+, selanjutnya dialihkan ke Sistem Transportasi
Elektron yang menghasilkan 6 mol ATP (masing-masing NADH
menghasilkan 3 ATP).

f. Sumber Energi Aerobik

Proses pemecahan energy oksidatif berjalan lebih kompleks bila


dibandingkan dengan glikolisis anaerobic. Dalam proses ini otot dapat
menghasilkan ATP dengan jumlah yang lebih besar. Proses ini
memerlukan adanya oksigen yang cukup, sehingga hasil ATP yang
dibangkitkan secara proporsional sebanding dengan volume oksigen
yang dihabiskan oleh otot. Dengan kata lain besarnya ATP yang
dibentuk, dipengaruhi secara langsung oleh jumlah oksigen yang
dikirim dan dihabiskan oleh otot. Walaupun peranan oksigen sangat
penting dalam hal ini, tetapi harus disadari bahwa oksigen bukan
termasuk komponen sumber energy. Oksigen adalah gas yang
berperan sebagai penyusun terakhir campuran kimia dengan dua atom
hydrogen menjadi molekul air ( 2H + O2  H2O ).

ATP adalah singkatan adri Adenosine Tri Phosphat, yaitu bentuk


energy kimia yang siap untuk kerja. ATP ada di dalam setiap sel otot,
tepatnya adalah di ujung-ujung kepala myosin.

Dimana, dua kelompok fosfat terakhir merupakan “high energy


bonds” yang memungkinkan sel otot melakukan kerja. ATP diukur
dalam satuan mole, mole adalah sejumlah bahan campuran yang
diberikan oleh beratnya. Beratnya tergantung dari banya dan
macamnya atom-atom yang menyusunnya. Setiap mole ATP dapat
melepaskan energy anatar 7-12 k cal.

Simpanan ATP

Di depan telah dikemukakan bahwa ATP disimpan di dalam sel


otot. Setiap kilogram otot tersimpan ATP sebanyak milimol, PC
tersimpan sebanyak 16 milimol. Jadi orang yang memiliki berat otot 30
kg, di dalam tubuhnya tersimpang 120 milimole ATP dan 480 milimol
PC. (Setiap pemecahan satu mole PC dapat membentuk kembali satu
mole). Jika setiap mole ATP dapat menghasilkan energi 7-12 kcal
maka 120 milimol yang tersimpan pada orang tersebut hanya
menghasilkan 1,2 kcal dari ATP dan 4,5 kcal dari PC. Simpanan
sebesar ini hanya dapat digunakan untuk aktifitas cepat antara 3-8
detik saja.

Prinsip Reaksi Berpasangan Dalam Metabolisme Energi

Yang dimaksud reaksi berpasangan adalah dua atau lebih reaksi


yang terpisah dihubungkan secara bersama-sama dalam berbagai
cara, sehingga energ yang dilepaskan oleh sebuah reaksi digunakan
untuk keperluan reaksi yang lain.

g. Siklus Krebs (Krebs Cycle)


Reaksi ini merupakan lanjutan dari reaksi glikolisis aerobik,
dimana asam piruvat yang terbentuk selama glikolisis aerobik akan
dibawa ke mitochondria dan seterusnya akan dipecah dalam satu
rangkaian reaksi kimia yang disebut Siklus Kreb (istilah ini muncul
setelah ditemukan oleh Sir Hans Krebs). Siklus ini juga dikenal sebagai
Siklus Asam Sitrat, karena ditemukannya beberapa jenis ikatan kimia
yang muncul di dalam siklus ini. Sejumlah peristiwa reaksi yang terjadi
sewaktu Siklus Krebs adalah;

1. Dihasilkannya Karbondioksida
2. Terjadi oksidasi dan juga reduksi dan
3. Dihasilkannya ATP
Saat CO2 akan dilepaskan dari asam piruvat kemudian dibentuk
kelompok acetyl atau dari 3 ikatan karbon menjadi 2 ikatan karbon.
Kelompok acetyl ini kemudian bergabung dengan co-enzym A
kemudian membentuk acetyl co-enzym A. CO 2 juga terbentuk dalam
Siklus Krebs. Semua CO2 yang dihasilkan akan masuk/berdifusi ke
dalam darah dan selanjutnya dibawa ke paru dan terakhir dibuang ke
udara bebas dari dalam tubuh.

Sekali lagi harus diingat, bahwa oksidasi adalah proses dimana


electron dibuang dari ikatan kimianya. Electron yang dibuang tersebut
berbentuk ion hydrogen (H) dari atom karbon yang sebelumnya dalam
bentuk asam piruvat dan sebelum itu dari glikogen. Atom hydrogen
bermuatan partikel ion positif yang disebut dengan proton sebagai ion
hydrogen serta partikel ion negatif yang disebut dengan electron (lihat
persamaan berikut). Jadi apabila atom hidrogennya dilepaskan dari
ikatannya, maka ikatan tersebut disebut teroksidasi atau telah
dioksidasi

Produksi CO2 dan pembuangan electron di dalam Siklus Krebs


salin terkait satu sama lain: Asam piruvat (dalam bentuk yang telah
diubah) bermuatan Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O 2);
apabila H dilepaskan, maka yang tertinggal hanya C dan O artinya
hanya ada ikatan kimia karbondioksida saja. Jadi di dalam Siklus
Krebs, asam piruvat dioksidasi sekaligus menghasilkan CO 2 .

Di dalam Siklus Krebs itu sendiri hanya akan dihasilkan dua unit
ATP untuk setiap unit glikogennya. Pada ke empat sisi Siklus Krebs
yang berbeda, ion H+ akan dilepaskan dan selanjutnya akan memasuki
Sistem Transportasi Elektron dan diakhiri dengan terbentuknya air dan
unit ATP.

h. Sistem Transportasi Elektron


Sebagai kelanjutan dari pemecahan glikogen, hasil akhirnya
adalah H2O yang didapat dari ion hydrogen dan electron terbuang di
dalam Siklus Krebs serta oksigen yang dihirup. Rangkaian reaksi
dimana H2O dibentuk disebut dengan Sistem Transportasi Elektron
(STE) atau disebut sebagai Rantai Respirasi.

Rangkaian kejadian dimana ion hydrogen, electron masuk ke


dalam STE melalui FADH2 dan NADH dan dibawa ke oksigen dengan
perataraan “pembawa electron” dalam satu rangkaian reaksi enzimatik
yang berakhir dengan dihasilkannya air. Kalau digambarkan secara
sederhana dapat dilihat sebagai 4H+ + 4e- + O2 2H2O, artinya 4 ion
hydrogen (4H+) ditambah 4 elektron (4e-) plus 1 mol oksigen (O2) akan
menghasilkan 2 mol air (2H2O). Saat electron dibawa ke rantai
respirasi, energi akan dilepaskan dan ATP akan dihasilkan melalui
reaksi berpasangan. NADH masuk ke STE dan berada sedikit lebih
tinggi di atas FADH2, maka setiap kali NADH akan menghasilkan 3 mol
ATP dan FADH2 dengan 2 mol ATP. Secara skematis dapat dilihat
pada gambar 9.
Secara keseluruhan, 12 pasangan electron akan dihasilkan dari
1 mol glikogen atau sama dengan 39 ATP. Dengan demikian, selama
metabolisme aerobik sebagian besar dari 39 ATP diresintesis di Sistem
Transportasi Elektron dan pada saat yang sama juga akan dihasilkan
air.Ke 39 ATP yang diresintesis, 3 mol berasal dari glikolisis aerobik,
30 ATP dihasilkan dari pasasi NADH ke STE, 4 ATP dari pasasi
FADH2 ke STE dan 2 ATP dihasilkan dari Siklus Krebs sendiri. Apabila
glukosa darah ditetapkan sebagai sumber bahan karbohidrat, maka
diperlukan 1 mol ATP akan digunakan untuk mengubah glukosa
menjadi glukosa-1-phosphate.
Sistem Aerobik dan metabolisme Lemak
Dua jenis bahan makanan lain yaitu protein dan lemak juga
dapat dipecah secara aerobik dengan hasil akhir yang sama yaitu
menjadi CO2 dan H2O serta dilepaskannya energi. Lemak (biasanya
berrantai karbon 16 atau 18) dalam bentuk Triglycerides akan dipecah
menjadi dua ikatan karbon (kelompok acyl) melalui serangkaian reaksi
yang disebut dengan Oksidasi Beta (Oksidasi – β) sebelum memasuki
Siklus Krebs dan Sistem Transportasi Elektron (gambar 11)
Asam lemak harus diaktifkan terlebih dahulu sebelum memasuki
oksidasi beta, aktivasi ini memerlukan 1 mol ATP. Selanjutnya, dalam
oksidasi beta, satu FADH2 dan satu NADH dirangsang dan masuk ke
STE. Secara keseluruhan ATP yang dihasilkan dari proses awal ini
adalah 5 ATP (3 ATP dari NADHA dan 2 ATP dari FADH 2. Sama
dengan yang berlaku pada kelompok acyl dari asam piruvat, yaitu 1
ATP, 3 NADH dan 1 FADH2 dihasilkan dalam Siklus Krebs.
Setap kali satu NADH akan meresintesis 3 ATP dan setiap sati
FADH2 akan diresintesis 2 ATP. Maka secara keseluruhan ATP yang
dihasilkan dari Siklus Krebs dan Sistem Transportasi Elektron
sebanyak 12 ATP. Dari tahapan tersebut di atas, ATP yang dihasilkan
adalah;
1. Hasil bersih ATP melalui poses aktivasi asam lemak, reaksi
oksidasi beta dan pada lintasan awal memasuki Siklus Krebs
adalah 16 ATP.
2. Saat proses oksidasi beta, siklus Krebs menghasilkan 17 ATP
3. Pada bagian akhir proses yang melibatkan 4 rantai karbon, maka
akan dihasilkan 17 dan 12 ATP (kelompok acyl terakhir tidak
masuk ke siklus Krebs).
Untuk asam lemak lainnya, hasil ATP yang diperoleh akan
berbeda satu sama lain. Untuk asam lamak lain yang sejenis seperti
asam sterik yang memiliki 18 molekul karbon serta asam palmitat yang
memiliki 16 molekul karbon mampu menghasilkan 147 dan 130 ATP.
Perlu diketahui bahwa 1 mol asam palmitat (lebih berat sedikit
dari ½ pons dapat menghasilkan cukup energi untuk resintesis 130 mol
ATP (lebih banyak dari yang dihasilkan dari 1 mol glikogen.
Bagaimanapun juga, diperlukan oksigen sebanyak 515.2 liter (23 x
22.4 = 515.2 oksigen). Oleh sebab itu 3.96 liter oksigen diperlukan
untuk setiap mol ATP yang diresintesis (515.2:130 = 3.96).
Sekali lagi perlu diingat bahwa oksidasi 1 mol glikogen
membutuhkan 6 mol oksigen (6 x 22.4 liter oksigen per mol = 134.4
liter oksigen) dan 3.45 liter oksigen untuk menghasilkan 1 mol ATP.
Jadi untuk menghasilkan 1 mol ATP melalui oksidasi asam lemak
membutuhkan 15% oksigen lebih banyak dibandingkan dengan 1 mol
ATP yang dihasilkan dari pemecahan sempurna glikogen. Dengan kata
lain membutuhkan lebih banyak oksigen untuk menghasilkan 1 mol
ATP dari lemak dibandingkan dari glikogen melalui pemecahan yang
bersifat aerobik.
Tabel. Produksi bersih ATP dari dua jenis Asam Lemak
Asam Sterat Asam Palmitat
(18 rantai (16 rantai
karbon) karbon)
Aktivasi dan lintasan awal (17 – 1) 16 ATP 16 ATP
6 lintasan berikutnya (6 x 17) 102 ATP
5 lintasan berikutnya (5 x 17) 85 ATP
Lintasan terakhir (17) plus (12) 29 ATP 29 ATP
PRODUKSI TOTAL ATP 147 ATP 10 ATP

Peranan protein dalam metabolism aerobik


Sejauh ini pembahasan selalu terarah hanya pada karbohidrat
dan lemak, bagaimana dengan protein? Walaupun protein merupakan
salah satu sumber ATP tetapi hanya memiliki peranan kecil saja dalam
keadaan istirahat bahkan hamper tidak berperan sama sekali pada
saat latihan fisik. Dalam kondisi kelaparan, dimana karbohidrat sangat
rendah atau pada saat kegiatan daya tahan yang ekstrim (lomba
ketahan dalam 6 hari), maka katabolisme protein mungkin akan terlihat
lebih nyata.
Total Energi Aerobik dari Otot
Sulit untuk menyebutkan jumlah total energi otot yang diperoleh
darisistem oksigen, karena semua jenis bahan makanan digunakan
dalam proses ini. Namun demikian, sebagai dasar perbandingan
dengan sistem anaerobik, jumlah total energi aerobik yang tersedia
dalam otot dari glikogen saja.
Dari table dimaksud, mudah sekali diambil kesimpulan, bahwa
sistem oksigen merupakan sistem metabolism ATP yang sangat
efisien. Sebagai contoh, jumlah ATP secara keseluruhan dari
pemecahan glikogen secara aerobik di dalam otot antara 87 sampai 98
mol. Ini mendekati 50 kali lipat dibandingkan dengan yang dapat
disediakan melalui sistem anaerobik. Selain itu ada lagi 80 sampai 100
gram yang tersedia sebagai cadangan hati. Dan apabila semuanya
digunakan untuk metabolism aerobik, maka akan ada 17 sampai 22
mol ATP lagi yang dapat dihasilkan.
Table Perkiraan ketersediaan energi dari glikogen otot melalui sistem
aerobik (oksigen)
Glikogen Otot
Per kg Otot Massa otot
keseluruhan
Kandungan dalam otot (gram) 13 – 15 4500 – 450
Pembentukan ATP (mol) 2.8 – 3.2 87 – 98
Energi yang digunakan (kcal) 28 – 32 870 – 980
Keuntungan dari sistem aerobik adalah mampu menggunakan
karbohidrat maupun lemak untuk meresintesis sejumlah besar ATP
tanpa harus merangsang bahan limbah yang menjadi penyebab
kelelahan. Oleh sebab itu, sistem aerobik merupakan sistem yang
paling sesuai untuk kondisi istirahat.
Dalam pendidikan jasmani maupun olahraga, sistem aerobik
merupakan system yang tepat dalam menghasilkan sejumlah besar
ATP yang dibutuhkan untuk kegiatan yang lama seperti lari marathon
(42.2 km), dalam kegiatan tersebut dapat diperkirakan akan ada
sekitar 150 mol ATP yang dibutuhkan (rata-rata 1 mol ATP dibutuhkan
setiap menitnya). Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan energi
yang diperlukan secara terus menerus, bukan merupakan hal yang
sulit, karena di dalam otot itu sendiri sudah tersedia sejumlah besar
glikogen, lemak dan oksigen untuk memenuhi kebutuhan di atas.
Perbandingan Sistem Energi
Sebagai bahan pertimbangan akhir, coba kita bandingkan ke tiga
sistem energi yang sudah kita bahas sebelumnya, pertama
berdasarkan karakteristik umum dan kedua dengan melihat kapasitas
dan daya dam memproduksi ATP. Kapasitas diartikan sebagai jumlah
yang tidak terikat oleh waktu, sedangkan daya cenderung disebut
sebagai percepatan atau jumlah dalam waktu tertentu. Pemahaman
tentang ketiga sistem ini, maka kita juga mampu membuat urutan
kapasitas maupun daya ketiga sistem dimaksud berdasarkan
kapasitas dan daya relatifnya.
Glikogen

Glukosa
Glikolisis Aerobik
ADP + Pi
ATP

Asam Piruvat
Protein

Lemak CO2

CO2
SIKLUS KREBS

H++e-
ADP + Pi
H++e- ATP
CO2 H++e- ADP + Pi
H++e- ATP
ADP + Pi
Sistem Transportasi Elektron
ATP
ADP + Pi
ATP
Oksigen H2O

Gambar 6. Kesimulan system aerobic. Glikogin dioksidasi melalui tiga seri


reaksi kimia, glikolisis aerobic dimana asam piruvat dibentuk dan beberapa
ATP diresintesis; Siklus Krebs dimana CO2 dihasilkan dan H+ dan e-
dilepaskan; dan Sistem Transportasi Elektron dimana H2O dibentuk dari H+ ,
e- dan oksigen serta lebih banyak ATP yang diresintesis. Lemak dan protein
apabila digunakan sebagai bahan bakar untuk resintesis ATP, juga akan
masuk ke Siklus Krebs dan Sistem Transportasi Elektron

Sebelum menjelaskan reaksi sistem aerobic. Energi yang


dilepaskan oleh Sistem Oksigen atau Aerobik untuk memproduksi
ATP, pada umumnya diperoleh melalui pemecahan karbohidrat dan
lemak atau protein (dalam keadaan yang sangat khusus), akan
menghasilkan karbondioksida dan air (limbah). Walaupun sistem ini
merupakan penghasil ATP yang paling banyak, namun prosesnya
sangat rumit, panjang dan melibatkan sejumlah besar enzim oksidatif.
Tabel. Karakteristik Umum ketiga Sistem Energi dalam memproduksi
ATP
Sistem Makanan atau O2 yang Kecepatan Produksi
kimia diperluka ATP relatif
n
Anaerobik
Sistem ATP- Phosphocreatine Tidak Tercepat Sedikit,
PC terbatas
Sistem Asam Glikogen Tidak Cepat Sedikit,
Laktat (Glukosa) terbatas
Aerobik
Sistem Glikogen, Lemak Ya Lambat Banyak,
Oksigen dan protein tak
terbatas

Tabel. Kapasitas dan daya maksimal dari ketiga sistem energi

Daya maksimal Kapasitas maksimal


Sistem (ATP per menit) (total ATP yang
tersedia)
Phosphagen (ATP-PC) 3.6 0.7
Glikolisis Anaerobik 1.6 1.2
(Asam Laktat)
Aerobik atau Oksigen 1.0 90.0
(hanya dari glikogen)

Sistem Aerobik dan Anaerobik saat istirahat dan latihan


Paling tidak ada tiga sifat penting yang perlu dipertimbangkan
dari sistem anaerobik dan aerobik yang ada pada kondisi istirahat dan
latihan: (1) jenis bahan makanan yang akan dimetabolisir, (2) peranan
dari masing-masing sistem, dan (3) munculnya serta akumulasi asam
laktat dalam darah.
Istirahat
Dari gambar berikut kita lihat bahwa dalam kondisi istirahat
sekitar duapertiga dari energi disediakan dari lemak dan satu pertiga
disediakan dari karbohidrat (glikogen dan glukosa). Protein tidak
muncul dalam gambar, karena kontribusinya memang sangat tidak
nyata sama sekali. Karena sistem aerobik merupakan satu-satunya
sistem yang mampu berfungsi optimal untuk menghasilkan enegi
dalam keadaan istirahat, karena sistem transportasi okisgen (jantung
dan paru) mampu mensuplai oksigen dengan cukup pada setiap sel
yang membutuhkannya. Dengan kapabilitas tersebut, ATP mampu
mensuplai semua kebutuhan energinya pada kondisi istirahat. Molekul
ATP yang muncul dari sistem anaerobik dilihat sebagai bagian dari
aerobik, karena kelihatannya memang muncul walaupun oksigen
tersedia.
.

1/3 ATP + Asam Laktat


glukosa

+ O2 Aerobik
2/3 lemak

A
ATP + CO2 + H2O

O2 yang dikonsumsi = O2 yang dibutuhkan (0.3 liter/menit

Asam laktat darah (10 mg/100 ml darah

B Waktu

Gambar 7 . A. Sistem Aerobik mensuplai semua kebutuhan ATP dalam


kondisi istirahat. B, selama istirahat, konsumsi oksigen (0.3 liter/menit)
berada dalam keadaan konstan dan cukup untuk mensuplai ATP yang
dibutuhkan; konsekuensinya kadar asam laktat dalam darah tidak
mengalami perubahan (10 mg%). Kombinasi semua factor ini menunjukkan
bahwa metabolism yang terjadi adalah aerobik.
Walaupun sistem aerobik merupakan satu-satunya yang mampu
bekerja pada kondisi istirahat, namun perlu dicatat bahwa ternyata
bahwa dalam kondisi ini terdapat asam laktat yang muncul secara
konstan di dalam darah, namun kemunculan tersebut tidak
berakumulasi seperti yang terdapat pada system glikolisis anaerobic
(sekitar 10 mg untuk setiap 100 mlk darah). Alasan untuk dapat
menjelaskan fenomena ini memang sangat rumit dan memerlukan
pemahaman kimiawi yang dalam untuk dapat memahami setiap reaksi
kimia yang terjadi secara individual. Selain itu perlu ditambahkan
bahwa terdapat sejumlah besar enzim LDH (lactic dehydrogenase)
yang mengkatalis reaksi asam piruvat ke asam laktat. Sesuai dengan
pengkajian dalam buku ini, ada bukti yang menunjukkan bahwa kadar
asam laktat tidak mengalami perubahan dan tidak meningkat selama
sistem anaerobik tidak mulai berproses. Perlu ditegaskan sekali lagi,
bahwa saat istirahat, bahan makanan yang digunakanuntuk
kebutuhan energy diambil dari lemak dan karbohidrat dan kebutuhan
ATP hanya akan disediakan dari sistem aerobik.
Latihan
Sistem anaerobik maupun aerobik memberikan kontribusi energi
pada saat latihan dan peranannya sangat tergantung dari (1) jenis
kegiatan yang dilakukan, (2) status kondisi latihan, dan (3) asupan
bahan makanan atlet. Untuk melanjutkan pembahasan, kita bagi dulu
jenis kegiatan fisik ke dalam dua kategori: (1) jenis kegiatan yang
dilakukan hanya dalam waktu yang sangat singkat dan membutuhkan
usaha maksimal, dan (2) jenis kegiatan yang dilakukan dalam waktu
yang sangat lama dan membutuhkan usaha submaksimal. Selanjutnya
akan kita bahas secara khusus bagaimana interaksi dan peranan
ketiga sistem energi dalam latihan, karena pada dasarnya sulit untuk
menetapkan satu sistem energi hanya kepada satu jenis kegiatan saja.
Pemahaman konsep ini sangat penting terutama bagi para pelatih
dalam merencanakan program latihan.
Saltin dan Kralson telah menggambarkan pola pengurasan
glikogen dengan kegiatan dari 30% samapai 120% kebutuhan oksigen
maksimal. Sangat menarik kalau kita bahas dengan hasil penemuan
lainnya, karena ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu
factor keterbatasan. Bahwa kegiatan yang membutuhkan kurang dari
60% dan lebih dari 90% kapasitas aerobik, cadangan glikogen tidak
berkurang secara nyata.

Anda mungkin juga menyukai